Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NURLINA ISMAIL

NPM : 04371811014

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “ PERKEMBANGAN EKONOMI PERTANIAN DI
INDONESIA.”

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Ternate, 12 september 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I PENDAHULAN...........................................................................................

Latar Belakang...............................................................................................

Rumusan Masalah..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

Perkembangan Ekonomi Pertanian di Indonesia...........................................

pemberdayaan petani untuk memajukan ekonomi pertanian.........................

Manfaat Pertanian di Indonesia.....................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

Kesimpulan.....................................................................................................

Daftar Pustaka..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang kaya sumber daya alamnya.sebagian besar masyarakat
bermatapencaharian sebagai petani. Karena Indonesia memiliki tanah yang subur dengan beberapa
jenis hutan seperti hutan bakau, hutan rawa, hutan sabana, hutan musim, dan hutan hujan tropis yang
bisa ditanami berbagai jenis tumbuhan
Pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Artinya pertanian merupakan
sektor utama yang menyumbang hampir setengah perekonomian Indonesia pertanian juga memiliki
peran penting sebagai penghasil devisa Negara melalui ekspor. Oleh karena itu perlu diadakannya
pembangunan di dalam sektor pertanian sehingga dapat bersaing di pasar dalam negeri maupun luar
negeri sehingga bisa membantu mengsejahtrakan penduduk Indonesia terutama para petani. Dari sini
peran pemerintah sangat berperan penting dalam membuat kebijakan supaya tidak merugikan petani dan
agar sektor pertanian dapat terus memberikan peran pada perekonomian Indonesia di perlukan
perencanaan dan kebijakan dalam membangun sektor perekonomian . salah satunya adalah dengan
melakukan investasi. Dengan adanya ivestasi di harapkan dapat memicu kenaikan output dan output
atau bias dibilang pemasukan dengan pengeluaran dengan cara ekpor dan impor, dengan naiknya factor
tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan, kesempatan kerja, serta mendorong
pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Dengan adanya usaha pembangunan pertanian dan perkembangan yang mulai pesat, pasti
akan muncul masalah – masalah yang akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi pertanian di
Indonesia, masalah tersebut muncul mulai dari kerusakan alam yang diakibatkan oleh pelaku dan
konsumen pertanian hingga minimnya pendidikan petani. Hal tersebut disebabkan oleh pola hidup yang
berubah dari petani itu sendiri, misalnya minimnya pengetahuan akan pemanfaatan dan pengembangan
pertanian modern, politik pertanian serta mulai hilangnya nilai budaya dan semangat yang dimiliki oleh
para petani.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkembangan ekonomi pertanian di Indonesia?
2. Bagaimana cara pemberdayaan petani untuk memajukan ekonomi pertanian?
3. Manfaat pertanian di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan pertanian di Indonesia

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius
dari pemerintah dalam pembangunan ekonomi, khususnya di sektor pertanian. Mulai dari proteksi,
kredit hingga kebijakan lain tidak satupun menguntungkan bagi sektor ini. Program – program
pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada
ketidak pastian tentang kebijakan dari pemerintah. Meski demikian sektor ini merupakan yang sangat
banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar tergantung pada sektor ini.
Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum menunjukan hasil
yang maksimal jika dilihat dari dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan
nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan
nasional. Ada bebebarapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting antara lain: potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa
terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya
penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan
pangan masyarakat dan menjadi bisnis pertumbuhan pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar
namun kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masi banyak termasuk golongan
miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan
Petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya
terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik
Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak di domininasi oleh usaha dengan
Skala kecil, modal terbatas, penggunaan teknologi masih sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim
wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga memnyebabkan
terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar
yang sangat rendah, pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/ologpsoni yang dikuasai oleh
pedagang – pedagang besar sehingga terjadi ekploitasi harga yang merugikan petani. selain itu, masih
ditambah lagi oleh permasalahan- permasalahn yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia
seperti pembaruan agraria ( korversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak
terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada musim tanam
dating, swasemba beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus – kasus pelanggaran
hak asasi petani. Menuntut pemerintah untuk lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah
pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk
memecahkan masalah- masalah yang ada, namun juga dihadapkan juga pada tantangan perubahan
tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada erah demokratisaai yakni tuntutan otonomi daerah dan
pemberdayaan petani. Di samping itu, dihadapkan pula pada tantangan mengantisipasi perubahan
tatanan dunia yang mengarah pada globalisai dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di
Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk – produk pertanian yang berdaya saing tinggi
namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga
tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita
dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa. Di bawah ini terdapat beberapa
rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan hasil dari pemikiran mahasiswa-mahasiswa
pertanian Indonesia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia
(FKMPI) terkait strategi pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1.        Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta menuntut


pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan.
2.        Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya
dilindungi oleh undang-undang. 
3.        Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif
usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang
berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan
mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.
4.        Indonesia harus mampu keluar dari WTO dan segala bentuk perdagangan bebas dunia pada
tahun 2014.
5.        Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan
pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-hasil penelitian ilmuwan
lokal.
6.        Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
7.        Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.
8.        Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi Petani.
9.        Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian dan
perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.
10.    Mewujudkan segera reforma agraria.
11.    Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta penyusunan
konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di seluruh media massa yang ada
12.    Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui penumbuhan
wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa pelatihan dan pemagangan (retoling)
yang berorientasi life skill, entrepreneurial skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan
pelatihan bagi generasi muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya
telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda,
serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di
bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif,
dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia, seperti olimpiade pertanian,
gerakan cinta pertanian pada anak, agriyouth camp, dan lain-lain.
13.    Membrantas mafia-mafia pertanian. 
14.    Melibatkan mahasiswa dalam program pembangunan pertanian melalui pelaksanaan
bimbingan massal pertanian, peningkatan daya saing mahasiswa dalam kewirausahaan serta dana
pendampingan untuk program–program kemahasiswaan.
Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan
datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang menjadi prioritas dalam
melakukan program apapun. Tentu hal itu tidak boleh hanya menguntungkan satu golongan saja namun
diarahkan untuk mencapai pondasi yang kuat pada pembangunan nasional. Pembangunan adalah
penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang
tinggi. Pembangunan pertanian harus mengantisipasi tantangan demokratisasi dan globalisasi untuk
dapat menciptakan sistem yang adil. Selain itu harus diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang
sejahtera, khususnya petani melalui pembangunan sistem pertanian dan usaha pertanian yang kuat dan
mapan. Dimana Sistem tersebut harus dapat berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
desentralistik.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2018 mencapai
5,17 persen.

Berdasarkan data, jumlah tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan 2017 sebesar 5,07
persen, bahkan tertinggi dalam 4 (empat) tahun terakhir.
"Ini menunjukkan trend yang baik, karena dibandingkan beberapa tahun terakhir, pertumbuhan
ekonomi sepanjang 2018 menunjukkan peningkatan," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan
persnya.

Catatan BPS menunjukkan pertumbuhan 5,17 persen itu merupakan yang tertinggi sejak 2014. Pada
2014 pertumbuhan ekonomi tercatat 5,01 persen, 2015 sebesar 4,88 persen, 2016 sebesar 5,03 persen,
dan 2017 sebesar 5,07 persen.

Ia menilai, pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,17 persen itu merupakan pencapaian yang baik di
tengah ekonomi global sepanjang tahun tersebut.

Menurut Kepala BPS Suhariyanto, sumber pertumbuhan ekonomi pada sepanjang 2018 adalah industri
pengolahan (0,91 persen), disusul perdagangan (0,66 persen), konstruksi (0,61 persen), pertanian (0,49
persen), dan lainnya (2,50 persen).

Adapun menurut pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen adalah konsumsi
rumah tangga sebesar 2,74 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,17 persen, konsumsi pemerintah
0,38 persen, dan lainnya 0.87 persen.

"Pengeluaran konsumsi rumah tangga tertinggi pada kelompok restoran dan hotel, transportasi dan
komunikasi, serta kelompok kesehatan dan pendidikan," jelas Suhariyanto.

Ia juga menambahkan bahwa ekspor barang tumbuh melambat seiring dengan perlambatan
pertumbuhan volume perdagangan dan ekonomi global,serta perlambatan pertumbuhan ekonomi
negara-negara mitra dagang utama.

Sedangkan impor tumbuh lebih cepat seiring peningkatan permintaan domestik.


Grafik pertumbuhan ekonomi tahun 2011- 2018
B. pemberdayaan petani untuk memajukan ekonomi pertanian

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia


ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil
pembangunan. Dengan demikian maka masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian
mengatasi masalah yang dihadapi. Upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seharusnya mampu
berperan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan
merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembentukan dan
perubahan perilaku tersebut, baik dalam dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-sektor
kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi jangkauan kesejahteraan dari materiil
hingga non materiil; dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka panjang dan
peningkatan kemampuan dan kualitas untuk pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat
menjangkau dari seluruh strata masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan
motivasi dan dorongan kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak
memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan
pemampuan diri mereka. Di Indonesia, perkembangan pemberdayaan petani dan nelayan kecil dikenal
dengan program penyuluhan, dimulai bersamaan dengan berdirinya Departemen Pertanian (Van
Landbouw) pada tahun 1905. Pada masa itu, salah satu tugas departemen tersebut adalah menyalurkan
hasil penyelidikan pertanian kepada petani.Lalu, menjelang dan awal Pelita I, melalui program
Bimbingan Massal-Intensifikasi Massal (BimasInmas), penyuluhan dilakukan besar-besaran.
Walaupun demikian, praktis sejak perang kemerdekaan orientasi kegiatan penyuluhan ditujukan untuk
meningkatkan produksi bahan makanan pokok rakyat Indonesia yaitu beras.

Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta


institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat
sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk
dilakukan. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan
ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.
Dalam rangka mencari solusi masalah ekonomi dan politik serta budaya yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini, semua pihak telah memberikan rambu-rambu untuk tidak terjebak membuat
‘bungkus baru namun isi lama’. Dari berbagai tawaran alternatif 7 model pemberdayaan masyarakat,
‘model ekonomi kerakyatan’ secara teoritik telah berkembang menjadi wacana baru saat ini.
Paradigma pemberdayaan ekonomi rakyat sebenarnya bukan saja berupa tuntutan atas pembagian
secara adil aset ekonomi, tetapi juga merupakan keniscayaan ideologis dengan semangat meruntuhkan
dominasi-dominasi birokrasi dalam mengatur dan menentukan berbagai bidang kehidupan rakyat.
(Sasono, 1999). Untuk itu, maka pemberdayaan ekonomi rakyat ( dalam penerapan untuk petani dan
nelayan kecil) berarti menuju kepada terbentuknya kemandirian petani dan nelayan itu, yaitu
berperilaku efisien, modern dan berdaya saing tinggi. Perilaku efisien artinya berpikir dan bertindak
serta menggunakan sarana produksi secara tepat guna atau berdaya guna. Berperilaku modern artinya
mengikuti dan terbuka terhadap perkembangan dan inovasi serta perubahan yang ada. Sedangkan
berdaya saing tinggi yaitu mampu berpikir dan bertindak serta menggunakan sarana produksi atas
dasar memperhatikan mutu hasil kerjanya dan kepuasan konsumen yang dilayaninya (Sumardjo,
1999). Gagasan pemberdayaan ekonomi rakyat menurut Mahmudi (1999) adalah merupakan upaya
mendorong dan melindungi tumbuh dan berkembangnya kekuatan ekonomi lokal dan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) oleh masyarakat yang berbasiskan pada kekuatan rakyat.
Muatan gagasan ini tidak saja dituntut untuk dapat mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi
sumber daya lokal untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, tetapi juga terlindunginya hak-hak rakyat
dalam pengelolaan sumberdaya lokal sesuai dengan kepentingan ekonomi dan sosialnya. Beberapa
pendekatan dan strategi dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2001) menuju kemandirian petani
dan nelayan kecil, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :

a. Memulai dengan tindakan mikro dan lokal. Proses pembelajaran rakyat harus dimulai
dengan tindakan mikro dan lokal, namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro–makro
harus terus menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro dapat
menjadi policy input dan policy reform sehingga memiliki dampak yang lebih luas. Petugas
pemberdayaan/pendamping masyarakat tani dan nelayan kecil seyogyanya diberikan kebebasan untuk
mengembangkan 8 pendekatan dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan
setempat/lokal di wilayah tugasnya masing-masing.

b. Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah). Karena
masing-masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda
antar daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus ditinggalkan.

c. Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan.


Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan
kewilayahan administratif adalah pendekatan birokrasi/kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih
menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu.
Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam skala besar
dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih produktif.

d. Membangun kembali kelembagaan masyarakat. Peranserta masyarakat menjadi


keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya
kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh masyarakat sendiri.
Misalnya lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.
e. Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis. Perlu dipahami bersama bahwa desakan
modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan
masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Temuan-temuan
lokal oleh petani dan nelayan setempat harus mendapatkan pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas
berkompetisi dengan inovasi baru dari luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan
linier (Sumardjo, 1998) perlu diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.

f. Pengembangan kesadaran pelaku ekonomi. Karena peristiwa ekonomi juga merupakan


peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya berorientasi
memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Pemberdayaan yang diperlukan adalah tindakan
berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan ekonomi dan
politik yang 9 menghambat proses demokratisasi ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan
masyarakat dan lembaga-lembaga terkait pada pengembangan kemandirian petani dan nelayan kecil
merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.

g. Membangun jaringan ekonomi strategis. Jaringan strategis akan berfungsi untuk


mengembangkan kerjasama dalam mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok
ekonomi satu dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan.
Salah satu yang sudah waktunya dibangun adalah jaringan infrastruktur telekomunikasi dan sistim
informasi pendukungnya yang memanfaatkan seperti internet untuk membuka pintu gerbang seluas-
luasnya bagi petani dan nelayan atas informasi yang diperlukan bagi pengembangan usahanya
( setidanya memalui mediasi para petugas penyuluh/pendamping pemberdayaan masyarakat).

h. Kontrol kebijakan. Agar kebijakan pemerintah benar-benar mendukung upaya


pemberdayaan masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah
keikutsertaan organisasi petani dan nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan
pertanian dan perikanan.
C. manfaat pertanian di Indonesia

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran
hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan
bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang
mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.(Wikipedia, 2010).

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor
pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.Sektor
pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan,
subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat
dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja
sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan.Salah satu faktor penyebab
kurangnya produktivitas pertanian 2 adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah
lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam
pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan
adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat
memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono; 2007). Namun, pembangunan tidak
sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi
lebih dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi sosial yang sering
diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi justru mendapat tempat yang strategis dalam
pembangunan.
Perjalanan pembangunan dalam sektor pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum
dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya
pada pendapatan nasional. Hal itu dikarenakan sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan
perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga
kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan
pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada
kehancuran.Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga
kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Pembangunan pertanian di Indonesia
dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari pembangunan
pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain;
potensi sumber daya alam 3 yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup
besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan
hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis
pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai
saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin.Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi
juga terhadap sektor pertanian keseluruhan. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan
ekonomi hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata (Todaro dan Smith, 2006).
Padahal proses pembangunan ekonomi merupakan salah satu redefenisi terus menerus atas peran-peran
sektor pertanian, manufaktur, dan jasa (World Bank 2008). Jika suatu wilayah menghendaki
pembangunan yang lancar dan berkesinambungan, maka wilayah harus memulainya dari pedesaan pada
umumnya, dan sektor pertanian pada khususnya (Todaro dan Smith 2006). Ahluwalia dalam Tambunan
(2010) kondisi ekonomi dengan sektor pertanian yang cukup besar, maka strategi pembangunan
ekonomi yang tepat yaitu dengan mendahulukan sektor pertanian. Peran pertanian menurut World Bank
(2008) berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata pencaharian dan
sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini sebuah intrumen yang unik bagi
pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi, pertanian dapat sebagai sumber pertumbuhan bagi
perekonomian wilayah, penyedia investasi bagi sektor 4 swasta dan sebagai penggerak utama industri-
industri yang terkait bidang pertanian. Terkait dengan pertumbuhan wilayah, (Sukirno 2006)
menyatakan masalah pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga aspek, yaitu ; masalah
pertumbuhan yang bersumber pada perbedaan antara pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dan
tingkat pertumbuhan yang sebenarnya tercapai, masalah pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri,masalah pertumbuhan berkaitan dengan keteguhan atau
stabilitas pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Kontribusi pertanian dalam pembangunan
ekomomi (Todaro,2011) yaitu; pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap
pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan,pertanian sebagai penyedia bahan baku, kontribusi
dalam bentuk kapital. Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor
pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian
Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian sasaran mensejahterakan petani, menyediakan lapangan
pekerjaan, Sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah, Merupakan pasar input bagi
agroindustri, menghasilkan devisa, meningkatkan pendapatan nasional, mempertahankan kelestarian
sumber daya. Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor pertanian menjadi penting
dalam proses pembangunan, yaitu; sektor pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input
sektor lain, terutama sektor industri (Agroindustri), sebagai negara agraris populasi disektor pertanian 5
(pedesaan) membentuk proporsi yang sangat besar. Hal ini menjadi pasar yang sangat besar bagi
produk- produk dalam negeri terutama produk pangan. Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang
terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor pertanian merupakan sumber daya
alam yang memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain. Proses pembangunan yang ideal
mampu menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan komperatif baik untuk
kepentingan ekspor maupun substitusi impor. (Tambunan, 2009). Negara Indonesia merupakan negara
yang sejak dahulu dikenal sebagai negara agraris. Negara agraris meruapakan negara yang bertumpu
pada sektor pertanian. Hal itu dikarenakan, hasil pertanian dan perkebunan dikenal sangat melimpah di
negara ini hingga bisa diekspor ke beberapa negara.Sehingga hal itu bisa meningkatkan ekspor dan
pendapatan ekonomi negara Indoensia dan menjadi penopang hidup masyarakat Indonesia khusunya
para petani.Karena Indonesia menjadi negara agraris dan unggul di sektor pertaniannya maka banyak
daerah – daerah di Indonesia sebagai lumbung padi dan berasnya bagi Indonesia. Sektor pertanian yang
merupakan sektor dominan memberi sumbangan berarti bagi perekonomian Jawa Tengah sebesar
20,43% dengan pertumbuhan riil sebesar 2,78%. Pada tahun 2007, provinsi ini mampu menghasilkan
8,44 juta ton padi sawah pada saat terjadi peyusutan lahan sawah sebesar 0,16 % sedangkan luas lahan
bukan sawah mengalami peningkatan 0,07% (Anonim, 2008).Dalam beberapa dekade ini, Provinsi Jawa
Tengah menjadi salah satu penopang produksi beras nasional, disamping Jawa Barat dan Jawa Timur. 6
Salah satu wilayah yang dikenal dengan lumbung berasnya adalah Kabupaten Klaten yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah. Klaten sebagai salah satu lumbung padi yang sangat terkenal di Indonesia.
Tepatnya adalah wilayah di Kecamatan Delanggu dengan produknya yang sangat istimewa di hati
masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah yaitu berupa beras delanggu. Beras delanggu
merupakan beras yang sangat terkenal di Jawa Tengah sehingga masyarakat Jawa Tengah banyak yang
mengonsumsi beras delanggu berbagai jenis mulai dari C4, membramo, menthik wangi, hingga rojolele.
Para petani khususnya di Kecamatan Delanggu pada waktu itu sangat makmur dan sejahtera karena
hasil yang berlimpah akibat dari panen padi dan penjualan beras delanggu. Harga padi waktu pada
waktu itu pun masih terbilang tinggi. Sebagai pusat pertumbuhan dan pengembangan wilayah
Kabupaten Klaten bagian utara dan timur, Kota Delanggu mengalami perkembangan yang relatif cepat
bila dibandingkan dengan daerah-daerah di sekitarnya.Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya
lahan pertanian yang berubah menjadi lahan terbangun, baik berfungsi sebagai permukiman maupun
komersil yang disebabkan oleh adanya pertambahan jumlah penduduk dengan segala aktivitasnya.
Secara umum penggunaan lahan di Kota Delanggu pada tahun 2009 didominasi oleh lahan pertanian
dengan persentase sekitar 53,40 %, sedangkan sisanya telah berubah menjadi kawasan terbangun yaitu
sebesar 46,60 % dari total luas keseluruhan, dengan rincian luas penggunaan lahan untuk permukiman
29,86 %, perdagangan dan jasa 5,40 %, fasilitas umum 2,47 % serta sisanya berupa penggunaan untuk
industri dan campuran (BPS Kabupaten Klaten,2009). 7 Serangan hama wereng pada tahun 2010
menyebabkan luas panen padi sawah turun sebesar 11.29% bila dibandingkan terhadap tahun 2009 =
61,543 Ha. Kegagalan pada tanaman padi sawah, menyebabkan para petani beralih ketanaman palawija.
Keadaan ini mengakibatkan luas panen jagung naik sebesar 13.42%, kedele naik sebesar 7,91%, Ubi
kayu naik sebesar 171,68% (BPS Kabupaten Klaten,2009). Padahal sektor pertanian yang oleh beberapa
pihak luar (diantaranya pihak Bank Indonesia Surakarta dan Pemerintah Provinsi Jawa tengah) diakui
sebagai sektor unggulan di Kabupaten Klaten, memiliki nilai LQ pada tahun 2008 dan 2009 sebesar
1,08 dan 1,09, sehingga bisa disimpulkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Klaten memiliki potensi
yang cukup baik, dan sektor ini menyumbang rata-rata sebesar 21% terhadap total PDRB Kabupaten
Klaten. Berdasarkan tata guna lahannya, 51,41% tanah di lingkungan Kabupaten Klaten digunakan
sebagai lahan persawahan dengan kondisi tanah yang cukup subur. Selama bertahun-tahun. Kabupaten
Klaten merupakan penyangga pangan di lingkungan Provinsi Jawa Tengah dengan produk unggulannya
berupa beras Delanggu (www.jatengprov.go.id). Dua kondisi ini merupakan alasan mengapa pihak
Provinsi Jawa Tengah memprediksikan bahwa Kabupaten Klaten sangat potensial untuk dijadikan
kawasan agropolitan, yaitu kawasan yang berbasis pertanian yang berkelanjutan sehinga sektor
pertanian dapat terus dijadikan sektor unggulan di Kabupaten Klaten.

Berrdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten Klaten mempunyai


struktur tanah yang sangat baik terutama disektor 8 pertanian. Namun pada kenyataannya sekarang
pemerintah Kabupaten Klaten masih kurang perhatian dalam mengelola sektor pertanian yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti sektor-sektor potensial apa
saja yang ada di Kabupaten Klaten sehingga dapat menjadi acuan bagi pemerintah Kabupaten Klaten
untuk bisa menentukan kebijakan ekonomi terhadap besarnya investasi pada sektor pertanian.
BAB III

KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Jadi
pertanian merupakan sektor yang menyumbang setengah dari perekonomian Indonesia melalui
sumbangan devisa dalam orientasi pasar ekspor produk karet, kopi, kakao, teh dan minyak sawit.
Perkebunan merupakan penyedia lapangan pekerjaan di pedesaan dan daerah terpencil, dan
merupakan penyerap tenaga kerja yang cukup signifikan. Demikian juga peran agroindustri dalam
memoles hasil pertanian melalui teknologi tertentu menjadi barang yang sangat bermanfaat dan
bernilai tinggi, baik untuk konsumsi lokal maupun manca negara. Namun pengolahan hasil industri
pertanian tersebut menghadapi hambatan mana kala teknologi yang digunakan tidak tepat guna, dan
akhirnya akan menurunkan nilai produk tersebut yang akhirnya memangkas keuntungan yang
seharusnya didapat. Hal ini perlu dicermati sehingga dilakukan antisipasi dan upaya lain yang tepat.

Kekayaan Indonesia berupa lahan pertanian juga merupakan aset penting untuk agrowisata. Dengan
pengolahan yang baik hasil perkebunan ini dan pemeliharaan terhadap kebersihan dan keindahannya,
maka nilai agrowisatanya akan memberikan devisa yang cukup tinggi bagi negara.
daftar pustaka
Makalah perkembangan ekonomi pertanian di Indonesia/yeni adriani
http://cubbytembem.blogspot.com/2014/11/makalah-perkembangan-ekonomi-pertanian.html
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018 Tertinggi Dalam 4 Tahun/ocky anugrah mahesa
http://finansial.klikpositif.com/baca/45607/bps--pertumbuhan-ekonomi-tahun-2018-tertinggi-dalam-4-
tahun
Pemberdayaan masyarakat petani dan menyusuri/ravik karsidi
https://core.ac.uk/download/pdf/12345698.pdf

Anda mungkin juga menyukai