MEWUJUDKAN KEBIJAKAN
PERTANIAN YANG PRO-PETANI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
MELI JULIYATI
2105905010001
SAFRINA
2005905010127
LINDA SAFITRI
2105905010032
NORA AFRIDAYANTI
2105905010027
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.2 BELAJAR DARI KEGAGALAN KEBIJAKAN PERTANIAN
Model pembangunan pertanian Indonesia dari dulu hingga saat sekarang, sebagian
besar merupakan penggulangan sejarah pelaksanaan kebijakan pembangunan di masa lalu.
Perhatian lebih banyak diberikan pada proses bagian hulu seperti akses sumber daya lahan,
penyediaan berbagai sarana produksi dan teknik produksi. Idiologi penyediaan pangan pangan
adalah pangan murah. Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia dari masa kemasa tidak
menunjukkan perubahan yang berarti. Ditemukan adanya kebijakan pembangunan pertanian
setelah kemerdekaan yang menggulang kebijakan pada zaman kolonial.
Perhatian yang serius terkait aspek hilir yaitu kebijakan harga yang layak masih sangat
terbatas atau bahkan terabaikan. Persoalan pertanian tidak dapat dipandang sebagai persoalan
sektoral, tetapi harus ditempatkan sebagai persoalan negara. Implementasi pembangunan
pertanian belum dapat meningkatkan kesejahteraan petani selama ini, hal ini dapat dilihat dari
perkembangan nilai tukar petani yang relatif tidak menunjukkan peningkatan. Kehidupan
petani Indonesia makin sulit karena memang laju kehidupannya dibiarkan berlanjut tanpa
jaminan hak hidup yang lebih baik dari negara. Implementasi reformasi agraria sebagai salah
satu jalan peningkatan kesejahteraan petani masih berjalan ditempat.
Ketimpangan dalam hal struktur kepemilikan dan penguasaan tanah dibiarkan tetap
berlangsung sehingga menyebabkan ketimpangan pula dalam distribusi pendapatan dari sektor
pertanian. Para petani yang memiliki tanah luas akhimya memperoleh tingkat pendapatan yang
lebih baik. Selama ini pula, kebijakan pembangunan pertanian cenderung bersifat lamban dan
hanya tepaku pada satu bidang saja. Bentuk penanganan pertanian tersebut, tercermin dari
kebijakan pertanian yang cenderung mengarah pada pengaturan perdagangan dan bukannya
memperkuat basis ekonomi petani. Pemerintah cenderung lebih memilih mengimpor barang
kebutuhan dari luar negeri. Akibatnya, Indonesia diserbu produkproduk pertanian impor dan
hal ini memicu hancurnya pertanian dalam negeri.
Penurunan pertumbuhan pertanian tersebut disebabkan pemerintah dari setiap periode
pemerintahan tidak memiliki komitmen kuat pada sektor pertanian. seharusnya yang dilakukan
pemerintah adalah fokus pada tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan
pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi
produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat.
8
2.3 MENYUSUN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KE
DEPAN
Peran mutlak pemerintah antara lain membuat regulasi dan kebijakan, menyediakan
public good seperti jalan usahatani, irigasi, memberikan kepastian usaha, melindungi dari
fluktuasi harga, praktek ekonomi biaya tinggi, gagal panen, peringatan dini iklim,
meningkatkan kapasitas SDM dan kelembagaan petani. Ada 5 strategi pembangunan pertanian
untuk mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing berkelanjutan, seperti:
1. Peningkatan kapasitas produksi, yaitu menghemat biaya tenaga kerja dan biaya lainnya
yang berarti meningkatkan laba petani.
2. Diversifikasi pangan lokal, merupakan upaya untuk mendorong masyarakat agar
memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis
saja.
3. Penguatan cadangan, adalah persediaan bahan pangan pokok yang disimpan oleh
pemerintah dan masyarakat yang dapat dimobilisasi secara cepat untuk keperluan
konsumsi maupun menghadapi keadaan darurat dan antisipasi terjadinya gejolak harga.
4. Sistem logistik pangan, adalah mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pengadaaan pangan, transportasi, pergudangan, distribusi, teknologi, aliran informasi, dan
aliran uang, dari penyedia pangan sampai pengguna akhir.
5. Pengembangan pertanian modern, yaitu meningkatkan produktivitas dan efisiensi
pertanian. Metode ini muncul untuk merespon kebutuhan ketahanan pangan global yang
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
6. Gerakan tiga kali ekspor, merupakan ajakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) agribisnis untuk melakukan gerakan
bersama meningkatkan ekspor pertanian tiga kali lipat.
10
C. Kebijakan Pertanian Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil
Kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian baik
produk segar maupun olahan hasil pertanian adalah mutu produk yang baik dan efisiensi
dalam proses produksi maupun pada tahap pemasarannya. Mutu produk dan efisiensi akan
berpengaruh langsung terhadap harga dari setiap produk bersangkutan. Kebijakan dalam
rangka meningkatkan mutu dan efisiensi produksi dan pemasaran hasil pertanian di antaranya
adalah:
Revitalisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pasca panen pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian;
Mengembangkan produksi sesuai potensi pasar;
Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan GAP, GHP danGMP;
Mengembangkan kelembagaan pemasaran yang dikelola oleh kelompoktani di sentra
produksi;
Mengupayakan sistem dan proses distribusi yang efisien.
Memfasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha pada bidang
pemasaran hasil pertanian
Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka menjaga stabilitas harga produk yang
bersangkutan tetap berada pada tingkat harga yang wajar berdasarkan keseimbangan
kebutuhan dan pasokan atas produk yang bersangkutan. Sub sistem selanjutnya adalah
kegiatan pemasaran yang meliputi: promosi, penjualan dan diakhiri dengan distribusi
(delivery).
11
Dalam hubungan tersebut maka beberapa kebijakan dalam pengembangan pasar ialah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan kegiatan riset pasar
2. Meningkatkan pelayanan informasi pasar;
3. Meningkatkan promosi dan diplomasi pertanian;
4. Mengembangkan infrastruktur dan sistem pemasaran yang efektif dan adil.
5. Rasionalisasi impor produk pertanian.
6. Memfasilitasi pengembangan investasi dalam pengembangan infrastruktur pemasaran.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum
kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian
menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat
penghidupan dan kesejahteraan petani meningkat.
Kebijakan pertanian dibuat untuk mensejahterakan petani, mengingat petani di
Indonesia taraf hidupnya belum sejahtera ditambah lagi keadaan pertanian yang tidak
stabil sehingga perlunya kebijakan pertanian diantaranya adalah: Kebijakan dibidang
lahan, perangkutan, teknologi dan invormasi, dan usaha pasca panen dan pemasaran.
Marjinalisasi merupakan proses peminggiran atau pembatasan. Marjinalisasi juga
didefinisikan sebagai pembatasan dari partisipasi di dalam masyarakat disebabkan
tidak terakomodasinya mereka ke dalam pasar tenaga kerja. Marjinalisasi merupakan
proses peminggiran atau pembatasan di dalam masyarakat disebabkan tidak
terakomodasinya mereka ke dalam pasar tenaga kerja peminggiran atau pembatasan
bagi petani, proses penyingkiran petani dari pekerjaan asalnya sebagai petani.
3.2 SARAN
Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada
pembaca jika ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi
yang berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi. Selain itu kami juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami sebagai penulis bisa
memperbaikinya untuk masa yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Araf Al dan Puryadi Awan. 2002. Perebutan Kuasa Tanah. Yogyakarta: Lappera Pustaka
Utama.
Bachriadi, Dianto & Anton Lucas. 2001. Merampas Tanah Rakyat, Kasus Tapos dan cimactn
Jakarta: Kepustakaan populer Gramedia.
Bremary Jan & Gunawan Wiradi. 2004. Masa Cerah dan Masa Suram Di Pedesaan lawa
(Studi l (asus Dinamika Sosio-Ekonomi Di Dua Desa Menjelang Akhir Abad le-20).
Jakarta: LP3ES.
Damanik, Jayadi. 2002. Pembaruan Agraria dan Hak Asasi petani. Yogyakarta: Lapera
Pustaka Utama.
Djoko Suseno dan Hempri Suyatnal. 2007. Mewujudkan Kebijakan Pertanian yang Pro-
Petani. jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 10 Nomor 3 Q 67-294 ISSN:
14104946.
I Gusti Ayu Agung Lies Anggreni. 2016. Kebijakan Pertanian Untuk Mensejahterakan Petani.
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar.
Sajogyo dan Sumantoro Martowijoyo. 2005. Pemberdayaan Ekonomi Ralcyat Dalam Knncah
Globalisasi. Bogor: Yayasan Sajogyo Utama.
Soetarto Endriatmo & Moh. Shohibudin. 2004. Reforma Agraria Sebagai Basis Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan. lurnal Pembaruan Disa dan Agraria, Reforma Agraria;
Tantangan dan Agenda Kerja Pemerintahan Baru 2004-2009. Yogyakarta: Lapera
Indonesia.
Suseno, Djoko dan Suyatna, Hempri. 2006. Quo Vadis Petani Indonesia! Terhempasnya Anak
Bangsa Dari Sektor Pertanian. Yogyakarta: Aditya Media.
14