Anda di halaman 1dari 12

”MAKALAH”

“PERKEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DI INDONESIA”

Dosen pengampu: Ir. Wuryantoro, M.Agr. Bus

DISUSUN

O
L
E
H

NAMA: AISLAMI AZZAHRA

NIM: C1GO22002

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM 2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Allah SWT.Yang Maha Pengasih lagi maha penyayang.Atas
rahmat dan hidayah-nya,penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DIINDONESIA ” Sholawat serta salam tak lupa
kita haturkan atas junjungan alam Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari
alam yang gelap gulita menuju alam yang terang bendera.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “PENGANTAR AGRIBISNIS”.
selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
penyusun.Penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Wuryantoro, M.Agr. Bus
selaku dosen pengampu mata kuliah “Pengantar Agribisnis” ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikanya makalah ini.

Penyusun meenyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh sebab itu,saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, dan makalah yang akan
disusun selanjutnya.

Mataram, Senin 6 Maret 2023

Aislami Azzahra
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................II

Daftar Isi .......................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Pengertian Agribisnis Di indonesia.......................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3

A. Potensi...................................................................................................3
B. Prospek..................................................................................................4
C. Kendala.................................................................................................5

BAB III PENUTUP ......................................................................................6

A. Kesimpulan ..........................................................................................7
B. Saran .....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................9


BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi dalam bidang
pertaniaannya. Akan tetapi dalam kenyataannya para petani di Indonesia belum bisa
mengoptimalkan pertaniannya menjadi lebih berkembang lagikarena keterbatasan
pengetahuan dalam bidang pertanian.Untuk mengoptimalkannya maka agribisnislah
yang sangat tepat sebagai pilihanagar menjadikan pertanian di Indonesia menjadi
lebih baik lagi danmemperbaiki nasib para petani yang selama ini masih
sangatmemprihatinkan.Agribisnis memiliki kontribusi yang sangat baik.
Indonesia merupakan negara agraris yang saat ini sedang dilanda olehkrisis
ekonomi yang mengakibatkan perekonomian di Indonesia menjaditerpuruk. Hal ini
juga mengakibatkan meningkatnya angka kemiskinan,tingkat pengangguaran yang
makin tinggi, serta ketimpangan ekonomi yangmenimbulkan sederet masalah
ekonomi yang cukup serius yang saat inimelanda Indonesia.
Walaupun negara Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapisebagian
besar kekayaan tersebut belum dapat dimanfaatkan sepenuhnyaoleh masyarakat
karena masih kurangnya pemahaman dan masih banyak masyarakat yang tidak
tertarik dengan agribisnis. Padahal agribisnis dapatmenjadi bisnis yang mampu
menjadikan perekonomian negara Indonesialebih baik lagi. Agribisnis merupakan
suatu strategi yang aling tepat untuk membangun ekonomi negara yang
mengintegrasikan pembangunan pertanian (perkebunan, peternakan, perikanan,
kehutanan dengan pembangunan industri pertanian serta sektor"sektor jasa yang
terkait didalamnya sehingga dapat membantu memecahkan masalah perekonomian
yang melanda Indonesia karena dengan strategi agribisnis dapat menciptakan
lapangan kerja baru yang dapat membantu mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. strategi pembangunan sistem agribisnis yang bercirikan yaitu berbasis pada
pemberdayagunaan keanekaragaman sumber daya yang ada disetiap daerah serta
dapat memberikan kontribusi terhadap keragaman kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki.Selain itu agribisnis juga mengandalkan sumber daya alam dan teknologi
serta sumber daya manusia yang terampil yang di yakini mampu menjadikan
perekonomian diIndonesia memiliki daya saing dan menjadikan perekonomian
negaramenjadi lebih bersinergis dalam perekonomian dunia.Agribisnis merupakan
salah satu cara yang paling tepat untuk membuka lahan pekerjaan baru
bagimasyarakat di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian
sebagai petani,serta agribisnis juga dapat mengurangi angka pengangguran di negara
Indonesia.
Agribisnis merupakan cara yang sangat tepat untuk memperbaiki
perekonomian di Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani. selain itu bisnis ini juga sangat pas dengan keadaan negara Indonesia
karena negara Indonesia merupakan negara agraris. Untuk lebih meningkatkan
kualitas sumber daya yang ada baik itusumber daya alam maupun sumber daya
manusia bisnis ini diharapkan akan lebih meningkatkan kualitas pertanian dan sumber
daya yang ada agar menjadi lebih baik lagi dibandingkan sebelumnya. selain itu
agribisnis juga diharapkan menjadikan masyarakat untuk lebih terampil dalam
memanfaatkan lahan kosong menjadi lebih produktif dan mengembangkan
ketrampilan masyarakat dalam bidang pertanian.
Dipihak lain karena proses pengolahan hasil-hasil pertanian untuk berbagai
keperluan membutuhkan teknologi yang semakin canggih danskala yang besar agar
ekonomis, maka kegiatan ini pun didominasi olehsektor industri pengolahan. Melalui
proses pengolahan, produk-produk pertanian menjadi lebih beragam penggunaan dan
pemasarannya pun menjadi lebih mudah (storable and transportable) sehingga dapat
diekspor.Pada tahap ini pembagian kerja di dalam kegiatan pertanian menjadi
semakin jelas, yaitu' kegiatan budidaya (farming)sebagai kegiatan pertaniandalam arti
sempit, kegiatan produksi sarana pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu dan
kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagaiindustri hilir. spesialisasi fungsional
dalam kegiatan pertanian seperti yangtelah dikemukakan diatas meliputi seluruh
kegiatan usaha yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian
dan keseluruhannya disebut sistem Agribisnis.
B. Pengertian Agribisnis Di Indonesia

Indonesia adalah negara agraris di mana mayoritas penduduknya adalah kaum


tani. Negara agraris menjadikan Indonesia memiliki wilayah yang luas serta kaya
akan lahan yang subur untuk bertani. Atas dasar ini, Indonesia mulai mengenal
agribisnis. Perjalanan perkembangan agribisnis di Indonesia sejalan dengan sejarah
pembangunan pertanian secara umum yang mengalami periode jatuh bangun. Hal ini
sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi di Indonesia baik secara mikro
maupun secara makro.
Agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir”
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan
(food supply chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi
usaha penyediaan pangan.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi untuk memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Lalu, bagaimana perkembangan
agribisnis di Indonesia? Apakah bisnis yang satu ini bisa dikatakan peluang bisnis
dengan prospek baik ke depannya. Berikut ini akan dijelaskan pemahamannya.
Pengertian agribisnis juga adalah istilah dari kata ”agri” singkatan dari
agrikultur berarti pertanian jadi agribisnis adalah usaha yang bergerak di bidang
1
pertanian, terutama dalam hal penyediaan pangan.

1
Aglina, U. M., & Gunardi, M. S. (2015). Penentuan Harga Premi Asuransi Lahan Pertanian Berbasis Indeks
Curah Arrozi, M., & Septyanto, D. (2014). Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Di Bursa
Efek
Indonesia (BEI).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Potensi
Bila suatu daerah mempunyai potensi bercocok tanam, agribisnis
adalah salah satu bidang usaha yang menguntungkan. Namun, dalam
pengembangannya dibutuhkan ilmu yang mumpuni agar bisa menghasilkan
uang. Karena Dalam kehidupan sehari-hari, sayur , buah dan sus pasti ada di
meja makan untuk konsumsi masyarakat. Kebutuhan sayur, buah dan susu
ini termasuk kebutuhan pokok karena termasuk makanan yang wajib ada,
demi menjaga kesehatan. Sayur-mayur dan buah-buahan dan susu ini
termasuk dalam salah satu jenis bisnis agribisnis. Agribisnis adalah potensi
yang luar biasa karena sifatnya yang merupakan kebutuhan pokok. Ada
berbagai sektor agribisnis yang bisa dikembangkan seperti tanaman obat,
sayuran konsumsi, susu, peternakan, dan masih banyak lagi yang
lainnya.Namun, saat ini permintaan tak sebanding dengan jumlah
produksinya, sehingga beberapa kebutuhan masih harus mengimpor. Hal ini
dikarenakan sebagian besar agribisnis dianggap bisnis yang menghasilkan
keuntungan sedikit dan melelahkan. Padahal agribisnis adalah peluang bagi
Petani dan peternak untuk mengambil kesempatan agar menghasilkan
keuntungan yang berlimpah. Kebutuhan akan pangan sangatlah tidak terbatas,
sehingga agribisnis adalah bisnis yang punya peluang cukup besar di masa
kini maupun di masa yang akan datang.Dan bila kualitias produk Agribisnis
ini memiliki karakteristik produk yang sesuai dengan keinginan konsumen,
Petani dan peternak bisa memiliki daya saing yang tinggi di pasar domestik
dan juga mancanegara.Hal ini yang menjadi tujuan kegiatan PKM Universitas
Widyatama di Desa Cipatat Kec. Cilengkrang , Kelurahan Ciporeal, Jawa
Barat dalam Strategi Pemberdayaan Agribisnis, Strategi Pemasaran
mengembangan dan Mengoptimalkan Potensi Agribisnisnya.

B. Prospek Pengembangan Usaha Agribisnis Di Indonesia

1) Pengertian prospek
Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profit atau
keuntungan (Krugman dan Maurice, 2004). Pengembangan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 adalah kegiatan ilmu
pengetahuan yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan
yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan yang telah ada atau menghasilkan sesuatu yang
baru. Prospek pengembangan dapat diartikan sebagai suatu peluang untuk
mengembangkan dan memajukan usaha secara lebih baik dari kondisi saat ini.
Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari setiap pengusaha atau
wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi dan kreativitas,
untuk melaksanakan pengembangan usaha dibutuhkan dukungan dari berbagai
aspek seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya
manusia, teknologi dan lain-lain (Anoraga, 2007.

2) Macam-macam prospek pengembangan usaha agribisnis di Indonesia


Perkembangan agribisnis di Indonesia tentu memiliki alasan yang kuat
hingga bisa tetap bertahan sampai saat ini. Beberapa prospek agribisnis yang
sangat cerah di antaranya:
 Tanah di idnonesia relative subur dan cocok dengan tanaman
pangan
 Indonesia memiliki iklim Yang cukup bersahabat. Hujan dan panas
cukup teratur dan sangat minim terjadi bencana.
 Indonesia berada pada garis katulistiwa yang beriklim tropis. Hal
ini menyebabkan cukupnya sinar matahari bagi pertanian
diindonesia
 Pemerintaah masih menempatkan sector pertanian sebagai sector
andalan.
 Indonesia memiliki aliran sungai, bendungan, dan saluran irigaasi
yang cukup.

C. Kendala
Dalam penyerapan angkatan kerja ada daerah yang 80 persen
pekerjanya berada di sektor pertanian, ada pula yang kurang dari 5 persen.
Namun secara keseluruhan untuk sebagian besar daerah sektor pertanian
masih merupakan sektor utama, kalaupun ada industrialiasi umumnya belum
mendominasi. Industri berskala besar hanya terkonsentrasi di beberapa daerah
seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Aceh dan Batam (Kepulauan Riau).
Mengingat pertumbuhan sektor industri cukup pesat, maka berbagai
kalangan pernah pemproyeksikan Indonesia akan menjadi Negara Industri
Baru (NIB). Seandainya posisi NIB tercapai posisi sektor pertanian masih
tetap penting. Sektor pertanian mampu mendukung industri hulu dan hilir.
Selain sebagai penyedia bahan baku juga merupakan pemakai berbagai
produksi industri berat seperti traktor dan mesin pertanian lainnya. Selain itu
petani pun merupakan konsumen potensial untuk aneka produk industri.
Bukankah petani dan keluarganya yang melebihi 100 juta jiwa merupakan
“pasar raksasa” untuk hasil-hasil industri.Supaya sektor pertanian tumbuh
pesat hingga mampu mengimbangi sektor industri diperlukan adanya
“transformasi”, baik menyangkut produksi, pengolahan, pemasaran maupun
sumberdaya manusianya (SDM).
Dengan adanya transformasi tersebut usaha tani dalam berbagai skala
diharapkan makin produktif dan efisien, nilai tambah yang diperoleh petani
makin optimal, penguasaan teknologi tepat guna oleh petani makin
2
berkembang, akses petani terhadapsumber dana dan infromasi meningkat,
serta daya beli petani pun meningkat.
Di sisi lain dengan adanya transformasi maka perolehan devisa dari
aneka produk pertanian pun diharapkan makin bertambah. Yang dimaksud
dengan tranformasi tersebut tak lain konsep agribisnis yang diharapkan bisa
mendekatkan sektor pertanian dan industri.
Agribisnis mudah diucapkan namun sulit direalisasikan. Idealnya
agribisnis bisa dijadikan “katrol” untuk kesejahteraan petani : merupakan
“senjata” yang ampuh untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah,
merupakan konsep terpadu dalam upaya peningkatan produksi pertanian, baik
pangan, perkebunan, horticultural, perikanan dan peternakan.
Bagaimanapun konsep agribisnis merupakan pengembangan lebih
lanjut dari usaha tani tradisional, maka Sumber Daya Manusia (SDM) yang
terlibat di dalamnya harus berkembang lebih lanjut. Kenyataannya sebagian
besar SDM pertanian tingkat pendidikannya masih rendah, hingga sulit unutk
mengadopsi dan menginovasi pola baru yang akan diterapkan. Padahal dalam
agribisnis berbagai inovasi teknologi, sosial dan ekonomi terus-menerus
diaplikasikan. Melalui konsep agribisnis maka interaksi petani dengan
perbankan menjadi intensif, dengan sendirinya petani harus memahami
persoalan bank dan perkreditannya. Begitu pula dengan quality control mulai
diterapkan secara ketat pada berbagai produk, petani pun harus memahami
masalah standarisasi produk. Mengingat ciri dari agribisnis ialah adanya
produktivitas dan efisiensi yang tinggi, maka usaha tani yang layak diterapkan
menggunakan pola sehamparan. Beberapa petani bergabung membentuk
kelompok tani, menyatukan lahannya untuk mengusahakan komoditi tertentu
yang telah diketahui memiliki propek pasar yang cerah. Dengan demikian
petani harus siap baik secara fisik atau mental. Untuk itu diperlukan
bimbingan dan penyuluhan yang intensif.
Dalam penerapan agribisnis memang banyak hal baru yang
diterapakan, faktor kesiapan SDM sangat menentukan, oleh karena itu petani
selaku SDM agribisnis harus mampu mengantisipasi dan mengadaptasi
kondisi yang relatif baru. Begitu pula dengan SDM agribisnis non petani, baik
yang bergerak di sektor input (sarana produksi), sektor sekunder
(agroindustri), atau sektor tersier (trade) perlu memiliki kemampuan dan
kemauan untuk menerima petani sebagai “mitra kerja” atau “mitra usaha”,
yang kedudukannya dalam sistem agribisnis “sederajat”.
Tak dapat dipungkiri bahwa selama ini posisi petani dalam mata rantai
pertanian relatif lemah, apalagi petani kecil atau petani gurem, hingga nilai
tambah yang diperolehnya jarang mencapai posisi optimal. Khusus
menyangkut usaha tani padi, M. Dawam Rahardjo (1992) mengemukakan
bahwa laba yang diperoleh petani tidak begitu besar, apalagi petani dengan
lahan sempit. Yang memperoleh keuntungan paling besar justru pedagang
beras, sehingga “subsidi harga itu akhirnya diterima pedagang beras”.Sebagian
besar petani pun belum mengerti ihwal penerapan manajemen yang “modern”.
2
Choirunnisa, R., & MUDAKIR, B. (2012). ANALISIS POLA KLASTER DAN ORIENTASI PASAR (Sentra Industri
Kerajinan Logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali). Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.
Kalau manajemen “gaya nenek moyang” memang sudah diterapkan secara
turun-temurun. Sedangkan yang sudah tersentuh penerapan manajemen yang
“canggih” baru sebagian kecil saja. Bagaimanapun penerapan agribisnis selalu
bersinggungan dengan aplikasi manajemen, di mana unsur-unsur planning,
organizing, actuating, dan controlling harus benar-benar diterapkan.
Rendahnya akses petani terhadap modal dengan pola usaha tani yang
sebagian besar masih tradisional memang berkaitan erat. Di satu sisi petani
merasa “tidak kenal” dengan perbankan, hingga nyaris tak ada peluang untuk
meningkatkan modal dan mengembangkan usaha. Di sisi lainnya ada
keengganan dan kekhawatiran pihak perbankan untuk menyalurkan kredit
pada petani, terutama petani kecil dengan aset yang kecil. Perbankan agak
enggan melayani karena risiko yang terlalu tinggi, kalaupun ada keuntungan
yang diperoleh namun tak seberapa, hingga dianggap hanya menambah cost
dan memperumit operasional.
Dengan kondisi yang demikian jelas “jarak” antara petani dengan
perbankan seolah tak pernah menyempit. Untuk menjembetaninya maka
konsep usaha tani sehamparan dengan komoditi terpadu perlu diterapkan,
selain itu dukungan koperasi pun harus makin optimal. Memang tak ada
pilihan lain, petani harus membentuk kelompok yang solid, bergotong-royong
dan berusaha secara bersama, hingga bonafiditasnya dimata perbankan bisa
meningkat.

Sudah selayaknya seluruh komponen agribisnis, termasuk petani dan


usaha taninya mendapat dukungan permodalan secara optimal. Jika salah satu
komponen diistimewakan, misalnya terlampau berpihak pada komponen hilir
(agroindustri atau pengolahan hasil pertanian), maka sistem agribisnis menjadi
pincang. Untuk mewujudkan hal itu perlu kebijaksanaan pemerintah
menyangkut sektor moneter dan perbankan dalam kaitannya dengan upaya
untuk mengembangkan sektor ril, khususnya agribisnis.
Berbagai kendala dalam agribisnis selayaknya bisa diatasi, untuk itu
diperlukan adanya kordinasi lintas sektoral, baik antara Kementerian
Pertanian, Perindustrian, Perdagangan atau Koperasi Usaha Kecil dan
Menengah. Begitu pula dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat yang terkait, serta dunia usaha nasional. Indonesia hanya bisa
bangkit secara ekonomi jika sector pertanian terlebih dahulu dibenahi, tentu
saja dengan konsep agribisnis yang memadukan manajemen dan teknologi
pertanian paling mutakhir, dengan tetap mengutamakan upaya peningkatan
kesejahteraan petani.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Agribisnis merupakan bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun hilir. Penyebutan “hulu” dan “hilir”
mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan
(food supply chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi
usaha penyediaan pangan.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi untuk memperoleh
keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Lalu, bagaimana perkembangan
agribisnis di Indonesia? Apakah bisnis yang satu ini bisa dikatakan peluang bisnis
dengan prospek baik ke depannya. Berikut ini akan dijelaskan pemahamannya.
Tak dapat dipungkiri bahwa selama ini posisi petani dalam mata rantai
pertanian relatif lemah, apalagi petani kecil atau petani gurem, hingga nilai tambah
yang diperolehnya jarang mencapai posisi optimal. Khusus menyangkut usaha tani
padi, M. Dawam Rahardjo (1992) mengemukakan bahwa laba yang diperoleh petani
tidak begitu besar, apalagi petani dengan lahan sempit. Yang memperoleh keuntungan
paling besar justru pedagang beras, sehingga “subsidi harga itu akhirnya diterima
pedagang beras”.Sebagian besar petani pun belum mengerti ihwal penerapan
manajemen yang “modern”. Kalau manajemen “gaya nenek moyang” memang sudah
diterapkan secara turun-temurun. Sedangkan yang sudah tersentuh penerapan
manajemen yang “canggih” baru sebagian kecil saja. Bagaimanapun penerapan
agribisnis selalu bersinggungan dengan aplikasi manajemen, di mana unsur-unsur
planning, organizing, actuating, dan controlling harus benar-benar diterapkan.
B. Saran
Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi kita semua.Amiiiiin
DAFTAR PUSTAKA

Aglina, U. M., & Gunardi, M. S. (2015). Penentuan Harga Premi Asuransi Lahan Pertanian Berbasis Indeks
Curah Arrozi, M., & Septyanto, D. (2014). Preferensi Investor Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Di Bursa
Efek
Indonesia (BEI). Ma’ruf, A. (2012). Strategi Pengembangan Investasi di Daerah: Pemberian Insentif Ataukah
Kemudahan? JESP:
Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 13(1), 43-52.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai