Disusun oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan keterbatasan dalam segala hal yang penyusun miliki, untuk itu mohon maaf
jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Namun penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin menghasilkan yang terbaik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Oleh karena itu penyusun berharap saran dan kritik yang membangun
dari semua demi kebaikan penulis dimasa yang akan datang.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
2.1.1 Analisis...................................................................................................7
BAB V PENUTUP.................................................................................................21
5.1 Kesimpulan...................................................................................................21
5.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang kaya akan hasil
alam melimpah. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan luasan lahan pertanian
Indonesia pada tahun 2014 sebesar 8.114.829 hektar dengan sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah petani sebesar 42,83 juta orang. Sektor pertanian
masih memberikan peranan penting dalam perekonomian nasional dan bersifat
strategis (Sadono, 2008). Pangan merupakan kebutuhan yang vital bagi manusia,
oleh karenanya manusia tidak akan lepas dari kebutuhan akan pangan. Pangan
merupakan segala sesuatu yang bersumber dari hayati dan air, baik diolah maupun
tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan makanan, bahan baku pangan, dan bahan lain
yang digunakan untuk proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan
makanan dan minuman (Departemen Pertanian, 2008).
1.3 Tujuan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di Indonesia.
Kajian Teori
2.1. Beras
Pengertian beras dalam kehidupan sehari-hari adalah gabah yang bagian kulitnya
sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serta penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit
luarnya (hull) disebut beras pecah kulit (brown rice). Tinggi rendahnya tingkat
penyosohan menentukan tingkat kehilangan zat-zat gizi. Proses penggilingan dan
penyosohan yang baik akan menghasilkan butiran beras utuh (beras kepala) yang
maksimal dan beras patah yang minimal (Rachmat, 2012).
Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk
Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh penduduk Indonesia
membutuhkan beras sebagai bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber
nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang
sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan
komoditi beras kepada masyarakat bukan pegkonsumsi nasi telah mengakibatkan
permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun. Masyarakat Papua yang
sebelumnya adalah pengkonsumsi sagu sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa
dengan konsumsi nasi dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku,
Sulawasi Utara, Madura dan sebagainya. Beras adalah makanan pokok berpati yang
banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia.
Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen 11 jumlah konsumsi
protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya pendapatan dapat diperkirakan bahwa
peranan beras sebagai sumber energi bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan
semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas
pada kebijakan pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk
mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia
akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal itu terjadi
akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan
reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki yang cenderung menghambat kegiatan
pembangunan ekonomi secara keseluruhan (Mears, 1982).