Anda di halaman 1dari 30

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STRUKTUR EKONOMI

MAKALAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas

Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu :

Aminin, SE.,M.Si.

Oleh :
1. Edgar Rekitana (2261141)
2. Ersa Putri Wibowo (2261150)
3. Inelys Junisa Salwa Prawita (2261166)
4. Shinta Desi Rachmalia (2661176)

MANAJEMEN / A3
STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga makalah yang berjudul “ PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STRUKTUR
EKONOMI ” dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 15 Maret 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
1.3 Maksud dan Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi........................................................................................5
A. Pertumbuhan Ekonomi........................................................................................................................6
B. Konsep Pendapatan Nasional..............................................................................................................6
C. Rumus Menghitung Pertumbuhan Ekonomi.......................................................................................8
D. Pendekatan Pengukuran GDP.............................................................................................................9
2.2 Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi.....................................................................................11
A. Teori dan Model Pertumbuhan Neoklasik.........................................................................................11
B. Teori Modern (model pertumbuhan Endogen)..................................................................................11
C. Perbandingan Teori Neoklasik dengan Teori Modern......................................................................12
2.3 Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia......................................................12
2.4 Struktur Perekonomian..................................................................................................................13
A. Tinjauan Makro-Sektoral.................................................................................................................14
B. Tinjauan Lain....................................................................................................................................16
C. Faktor Penentu Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi serta Investasi Suatu Negara......17
D. Perubahan Struktur Ekonomi............................................................................................................18
2.5 Potret Perekonomian Indonesia........................................................................................................20
2.6 Analisis Kuadran dan Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor..............................................................23
A. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan..................................................................23
B. Sektor Pertambangan dan Penggalian...............................................................................................25
BAB III.............................................................................................................................................................28
PENUTUP........................................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses perubahan perekonomian negara dalam
jangka waktu tertentu untuk menuju kondisi ekonomi yang lebih baik. Tahap meningkatnya
pendapatan nasional, perkambangan teknologi, dan berbagai inovasi dibidang sosial. Suatu
negara mengalami pertumbuhan ekonomi diindekasi dengan kehidupan masyarakat yang
lebih baik. Adanya pertumbuhan ekonomi ini merupakan keberhasilan pembangunan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat . pertumbuhan ekonomi menujukan pertumbuhan
produksi barang dan jasa disuatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin cepat proses pertambahan
output wilayah sehingga prosepek perkembangan wilaya semakin baik. Dengan banyaknya
sumber pertumbuhan ekonomi maka dapat ditentukan sektor prioritas pembangunan.
Sedangkan struktur ekonomi di Indonesia komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian, baik menurut lapangan usaha maupun pembagain persektol kedalam sektor
primer, sekunder dan tersier.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi?
2. Bagaimana struktur ekonomi?
3. Bagaimana potret perekonomian Indonesia?
4. Bagaimana analisis kuadran dan pertumbuhan ekonomi per sektor?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dan teori pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk mengetahui struktur ekonomi.
3. Untuk mengetahui potret perekonomian di Indonesia.
4. Untuk mengetahui analisis kuadran dan petumbuhan ekonomi per sektor.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi

Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat


pendapatan nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka
pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai
dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal
pembangunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi
berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang
jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi
ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar,
maka pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan
masyarakat per kapita dapat tercapai.

Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan


lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan
ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial. Pembangunan ekonomi
tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi. Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah
National Income.

Peningkatan Peningkatan
Pertumbuhan National
Kesejahteraan
PDB Income
rakyat

Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:

1. Pertumbuhan ekonomi

2. Distribusi pendapatan
5
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
1. Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan
national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola
konsumsinya.
2. Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi,
peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
A.Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national
income.

Peningkatan Peningkatan Peningkatan


Jumlah National Kebutuhan
Penduduk Income Sehari-hari

National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri
NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl

Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari
Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665.
Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak
disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi
modern, konsumsi bukanlah satu - satunya unsur dalam perhitungan pendapatan
nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah
Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar
pada suatu negara.

B. Konsep Pendapatan Nasional

6
a. Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di
wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal
yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP
dianggap bersifat bruto/kotor. Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
b. Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama
satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang
berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi
di wilayah negara tersebut.
c. Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung
menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.
Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud
pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti
pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

d. Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang


diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran
transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan
merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan
nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para
pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk
mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba
perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak
7
dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu
misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh
setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah
tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

e. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang


siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi
tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal
income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang
bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh
wajib pajak, contohnya pajak pendapatan. Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya
pendapatan nasional. Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

1) Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa,


bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu
periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada
perusahaan.
2) Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang
dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama
satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai
jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
3) Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk
membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode
tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran
yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga
(Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan
selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M).
C. Rumus Menghitung Pertumbuhan Ekonomi

Berikut rumus penghitungan pertumbuhan ekonomi:

g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
8
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin.

Contoh soal:
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp.
420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan
harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007?
Jawab: g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk
mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat
lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data
pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara
industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional
dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan
negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Di samping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan
besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor
pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.Data tersebut juga
digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu,
membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan
kebijakan pemerintah.
D. Pendekatan Pengukuran GDP

1. Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:


a. Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sektor ekonomi atau
lapangan usaha.
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor:
- Pertanian
- Pertambangan dan penggalian
- Industri manufaktur

9
- Listrik, gas, dan air bersih
- Bangunan
- Perdagangan, hotel dan restoran
- Pengangkutan dan komunikasi
- Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
- Jasa-jasa.

PDB =

Pendekatan pendapatan. PDB= jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses


produksi disetiap sektor yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa
untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup
penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto 9 sektor.
2. Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X – M
Sumber pertumbuhan:
a. Permintaan Agregat

P
AS0
AD1
AD0
P

Y
Y0 Y1
Kurva AD bergeser ke kanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh
faktor dalam model, tapi oleh faktor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh faktor eksternal
10
M = mY +Ma
b. Penawaran agregat

P AS0
AD0
AS1
P

Y
Y0 Y1
Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital,
Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, ... Xn), dimana X = FP.

2.2 Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi

A. Teori dan Model Pertumbuhan Neoklasik

Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK. Semakin meningkat jumlah FP
(TK dan Kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat
pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan output dapat:

1. Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)


2. Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)
3. Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)

Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan
(dianggap konstan). Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang
memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output
mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat. Nafziger (1997) menyatakan
bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap
pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.

B. Teori Modern (model pertumbuhan Endogen)

11
Teori modern menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi:
1. FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,

2. Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan
pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.

C. Perbandingan Teori Neoklasik dengan Teori Modern


Teori Neoklasik Teori Modern
Kuantitas faktor produksi L dan K FP yang berpengaruh:
berpengaruh terhadap pertumbuhan  Kualitas TK dalam bentuk pendidikan
ekonomi dan kesehatan (tingkat harapan hidup).
TK menjadi variable endogen mengikuti
perkembangan IPTEK.
 Kualitas T dalam bentuk kemajuan
teknologi. T menjadi variable endogen
yang dinamis.
 Kualitas kewirausahaan dalam bentuk
kemampuan berinovasi

2.3 Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun
pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi
dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan
keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah,
keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam,
menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui
jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk
memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar
produktivitas yang ada.

12
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah
tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan.
Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas. Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat,
keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
1. Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan
keamanan). Faktor ekonomi mencakup pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa,
rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional
dan tahun tertentu
2.4 Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian adalah susunan elemen-elemen yang ada dalam suatu negara
yang berfungsi untuk mengatur rumah tangga suatu negara yang mana didalamnya terdiri
dari sistem perekonomian, rumah tangga, perusahaan, pemerintah, pasar input dan pasar
output. Semua komponen-komponen tersebut mempunyai kegiatan ekonomi yang berbeda.
Elemen-elemendari suatu perekonomian terdiri dari pasar input (faktor produksi), pasar
output (barang dan jasa), rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan sistem ekonomi.
Elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yang merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi layaknya struktur organisasi. Struktur perekonomian
juga memperlihatkan satuan-satuan perekonomian, hubungan-hubungan dan saluran-saluran
wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam suatu perekonomian . Struktur ekonomi
dapat dilihat setidaknya berdasarkan 4 sudut tinjauan yaitu:
a. Tinjauan makro sektoral, perekonomian dapat berstruktur seperti agraris, industrial, atau
niaga tergantung padasektor produksi yang menjadi tulang punggung perekonomian
bersangkutan. Sadono menjelaskan bahwa berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor
ekonomi dalam perekonomian indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu;
1. Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertimbangan, dan panggilan.

13
2. Sektor sekunder, yang terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air serta
bangunan.
3. Sektor tersier, yang terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan serta jasa-jasa lain termasuk
pemerintahan.
b. Tinjauan keuangan, perekonomian dapat dinyatakan berstruktur modern. Hal ini bergantung
pada apakah wilayah pedesaan dengan teknologinya tradisional mewarnai kehidupan
perekonomian itu, ataukah wilayah perekonomian itu ataukah wilayah perkotaan dengan
teknolinya yang sudah relatif modern yang mewarnaainya.
c. Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau
berjuis. Struktur ini ergantung pada siapa atau kalangan mana yang yang menjadi pemeran
utama dalam ekonomi bersangkutan.
d. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, pengambilan keputusan dapat dibedakan antara
struktu ekonomi yang sentralistis dan yang di sentralistis.
Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang disebut
kemudian merupakan tinjauan politik.
A. Tinjauan Makro-Sektoral

14
Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan
usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun
2012 sudah berstruktur industrial.Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun
2008- 2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang
14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting
yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran
absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.

Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini.
Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik
bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi
sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam
menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan,
maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa?
Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan

15
sektor utama sumber kehidupan rakyat.

Sampai dengan tahun 2012 bulan Februari, sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78%
tenaga kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda,
yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja,
dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu
dikemukakannya.

Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih


dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian.
Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama
pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut
sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru
bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.

B. Tinjauan Lain

Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya secara
spasial. Ditilik dengan kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula berstruktur
kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern. Hal ini bukan saja dapat
dilihat, akan tetapi juga dapat dirasakan sehari-hari. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh
lebih pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan perdesaan menjadi
lebih sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena mekar dan
berkembangnya kota- kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak saja
dari perilaku konsumsi masyarakat, tapi juga dari teknologi produksi yang diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan.

Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-
an perekonomiaan Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMN-
BUMN dan BUMD-BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama
ekonomi. Baru mulai pertengahan dasawarsa kemarin peran pemerintah dalam perekonomian
berangsur-angsur berkurang, sesudah pemerintah secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita
IV-mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional.
16
Arahnya, untuk sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah
ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang
dapat cepat menanggapi “undangan” pemerintah tersebut. Berdasarkan tinjauan birokrasi
pengambilan keputusannya, beralasan untuk mengatakan bahwa struktur perekonomian
Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama sentralistis. Pembuatan
keputusan (decision making) lebih banyak ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kalangan atas
pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan bawah pemerintahan, apalagi rakyat dan
mereka yang tidak memiliki acces ke pemerintahan, lebih cenderung menjadi pelaksana atau
(dalam hal perencanaan) sekadar sebagai “pendengar “. Mengapa struktur birokrasi
pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi, alasannya adalah karena budaya
atau kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik.

Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur
yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari struktur
yang etatis ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern; sementara
dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.
C. Faktor Penentu Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi serta Investasi
Suatu Negara.
1. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak
didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya
alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah,
kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang
semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan
laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja
keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat
menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan
sebagainya.
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

6. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat


berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang
terdidik dan modern bersikap sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena
memiliki sifat lebih bersikap positif dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat
tradisional dan tidak terdidik bersikap apatis (masa bodoh) terhadap pembangunan.
Masyarakat tradisional cenderung tidak menyukai perubahan-perubahan dan sukar
memanfaatkan teknologi sehingga menghambat pembangunan.
D. Perubahan Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

18
1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi

Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan
makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian,
sedangkan proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang
industri menjadi bertambah besar.

2. Perubahan teknologi

Kemajuan teknologi akan mempertinggi produktivitas kegiatan-kegiatan ekonomi


yang akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan. Kemajuan teknologi juga
menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat kemajuan
tersebut menciptakan barang-barang baru yang menambah pilihan barang-barang yang
dapat dikonsumsi masyarakat.

3. Faktor-faktor dari sisi permintaan agregat (AD)

Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat
dari kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera
masyarakat (konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan jumlah
(konsumsi), tapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.

4. Faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS)

Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif. Chenery (1992) dalam


kaitan ini proses transformasi struktural akan mengemukakan bahawa terjadi berjalan
lambat bahkan adakalanya mengalami kemunduran.

5. Intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri

Dari sisi AD, Kebijakan yang berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang
menjadikan harga jual barang yang bersangkutan mengalami kenaikan harga akibatnya
akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut dan tergantung pada elastisitas
harga terhadap permintaan. Kebijakan tidak langsung misalnya pengurangan pajak
pendapatan. Secara teoritis, dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya tetap
dapat meningkatkan permintaan masyarakat (konsumsi) tidak berubah, terhadap produk-
19
produk dari sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan jasa.

6. Sumber Internal (domestik) dan Sumber Eksternal (dunia)

Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan
pemerintah seperti tersebut. Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan struktur
perdagangan global sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia dan peraturan-peraturan
mengenai perdagangan internasional. Misalnya perubahan struktur ekspor indonesia
selama masa Orde Baru dari komoditas primer ke ekspor manufaktur.
2.5 Potret Perekonomian Indonesia
Potret perekonomian Indonesia ditinjaun dari pertumuhan ekonomi dan struktur ekonomi
pasca reformasi.
Tabel 1.1 Pertumbuhan ekonomi Indonesia atas dasar harga konstan 2000 periode 1998-2014
Tahun PDB (miliar) Growth (%) Share (%) Kuadran
1998 1.314.201 3,96
1999 1.314.598 0,79 4,00 III
2000 1.389.770 4,92 4,19 III
2001 1.440.406 3,64 4,35 III
2002 1.505.216 4,49 4,54 III
2003 1.577.171 4,78 4,76 III
2004 1.656.517 5,03 5,00 III
2005 1.750.815 5,69 5,28 IV
2006 1.847.127 5,50 5,57 IV
2007 1.964.327 6,34 5,93 IV
2008 2.082.456 6,01 6,28 I
2009 2.178.850 4,62 6,58 II
2010 2.314.459 6,22 6,99 I
2011 2.464.566 6,48 7,44 I
2012 2.618.938 6,26 7,91 I
2013 2.770.345 5,78 8,36 1
2014 2.909.181 5,01 8,78 I
Jumlah 33.108.943 81,61 100 I

20
Rat-rata 1.947.584.882 4,80 5,88

Pada tahun 1998-2014 tingkat GDP indonesia terus meningkat hingga 2.909.181 dalam
miliar rupiah , tetapi juga terdapat pluktuasi setiap tahunya dan menyentuh angka tertinggi
pada tahun 2007 sebesar 6,34% dari rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 5,50% pada
tahun sebelumnya. Pada tahun 2003, tingkat growth indonesia mencapai 5,01%, yaitu masih
diatas rata-rata tahunan. Sedangkan dari sisi kontribusi terhadap jumlah GDP indonesia,
tingkat share terdapat GDP cendurung meningkatkan setiap tahunya. Tahun yang mengalami
peningkatan terbesar adalah tahun 2014 yaitu 8,78% dari rata-rata share tahunan sebesar
5,88%.terhitung sejak tahun 2008-2014, tingkat share berada diatas rata-rata share tahunan.
Dalam hal ini sektor industri pengolahan memiliki kontribusi yang paling besar diikuti 0leh
sektor perdaganga, hotel dan restoran.
Gambar 1.2 Analisi Kuadran pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan 2000 periode 1998-2014

Secara umum, pertumbuhan ekonomi indonesia selama atau dekade terakhir berada
dalam tingkat yang stabil dalam kisaran 5 hingga 6% per tahun. Namun pertambahan
ekonomi ini tidak diiringi dengan pengolahan indikator-indikator lainya yang berpotensi
menurunkan dampak tumbuhnya ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi indonesia ditahun 2014 awal tahun ini. Pada tahun 2012
pertumbuhaan mencapao 6,26% dan pada tahun 2013 sedikit menurun menjadi 5,78% pada
tahun ini, abnk dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan tetap di angkat 6,2% yang
sedikit berbeda dari perkiraan akan mencapai 6,5%. Bank bank dunia menyoroti 5 sumber
tersebut terhadap tekan prospek ekonomi indonesia. Kelima sumber tersebut yaitu,
perlambatan pertumbuhan investasi, kemuingkinan dampak perlambatan dari penjualan rii.

21
Dan perlamabatan PDB nominal, tren-tren pada neraca eksternal beban subsidi BBM yang
berlanjut, dan lambatnya pengurangan kemiskinan.
Tabel 3.2 tren pertumbuhan ekonomi periode 1998-2014

PDB (Miliar)
Tahun T t2 Yt
(Y)
1998 1.314.201 -15 225 -19.713.015
1999 1.314.598 -13 169 -17.219.774
2000 1.389.770 -11 121 -15.287.470
2001 1.440.406 -9 81 12.963.654
2002 1.505.216 -7 49 10.536.512
2003 1.577.171 -3 9 4.731.513
2004 1.656.517 -3 9 4.969.551
2005 1.750.815 -1 1 1.750.815
2006 1.847.127 0 0 0
2007 1.964.327 1 1 1.964.327
2008 2.082.456 3 9 6.247.368
2009 2.178.850 5 29 10.894.250
2010 2.314.459 7 49 16.201.213
2011 2.464.566 9 81 22.181.094
2012 2.618.938 11 121 28.808.318
2013 2.770.345 13 169 36.014.485
2014 2.909.181 15 225 43.637.715
Jumlah 33.108.943 1.344 78.776.466

a= ∑y =33.108.943 = 1.947.584,88
n 17
b= ∑y t = 78.776.466 = 58.613,44
n 1.344
jadi persamaan trend model least square adalah
Y=1.947.584,88+58.613,44 (t)
Ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 100 tahun Indonesia mardeka pada
22
tahun 2045 (2045 merupakan periode ke-79
Y= 1.947.584,88 + 58.613,44 (t)
Y=1.947.584,88 + 58.613,44 (79)
Y=1.947.584,88 + 4.630.461,79
Y= 6.578.046,64
Jadi nilai total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada100 tahun Indonesia mardeka di
tahun 2045 adalah Rp 6.578.046,64 Miliar.
2.6 Analisis Kuadran dan Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor

Dalam pendapatan nasional atau produk domestic bruto (PDB) terdapat sektor-sektor yang
mendukung pertumbuhan ekonomi diantaranya:
A. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan.
Sektor ini adalah sektor pertama dalam pendapatan nasional, berikut ini tabel Sektor
pertanian, peternakan, pehutanan dan perikanan serta analisi kuadran.
PDB (Miliar)
Tahun T t2 Yt
(Y)
1998 376.375 - 8,232358 II
1999 379.353 0,791353 8,297495 II
2000 216.832 1,887692 4,742713 III
2001 223,892 3,255977 4,897135 IV
2002 231.614 3,448984 5,066036 IV
2003 240.387 3,787768 5,257926 IV
2004 247.164 2,819204 5,406157 III
2005 253,882 2,718033 5,553099 III
2006 262,403 3,356284 5,739476 IV
2007 271.509 3,470235 5,93865 IV
2008 284,619 4,828569 6,225401 I
2009 295.884 3,957923 6,471798 I
2010 304.777 3,00557 6,666321 I
2011 315.037 3,366396 6,890727 I
2012 328.280 4,203633 7,180388 I
2013 339,890 3,536615 7,43433 I
23
2014 350.722 3,186913 7,671256 I
Jumlah 4.571.898 4843411 107,6713
Rata-rata 268.935,2 2,849066 6,333603
Dapat diketahui kondisi perekonomian Indonesia sektor pertanian, peternakan,
kehutanan, perikanan yang plaing tinggi pertumbuh atau growth serta sher-nya adalah 2008
yang berada di kuadran 1. Konsis ini dipengaruhi keputusan pemerintah yang
menitikberatkan fokusnya pada pertanian karena menganggap ketahanan pangan adalah
persyaratan utama ksetabilitasan ekonomi dan politik. Dan kondisi growth yang paling
rendah tahun 2000 yang disebabkan pemerintah mengurangi dan menghapus bea masuk
impor beras mengakibatkan masuknya berasVietnam, Thailand, Philipina dan Tiongkok.

Gambar 2.1 Analisis kuadran pertumbuhan ekonomi sektor Pertanian, eternakan, Kehutanan
dan Perikanan.

Tabel 2.1 Analisis Trenpertumbuhan ekonomi sektor pertanian, peternakan, kehutanan,


perikanan periode 1998-2014
PDB (Miliar)
Tahun T t2 Yt
(Y)
1998 -15 376.375 225 -5.645.625
1999 -13 379.353 169 -4,931.589
2000 -11 216.832 121 -2.385.152
2001 -9 223,892 81 -2,015.028
24
2002 -7 231.614 49 -1,621.298
2003 -3 240.387 9 -7,21.161
2004 -3 247.164 9 -741.492
2005 -1 253,882 1 -253.882
2006 0 262,403 0 0
2007 1 271.509 1 271.508
2008 3 284,619 9 853.857
2009 5 295.884 29 1.479.420
2010 7 304.777 49 2.133.439
2011 9 315.037 81 2.835,333
2012 11 328.280 121 3,611.080
2013 13 339,890 169 441.8570
2014 15 350.722 225 526.0830
Jumlah - 4.922.620 1.344 254.8811

a= ∑y = 4.922.620 = 289.565,88
n 17
b= ∑y t = 254.8811= 1,896,43
n 1.344
jadi persamaan trend model least square adalah
Y= 289.565,88 + 1,896,43 (t)
Ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 100 tahun Indonesia mardeka pada
tahun 2045 (2045 merupakan periode ke-79
Y= 289.565,88 + 1,896,43 (t)
Y=289.565,88 + 1,896,43 ((79)
Y=289.565,88 + 14,964,97
Y= 304.530,85
Jadi nilai total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada100 tahun Indonesia mardeka di tahun
2045 adalah Rp 304.530,85 Miliar.
B. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Gambar 2.2 Analisis Tren pertumbuhan ekonomi sektor pertanian, peternakan,

25
kehutanan, perikanan periode 1998-2014

Tabel 2.1 Analisis Trenpertumbuhan ekonomi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan periode
1998-2014
PDB (Miliar)
Tahun T t2 Yt
(Y)
1998 -15 37.474 225 -562110
1999 -13 3.686 169 -47918
2000 -11 167.692 121 -1844612
2001 -9 168.244 81 -1514196
2002 -7 169.932 49 -1189524
2003 -3 167.604 9 -5028129
2004 -3 160.101 9 -480303
2005 -1 165.223 1 -165223
2006 0 168.032 0 0
2007 1 171.278 1 171278
2008 3 172.496 9 517488
2009 5 180.201 29 901005
2010 7 187.153 49 1310071
2011 9 190.143 81 1711287
2012 11 193.116 121 2124276
2013 13 195.709 169 2544217
26
2014 15 195.425 225 2931375
Jumlah - 2.693.509 1.344 5.904.299

b= ∑y = 2.693.509 = 158.441,71
n 17
b= ∑y t = 5.904.299 = 4,393,08
n 1.344
jadi persamaan trend model least square adalah
Y= 158.441,71+ 4,393,08 (t)
Ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 100 tahun Indonesia mardeka pada tahun
2045 (2045 merupakan periode ke-79
Y= 158.441,71+ 4,393,08 (t)
Y= 158.441,71+ 4,393,08 (79)
Y=158.441,71+ 347.053,32
Y= 505.496,03
Jadi nilai total pertumbuhan ekonomi Indonesia pada100 tahun Indonesia mardeka di tahun
2045 adalah Rp 505.496,03Miliar

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi (lapangan


usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga
tahun 2012 sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi
PDB Tahun 2008- 2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya
menyumbang 14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara
agraris. Hal penting yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah
cerminan kemunduran absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.

Perekonomian di Indonesia banyak ditopang oleh berbagai sektor terutama yang sangat
mepengaruhi adalah pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi menceriminkan
perkmebnagan suatu negara, yang dapat diukur dengan pendapatan perkapita (PDB) .
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari struktur ekonomi yang dahulu negara
pertanian hingga menjadi negara industri. Ada lima sektor yang merupakan sektor ekonomi
memiliki keunggulan kompetitif dan berdaya saing yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan,
sektor pengangkutan, sektor jasa perusahaan, sektor jasa-jasa.

Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih


dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian.
Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama
pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur
tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia
baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.

28
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Machmud. Perekonomian Indonesia : Pasca Reformasi (Jakarta : Erlangga , 2006), Hlm. 34
Anita Roosmawarni, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan
Transformasi Strukturak Di Jawa Timur, Tahun XXV , No. 1 April 2015

Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia : Tantangan dan Harapan Bag


Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Jakarta : Erlangga

Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Yogyakarta

29
30

Anda mungkin juga menyukai