Anda di halaman 1dari 27

EKONOMI PEMBANGUNAN (EKI 314)

STRUKTUR EKOMONI DI NEGARA BERKEMBANG SERTA CORAK


DAN PERMASALAHAN EKONOMI DI NEGARA BERKEMBANG
Dosen Pengampu: Dr. Putu Ayu Pramitha Purwanti, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

1. Putu Pande Ardiputra Nugraha / (03)


2. Azzahra Audry Maharani / (10)
3. Ni Komang Indah Lestari Dewi / (22)

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
segala Rahmatnya, kami kelompok tiga sebagai penyusun makalah ini dapat
menyelesaikannya tugas makalah dengan judul “Struktur Ekonomi di Negara
Berkembang serta Corak dan Permasalahan Ekonomi di Negara Berkembang” ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ibu Dr. Putu Ayu Pramitha, S.E. , M. Si. dan teman-teman sekalian karena
telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan tugas ini. Kami
sebagai penulis sangat berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari ibu dan teman-teman guna lebih
menyempurnakan penulisan pada masa yang akan datang akhir kata kami tutup
dengan terima kasih.

Denpasar, 8 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II .............................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

2.1 Struktur Ekonomi dan Masalah Pertanian Tradisional ................................ 3

2.1.1 Struktur Ekonomi............................................................................... 3

2.1.2 Masalah Pertanian Tradisional............................................................ 4

2.2 Perubahan Struktur Ekonomi .................................................................... 6

2.2.1 Teori Struktur Ekonomi...................................................................... 7

2.2.2 Kenaikan produksi sektor industri ....................................................... 8

2.3 Perubahan Struktur dari Adanya Industri ................................................... 9

BAB III........................................................................................................... 14

STUDI KASUS ............................................................................................... 14

Analisis Faktor – Faktor Perpindahan Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian ke Sektor
Industri di Desa Tambak Rejo, Kraton, Pasuruan .............................................. 14

3.1 Latar Belakang ....................................................................................... 14

3.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 15

3.3 Hasil Penelitian ...................................................................................... 16

ii
3.4 Kesimpulan ............................................................................................ 19

BAB IV........................................................................................................... 21

PENUTUP ...................................................................................................... 21

4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 21

4.2 Saran ..................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan struktur perekonomian merupakan suatu perubahan atas
perbandingan antara kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan sektor industri
(makro), hal tersebut diyakini dapat menentukan tingkat kehidupan masyarakat
yang bergerak di kedua sektor tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi
perkembangan kegiatan di sektor mikro. Pertumbuhan ekonomi telah
mengakibatkan perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural sendiri
merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor
industri, perdagangan dan jasa, di mana masing-masing perekonomian akan
mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang
terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke
sektor industri. Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional
menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja produksi,
perdagangan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
pendapatan perkapita. Proses pertumbuhan ekonomi ini pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya transformasi struktural, yaitu proses pergeseran
pertumbuhan sektor produksi dari yang semula mengandalkan sektor primer
menuju sektor sekunder.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Struktur Ekonomi dan Masalah Pertanian Tradisional?
1.2.2 Bagaimana Perubahan Struktur Ekonomi?
1.2.3 Bagaimana Perubahan Struktur dari adanya Industri

1
1.3 Tujuan
1.2.4 Mengetahui Struktur Ekonomi dan Masalah Pertanian Tradisional.
1.2.5 Mengetahui Perubahan Struktur Ekonomi.
1.2.6 Mengetahui Perubahan Struktur dari adanya Industri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Ekonomi dan Masalah Pertanian Tradisional


2.1.1 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi merupakan implementasi dari sistem-sistem ekonomi
yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara melalui
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional. Struktur ekonomi
dipergunakan untuk menunjukkan komposisi sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian.
Struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan, yaitu
tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan,
dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan. Tinjauan makro sektoral dan
tinjauan keuangan adalah merupakan tinjauan ekonomi murni sedangkan tinjauan
kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan adalah tinjauan di bidang
politik.
Ada dua macam struktur ekonomi. Diartikan dengan sektor ekonomi yang
dominan atau yang diandalkan adalah sektor ekonomi yang menjadi sumber mata
pencaharian sebagian terbesar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang
terbesar. Sektor ekonomi yang dominan dapat juga diartikan sebagai sektor yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju
pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian, yaitu:
1. Struktur Agraris
Struktur agraris merupakan struktur ekonomi didominasi oleh sektor
pertanian. Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar
penduduknya. Pada umumnya negara-negara berkembang (developed
countries), termasuk Indonesia disebut negara agraris dan negara-negara yang
termasuk negara-negara belum berkembang (underdeveloped countries) yang
pertaniannya masih sangat tradisional dikategorikan negara agraris tradisional.

3
2. Struktur Industri
Struktur industri merupakan struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri.
Sebagian terbesar produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri. Negara-negara amerika Serikat,
Jerman, Inggris, Perancis, Jepang dan Kanada yang termasuk negara industri maju.
Sementara, menurut ahli ekonomi Inggris, Colin Clark berpendapat bahwa
perkembangan struktur ekonomi suatu negara dapat dipakai sebagai indikasi untuk
menentukan suatu negara termasuk dalam berkembang atau belum berkembang.
Negara-negara yang belum berkembang masih menggunakan sektor pertanian
sebagai sumber pendapatan. Namun, jika perekonomian negara menjadi lebih
berkembang, maka setktor industri, terutama dibidang manufaktur dan jasa mampu
meningkat relatif dari sektor pertanian.

2.1.2 Masalah Pertanian Tradisional


Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagian besar anggota masyarakat di Indonesia menggantungkan hidupnya
pada sektor tersebut (Soekartawi, 1994). Kegiatan usaha berskala kecil yang
melakukan berbagai kegiatan ekonomi dimana sekitar 57,9 % berada pada sektor
pertanian. Ini berarti bahwa pertanian sebagai usaha skala kecil yang terbanyak
harus menjadi perhatian utama pemerintah dalam setiap tahapan pembangunan
ekonomi. Paradigma pembangunan pertanian ke depan adalah pertanian
berkelanjutan yang berada dalam lingkup pembangunan manusia. Tujuan utama
pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya pertanian dan pendapatan petani serta kesempatan kerja tanpa
mengabaikan kelestarian lingkungan.
Menurut Nizwar (2005), pada kurun waktu tahun 1993- 2003 ternyata
jumlah petani gurem atau luas garapan kurang dari 0,5 ha mengalami peningkatan
dari 10,8 juta kepala keluarga menjadi 13,7 juta kepala keluarga, atau rata -rata
besarnya peningkatan adalah 2,6% per tahun. Petani gurem ini merupakan petani

4
yang bersifat subsisten atau tradisional. Sampai saat ini petani masih menghadapi
masalah dan kendala yang berkaitan dengan:
1. Akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif.
2. Perlindungan usaha tani.
3. Keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan.
4. Rendahnya tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta
kesetaraan gender.
Permasalahan ini semakin menonjol karena potensi sumber daya pertanian
semakin berkurang, sebaliknya kebutuhan akan produksi pertanian semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Pertanian subsisten atau tradisional adalah suatu kegiatan produksi
pertanian yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga petani itu
sendiri. Disebutkan bahwa terdapat beberapa ciri dari pertanian tradisional, antara
lain:
1. Komoditas pertanian yang diusahakan adalah komoditas tanaman dan
ternak untuk keperluan konsumsi sehari-hari (komoditas primer).
2. Terbatasnya informasi mengenai pengetahuan dan teknologi mengenai
budidaya, sehingga produktivitas dan kualitas yang dihasilkan asangat
rendah.
3. Petani bersifat menerima tentang keadaan alam, seperti curah hujan,
tanah, jenis tanaman dan petani sekedar membantu pertumbuhan
tanaman (hindarkan persaingan antar tanaman guna kebutu-han sinar
matahari dan air) dengan menggunakan teknologi tradisional (yang
didasarkan pada pengalamannya).
4. Memiliki pemikiran “Hari ini untuk hidup hari ini” Sehingga tidak
mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian.
5. Mengedepankan prinsip ini meminumkan kemungkinan terjadinya satu
bencana (resiko) daripada memaksimumkan produktivitas dan
penghasilan rata-ratanya. Suatu kegagalan dalam proses produksi adalah
sangat berarti terhadap unit produksinya, sehingga, petani lebih

5
mengutamakan apa yang dianggap aman dan dapat diandalkan daripada
keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka waktu yang panjang.
6. Pertanian sebagai cara hidup bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi
untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Petani pada umumnya
lebih mengedepankan orientasi sosial kemasyarakatan, yang
diwujudkan dengan tradisi gotong royong dalam kegiatan mereka.
7. Tidak mudah percaya orang lain, cukup dalam keterbatasan, tidak
berinovasi, tidak dapat mengantisipasi masa depan, serta kurang kritis
dalam menyikapi suatu hal.
Menurut Kamaludin(1983), mengungkapkan bahwa sifat
ketradisionalan petani jika dibiarkan akan menghambat perkembangan
modernisasi, misalnya lambat menerima perubahan baru meskipun akan
menguntungkan, lebih suka mencari jalan yang paling mudah dan cepat
mendatangkan hasil walaupun tidak besar, dan kurang bertanggung jawab
dalam tugas pekerjaan serta mudah untuk tidak menepati janji dalam
hubungan-hubungan ekonomi. Akibat pertanian yang tradisonal adalah
rendahnya produktivitas kerja dan kualitas produk-produk yang dihasilkan
oleh para petani tidak maksimal yang selanjutnya memberikan konsekuensi
pada posisi petani tradisional di dalam perangkap kemiskinan.

2.2 Perubahan Struktur Ekonomi


Struktur ekonomi dipergunakan untuk menunjukkan komposisi atau
susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Struktur
ekonomi juga merupakan implementasi dari sistem-sistem ekonomi yang
ada dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara melalui
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional. Perubahan
struktur ekonomi merupakan suatu gejala dalam ekonomi yang terjadi
dalam perekonomian sebagai akibat pertumbuhan ekonomi atau
meningkatnya kesejahteraan dalam masyarakat sehingga akan berpengaruh
pada tingkat serta pola konsumsi masyarakat.

6
2.2.1 Teori Struktur Ekonomi
• Teori Migrasi (Arthus Lewis)
pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di
perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu
perekonomian tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai
sektor utama.
• Teori Tranformasi Struktural (Hollis Chenery)
pada dasarnya sama seperti di model Lewis. Teori Chenery, dikenal dengan
teori pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam
tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi
dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor industri sebagai mesin
penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Di antara tahun 1950-1970, Chenery dan Syrquin (1975) melakukan
penelitian mengenai berbagai bentuk-bentuk perubahan yang terjadi dalam
berbagai aspek kegiatan ekonomi apabila tingkat pembangunan ekonomi di negara
berkembang bertambah tinggi. Hasil penelitian tersebut, mereka menyimpulkan
bahwa ada sepuluh jenis perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan negara
berkembang, dimana perubahan-perubahan tersebut dikelompokkan ke dalam tiga
golongan (Sukirno, 1985:93):
1. Perubahan dalam struktur ekonomi dapat dipandang sebagai perubahan
dalam proses akumulasi yang meliputi pembentukan modal atau investasi,
pengumpulan pendapatan pemerintah, penyediaan pendidikan masyarakat.
2. Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai proses alokasi
sumber daya meliputi perubahan dalam struktur permintaan do mestik,
struktur produksi, dan struktur perdagangan luar negeri.
3. Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan
dalam proses demografi dan distribusi yang meliputi alokasi tenaga kerja,
urbanisasi dan distribusi pendapatan.

7
2.2.2 Kenaikan produksi sektor industri
Kenaikan produksi sector indistri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan
jumlah dari 4 faktor berikut:
a) Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk
produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan
permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor
industri manufaktur.
b) Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau efek total dari
kenaikan jumlah ekspor tehadap produk industri manufaktur.
c) Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan disetiap
sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri
manufaktur.
d) Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-output
didalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan
terhadap sektor industri manufaktur.
Didalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak
negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga
dekade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antarnegara. Variasi
ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal
seperti berikut :
a) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya
sudah memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami
proses industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara
yang hanya memiliki industri-industri ringan.
b) Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi
dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar
merupakan salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi,
termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi

8
dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung).
c) Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan ratarata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang
maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan
industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang
sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan pakaian jadi (tekstil).
d) Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri,
dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara
yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.
e) Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversivikasi ekonomi
(perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
f) Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka
(outward looking).

2.3 Perubahan Struktur dari Adanya Industri


Perubahan struktur perekonomian merupakan suatu perubahan atas
perbandingan antara kegiatan perekonomian di sektor pertanian dan sektor industri
(makro), hal tersebut diyakini dapat menentukan tingkat kehidupan masyarakat
yang bergerak di kedua sektor tersebut yang akhirnya akan mempengaruhi
perkembangan kegiatan di sektor mikro. Jika pergeseran dalam struktur
perekonomian di tingkat makro, akan menyebabkan pergeseran struktur

9
perekonomian di tingkat mikro. Pola bisnis akan berubah sejalan dengan perubahan
struktur tersebut.
Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir di semua negara akan disertai
dengan perubahan struktur ekonomi, yaitu menurunnya kontribusi sektor pertanian
dan meningkatnya kontribusi sektor industri dalam bentuk Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun dalam kesempatan kerja. Peningkatan kontribusi sektor industri
terhadap PDB dan kesempatan kerja relatif sejalan dengan peningkatan pendapatan
per kapita sehingga kecepatan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
membawa konsekuensi pada perubahan struktur ekonomi. Tahap – tahap
transformasi tersebut adalah:
1. Produksi primer
2. Industrialisasi
3. Pembangunan ekonomi
Pada tahap I, yaitu produksi primer, ditunjukan oleh dominannya aktivitas
sektor primer terutama sektor pertanian sebagai sumber utama peningkatan barang
yang diperdagangkan. Karakteristik dari tahap ini adalah pertumbuhannya relatif
lebih lamban dibandingkan dengan produksi sektor industri, sehingga tin gkat
pendapatan lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri. Rendahnya nilai
tambah pada sektor ini juga alasan mengapa secara keseluruhan pada tahap ini
relatif rendah pertumbuhannya. Dari sisi penawaran pada tahap I ini
karakteristiknya adalah rendahnya akumulasi capital, tingginya laju pertumbuhan
angkatan kerja dan rendahnya laju pertumbuhan produktivitas total faktor – faktor
produksi.
Pada tahap II, yaitu industrialisasi ditunjukan oleh pergeseran pusat
pertumbuhan dari sektor primer menuju sektor industri. Indikator utama dari
pergeseran ini ditunjukan oleh tingginya kontribusi sektor industri terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pada tahap III, yaitu pembangunan ekonomi. Pada masa transisi dari tahap
II menuju tahap III ditunjukan oleh beberapa indikator yaitu dari sisi permintaan,
elastisitas pendapatan pada barang industri menurun dan pada tahap ini pangsa
permintaan domestik menurun. Meskipun tendensi penurunan ini tidak

10
mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor tetapi merefleksikan penurunan pangsa
sektor industri terhadap GDP dan angkatan kerja. Dari sisi penawaran perbedaan
utama antara tahap I dan tahap III adalah penurunan dalam kombinasi dari
kontribusi faktor – faktor input. Disebabkan pertumbuhan penduduk hanya sedikit
negara berkembang yang tetap meningkat angkatan kerjanya secara signifikan.

Indikator dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan


sejauh mana tahap industrialisasi suatu negara terutama negara berkembang. Dalam
penelitian lain ditunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara elastisitas
pendapatan pada sektor pertanian dan industri. Perhitungan elastisitas pendapatan
untuk sektor pertanian relatif rendah, sedangkan untuk sektor industri relatif tinggi
pada negara – negara besar dibandingkan dengan negara – negara kecil. Alasannya,
pada negara besar proses industrialisasina lebih cepat dimana penerapan
teknologinya merupakan sasaran utama untuk meningkatkan skala ekonominya.
Sedangkan proses industrialisasinya lebih cepat dimana penerapan teknologinya
merupakan sasaran utama untuk meningkatkan skala ekonominya. Sedangkan
perkembangan teknolohi pada sektor pertanian mengikuti pertumbuhan di sektor
industri.
Kerangka pemikiran Chenery pada dasarnya sama dengan teori model
Lewis. Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of development, dimana dalam
teori ini difokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan
ekonomi di negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional ke industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Teori
perubahan struktual menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi
ekonomi yang dialami oleh NSB, yang semula lebih bersifat subsistens dan
menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih
modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer.
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur
ekonomi, yakni:
1. Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang
terjadi di perdesaan dan di perkotaan. Dalam teorinya, mengasumsikan

11
bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2, yaitu
perekonomian tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor
pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai
sektor utama. Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama
seperti di model Lewis.
2. Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan
pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB,
yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke
sektor industri sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya
dengan jumlah dari 4 faktor berikut :
a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung
untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya
terhadap sektor industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversivikasi) atau efek total
dari kenaikan jumlah ekspor tehadap produk industri manufaktur.
c. Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan
disetiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap
output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi atau efek total dari perubahan koefisien input-
output didalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat
pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Didalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara
yang juga mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat dalam tiga dekade terakhir
ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antarnegara. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor internal seperti berikut :
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi) Suatu
negara yang pada awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah
memiliki industri-industri dasar yang relatif kuat akan mengalami proses

12
industrialisasi yang lebih cepat/pesat dibandingkan dengan negara yang
hanya memiliki industri-industri ringan.
b. Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentukan oleh kombinasi antara jumlah populasi
dan tingkatan pendapatan rill per-kapita. Pasar dalam negeri yang besar
merupakan salah satu faktor intensif bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi,
termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung).
c. Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan ratarata per-kapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya pincang
maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan
industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang
sederhana, seperti makanan, minuman, sepatu, dan pakaian jadi (tekstil).
d. Karakteristik dan industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri,
dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda antarnegara
yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda antarnegara.
e. Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya akan SDA mengalami
pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan
industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversivikasi ekonomi
(perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan dengan negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka
(outward looking).

13
BAB III
STUDI KASUS
Analisis Faktor – Faktor Perpindahan Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian
ke Sektor Industri di Desa Tambak Rejo, Kraton, Pasuruan

3.1 Latar Belakang


Mobilitas penduduk adalah bagian dari proses pembangunan secara
keseluruhan dimana mobilitas penduduk menjadi penyebab dan penerima
dampak perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial dari suatu daerah.
Salah satu bentuk mobilitas penduduk adalah migrasi tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian, dimana migrasi tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor non pertanian disebabkan oleh distress economy
maupun progressive economy. Dimana migrasi tenaga kerja merupakan
suatu usaha untuk memperoleh standar hidup yang layak. Pada prinsipnya
seseorang mencari pekerjaan yang lebih baik karena ingin mendapatkan
pendapatan yang lebih baik dari pendapatan sebelumnya
(Sumarsono,2009). Sektor pertanian yang masih belum mampu
memberikan dampak terhadap penciptaan kesempatan kerja, berakibat
tenaga kerja di sektor pertanian sudah mulai pindah ke sektor industri
khususnya yang terjadi di Desa Tambak Rejo, Kraton, Pasuruan. Adanya
fenomena tersebut, maka penelitian ini dirasa perlu untuk dilaksanakan
dalam rangka untuk mengetahui lebih mendalam tentang factor - faktor
ekonomi maupun sosial yang dapat mempengaruhi migrasi tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri di Desa Tambak Rejo. Permasalahan
yang muncul adalah mengapa tenaga kerja di sektor pertanian Desa Tambak
Rejo masih banyak yang melakukan perpindahan ke sektor Industri. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan tenaga kerja di sektor pertanian di Desa Tambak Rejo masih
banyak yang melakukan perpindahan ke sektor industri.

14
3.2 Tujuan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada:
1. Para pembuat kebijakan, sebagai bahan masukan dalam rangka
mengarahkan kebijaksanaan ketenagakerjaan yang ada di pedesaaan
maupun yang ada di perkotaan khususnya di Pasuruan.
2. Untuk memperkaya khasanah pengetahuan dan sekaligus sebagai
sumber informasi dalam menunjang penelitian di masa yang akan
datang khususnya tentang ketenagakerjaan.
3. Untuk dapat memberikan informasi yang penting untuk perkembangan
Desa Tambak Rejo, Kraton, Pasuruan.
3.3 Metode Penelitian
Pada bagian ini memuat tentang penentuan lokasi penelitian, penentuan
sampel, metode pengumpulan data dan analisis data.

15
3.3 Hasil Penelitian
Beberapa faktor yang mempengaruhi perpindahan pekerjaan dari sektor
pertanian ke sektor industri pada daerah penelitian antara lain :
No. Upah (Rp. Jumlah %
000,-/bulan) Responden
(orang)
1 Kurang dari 7 23,5
2 1000 10 19,6
3 1000 – 1500 34 56,9
Lebih dari
1500
Jumlah 51 100
Upah di Sektor Industri
Tabel 1 Upah Rata-Rata Responden di Sektor Industri di Desa Tambak
Rejo
Sumber: Data Primer diolah tahun 2017
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa 56,9 % dari total responden yaitu 34
orang mempunyai upah rata rata di sector industri lebih dari Rp.
1.500.000,- menunjukkan bahwa semakin besar upah rata rata di sector
industry semakin besar motivasi tenaga kerja untuk migrasi tenaga kerja
dari sector pertanian ke sector industry.

Upah di Sektor Pertanian


Tabel 2 Upah Rata-Rata Responden di Sektor Pertanian di Desa
Tambak Rejo
No. Upah (Rp. Jumlah %
000,-/bulan) Responden
(orang)

16
1 Kurang dari 39 76,5
2 800 9 17,6
3 800 - 1000 3 5,9
Lebih dari
1000
Jumlah 51 100

Sumber: Data Primer diolah tahun 2017


Dari tabel 2 menunjukkan upah rata rata responden di sector pertanian
ada 76,5% dari total responden yaitu 39 orang yang mempunyai upah
rata rata kurang dari Rp.800.000,- . Hal ini menjadi penyebab responden
untuk mengambil keputusan untuk migrasi tenaga kerja ke sector
industri.
Luas Lahan yang Dimiliki Responden
Tabel 3 Luas Lahan yang dimiliki Responden di Desa Tambak Rejo
No. Luas Lahan (ha) Jumlah %
Responden
(orang)
1 Tidak memiliki 43 84,3
2 lahan 4 7,8
3 0,1 – 0,5 3 5,9
4 0,6 - 1 1 2
1 – 1,5
Jumlah 51 100

Sumber: Data Primer diolah tahun 2017


Dari tabel 3 menunjukkan 84,3% dari total responden yaitu 43 orang
tidak memiliki lahan sehingga mereka lebih memilih untuk mengambil
keputusan melakukan migrasi tenaga kerja yang memiliki pendapatan
per bulan kurang dari Rp. 1.500.000,- dari sector pertanian ke sektor
industri.

17
Lamanya Pendidikan yang Ditempuh oleh Responden
Tabel 4 Lamanya Pendidikan yang Ditempuh oleh Responden di Desa
Tambak Rejo
No. Lamanya pendidikan Jumlah %
( tahun) Responden
(orang)
1 0-6 9 17,6
2 7-9 11 21,6
3 10-12 12 23,5
4 12< 19 37,3
Jumlah 51 100

Sumber: Data Primer diolah tahun 2017


Dari tabel 4 menunjukkan 37,3% dari jumlah total responden yaitu 19
orang memiliki lamanya pendidikan yang ditempuh lebih dari 12 tahun
sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi sebanyak
banyaknya dan berpikir realistis untuk bagaimana mereka dapat
berusaha untuk meningkatkan pendapatannya, salah satu upaya nya
adalah dengan melakukan migrasi tenaga kerja ke sector industry .

Jumlah Anggota Keluarga yang Menjadi Tanggungan Responden


Tabel 5 Jumlah Anggota Keluarga yang Menjadi Tanggungan
Responden di Desa Tambak Rejo
No. Jumlah tanggungan Jumlah %
(orang) Responden
(orang)
1 0 -2 4 7,8
2 3-4 16 31,4
3 5< 31 60,8
Jumlah 51 100
Sumber: Data Primer diolah tahun 2017

18
Dari tabel 5 menunjukkan sebanyak 60,8% dari jumlah responden yaitu
31 orang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari 5 yang berarti
lebih banyak juga pengeluarannya sehingga mereka berpikir untuk
melakukan upaya meningkatkan pendapatan dengan migrasi tenaga
kerja ke sector industri.

Pendapatan Responden Tabel 6 Pendapatan Responden di Desa Tambak


Rejo
No. Pendapatan (Rp. Jumlah %
000,-/bulan) Responden
(orang)
1 <1500 42 82,4
2 1500 - 2000 4 11,8
3 2000 5 9,7
Jumlah 51 100

Sumber: Data Primer diolah tahun 2017


Dari tabel 6 menunjukan 82,4% dari jumlah responden yaitu 42 orang
independen yaitu upah rata rata perbulan di sektor industri, upah rata-
rata perbulan di sektor pertanian, tingkat pendidikan responden, luas
lahan pertanian yang dikuasai responden, jumlah anggota rumah tangga
yang menjadi beban tanggungan keluarga dan tingkat pendapatan
responden benar-benar berpengaruh terhadap variabel dependen
(berpindah pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor industri).

3.4 Kesimpulan
Bertolak dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka
kesimpulan dalam penelitian ini menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perpindahan pekerjaan dari sektor pertanian ada enam
yaitu : (a) upah di sektor industri; (b) upah di sektor pertanian; (c) tingkat
pendidikan responden; (d) luas lahan yang dimiliki responden; (e)

19
jumlah orang yang menjadi beban tanggungan keluarga dan (f) tingkat
pendapaatn responden.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Struktur ekonomi merupakan implementasi dari sistem-sistem ekonomi
yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara melalui
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional. Struktur ekonomi
dipergunakan untuk menunjukkan komposisi sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian. Ada dua macam struktur ekonomi yaitu struktur agraris merupakan
struktur ekonomi didominasi oleh sektor pertanian sedangkan struktur industri
merupakan struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri. Seb agian terbesar
produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggal
disumbangkan oleh sektor industri. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di Indonesia
menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut Struktur ekonomi dipergunakan
untuk menunjukkan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu
perekonomian. Struktur ekonomi juga merupakan implementasi dari sistem-sistem
ekonomi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara
melalui pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh hampir di semua negara akan disertai
dengan perubahan struktur ekonomi, yaitu menurunnya kontribusi sektor pertanian
dan meningkatnya kontribusi sektor industri dalam bentuk Produk Domestik Bruto
(PDB) maupun dalam kesempatan kerja.

4.2 Saran
Adanya transformasi pada struktur perekonomian negara berkembang memberikan
dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, fenomena ini
juga dapat memberikan dampak yang buruk bagi negara seperti meningkatnya
jumlah pengangguran yang berdampak pada kemiskinan, serta besar kemungkinann
terjadinya eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. Oleh sebab itu,
penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki agar dapat bersaing serta dapat menciptakan inovasi baru

21
pada era digitalisasi seperti saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan
pendidikan masyarakat serta pemberian pelatihan bagi angkatan kerja. Selain itu
investasi juga sangat penting untuk ditingkatkan, untuk meningkatkan jumlah
lapangan pekerjaan yang dapat menampung angkatan kerja tiap tahunnya. Negara
juga harus lebih memperhatikan eksternalitas yang ditimbulkan dari aktivitas
ekonominya. Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) harus selalu
berjalan dalam berbagai aspek kegiatan agar generasi selanjutnya masih dapat
menikmati sumber daya yang ada saat ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal. (2006). Buku Ajar, Modul Soal dan Pemecahan di Bidang Ilmu Ekonomi
& Manajemen. Jakarta: STMT-Trisakti Jakarta

Yudarini, Nyoman. PERUBAHAN PERTANIAN SUBSISTEN TRADISIONAL


KE PERTANIAN KOMERSIAL. dwijenAGRO, 2(1). Hal. 1-8

T.H Tambunan, Tulus. 2011. Perekonomian Indonesia : Pertumbuhan Ekonomi dan


Perubahan struktur ekonomi. Bogor: Ghalia Indonesia

Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Afdah, Umi .(2018). Analisis Faktor Perpindahan Tenaga Kerja dari Sektor
Pertanian ke Sektor Industri. Analisis Faktor - Faktor Perpindahan Tenaga Kerja
dari Sektor Pertanian ke Sektor Industri studi kasus di Desa
Tambak Rejo, vol 14,54

23

Anda mungkin juga menyukai