Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Dampak Perekonomian Indonesia”

Dibuat oleh :

Muhammad Predian (1872050080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULITAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCA SAKTI BEKASI KAMPUS D

SEMSTER 4
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, atas rahmat, karunia, serta hidayahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Dampak Perekonomian
Indonesia”

Penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas saya yang diberikan
oleh Dosen Pengampu Bapak “Joni Tesmanto,S.Sos, M.M”

Saya harap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang luas mengenai
pembangunan ekonomi daerah. Melalui kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberikan masukan untuk menyempurnakan makalah
ini. Makalah ini masih ini masih jauh dari kata sempurna, untuk kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan.

Dan saya harap makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 25 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................1

2.1 Dampak peningkatan produksi padi terhadap kinerja ekonomi sektoral.................1

2.2 Dampak perubahan harga beras terhadap kinerja ekonomi sektoral.......................1

2.3 Dampak peningkatan produksi padi terhadap pendapatan dan kesejahteraan


golongan rumah tangga.................................................................................................1

2.4 Dampak kebijakan harga beras dan produksi padi terhadap perekonomian
Indonesia........................................................................................................................1

BAB III PENUTUP...........................................................................................................1

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................1

3.2 SARAN....................................................................................................................1

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor penting pada negara yang sedang berkembang.
Sektor pertanian berguna untuk memperbaiki mutu makanan penduduknya dan untuk
memenuhi kebutuhan pangan secara nasional. Dalam membangun bidang pertanian ada
beberapa komponen yang sangat fungsional salah satunya adalah penyuluhan pertanian.
Kegiatan penyuluhan dimaksudkan guna melaksanakan alih pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari penelitian kepada petani. Penyuluhan pertanian
memiliki tujuan sebagai sarana pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya
agar petani mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini yang
menjadi tugas penyuluh sebagai agen penyuluhan di sektor pertanian.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dampak produksi padi terhadap kinerja ekonomi sektoral
2. Untuk mengetahui harga beras terhadap kinerja ekonomi sektoral.
3. Untuk mengetahui dampak peningkatan padi terhadap pendapatan dan
kesejahteraan golongan rumah tangga di Indonesia
4. Untuk mengetahui kebijakan beras dan produksi padi terhadap perekonomian
Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dampak peningkatan produksi padi terhadap kinerja ekonomi sektoral
Sejak kuartal kedua tahun 2008 dunia dihadapkan pada krisis pangan, karena produksi
beras dunia menurun tajam. Harga beras di pasar dunia melonjak tajam mencapai 1000
dolar AS per ton, dimana pada kondisi normal hanya berkisar antara 180-300 dolar AS
per ton. Kondisi ini telah memicu terjadinya demonstrasi dan kerusuhan, terutama di
negara-negara yang mengalami krisis pangan. Untungnya, pada waktu yang sama
produksi beras Indonesia cukup normal, sehingga krisis pangan dunia tidak begitu
berdampak bagi Indonesia dari sisi pasokan. Namun demikian, krisis pangan ini
diperkirakan akan berdampak terhadap naiknya harga beras dipasar domestik seiring
dengan naiknya harga BBM (bahan bakar minyak).

Peran beras dalam perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya
terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) nasional. Dalama periode 2003-2006, PDB
Indonesia berdasarkan harga konstan pada tahun 2000 mengalami peningkatan 5,4% per
tahun. PDB sektor pertanian pada periode yang sama tumbuh 2,82%. Sumbangan
subsektor tanaman pangan, termasuk padi meningkat 2,73%. Dalam kelompok
subsektor tanaman pangan, komoditas padi meningkat 2,73%. Dalam kelompok
subsektor tanaman pangan, komoditas padi memberikan kontribusi yang paling besar.
Hal ini dapat dilihat dari produksi komoditas ini yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan lainnya. Dengan demikian,
padi mempunyai peran penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Diperkirakan lebih dari 60% penduduk Indonesia, terutama di pedesaan, terluar dalam
kegiatan usahatani padi.

2
2.2 Dampak perubahan harga beras terhadap kinerja ekonomi sektoral
Lonjakan harga pangan sepanjang maret 2012 telah menyurutkan rasa optimisme
masyarakat terhadap perekonomian Indonesia. Tak hanya itu, konsumen melihat tiga
bulan mendatang harga barang bakal terus melambung tinggi.

Survei DRI menggambarkan perilaku konsumen sudah pesimistis sejak enam bulan
silam. Kini rasa pesimistis itu sudah menyentuh dasar yakni di angka 84,8. Penyumbang
rasa pesimistis adalah menghadapi situasi sekarang. Indeks situasi sekarang melorot ke
level 70,2 pada Maret, padahal Februari masih di posisi 77,2. Tak hanya itu, tingkat
kepercayaan terhadap pemerintah juga terus merosot. Februari lalu, angkanya di 80,3.
Maret 2012 berada di 76,1.

2.3 Dampak peningkatan produksi padi terhadap pendapatan dan kesejahteraan


golongan rumah tangga
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian
Indonesia dan merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Selain itu, sektor pertanian juga menciptakan ketahanan pangan nasional dan juga
penciptaan kondisi yang kondusif pada sektor lainnya, seperti penyedia bahan baku
untuk sektor industri dan juga merupakan pasar yang potensial bagi sektor industry.

Pengembangan sektor pertanian sangat berdampak pada sektor-sektor lainnya, baik


yang mempunyai keterkaitan ke depan maupun ke belakang. Semakin tumbuh sektor
pertanian, maka sektorsektor hulu seperti industri penyedia input dan mesin-mesin
pertanian akan semakin berkembang. Selain itu juga, sektor hilir atau industri yang
menggunakan bahan baku dari output pertanian juga akan semakin berkembang.

Pembangunan pertanian secara langsung ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup


masyarakat yang sebagian besar berada pada sektor pertanian. Salah satu program yang
dijalankan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut yaitu program peningkatan
ketahanan pangan yang ditujukan kepada kemandirian masyarakat dari sumberdaya
lokal yang ditempuh melalui program peningkatan produksi pangan, terutama beras.

3
Selama ini, peningkatan produksi padi belum dapat mengimbangi kebutuhan gabah atau
beras pada penduduk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk
Indonesia yang masih relatif tinggi, sehingga kebutuhan beras sebagai makanan pokok
dari tahun ke tahun semakin tinggi

2.4 Dampak kebijakan harga beras dan produksi padi terhadap perekonomian
Indonesia.
Mubyarto (2002, dalam Sawit, M.H., et al.) menyatakan : …”Secara historis kebijakan
harga beras di Indonesia selalu berorientasi kepada konsumen yang bertujuan menjamin
persediaan beras yang cukup dengan harga rendah yang terbeli oleh konsumen. Pada
dasarnya kebijakan ini bisa dibagi menjadi tiga periode yang untuk mudahnya disebut
sebagai berikut: (i) kebijakan makanan murah (the cheap food policy), terhitung dari
masa penjajahan Belanda sampai kira-kira tahun 1959, (ii) kebijakan upah natura (the
food wage policy), selama periode inflasi dari 1959 sampai 1966, (iii) kebijakan “tekan
inflasi” (the kill inflation policy) dari 1966 sampai 1969.

Semua kebijakan itu berakibat “harga beras tertekan” yang telah kita kenal, yang pada
umumnya mengejutkan para pengamat asing, sebab Indonesia (seperti beberapa Negara
lain di Asia Tenggara) sedang bersusah payah meningkatkan produksi beras, namun
dalam pada itu merintanginya dengan menekan harga keluaran (output). Kebijakan
makanan murah berasal dari masa penjajahan Belanda dan pada masa itu dipilih oleh
karena Pemerintah Belanda yang bermaksud melayani kepentingan
perkebunanperkebunan besar, lebih menyukai mengimpor beras murah dari luar negeri.

Tujuan utamanya adalah menekan biaya produksi perkebunan-perkebunan itu sehingga


mereka dapat bersaing dengan mudah di pasar dunia. Keuntungan besar yang diterima
oleh perusahaan-perusahaan perkebunan dapat diterima pula oleh Pemerintah dalam
bentuk pungutan-pungutan pajak yang besar. Ketika periode melonjaknya inflasi mulai
terjadi pada tahun 1959, pegawai negeri atau pada umumnya para penerima upah tetap
adalah yang paling menderita.

4
Kebijakan harga untuk komoditas pangan utama/beras dimaksudkan untuk menjamin
ketersediaan dan menjaga stabilitas harga di pasar. Terdapat dua kebijakan harga, yaitu:
(i) kebijakan harga dasar dan (ii) kebijakan harga tertinggi.

Kebijakan harga dasar pada umumnya sebagai bentuk jaminan harga yang akan diterima
petani padi pada saat panen. Hal ini dimaksudkan agar petani dapat memperoleh harga
yang layak. Harga dasar ini ditetapkan oleh pemerintah. Kalau pada awalnya dikenal
dengan nama kebijakan harga dasar gabah (HDG), sekarang telah berkembang menjadi
harga pembelian pemerintah (HPP).

Untuk menjamin harga dasar yang efektif, pada saat panen pemerintah melalui Bulog
melakukan operasi pembelian gabah petani, terutama apabila harga gabah di tingkat
petani tertekan dibawah harga yang ditetapkan pemerintah. Sampai dengan tahun 1998,
Badan Urusan Logistik (Bulog) diberikan mandat oleh pemerintah untuk membeli beras
dari petani. Di samping untuk menjamin efektifitas harga dasar, pembelian gabah oleh
Bulog merupakan bagian integral dari pengadaan beras oleh pemerintah dengan dana
pangan nasional yang diperoleh dari dana kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI), yang
jumlahnya sesuai kebutuhan yang direncanakan oleh pemerintah.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian
Indonesia dan merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Selain itu, sektor pertanian juga menciptakan ketahanan pangan nasional dan juga
penciptaan kondisi yang kondusif pada sektor lainnya, seperti penyedia bahan baku
untuk sektor industri dan juga merupakan pasar yang potensial bagi sektor industry.

Peningkatan produksi padi dari tahun ke tahun tidak terlepas dari kebijakan pangan
yang selama ini telah dilakukan oleh pemerintah. Kebijakan pangan di Indonesia
bertujuan untuk mencapai ketahanan pangan dengan meningkatkan produksi pangan,
meningkatkan pendapatan usahatani, peningkatan status gizi rakyat, dan untuk
memastikan ketersediaan pasokan pangan dengan harga terjangkau.

Kebijakan harga dapat meredam fluktuasi harga yang tinggi. Oleh karenanya kebijakan
harga pertanian di negara-negara berkembang menjadi penting dan dapat memiliki
dampak yang luas. Namun demikian penerapan kebijakan harga ini seyogyanya
memperhatikan rasio/nisbah terhadap harga pangan lainnya atau harga relatif, karena
untuk bahan pangan – yang merupakan kebutuhan utama masyarakat luas – dapat
menimbulkan dampak negatif apabila itu merupakan pangan subsitusi maupun
komplementer.

6
Untuk komoditas pangan utama (beras), karena keterkaitan harga produksi pertanian di
tingkat konsumen dan di tingkat produsen bersifat asimetri, maka dapat dikatakan
bahwa kebijakan harga beras yang diterapkan oleh pemerintah lebih banyak
menguntungkan konsumen daripada produsen, artinya kebijakan stabilisasi harga yang
diterapkan lebih banyak difokuskan pada stabilitas harga konsumen, terutama kaitannya
dengan inflasi. Sementara untuk harga gabah petani, seakan tidak ada pengaruhnya
sama sekali, karena seringkali harga dasar atau harga pembelian dari petani selalu lebih
rendah dari harga pasar. Dari sisi ketahanan pangan, kebijakan harga beras yang
ditetapkan pemerintah memiliki manfaat yang cukup signifikan karena dapat menjamin
stabilitas harga dan menjamin stok yang cukup bagi masyarakat luas.

3.2 SARAN
Melalui makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami klasifikasi media pembelajaran menutut para ahli. Dan semoga dengan
makalah ini pembaca dapat mengambil manfaat.

Penulis menyadari bahwa laporan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan sarannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ipb.or.id/handle 123456789/40700.

(kemendag.go.id)

Analisis dampak kebijakan harga terhadap kesejahteraan petani padi di Indonesia


(ugm.ac.id)

Dampak Kebijakan Harga Gabah dalam Meningkatkan Produksi Padi Indonesia | Jurnal
Aplikasi Statistika & Komputasi Statistik (stis.ac.id)

√ Tanaman Padi; Pengertian, Klasifikasi, Ciri, dan Manfaatnya | DosenPertanian.Com

Anda mungkin juga menyukai