Anda di halaman 1dari 15

Makalah

MEWUJUDKAN KEBIJAKAN
PERTANIAN YANG PRO-PETANI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
MELI JULIYATI
2105905010001
SAFRINA
2005905010127
LINDA SAFITRI
2105905010032
NORA AFRIDAYANTI
2105905010027

MATA KULIAH KEBIJAKAN INDUSTRI AGRARIS DAN MARITIM


DOSEN PEMBIMBING: RAMAN DHAWIS SANDIKA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mewujudkan Kebijakan
Pertanian Yang Pro-Petani”. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW. Setiap muslim dibelahan dunia manapun berharap akan
syafaatnya kelak dihari kiamat.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kebijakan pertanian
disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari tim
penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Teuku Umar.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan perbuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Meulaboh, 06 April 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................3


1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5


2.1 Kebijakan Pertanian Dan Marginalisasi Petani ..................................................5
2.2 Belajar Dari Kegagalan Kebijakan Pertanian ................................................... 8
2.3 Menyusun Strategi Kebijakan Pembangunan Pertanian Ke Depan .................. 9
2.4 Solusi Kebijakan Pertanian Indonesia Ke Depan.............................................. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13
3.2 Saran ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pertanian di Indonesia merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja, namun
sektor pertanian belum cukup mampu menjadikan petani itu sendiri sejahtera, mengingat
sebagian besar petani di Indonesia bersifat subsisten yang hanya mencukupi keluarganya saja
belum dapat berkembang Ironisnya lagi perkembangan fungsi dan peran sektor ini tidak
berdampak nyata terhadap mayoritas masyarakat yang bergantung didalamnya. Kondisi ini
berjalan sedemikian rupa, sehingga tanpa terasa telah terjadi ketimpangan yang cukup
mencolok yang menimbulkan masalah baru dalam proses pembangunan nasional.
Di samping kepincangan ekonomi, yang paling meresahkan saat ini adalah lambannya
pertumbuhan atau peningkatan produktivitas komoditas-komoditas unggulan baik nasional,
regional maupun daerah. Kelambanan tidak hanya dalam peningkatan kuantiitas produksi saja
tetapi juga dalam peningkatan kualitas dan kontinuitas. Ketiga hal ini merupakan faktor kunci
untuk dapat bersaing dalam pasar global. Saat ini, jangankan untuk bersaing di pasar global,
untuk memenuhi kebutuhan nasional saja negara kita masih tertatih-tatih, sehingga dijadikan
sebagai pasar yang sangat empuk dan potensial bagi negara-negara maju.
Negara harus melindungi petani, mereka tidak boleh menderita karena sebuah
kebijakan. Petani harus dilindungi dan tidak boleh menderita karena sebuah kebijakan. Akan
tetapi, kita juga memikirkan konsumen kita, rakyat agar juga bisa membeli dalam harga
terjangkau. Baru setelah itu, barangkali mereka yang bergerak di bidang usaha makanan,
impor-ekspor, pengolahan penggilingan yang keadaannya lebih baik dibandingkan petani.
Nampaknya tugas pembinaan dan pembimbingan serta pengawasan secara serius dan
berkelanjutan ini tidak bisa dilakukan oleh aparat pemerintah. Oleh karena itu Tenaga atau
badan ini akan berada antara petani dan pemerintah, akan menjadi jembatan antara petani dan
pemerintah. Tenaga atau badan ini harus bertanggung jawab atas keberhasilan petani sebagai
binaannya dan juga harus bertanggung jawab kepada pemerintah yang membiayainya.
Penguatan lembaga petani dan perubahan sistem pemberdayaan ini diyakini akan mampu
merubah keadaan, dan akan mampu menggali dan membangkit potensi petani dan wilayahnya
untuk menggapai "keluarga petani yang sejahtera".
Pembangunan sebagai upaya sadar dan terencana dalam mengolah dan memanfaatkan
sumberdaya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, idealnya memadukan
3
perimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu pembangunan yang memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memiliki
kebutuhan mereka sendiri keseimbangan antara dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan
menjadikan kunci yang harus diperhatikan dalam merumuskan kebijakan pembangunan.
Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi, meskipun
kontribusi sektor pertanian secara keseluruhan sangat besar terhadap perekonomian nasional,
namun kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan. Sekitar 50-60 persen penduduk atau
masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan. Selanjutnya, sekitar 70-80 persen kelompok
masyarakat ini termasuk golongan miskin dengan usaha pertanian, perikanan dan kehutanan,
yang masih tradisional dan bersifat subsisten. Minimnya akses terhadap informasi dan sumber
permodalan, menyebabkan masyarakat petani tidak dapat mengembangkan usahanya secara
layak ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimanakah pengertian kebijakan pertanian dan marginalisasi petani?
b. Bagaimanakah belajar dari kegagalan kebijakan pertanian?
c. Bagaimanakah menyusun strategi kebijakan pembangunan pertanian ke depan?
d. Bagaimanakah solusi kebijakan pertanian Indonesia ke depan?

1.3 TUJUAN MASALAH


a. Untuk mengetahui bagaimana pengertian kebijakan pertanian dan marginalisasi
petani.
b. Untuk memahami mengenai belajar dari kegagalan kebijakan pertanian.
c. Untuk memahami menyusun strategi kebijakan pembangunan pertanian ke depan.
d. Untuk menambah wawasan mengenai solusi kebijakan pertanian Indonesia ke
depan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEBIJAKAN PERTANIAN DAN MARGINALISASI PETANI


A. Kebijakan Pertanian
Kebijakan pertanian menjelaskan serangkaian hukum terkait pertanian domestik dan
impor hasil pertanian. Pemerintah pada umumnya mengimplementasikan kebijakan pertanian
dengan tujuan untuk mencapai tujuan tertentu di dalam pasar produk pertanian domestik.
Tujuan tersebut bisa melibatkan jaminan tingkat suplai, kestabilan harga, kualitas produk,
seleksi produk, penggunaan lahan, hingga tenaga kerja.
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum kebijakan
pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih
produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan
kesejahteraan petani rneningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat
maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraruran tertentu; ada yang berbentuk Undang-
undang, Peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain- lain.
Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang b-ersifat pengatur (regulating
policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil merata (distributive policies).
Snodgrass dan Wallace (1975) mendefenisikan kebijakan pertanian sebagai usaha
pemerintah untuk mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih
tinggi secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan Komoditi yang diprogramkan, produksi
bahan makanan dan serat, pemasaran, perbaikan structural, politik luar negeri, pemberian
fasilitas dan pendidikan. Widodo (1983) mengemukakan bahwa politik pertanian adalah
bagian dari politik ekonomi di sektor pertanian, sebagai salah satu sektor dalam kehidupan
ekonomi suaru masyarakat.
Dalam hal ini Adapun kebijakan pertanian dibagi menjadi 3 kebijakan dasar, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan komoditi yang meliputi kebijakan harga komoditi, distorsi harga komoditi,
subsidi harga komoditi, dan kebijakan ekspor.
2. Kebijakan faktor produksi yang meliputi kebijkan upah minimum, pajak dan subsidi faktor
produksi, kebijakan harga faktor produksi, dan perbaikan kualiatas faktor produksi.
3. Kebijakan makro ekonomi yang dibedakan menjadi kebijakan anggaran belanja, kebijakan
5
fiscal, dan perbaikan nilai tukar.
Dalam pembangunan nasional, sektor pertanian menempati priotitas penting. Sebagai
komoditas pertaman, pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar,
dianggap strategis, serta sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional dan bahkan politis.
Terpenuhinya pangan secara kuantitas dan kualitas merupakan hal yang sangat penting
sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seluruhnya dalam jangka panjang.
B. Marginalisasi Petani
Marjinalisasi merupakan proses peminggiran atau pembatasan. Marjinalisasi juga
didefinisikan sebagai pembatasan dari partisipasi di dalam masyarakat disebabkan tidak
terakomodasinya mereka ke dalam pasar tenaga kerja. Marjinalisasi merupakan proses
peminggiran atau pembatasan di dalam masyarakat disebabkan tidak terakomodasinya mereka
ke dalam pasar tenaga kerja peminggiran atau pembatasan bagi petani, proses penyingkiran
petani dari pekerjaan asalnya sebagai petani (sutaryono 2013).
Adapun bentuk-bentuk marginalisasi pertanian adalah sebagai berikut ini:
a. Penyempitan lahan pertanian. Akibat banyaknya pembangunan industri di daerah
pedesaan, banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi pabrik-pabrik dan
pemukiman warga.
b. Tidak adanya sertifikat kepemilikan lahan. Banyak petani yang tidak dapat mengakses
bantuan pemerintah karena mereka tidak memiliki sertifikasi lahan pertanian. Hal
tersebut diperparah dengan belum adanya kesadaran petani untuk mensertifikasi lahan
pertanian mereka.
c. Sulitnya akses permodalan. Selama ini, perbankan masih kerap memberikan bunga
pinjaman yang tinggi kepada petani.
Konversi lahan sangat sulit dihindari karena faktor faktor ekonomi yang tercermin dari
rendahnya land rent lahan untuk pertanian dibandingkan dengan kegiatan sektor lain . rasio
land rent adalah 1:500 untuk kawasan industri dan 1:600 untuk kawasan perumahan (Nasoetion
dan Winoto). Di jaman sekarang ini terlalu banyak orang yang memikirkan kepentingan pribadi
dibanding dengan kepentingan bersama , seperti hal nya mereka yang seenaknya mengambil
lahan pertanian yang menggantinya dengan tempat tempat industri dan perumahan. Padahal
secara tidak langsung dengan cara seperti itu mereka akan perlahan merusak alam.
Dengan banyaknya alih fungsi lahan ini menyebabkan merosotnya ketahananpangan di
Indonesia, sehingga Indonesia mengimpor bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan
di dalam negeri. Hal tersebut menyebabkan petani dalam negeri semakin terjepit, selain itu
6
Indonesia lebih banyak mengimpor dari pada mengekspor dalam segi pangan. Sehingga
menyebabkan devisa negara menjadi menurun, maka dari itu kebijakan pertanian di bidang
lahan pertanian sangat penting adanya.
Kebijakan pertanian yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan untuk mengatur alih fungsi lahan yang sembarangan dengan bebasnya
mengalih fungsikan dari lahan pertanian ke sektor lain seperti ke sektor industri,
pariwisata maupun perumahan.
Kebijakan ini harus di tindak tegas, kalau tidak lahan pertanian di Indonesia akan semakin
terdesak karena tidak adanya kebijakan yang tegas dalam alih fungsi lahan ini. Terlebih
lagi para investor yang kerap kali mendesak dan membodohi para petani untuk alih fungsi
lahan demi kepentingan pribadinya. Yang menyebabkan lahan pertanian yang semakin
sempit dan juga petani semakin terhimpit yang lama-kelamaan akan beralih ke profesi
yang lain.
2. Kebijakan untuk menghapuskan pajak lahan bagi sektor pertanian. Kebijakan ini
tentu sangat efektif untuk mengatasi alih fungsi lahan yang dilakukan petani pada zaman
sekarang, yang menyebabkan berhektar-hektar lahan pertanian beralih kesektor lain
sehingga negara sangat banyak kehilangan sektor pertanian.
Petani kerap kali tercekik dengan pajak lahan yang disamakan dengan sektor lainnya
seperti pariwisata, industri yang penghasilan sektor tersebut tidak sebanding dengan
sektor pertanian. Sehingga menyebabkan kebanyakan petani menjual lahan mereka
karena tidak bisa membayar pajak yang tinggi yang tidak sebanding dengan produktivitas
pertanian itu sendiri. Sehingga kalau pajak untuk lahan disektor pertanian dihapuskan,
para petani tidak akan menjual lahan mereka dan mereka akan meningkatkan
produktivitas usahataninya.
3. Kebijakan untuk melindungi lahan pertanian serta memberikan penghargaan bagi petani
yang mampu mempertahankan lahan mereka.
Mengingat banyaknya alih fungsi lahan membuat lahan pertanian setiap tahunnya
menyempit yang menyebabkan tidak mencukupinya kebutuhan pangan serta petani di
Indonesia tetap miskin. Kebijakan ini dibuat untuk tidak adanya alih fungsi lahan lagi
dan petani tidak akan beralih ke profesi lainnya. Dengan diberikan penghargaan, tentu
petani akan merasa dihormati sehingga akan meningkatkan produktivitasnya.

7
2.2 BELAJAR DARI KEGAGALAN KEBIJAKAN PERTANIAN
Model pembangunan pertanian Indonesia dari dulu hingga saat sekarang, sebagian
besar merupakan penggulangan sejarah pelaksanaan kebijakan pembangunan di masa lalu.
Perhatian lebih banyak diberikan pada proses bagian hulu seperti akses sumber daya lahan,
penyediaan berbagai sarana produksi dan teknik produksi. Idiologi penyediaan pangan pangan
adalah pangan murah. Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia dari masa kemasa tidak
menunjukkan perubahan yang berarti. Ditemukan adanya kebijakan pembangunan pertanian
setelah kemerdekaan yang menggulang kebijakan pada zaman kolonial.
Perhatian yang serius terkait aspek hilir yaitu kebijakan harga yang layak masih sangat
terbatas atau bahkan terabaikan. Persoalan pertanian tidak dapat dipandang sebagai persoalan
sektoral, tetapi harus ditempatkan sebagai persoalan negara. Implementasi pembangunan
pertanian belum dapat meningkatkan kesejahteraan petani selama ini, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan nilai tukar petani yang relatif tidak menunjukkan peningkatan. Kehidupan
petani Indonesia makin sulit karena memang laju kehidupannya dibiarkan berlanjut tanpa
jaminan hak hidup yang lebih baik dari negara. Implementasi reformasi agraria sebagai salah
satu jalan peningkatan kesejahteraan petani masih berjalan ditempat.
Ketimpangan dalam hal struktur kepemilikan dan penguasaan tanah dibiarkan tetap
berlangsung sehingga menyebabkan ketimpangan pula dalam distribusi pendapatan dari sektor
pertanian. Para petani yang memiliki tanah luas akhimya memperoleh tingkat pendapatan yang
lebih baik. Selama ini pula, kebijakan pembangunan pertanian cenderung bersifat lamban dan
hanya tepaku pada satu bidang saja. Bentuk penanganan pertanian tersebut, tercermin dari
kebijakan pertanian yang cenderung mengarah pada pengaturan perdagangan dan bukannya
memperkuat basis ekonomi petani. Pemerintah cenderung lebih memilih mengimpor barang
kebutuhan dari luar negeri. Akibatnya, Indonesia diserbu produkproduk pertanian impor dan
hal ini memicu hancurnya pertanian dalam negeri.
Penurunan pertumbuhan pertanian tersebut disebabkan pemerintah dari setiap periode
pemerintahan tidak memiliki komitmen kuat pada sektor pertanian. seharusnya yang dilakukan
pemerintah adalah fokus pada tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi
produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat.

8
2.3 MENYUSUN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KE
DEPAN
Peran mutlak pemerintah antara lain membuat regulasi dan kebijakan, menyediakan
public good seperti jalan usahatani, irigasi, memberikan kepastian usaha, melindungi dari
fluktuasi harga, praktek ekonomi biaya tinggi, gagal panen, peringatan dini iklim,
meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan petani. Ada 5 strategi pembangunan pertanian
untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing berkelanjutan, seperti:
1. Peningkatan kapasitas produksi, yaitu menghemat biaya tenaga kerja dan biaya lainnya
yang berarti meningkatkan laba petani.
2. Diversifikasi pangan lokal, merupakan upaya untuk mendorong masyarakat agar
memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis
saja.
3. Penguatan cadangan, adalah persediaan bahan pangan pokok yang disimpan oleh
pemerintah dan masyarakat yang dapat dimobilisasi secara cepat untuk keperluan
konsumsi maupun menghadapi keadaan darurat dan antisipasi terjadinya gejolak harga.
4. Sistem logistik pangan, adalah mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pengadaaan pangan, transportasi, pergudangan, distribusi, teknologi, aliran informasi, dan
aliran uang, dari penyedia pangan sampai pengguna akhir.
5. Pengembangan pertanian modern, yaitu meningkatkan produktivitas dan efisiensi
pertanian. Metode ini muncul untuk merespon kebutuhan ketahanan pangan global yang
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
6. Gerakan tiga kali ekspor, merupakan ajakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) agribisnis untuk melakukan gerakan
bersama meningkatkan ekspor pertanian tiga kali lipat.

2.4 SOLUSI KEBIJAKAN PERTANIAN INDONESIA KE DEPAN


A. Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan SDM serta Kelembagaan Usaha
di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha pertanian di tanah
air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia dan kelembagaan usaha dalam
hal penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil. Hal tersebut disebabkan oleh
karena pembinaan SDM pertanian selama ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan
produksi (budidaya) pertanian, sedangkan produktivitas dan daya saing usaha agribisnis
9
sangat ditentukan oleh kemampuan pelaku usaha yang bersangkutan dalam mengelola produk
yang dihasilkan (pasca panen dan pengolahan hasil) serta pemasarannya.
Adapun beberapa kebijakan operasional terkait dengan strategi tersebut adalah
sebagai berikut ini:
 Meningkatkan penyuluhan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan di bidang pasca
panen, pengolahan serta pemasaran hasil pertanian.
 Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pascapanen, pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang langsung dikelola oleh petani/kelompok tani.

B. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Inovasi Dan Diseminasi Teknologi Pasca


Panen Dan Pengolahan .
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan kepada usaha
produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya upaya-upaya inovasi teknologi
pasca panen dan pengolahan serta diseminasinya. Hal tersebut mengakibatkan lemahnya daya
saing dan kecilnya nilai tambah yang dapat dinikmati oleh petani, sehingga kesejahteraan
tidak meningkat dari tahun ketahun. Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk
pertanian maka perlu ditingkatkan upaya-upaya inovasi teknologi pasca panen dan
pengolahan hasil pertanian serta diseminasinya.
Adapun dalam hubungan tersebut, beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
 Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi teknologi
seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel swasta dalam rangka
pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna.
 Mengembangkan bengkel alsin pascapanen dan pengolahan hasil.
 Mengembangkan sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan) terhadap inovasi
teknologi yang dilakukan oleh masyarakat.
 Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan teknologi pascapanen dan
pengolahan hasil pertanian.
 Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala usaha,tampilan terhadap
produk olahan yang dihasilkan oleh para pelaku usaha.

10
C. Kebijakan Pertanian Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil
Kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian baik
produk segar maupun olahan hasil pertanian adalah mutu produk yang baik dan efisiensi
dalam proses produksi maupun pada tahap pemasarannya. Mutu produk dan efisiensi akan
berpengaruh langsung terhadap harga dari setiap produk bersangkutan. Kebijakan dalam
rangka meningkatkan mutu dan efisiensi produksi dan pemasaran hasil pertanian di antaranya
adalah:
 Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian;
 Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;
 Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GAP, GHP danGMP;
 Mengembangkan kelembagaan pemasaran yang dikelola oleh kelompoktani di sentra
produksi;
 Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.
 Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada bidang
pemasaran hasil pertanian

D. Kebijakan Pertanian Meningkatkan Pangsa Pasar Baik Di Pasar Domestik


Maupun Internasional.
Pasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha agribisnis; oleh karena
itu maka pengembangan pemasaran haras selalu dilakukan sejalan dengan pengembangan
usaha produksi. Seperti usaha industri pada umumnya, sistem usaha produksi pertanian atau
agribisnis dimulai dengan salah satu kegiatan pemasaran yaitu Riset Pasar. Dari kegiatan
riset pasar dihasilkan informasi pasar yaitu antara lain berapa potensi pasar dan harga. Sub
sistem selanjutnya adalah perencanaan produksi, termasuk penentuan desain produk, volume
dan waktu. Dalam sistem budidaya pertanian, perencanaan tersebut lazim disebut sebagai
penentuan pola tanam atau penentuan luas tanam untuk tanaman semusim.

Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga produk yang
bersangkutan tetap berada pada tingkat harga yang wajar berdasarkan keseimbangan
kebutuhan dan pasokan atas produk yang bersangkutan. Sub sistem selanjutnya adalah
kegiatan pemasaran yang meliputi: promosi, penjualan dan diakhiri dengan distribusi
(delivery).
11
Dalam hubungan tersebut maka beberapa kebijakan dalam pengembangan pasar ialah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan kegiatan riset pasar
2. Meningkatkan pelayanan informasi pasar;
3. Meningkatkan promosi dan diplomasi pertanian;
4. Mengembangkan infrastruktur dan sistem pemasaran yang efektif dan adil.
5. Rasionalisasi impor produk pertanian.
6. Memfasilitasi pengembangan investasi dalam pengembangan infrastruktur pemasaran.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
 Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum
kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian
menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat
penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat.
 Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat petani di
Indonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian yang tidak
stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian diantaranya adalah: Kebijakan dibidang
lahan, perangkutan, teknologi dan invormasi, dan usaha pasca panen dan pemasaran.
 Marjinalisasi merupakan proses peminggiran atau pembatasan. Marjinalisasi juga
didefinisikan sebagai pembatasan dari partisipasi di dalam masyarakat disebabkan
tidak terakomodasinya mereka ke dalam pasar tenaga kerja. Marjinalisasi merupakan
proses peminggiran atau pembatasan di dalam masyarakat disebabkan tidak
terakomodasinya mereka ke dalam pasar tenaga kerja peminggiran atau pembatasan
bagi petani, proses penyingkiran petani dari pekerjaan asalnya sebagai petani.

3.2 SARAN
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada
pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi
yang berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi. Selain itu kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa
memperbaikinya untuk masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Araf Al dan Puryadi Awan. 2002. Perebutan Kuasa Tanah. Yogyakarta: Lappera Pustaka
Utama.

Bachriadi, Dianto & Anton Lucas. 2001. Merampas Tanah Rakyat, Kasus Tapos dan cimactn
Jakarta: Kepustakaan populer Gramedia.

Bremary Jan & Gunawan Wiradi. 2004. Masa Cerah dan Masa Suram Di Pedesaan lawa
(Studi l (asus Dinamika Sosio-Ekonomi Di Dua Desa Menjelang Akhir Abad le-20).
Jakarta: LP3ES.

Damanik, Jayadi. 2002. Pembaruan Agraria dan Hak Asasi petani. Yogyakarta: Lapera
Pustaka Utama.

Djoko Suseno dan Hempri Suyatnal. 2007. Mewujudkan Kebijakan Pertanian yang Pro-
Petani. jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 10 Nomor 3 Q 67-294 ISSN:
14104946.

I Gusti Ayu Agung Lies Anggreni. 2016. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar.

Khudori. 2005. Lnpar: Negeri Salah Urus. Yogyakarta: Resist Book.

Sajogyo dan Sumantoro Martowijoyo. 2005. Pemberdayaan Ekonomi Ralcyat Dalam Knncah
Globalisasi. Bogor: Yayasan Sajogyo Utama.

Sayafa'aat, Simatupang, dan Mardianto, Khudori. 2005. Pertanian Menjawab Tantangan


Ekonomi Nasional, Argumentasi Teoritis, Faktual dan Strategi Kebijakan. Yogyakarta:
Lapera pustaka Utama.

Soetarto Endriatmo & Moh. Shohibudin. 2004. Reforma Agraria Sebagai Basis Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan. lurnal Pembaruan Disa dan Agraria, Reforma Agraria;
Tantangan dan Agenda Kerja Pemerintahan Baru 2004-2009. Yogyakarta: Lapera
Indonesia.

Suseno, Djoko dan Suyatna, Hempri. 2006. Quo Vadis Petani Indonesia! Terhempasnya Anak
Bangsa Dari Sektor Pertanian. Yogyakarta: Aditya Media.

IJsman, Sunyoto. 2004. Politik Pangan. Yogyakarta: CIRED.

Wiryono P. 2006. Pembangunan Pertanian lndonesia Ke Depan: Ke Mana Mau Diarahkan?


(sebuah Pencarian Dalam Terang Baru), dalam Reaitalisasi Pertanian Dan Dialog
Peradaban. Jakarta: Kompas.

14

Anda mungkin juga menyukai