Anda di halaman 1dari 26

Makalah Perekonomian Indonesia

PARADIGMA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan Dosen
Pengampu: Fivien Muslihatinningsih, SE.,M.Si

Kelompok 7:

1. Aliyatus Sholeha 180810301235


2. Atillah Rahman 180810301236

3. Figuh Kuncoro Wiseso 180810301237

4. Nurahman Dwi Setyo 180810301238

5. Lailati Masroh 180810301246

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

i
2019

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmat sehat-Nya, baik
berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul
“Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahaan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk maklah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas kerjasamanya
sehingga kami dapat menulis makalah ini.

Jember, 28 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. Iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Definisi dan Masalah Pembangunan................................................................... 3
2.1.1 Definisi Pembangunan................................................................................ 3
2.1.2 Masalah Pembangunan................................................................................ 3
2.2 Asumsi Pembangunan........................................................................................ 5
2.3 Perubahan Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia......................... 6
2.3.1 Perubahan paradigma Pembangunan Ekonomi........................................... 6
2.3.2 Penyebab Perubahan................................................................................... 7
2.3.3 Indikator Keberhasilan Pembangunan........................................................ 8
2.4 Kecenderungan Konsep Perekonomian Indonesia............................................ 11
2.5 Pembangunan Regional dan Pembangunan Khusus.......................................... 14
2.5.1 Pembangunan Regional.............................................................................. 14
2.5.2 Pembangunan Khusus................................................................................ 19
BAB 3. KESIMPULAN............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 22

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, banyak ilmuwan, pejabat, ataupun lembaga pemerintah, baik di negara maju
maupun negara berkembang, memberi perhatian besar terhadap pembangunan ekonomi. Sejak
kapan perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang? Perhatian terhadap
pembangunan ekonomi sebenarnya baru berkembang di Negara berkembang setelah Perang
Dunia II. Sebelum itu sangat sedikit perhatian yang diberikan oleh para ahli ataupun pemerintah
tentang analisis dan pelaksanaan pembangunan ekonomi. Setelah Perang Dunia II, pembangunan
ekonomi menjadi suatu kebutuhan yang mendesak bagi negara berkembang. Hal ini didorong
semangat untuk mengejar ketertinggalan negara sedang berkembang dibanding dengan negara
maju. Inilah yang mendorong munculnya pembangunan ekonomi. Setelah Anda memahami
munculnya gagasan tentang pembangunan ekonomi.
Pembangunan Ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth),
pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila
terjadi peningkatan GNP riil negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.
Artinya suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung menigkat.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah rumusan masalah yang ada dalam makalah ini:
1. Apa Definisi dan Masalah pembangunan di indonesia?
2. Apa asumsi Pembangunan itu ?
3. Bagaimana yang dimaksud Perubahan Paradigma Perekonomian Indonesia?
4. Bagaimana kecenderungan konsep perekonomian Indonesia?
5. Bagaimana pembagunan regional dan pembangunan khusus itu ?
2

1.3 Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah:
1. Untuk mengetahui definisi dan maslah pembangunan
2. Untuk mengetahui asumsi pembangunan
3. Untuk mengetahui perubahan paradigma perekonomian indonesia.
4. Untuk mengetahui kecenderungan konsep perekonomian indonesia.
5. Untuk mengetahui pembangunan regional dan pembangunan khusus.
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Masalah Pembangunan


2.1.1 Definisi Pembangunan
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, serta budaya (Alexander, 1994). Portes (1976) mendefinisikan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Secara umum, banyak
orang mengartikan istilah pembangunan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan warga
masyarakat yang terkait dengan bidang ekonomi, sosial, budaya, ataupun politik. Namun, dalam
realita kemajuan di sini, lebih sering diartikan sebagai kemajuan di bidang material. Oleh karena
itu, kata pembangunan sering dipahami sebagai kemajuan yang dicapai masyarakat di bidang
ekonomi.
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang disertai
dengan perubahan ciri-ciri penting suatu masyarakat. Ciri-ciri penting tersebut adalah perubahan
dalam keadaan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat, dan struktur kegiatan
ekonominya. Pembangunan ekonomi mencakup bidang kehidupan yang cukup luas. Tidak hanya
ekonomi, tetapi mencakup aspek kehidupan lain, seperti kehidupan sosial, pendidikan,
kesehatan, dan lainnya. Gambaran suatu negara yang dikatakan pembangunan ekonominya
berhasil adalah semakin menurunnya tingkat penggangguran dan kemiskinan, pendapatan
masyarakat semakin meningkat, serta kualitas sumber daya manusia semakin meningkat yang
ditandai dengan semakin banyaknya lulusan perguruan tinggi dan semakin berkurangnya anak
putus sekolah. Kehidupan masyarakat semakin modern ketika transportasi dan komunikasi
semakin maju, industri-industri semakin maju, kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin
kecil, teknologi semakin maju, akses kesehatan semakin mudah, serta tingkat permasalahan
sosial, seperti kriminalitas, semakin menurun.

2.1.2 Masalah Pembangunan


Dengan bertambah besarnya perhatian terhadap pembangunan ekonomi setelah Perang Dunia
II, para ahli ekonomi mulai melanjutkan penyelidikannya mengenai perkembangan ekonomi
4

suatu negara. Semua negara yang ada di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang,
tentu ingin melaksanakan pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan melaksanakan pembangunan
ekonomi adalah menaikkan pendapatan riil per kapita atau paling tidak mempertahankan tingkat
pendapatan yang telah dicapai. Bagi negara berkembang, pembangunan ekonomi dimaksudkan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar setaraf dengan tingkat hidup di negara
maju. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai Perang Dunia II, negara-negara berkembang taraf
hidupnya masih ketinggalan jauh apabila dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini
disebabkan adanya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh negara berkembang. Ada tiga
permasalahan dasar/pokok yang dihadapi oleh Negara berkembang. Apakah Anda sudah paham
tentang ketiga permasalahan tersebut? Untuk memahami ketiga permasalahan pokok tersebut,
Anda dapat membaca uraian berikut ini. Tiga permasalahan dasar yang dihadapi negara
berkembang sebagai berikut:
1. berkembangnya ketidakmerataan pendapatan,
2. kemiskinan,
3. gap atau jurang perbedaan yang semakin lebar antara negara maju dan negara
berkembang.
Titik perhatian utama permasalahan dasar pembangunan ekonomi di negara berkembang
adalah distribusi pendapatan yang tidak merata. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara berkembang, menurut Irma Adelman Cynthia
Taft Morris (1993), sebagai berikut.
1. Menurunnya pendapatan per kapita.
2. Inflasi, yaitu pendapatan uang bertambah, tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan
pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antardaerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive)
sehingga persentase pendapatan dari modal lebih besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan yang berasal dari kerja sehingga pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial.
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
5

7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) negara berkembang dalam perdagangan dengan
negara-negara maju sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara maju
terhadap barang-barang ekspor Negara berkembang.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat, seperti pertukangan, industri rumah tangga,
dan lain-lain.

Permasalahan dasar yang kedua adalah kemiskinan. Pada tahun 1990, perhatian masyarakat
terhadap masalah kemiskinan kembali dibicarakan. Perhatian tersebut berawal dari pernyataan
Bank Dunia (1990) di media massa yang memuji keberhasilan Indonesia dalam mengurangi
jumlah penduduk miskin. Menurut Andre Bayo Ala (1981), kemiskinan itu bersifat
multidimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, kemiskinan pun
memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang
berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, keterampilan, dan aspek
sekunder yang berupa miskin jaringan sosial serta sumber-sumber keuangan dan informasi.
Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang
rendah.
Permasalahan dasar yang ketiga adalah adanya jurang perbedaan yang semakin lebar
antara negara maju dan negara sedang berkembang. Sering dikatakan bahwa negara kaya akan
semakin kaya dan negara miskin akan semakin miskin karena semakin banyak jumlah anak-anak
yang menjadi tanggungan. Bagi negara berkembang, pembangunan ekonomi dimaksudkan untuk
meningkatkan taraf hidup agar dapat setara dengan tingkat hidup negara-negara maju. Jika tidak
melaksanakan pembangunan, jarak antara negara kaya dan negara miskin
semakin jauh. Oleh karena itu, tidak aneh kalau kemudian dikatakan yang kaya semakin kaya
dan yang miskin semakin miskin karena di Negara berkembang angka beban tanggungannya
semakin besar

2.2 Asumsi Pembangunan


Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk
diperdebatkan. Mungkin saja tidakada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata
pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai
dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi
6

oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan


pembangunan social hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang
menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikansebagai suatu upaya
terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap
warganegara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi,yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya
alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya
berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Adapun mekanismenya
menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya dan mampu berperan
secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang
berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai
moral dan etika umat.
Secara umum, kita dapat memberikan makna tentang pembangunan sebagai suatu proses
perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk
membuat perubahan sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi
pembangunan merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat beberapa cara untuk
menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok ukur pembangunan bukan hanya
pendapatan per kapita, namun lebih dari itu harus disertai oleh membaiknya distribusi
pendapatan, berkurangnya kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran.

2.3 Perubahan Paradigma Perekonomian Indonesia


2.3.1 Perubahan Paradigma Pembangunan ekonomi
Paradigma tradisional memiliki pandangan tentang pembangunan yang ada di Indonesia
sebagai negara yang berkembang, sehingga diidentikan dengan upaya untuk meningkatkan
pendapatan per-kapita atau dengan strategi pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi masalah-
masalah pembangunan yang berdasarkan pada pancasila dan pembukaan UUD 1945.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bentuk manifestasi keberhasilan didalam
meningkatkan tingkat GNP suatu negara pada periode tertentu melalui sector-sektor yang
berpeluang. Pemikiran yang demikian akan memunculkan teori pertumbuhan dan pembangunan
sebagai tujuan utama dari setiap kebijakan ekonomi, sebagai contoh Program MP3EI, dengan
7

adanya kebijakan tersebut diharapkan perekonomian Indonesia dapat menjadi lebih terarah
sesuai dengan rencana dan tepat sasaran untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara
optimum sehingga terciptanya masyarakat yang happiness dengan indikator tingkat
kesejahteraan.
Indikator perubahan pembangunan terjadi akibat dari perubahan pola pikir dari para
ekonom dan sebagai tuntutan perubahan zaman dalam visi 2025. Perubahan paradigma
pembangunan beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berpedoman pada tingkat
GNP sebagai sasaran pembangunan tetapi lebih memusatkan perhatian pada kualitas
pembangunan, pada saat inilah mulai mengkaji ulang kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak
sesuai dari rencana pembangunan. Pandangan dari ekonom mengenai berbagai aspek yang
berkaitan dengan masalah pembangunan negara berkembang dikenal dengan istilah ekonomi
pembangunan yang masuk dalam analisis makro ekonomi. Para ekonom menyadari
pembangunan ekonomi tidak terlepas dari kinerja pemerintah untuk selalu melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan menerapkan kebijakan secara
berkelanjutan sehingga tingkat kualitas pembangunannya akan selalu terjaga dengan baik.
Pembangunan ekonomi dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan energi, pangan,
transportasi, air bersih, sanitasi, kesehatan, telekomunikasi, infrastruktur secara
berkelanjutan (sustainable development), dan sesuai asas berkeadilan (growth with distribution).
Pembangunan ekonomi Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa agar
keluar sebagai pemenang dalam persaingan global. Selain itu, didalam proses pembangunan akan
dituntut semakin besar dalam perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna (appropriate technology) di semua aspek pembangunan ekonomi. Untuk menunjang visi
2025 Pemerintah Indonesia juga meningkatkan peran pembangunan ekonomi dalam
mengentaskan kemiskinan dan memperbaiki kemakmuran global yang berperan sebagai standar
ukuran pembangunan (basic need development).

2.3.2 Penyebab Perubahan


Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya transformasi paradigma
pembangunan (Adelman, 2000), yaitu:
Pertama, perubahan ideologi. Setiap generasi pemikir ekonomi mempunyai basis ideologi
sendiri-sendiri serta 5 Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi memiliki rujukan teoretis
dan policy prescriptions yang berlainan. Bila terjadi perubahan basis ideologi, maka otomatis
8

akan membawa perubahan pada kerangka teori dan policy prescriptions tersebut. Dalam hal ini,
kita bisa membandingkan antara pemikiran ahli-ahli ekonomi yang menganut mazhab Keynesian
dengan pemikiran ahli-ahli ekonomi lain yang menganut mazhab Neo-liberal.
Kedua, revolusi dan inovasi teknologi. Aktivitas ekonomi kini mengalami perubahan
sangat fundamental akibat sukses besar revolusi teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi
teknologi yang berlangsung spektakuler itu membawa implikasi luas dan pengaruh kuat pada
perkembangan teori dan paradigma pembangunan, contohnya lahirnya paradigma pembangunan
knowledge-based economy adalah produk revolusi teknologi tersebut.
Ketiga, perubahan lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi yang
berlangsung sangat intensif, yang tercermin pada kian terintegrasinya aktivitas ekonomi
antarbangsa. Gejala integrasi ekonomi ini lazim disebut borderless economy, yang ditandai oleh
adanya liberalisasi ekonomi dan intensifikasi perdagangan bebas antarnegara, meluasnya operasi
perusahaan multinasional, dan pesatnya perkembangan bisnis finansial internasional.
Ketiga faktor di atas jelas memengaruhi premis dasar dan preposisi teoretis dalam
perkembangan ilmu ekonomi terkini. Tentu saja, faktor-faktor tersebut menjadi daya dorong
yang kuat bagi para pemikir ekonomi untuk merumuskan ulang kerangka teoretis dan paradigma
pembangunan yang telah mapan selama ini. Kalau dirunut secara garis besar dan menurut
perkembangannya, ada tiga perubahan paradigma pembangunan ekonomi yang mendasar yang
terjadi di Indonesia dan negaranegara di dunia lainnya. Pada awalnya dimulai dari paradigma
pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan, kemudian pembangunan yang berorientasi
pada pemerataan, dan terakhir pembangunan yang berkelanjutan. Ketiga paradigma ini saling
berkaitan, baik langsung maupun tidak langsung.

2.3.3 Indikator keberhasilan pembangunan


Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di
Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga
makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan
tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional
antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah
9

tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan
pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau
PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T.
Tikson (2005) terhadap kelima indicator tersebut :
1. Pendapatan per-kapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu
indikaor makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang
dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa
diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional,
selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada
asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh
adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa
ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional.
Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk
pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

2. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan
transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya
perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan
jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan
perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan
diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor
pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.

3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di
wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila
pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman
industrialisasi di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah
10

urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi
akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri,
sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang
berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi
digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.

4. Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan
investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam
sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal
pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun
pemerintah.

5. Indeks Kualitas Hidup


IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan
gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya,
pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup
pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini,
angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan
ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan
keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah
orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini
menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan
mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap
sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan,
disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.

5. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)


The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator
pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar
11

yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya
manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan
sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah
proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal
ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh
terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi
tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam
hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur
panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses
untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen,
(1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP,
dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.
Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat
dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan
seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

2.4 Kecenderungan Konsep Perekonomian Indonesia


Pembangunan ekonomi yang didasarkan kepada demokrasi ekonomi menentukan bahwa
masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu,
pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan
ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha, sebaliknya dunia
usaha perlu memberikan tanggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim
tersebut dengan kegiatan yang nyata.
Ada berbagai macam sistem ekonomi di dunia yang saling berbeda satu sama lain.
Timbulnya berbagai macam sistem ekonomi yang berbeda tersebut dalam suatu negara
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ada dan tidaknya campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi.

2. Sistem pemerintahan yang di anut suatu negara.

3. Kepemilikan negara terhadap faktor-faktor produksi.


12

4. Sumber daya yang ada dalam suatu negara, baik sumber daya manusia maupun sumber
daya alam yang dimiliki.

Dari ke-empat faktor tersebut, timbul lah berbagai macam sistem ekonomi, di antaranya:
a. Sistem Ekonomi Tradisional

b. Sistem Ekonomi Terpusat/Komando (Sosialis)

c. Sistem Ekonomi Liberal (Kapitalis)

Dari berbagai sistem ekonomi yang ada di dunia ini, sistem ekonomi mempunyai fungsi
dalam perekonomian, di antaranya adalah :
 Menyediakan perangsang untuk berproduksi.

 Menyediakan cara/metode untuk mengkoordinasi kegiatan individu dalam suatu


perekonomian.

 Menyediakan mekanisme tertentu agar pembagian hasil produksi di antara anggota


masyarakat dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

Dari sedikit banyaknya penjelasan yang saya tau tentang Sistem Ekonomi, saya tidak bisa
menentukan Sistem Perekonomian mana yang lebih mudah untuk dilakukan. Tetapi saya melihat
dari sisi Negara di Indonesia. Sistem perekonomian manakah yang baik untuk Negara Indonesia
Menurut pendapat saya, Indonesia adalah negara yang terletak di Asia tenggara yang
merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut bank Dunia, Indonesia
digolongkan sebagai negara yang sedang berkembang (Under-Developed Country). Negara
Indonesia menggunakan sistem ekonomi Pancasila, yaitu sistem ekonomi yang mengambil hal
yang baik dari sistem ekonomi kapitalis dan komunis dan membuang yang buruk dari keduanya.
Pertanyaannya, Negara Indonesia yang merupakan negara sedang berkembang apakah lebih
baik menjadi negara yang menganut sistem kapitalis (liberal), Komunis (sosialis) atau tetap
seperti sekarang yaitu sistem ekonomi campuran atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi
Pancasila ?
Menurut saya, Indonesia lebih cocok menggunakan sistem ekonomi Pancasila (campuran).
jika kita lihat, Indonesia menggunakan sistem ekonomi kapitalisme murni. Masih banyak
masyarakat Indonesia saat ini yang dibawah garis kemiskinan. Apabila Indonesia menggunakan
13

sistem ekonomi Kapitalis, maka akan memiskinkan masyarakat. Ekonomi kapitalis murni tidak
bisa diterapkan di Indonesia, karena sistem tersebut hanya menguntungkan dua golongan, yakni
pemilik modal dan perbankan. Orang-orang yang memiliki modal akan semakin kaya, sementara
yang miskin akan semakin miskin dan akhirnya akan menyebabkan ketimpangan.
Kedua, kebanyakan masyarakat Indonesia memiliki usaha yang masih tergolong kedalam
UKM ( Usaha Kecil Menengah) yang masih belum bisa bersaing secara sempurna dengan usaha-
usaha yang besar. Oleh sebab itu, maka diperlukan peran pemerintah (Komunis/Sosialis) untuk
membantu dalam mengatur atau memberikan keibjakan agar Infant Industry tersebut bisa
berkembang. Dalam kapitalisme murni, pemerintah tidak diperbolehkan melakukan hal ini, oleh
sebab itu kapitalisme murni tidak bisa diterapkan di Indonesia.
Ketiga, dalam Kapitalis murni, perusahaan atau suatu usaha didirikan dengan tujuan Profit
Motive. Di Indonesia hal itu tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya. Campur tangan pemerintah
sangat diperlukan pada hal-hal tertentu, seperti dalam penyediaan barang-barang publik seperti
jalan dan jembatan. Apabila semua perusahaan bergerak dengan motif keuntungan, maka barang-
barang publik tidak akan pernah tersedia, perusahaan tidak mau membuat barang publik karena
tidak menguntungkan bagi perusahaan. Oleh sebab itu maka peran pemerintah diperlukan.
Keempat, Indonesia adalah negara yang masih sedang berkembang, di karenakan kegagalan
pasar masih sering terjadi yang dapat disebabkan oleh kurang meratanya informasi dan
aksesibilitas terhadap sarana transportasi dan komunikasi. Apabila ekonomi diserahkan ke pasar
sepenuhnya, maka akan terjadi kegagalan pasar yang akan membuat perekonomian menjadi
buruk. Masalah ekonomi seperti Inflasi dan pengangguran yang tinggi bisa muncul dan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan akhirnya akan terjadi kemiskinan. Peran
pemerintah diperlukan dalam mengatur pasar, seperti membuat Lembaga pengaturan pasar
seperti BULOG.
Selanjutnya, yang kita lihat apabila Indonesia menganut sistem ekonomi Komunis/Sosialis.
Indonesia tidak bisa menerapkan sistem ekonomi kapitalis murni. Namun pada kenyataannya
Indonesia juga tidak bisa menerapkan sistem ekonomi komunis murni. peran pemerintah yang
menjadi ciri sistem ekonomi Komunis sangat diperlukan dalam membangun perekonomian
Negara Indonesia, maka Indonesia tidak cocok menggunakan sistem ekonomi kapitalis murni
maupun komunis murni. Indonesia lebih cocok dengan sistem ekonomi yang sudah di anut oleh
14

Indonesia saat ini yaitu sistem ekonomi Pancasila (campuran) yang merupakan sistem ekonomi
yang sangat baik. Hanya saja masalahnya bagaimana cara penerapan dalam kenyataan.
Landasan ekonomi Indonesia telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 yang isinya:

1. Ayat 1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan.
2. Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Ayat 3: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Ayat 4: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

2.5 Pembangunan Regional dan Pembangunan Khusus


2.5.1 Pembangunan Regional
1. Pengertian
Pembangunan regional adalah usaha meningkatkan kualitas kehidupan maupun kualitas
lingkungan, sektor dan jangkauannya sangat luas. (Sumaatmaja, 1989: 49) Menurut sumber lain,
pembangunan regional ialah strategi pemerintah nasional dalam menjalankan campur tangan
pemerintah untuk mempengaruhi jalannnya proses pembangunan di daerah-daerah sebagai
bagian dari daerah nasional supaya terjadi perkembangan kearah yang dikehendaki.
2. Landasan Pembangunan Regional
Kawasan Indonesia terdiri dari 13.667 pulau. Luas daratan di Indonesia mencapai
1.922.570 Km2, luas perairannya 3.257.483 Km2. Jadi, luas keseluruhannya mencapai 5.180.053
Km2, jika ditambah dengan ZEE maka luas Indonesia mencapai 7.900.000 Km2, secara
administrasi Negara Indonesia terbagi menjadi 33 provinsi, menurut kecermatan yang tinggi
dalam melaksanakan strategi pembangunan nasional dan regional. Wilayah yang luas yang terdiri
dari lautan juga luas, serta di beberapa bagian daratan dan laut berbatasan langsung dengan
Negara tetangga, dalam melaksanakan pembangunan diperlukan koordinasi serta komunikasi
15

yang meyakinkan agar asas adil dan merata benar-benar dapat dilaksanakan. Ditinjau dari aspek
kependudukan, sifat demografi Indonesia menunjukan pemerataan yang tidak seimbang.
Perbedaan demografi secara regional baik yang berkenaan dengan unsur fisis maupun unsur non
fisis, memberikan dasar yang berbeda dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di
kawasan masing-masing.
Landasan-landasan geografi yang perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi regional
setempat, yaitu lokasi, kondisi demografi, prasarana dan sarana, potensi sumber daya, sosial
budaya setempat, kesuburan tanah, hidrologi dan topografi region masing-masing.
Memperhatikan lokasinya, apakah perbatasan dengan negara tetangga, di daerah pegunungan, di
daerah dataran rendah, daerah pedalaman, di pantai, daerah aliran sungai dan lain-lainnya. lokasi
region tersebut, memberikan landasan bagi pembangunan setempat apakah akan daerah
pelabuhan, kawasan industri, kawasan pertanian, daerah pariwisata, kota dan perkampungan
pelajar dan mahasiswa, kawasan perdagangan dan lain-lain. Dari faktor lokasi saja sudah cukup
banyak alternatif yang dapat diketengahkan.
Landasan kependudukan yang wajib diperhatikan bagi pembangunan juga berkenaan
dengan kualitas kehidupannya, tingkat pendidikan, kombinasi berdasarkan umur, penyebarannya
dalam ruang, keadaan sosial budaya, dan lain-lain. Bagi kepentingan pembangunan, jika region
tersebut penduduknya sangat rengang, berarti perlu mendatangkan penduduk dari wilayah lain,
jika kesuburan tanah, dan keadaan hidrologi memadai, bahkan region tersebut dapat dibangun
sebagai daerah trasmigrasi. Selain menambah sumber daya manusia bagi ketenagakerjaan juga
dapat dibina integrasi nasional.
Tingkat pendidikan penduduk dan kebutuhan akan pendidikan, memberi landasan tentang
perencanaan, pengembangan dan pembangunan pendidikan region yang bersangkutan. aspirasi,
jumlah, penyebaran dan tingkat penduduk, menggambarkan lapangan pekerjaan yang bagaimana
cocok pada region tersebut agar nantinya ada relevannya.
Aspek potensi sumber daya yang ada di suatu region, terkait dengan kebutuhan
pembangunan yang wajib diadakan, memperhatikan jenis sumber daya yang ada di kawasan tadi
nantinya mampu menompang pembangunan.
Prasarana dan sarana yang ada di suatu kawasan, berupa jalan, jembatan, jaringan
telekomunikasi, kendaraan, pelabuhan, terminal dan lain sebagainya, memberikan landasan
16

terhadap kelancaran dan pelaksanaan pembangunan setempat. Jika prasarana ini belum memadai
perencanaan dan penbangunan wajib diarahkan pada pembangunan di sektor ini.
Keadaan iklim, cuaca, khususnya berkenaan dengan curah hujan sebagai sumber daya air
yang mempengaruhi hidrologi serta tinggi rendah temperatur, berpengaruh langsung terhadap
sektor pertaniaan dalam arti luas (cocok tanam, perkebunan, peternakan, perikanan).
Keadaan morfologi dan topografi wilayah Indonesia dari satu region ke region lainnya
yang tidak seragam. Hal ini member landasan perencanaan pengembangan dan pembangunan
sektor pertaniaan, prasarana dan sarana (jalan, medan, jembatan telekomunikasi) dan biasanya
morfologi dan topografi berpengaruh terhadap sektor pariwisata, karena morfologi dan topografi
juga secara alamiah menganugrahkan keindahan alam yang dapat dimanfaatkan.
Hidrologi setempat seperti sungai, danau rawa dan laut, keadaan hidrologi secara langsung
berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan kepariwisataan, dalam perkembangan
kependudukan, ekonomi, pemukiman dan perkotaan dewasa ini di Indonesia keadaan hidrologi
cukup menjadi masalah yang wajib ditangani secara terencana. (Sumaatmaja, 1988).

3. Kebijaksanaan Pembangunan Regional


Kebijaksanaan pembangunan regional adalah segala usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pembangunan meningkatkan kualitas kehidupan dan kualitas lingkungan dalam region
tersebut.
Dalam menerapkan kebijakan regional juga harus menerapkan pendekatan yang berbeda
sesuai dengan kondisi geografi dan sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Asas adil dan
merata yang diterapkan dalam pembangunan nasional yang diterapkan dalam pembangunan
regional, berarti setiap daerah memiliki kesempatan yang sama dalam pembangunan, tetapi pada
pelaksanaannya dengan modal dasar dan factor dominan. Dengan demikian pembangunan
regional harus disesuaikan dengankondisi pada daerah bersangkutan demi kesejahteraan dan
peningkatan kualitas lingkungan.
Ada 3 tahapan dalam pembangunan regional, yaitu pra pembangunan, proses
pembangunan, dan pasca pembangunan.
Dalam melaksanakan pembangunan dan kebijakan pembangunan regional, pada tahap pra
pembangunan kita wajib melakukan penelitian yang dimulai dengan identifikasi modal dasar apa
yang dimiliki region yang bersangkutan, faktor dominan apa yang melandasinya dan masalah-
masalah apa yang menjadi hambatan yang harus diatasi. Ketiga pokok tersebut wajib ditelaah
17

secara mendalam demi keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Untuk itu perlu melakukan
pengumpulan data region yang akan dikembangkan dan dibangun di region yang bersangkutan.
Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk ditarik kesimpulannya. Kesimpulan tersebut
menjadi dasar perencanaan bagi pembuat keputusan untuk mengembangkan “ kebijaksanaan
pembangunan regional”.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembangunan regional antara lain:
1. Faktor hidrografi, sebagai peninjang secara langsung dalam kehidupan, menjamin
pertanian, pembangkit tenaga, dan prasarana serta sarana komunikkasi transportasi.
2. Faktor topografi, dalam hal ini tinggi rendahnya permukaan bumi setempat yang
memberi landasan terhadap pembangunan yang akan dikembangkan di region yang
bersangkutan.
3. Faktor klimatologi, merupakan factor domiana yang berpengaruh terhadap gerak langkah
manusia termasuk perencanaan dan pelaksanaan pembangunan regional dan nasional.
4. Faktor flora dan fauna merupakan sumber daya hayati, contonya tumbuh-timbuhan,
hutan, hewan di darat maupundi peraiaran yang menunjang pengembangan dan
pembangunan region tersebut.
5. Faktor kemungkinan pengembangan, merupakan faktor yang wajib diperhitungkan bagi
masa depan mengingatpertumbuhan dan perkembangan penduduk dengan segala
kebutuhannya yang tidak kunjung akan berhenti. Factor ini menunjang stabilitas
kehidupan dengan pengembangan dan pembangunannya pada masa yang akan datang.

Modal dan faktor diatas, dianalisis dan dirumuskan menjadi aspek-aspek geografi yang
dapat diteliti bagi kepentingan perancangan, perencanaan dan pembangunan regional serta
nasional. Selanjutnya, tiap aspek tadi diukur tingkat kualitasnya untuk menentukan
kebijakasanaan regioanal dalam rangka membuat keputusan tentang model pembangunan yang
akan dikembangkan. Untuk kepentingan pengukuran tadi, kita wajib menentukan parameter yang
menjadi pedoman penentuan kualitas aspek yang menunjang atau menjadi masalah/penghambat
pembangunan.
Kembali kepada identifikasi, pengumpulan data dan analisis aspek-aspek geografi region
yang akan dikembangkan, aspek-aspek geografi yang akan diidentifikasi dan dianalisis meliputi:
 Keadaan lahan dengan kondisi morfooginya
 Kemungkinan pengmbangan transportasi-komunikasi
18

 Kemungkinan pengembangan teknologi


 Kependudukan (demografi)
 Hidrologi
 Iklim dan cuaca
 Kemungkinan penjagaan dan pelestariaan lingkungan
 Lokasi relatif terhadap daerah lain.
Secara umum, aspek-aspek diatas merupakan modal dasar dan faktor dominan bagi
pengembangan industri, pemukiman dan daerah perdagangan. Tetapi sektor manakah yang
paling sesuai dan pada lokasi mana dari region itu yang paling serasi bagi sektor tersebut untuk
dikembangkan, disini perlu pengumpulan data dan analisis lebih lanjut. (Sumaatmaja, 1988)

4. Pelaksanaan Pembangunan Regional


Dalam pelaksanaan pembangunan regional, diperlukan perencanaan yang tepat. agar sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki. Proses perencanaan pembangunan harus dikaitkan dengan
orientasi untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Perencanaan pembangunan
yang ideal dilaksanakan memenuhi beberapa dimensi, yaitu :
a. Dimensi Substansi, artinya rencana pembangunan yang disusun dari sisi materinya harus
sesuai dengan aspirasi dan tuntutan yang berkembang di masyarakat.
b. Dimensi Proses, artinya proses penyusunan rencana pembangunan yang dilaksanakan
memenuhi kriteria scientific (memenuhi kaidah keilmuan atau rational) dan demokrasi
dalam pengambilan keputusan,
c. Dimensi Konteks, artinya rencana pembangunan yang telah disusun benar-benar didasari
oleh niat untuk mensejahterakan masyarakat dan bukan didasari oleh kepentingan-
kepentingan tertentu.
Perkembangan kehidupan manusia sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang membawa dampak terhadap pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekonolgi bagi
kehidupan umat manusia pada umumnya. Contohnya ada komputer, handphone, dan lain-
lainnya. Hal tersebut membuat kemudahan-kemudahan manusia dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai bidangnya. (Sumaatmaja, 1988)
Pelaksanaan pembangunan di Indonesia seharusnya berwawasan lingkungan. Artinya,
pembangunan dalam suatu sektor kehidupan harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh
19

karena itu ada perencanaannya, yang wajib disertai analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan
analisis manfaat dan resiko terhadap lingkungan (AMRIL).
Kegiatan yang dilakukan manusia sangat bermacam-macam , misalnya dalam usulan dalam
kegiatan pembangunan. Umpamanya usualan tersebut adalah pembuatan jalan raya yang
memeotong sebuah pinggiran kota. Bila tegak lurus dengan jalan raya itu terdapat puluhan
aliaran sungai-sungai (besar maupun kecil), maka suatu sitem drainase yang kurang baik yang
dapat menimbulkan dampak banjir, maka dampaknya akan dirasakan oleh penduduk setempat.
Hal ini berarti bahwa dalam memanfaatkan lingkungan alam dalam bentuk pembangunan, wajib
memperhatikan kelestarian dan kualitas lingkungan agar manfaat serta kegunaanya tetap
langgeng.(Soeriatmaja,2000:60)
Penduduk dan kebutuhannya baik secara kuantitatif maupun kualitatif akan terus
meningkat. Hal ini yang mendorong pertumbuhan produksi barang-barang konsumsi dengan
perdagangannya. Sehingga volume perdagangannya juga terus meningkat.

2.5.2 Pembangunan Khusus


Daerah yang memiliki kekhasan, sebagaimana wilayah desentralisasi asimetris harus
mampu menjadi pedoman arah pembangunan yang sesungguhnya. Daerah khusus/istimewa juga
harus dapat menjadi teladan bagi seluruh rakyat, jauh dari kesan negatif, seperti korupsi, kolusi,
nepotisme, atau tindakan yang tidak pantas lainnya.
Dalam perjalanan pembangunan daerah khusus/istimewa, memiliki prinsip dimana alokasi
anggaran yang diberikan memiliki muara yang sama, yakni harus digunakan untuk kesejahteraan
rakyat. Di sisi lain, tantangan pengentasan kemiskinan dan penurunan ketimpangan
pembangunan merupakan problematika nyata yang mendesak untuk ditangani.
Dalam keistimewaan atau otonomi khusus, tidak sekedar terkait konteks demokrasi dan
teknis tata kelola administrasi pemerintahan saja. Namun adanya kesadaran bahwa alokasi dana
keistimewaan dan otonomi khusus itu esensinya berasal dari uang rakyat. Hal ini berarti, setiap
rupiah yang digunakan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Salah satu contoh pembangunan khusus yaitu terletak di daerah istimewa Yogyakarta atau
DIY. Terkait status keistimewaan DIY, kekhususan atau keistimewaan bukan merupakan hadiah
pemerintah atau sekedar status baru bagi DIY. Keistimewaan juga bukan sekedar memelihara
budaya leluhur, apalagi dimaknai sebagai merawat feodalisme. Keistimewaan bagi DIY
20

merupakan apresiasi atas perjalanan seluruh elemen wilayah ini terhadap keberlangsungan
republik, keberlanjutan demokrasi, keberlangsungan keragaman, eksistensi atas kearifan lokal.
Adapun tujuan dan hasil akhir dari pelaksanaan kebijakan desentralisaai asimetris pada dasarnya
sama, yaitu terselenggaranya pemerintah daerah yang efektif dan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat dalam kerangka NKRI. Untuk itu, koordonasi dan sinergitas aparatur harus terus
ditingkatkan untuk mencapai output yang diharapkan.
21

BAB 3. KESIMPULAN

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system


sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, serta budaya (Alexander, 1994). Portes (1976) mendefinisikan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Secara umum, banyak
orang mengartikan istilah pembangunan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan warga
masyarakat yang terkait dengan bidang ekonomi, sosial, budaya, ataupun politik. Namun, dalam
realita kemajuan di sini, lebih sering diartikan sebagai kemajuan di bidang material. Oleh karena
itu, kata pembangunan sering dipahami sebagai kemajuan yang dicapai masyarakat di bidang
ekonomi.
Paradigma tradisional memiliki pandangan tentang pembangunan yang ada di Indonesia
sebagai negara yang berkembang, sehingga diidentikan dengan upaya untuk meningkatkan
pendapatan per-kapita atau dengan strategi pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi masalah-
masalah pembangunan yang berdasarkan pada pancasila dan pembukaan UUD 1945.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu bentuk manifestasi keberhasilan didalam
meningkatkan tingkat GNP suatu negara pada periode tertentu melalui sector-sektor yang
berpeluang. Tetapi Perubahan paradigma pembangunan beranggapan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak hanya berpedoman pada tingkat GNP sebagai sasaran pembangunan tetapi lebih
memusatkan perhatian pada kualitas pembangunan.
22
23

DAFTAR PUSTAKA

Junaedi. 2014. Tranformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi. :4-6

Mulyani, Endang. Konsep Dasar dalam Pembangunan Ekonomi dan Permasalahan Dasar
Pembangunan Ekonomi di Negara Berkembang. PKOP4207/Modul 1 : 1.4 – 1.29

https://jogjaprov.go.id/berita/detail/7544-daerah-khusus-istimewa-harus-jadi-pedoman-arah-
pembangunan. (Diakses pada 27 Februari 2019).

Ghina, Nisa. 2012. Ekonomi Pembangunan Regional.


https://www.academia.edu/8357434/Ekonomi_Pembangunan_Regional (Diakses pada 19 Juli
2012)

Kartono DT, nurcholis H. konsep dan teori pembangunan.


http://www.academia.edu/download/57288064/IPEM4542-M11.pdf (Diakses pada 26 Oktober
2019)

https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/teori-dan-indikator-pembangunan-12 (Diakses pada 27


Oktober 2019)

https://www.kompasiana.com/noviaeris/5815a34af97a61031e7c38f0/konsep-sistem-ekonomi-
yang-sesuai-dengan-indonesia/page=2# (diakses Pada 26 Oktober 2019)

https://www.kompasiana.com/risandaabe/54f673efa33311f3158b4b90/paradigma-dan-indikator-
pembangunan-ekonomi-indonesia# (Diakses pada 26 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai