Anda di halaman 1dari 24

Makalah Perekonomian Indonesia

EKSPOR IMPOR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan Dosen
Pengampu: Fivien Muslihatinningsih, SE.,M.Si

Kelompok 7:

1. Aliyatus Sholeha 180810301235


2. Atillah Rahman 180810301236
3. Figuh Kuncoro Wiseso 180810301237
4. Nurahman Dwi Setyo 180810301238
5. Lailati Masroh 180810301246

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2019

i
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikmat sehat-Nya, baik
berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia dengan judul “Ekspor
Impor”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahaan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk maklah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas kerjasamanya
sehingga kami dapat menulis makalah ini.

Jember, 23 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1 Analisis Industri Penganti Impor....................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Industri Penganti Impor............................................................ 3
2.1.2 Motif-Motif Penganti Impor....................................................................... 3
2.1.3 Penganti Impor dan Pinjaman Luar Negeri................................................ 6
2.1.4 Subtitusi Impor diberbagai Sektor.............................................................. 7
2.2 Analisis Indutri Pendorong Ekspor................................................................... 8
2.2.1 Perkembangan Ekspor di Indonesia........................................................... 8
2.2.2 Strategi Industri Pendorong Ekspor........................................................... 10
2.3 Analisis Pengangguran dan Teknologi.............................................................. 11
2.3.1 Pengangguran............................................................................................. 11
2.3.2 Teknologi.................................................................................................... 12
2.3.3 Solusi Agar Teknologi Tidak Meningkatkan Pengangguran..................... 14
2.4 Kebijakan Pemerintah Untuk Meningkatkan Ekspor Impor............................. 17
BAB 3. KESIMPULAN................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana
pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah
pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga
memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998 nilai ekspor
non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999
peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2
juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia
sejak pertengahan tahun 1997. Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk
total maupun tanpa migas, namun hal ini tidak berjalan dengan lancar dilihat dari naik turunnya
ekspor di indonesia dan meningkat pesatnya impor di indonesia
Beberapa ekonom menyebutkan bahwa Indonesia mengalami perbaikan ekonomi. Pasar
internasional juga sedang menunjukkan pemulihan dengan kemampuan pasar yang berpotensi
menyerap pasokan produk industri nasional. Jadi ada peluang meningkatkan kinerja ekspor bila
Indonesia bisa mengoptimalkan kapasitas produksi dalam negeri karena pulihnya pasar global.
Tentu merumuskan kebijakan ekspor yang menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam
perdagangan internasional menjadi penting. Tentu merumuskan kebijakan ekspor yang
menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam perdagangan internasional menjadi penting.
Prestasi mengangkat kembali nilai ekspor tergantung dari kebijaksanaan ekonomi yang ditempuh
baik yang berada dalam lini bisnis vital maupun pendukung secara kuantitatif.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini adalah rumusan masalah yang ada dalam makalah ini:
1. Apa itu analisis Industri Penganti Impor
2. Apa Industri Mendorong Ekspor ?
3. Bagaimana Analisis Teknologi dan Pengangguran
4. Bagaimana Kebijakan Ekspor Impor di Indonesia
2

1.3 Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari penulisan makalah:
1. Untuk mengetahui industri penganti impor.
2. Untuk mengetahui industri pendorong ekspor di indonesia
3. Untuk mengetahui hubungan teknologi dan pengangguran
4. Untuk mengetahui kebijakan ekspor impor yang ada di indonesia.
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Analisis Industri Penganti Impor


2.1.1 Pengertian Industri Pengganti Impor
Negara berkembang telah bertekad untuk memajukan industrilisasi di negaranya, karena
Negara berkembang ini yakin industrilisasi ini, dapat menaikkan taraf hidup rakyatnya. Sehingga
pembangunan ekonomi di Negara berkembang dengan industrilisasi, sudah merupakan strategi
dalam pembangunan ekonominya. Industrilisasi tersebut meliputi berbagai cara diantaranya
yakni:
1. Subsitusi impor yang dimasudkan supaya banyak barang-barang baru yang di hasilkan
didalam negeri yang semula di impor.
2. Diversifikasi ekspor yang dimaksudkan akan memperbanyak macam barang yang
diekspor.
Negara-negara berkembang dalam menyelenggarakan pembangunan ekonomi terutama
industrilisasi ini, Negara berkembang membutuhkan valuta asing atau devisa yang banyak untuk
mengimpor barng-barang capital dari negara yang telah maju industrinya. Sumber sumber devisa
antara lain:
1. Sektor ekspor.
2. Pinjaman dari luar negeri.
3. Bantuan luar negeri.
Perekonomian Negara berkembang di dasarkan pada produksi primer yang di ekspor ke
negara–negara maju. Sehingga devisa hasil ekspor ini, kemudian di gunakan untuk mengimpor
barang-barang capital guna menyelenggarakan industrialisasi atau pembangunan di negaranya.

2.1.2 Motif-Motif Pengganti Impor


Untuk mengadakan pengganti impor, antara negara yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda, dan saatnya pun berbeda pula.
1. Bagi negara sedang berkembang, dimana negara-negara tersebut biasanya mengalami
kesulitan dalam neraca pembayarannya, maka pengganti impor dimaksudkan untuk
mengurangi atau menghemat penggunaan devisa. Devisa merupakan faktor yang langka dan
sangat dibutuhkan di negara-negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi.
Dalam hal impor negara tersebut belum dapat menghasilkan sendiri secara cukup barang-
4

barang kapital atau barang-barang konsumsi pokok yang perlu dalam jangka pendek, selalu
bertambah besar. Bila devisa yang tersedia terbatas, maka rencana-rencana pembangunan
tidak dapat berjalan dengan baik.
2. Pengganti impor sering timbul bila pemerintah suatu negara berusaha memperbaiki Neraca
Pembangunannya, baik dengan cara pembatasan impor (kuota) maupun tarif. Yang
mengakibatkan berkurangnya barang-barang impor , sedangkan permintaan akan barang
tersebut masih besar. Sehingga mendorong pemerintah sendiri maupun wiraswasta untuk
menghasilkan barang –barang yang dibatasi impornya. Jadi timbulnya pengganti impor
dalam bidang industri sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah didalam usahanya
memperbaiki Neraca Pembayaran yang defisit.
3. Ada juga suatu negara yang mengadakan industrialisasi dengan tujuan dapat memenuhi
kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dan karena semangat kemerdekaan yang
timbul di negara yang sedang berkembang. Keadaan ini mendorong timbulnya industri
penggabti impor baik yang menghasilkan barang-barang konsumsi pokok maupun
barangbarang kapital yang perlu bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi.
4. Alasan lain dengan adanya industri pengganti impor ialah karena pemerintah bertujuan
untuk memajukan memperkembangkan kegiatan ekonomi didalam negeri. Untuk
memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri yang pokok didalam
negeri, Negara tersebut terpaksa menjalankan suatu politik proteksi dan memberikan
berbagai fasilitas pada pengusaha-pengusaha swasta. Maka keuntungan yang diperoleh para
pengusaha swasta dapat meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.

Walaupun mendapatkan keuntungan, namun kenyataannya hasil yang dicapai sangat sedikit,
tidak seperti yang diharapkan. Keadaan seperti ini disebabkan oleh adanya masalah-masalah
yang cukup rumit yang dihadapi negara yang sedang berkembang didalam menghasilkan barang-
barang pengganti impor guna menghadapi persaingan barang-barang itu sendiri. Masalah-
masalah yang dihadapi oleh negara-negara tersebut diantaranya ialah:

1. Kualitas Barang-barang yang Dihasilkan


Kualitas barang-barang yang dihasilkan didalam negeri sebagai barang pengganti impor
sering jauh rendah daripada hasil produksi luar negeri yang diimpor, yaitu pada saat
permulaan industri pengganti impor itu didirikan. Jika kualitas barang yang rendah ini
5

diekspor karena pasar dalam negeri sudah jenuh, akan mengurangi kepercayaan para
konsumen luar negeri. Jika demikian industri pengganti impor itu bukannya menghemat
penggunaan devisa melainkan justru mengakibatkan penerimaan ekspor akan berkurang.
2. Biaya Produksi
Dalam tahap awal industrialisasi biasanya dibutuhkan biaya yang sangat besar, baik
untuk mendidik tenaga kerja, membeli mesin-mesin, maupun membayar bahan bahan dasar
yang dibutuhkan. Oleh karenanya ongkos produksi pada permulaan industrialisasi sangat
tinggi, lebih-lebih jika kapital yang dipinjam oleh luar negeri disertai dengan tingkat bunga
yang tinggi. Maka dari itu untuk menghadapi persaingan dari barang-barang impor yang
kualitasnya lebih baik dan biaya produksinya (harganya) lebih murah, pemerintah dapat
memberikan suatu proteksi tarif ataupun pengendalian impor. Pemerintah juga dapat
memberikan subsidi pada industri tersebut, sehingga biaya produksinya dapat lebih murah
untuk menendingi harga barang-barang impor dan diharapkan industri pengganti impor
dapat berhasil.
3. Efisiensi Alokasi Faktor Produksi
Untuk adanya suatu perkembangan ekonomi diperlukan berbagai macam faktor,
diantaranya faktor kapital, faktor tenaga kerja, faktor sumber alam serta faktor wiraswasta
dan teknologi. Faktor kapital merupakan faktor yang langka dinegara yang sedang
berkembang. Penggunaan kapital pada tingkat permulaan industrialisasi sering kurang
efisien, padahal tujuan negara tersebut adalah mengadakan atau mengusahakan berdirinya
industri pengganti impor. Dengan alasan tersebut proteksi dapat dilaksanakan, sehingga
dapat menaikkan penghasilan dari kapital tersebut.
4. Tenaga Kerja
Faktor tenaga kerja yang tersedia di negara berkembang cukup banyak dan ini dapat
digunakan untuk melaksanakan industrialisasi. Kebanyakan dari tenaga kerja yang ada itu
adalah tenaga kerja kurang terdidik. Dalam mengadakan industrialisasi, disamping
dibutuhkan tenaga kerja kurang terdidik dan semi terdidik juga dibutuhkan tenaga kerja yang
cukup terdidik dibidangnya masing-masing. Untuk mendatangkan atau mendidik tenaga ahli
diperlukan sejumlah besar kapital. Oleh karenanya didalam melaksanakan industrialisasi,
sumber tenaga kerja ini harus dialokasikan sabaik mungkin sehingga efisiensi kerjanya dapat
6

meningkat dan dapat mendorong perkembangan industri-industri pengganti impor lebih jauh
lagi.
5. Sumber Daya Alam
Untuk dapat mengolah sumber-sumber alam yang potensial menjadi sumber alam yang
riil dibutuhkan berbagai faktor produksi lain yang berwujud kapital, tingkat teknologi dan
wiraswasta yang cukup. Dalam usahanya mengolah sumber-sumber alam yang potensial
menjadi sumber alam riil. Negaranegara berkembang kerapkali mendatangkan bantuan dari
bantuan dari negara-negara yang sudah maju dalam bentuk kapital maupun tanaga-tanaga
ahli. Jelaslah bahwa pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia dinegara sedang
berkembang kurang efektif. Oleh karenanya didalam melaksanakan industrialisasi dengan
jalan pengganti impor hendaknya sungguh-sungguh dipilih sumber-sumber alam yang dapat
segera dimanfaatkan guna mendorong perkembangan industri pengganti impor itu sendiri.
6. Wiraswasta dan Teknologi.
Faktor perkembangan ekonomi yang lain, yaitu wiraswasta dan teknologi, juga masih
sedikit jumlahnya di negara-negara sedang berkembang dan relatif masih dalam tingkatan
yang rendah. Tugas wiraswasta di negara sedang berkembang lebih ringan daripada di
negara-negara maju. Mereka tidak perlu mengadakan penemuan penemuan baru, melainkan
dengan hanya meniru penemuan-penemuan baru yang telah ditemukan dahulu di negara-
negara maju. Hal inilah yang menghalangi timbulnya para wiraswasta dan perkembangan
teknologi di negara yang sedang berkembang. Hal lain yang merintangi tumbuhnya
wiraswasta di negara sedang berkembang adalah keadaan sosial dan kebudayaan yang
terdapat di negara tersebut, sistem politik maupun adat istiadatnya. Jelas bahwa wiraswasta
yang terdapat di negara yang sedang berkembang masih sedikit sekali.Maka dari itu
penggunaan wiraswasta harus seefisien mungkin. Jangan sampai wiraswasta yang sedikit
jumlahnya itu dialokasikan di sektorsektor yang kurang efisien dan kurang produktif.

2.1.3 Pengganti Impor Dan Pinjaman Luar Negeri

Kebijakan yang diambil pemerintah negara sedang berkembang diarahkan kepada


pembangunan ekonomi negara. Sehingga masalah yang yang dirumuskan adalah menentukan
alat yang paling efektif guna mencapai tujuan atau target yang telah di tentukan dalam rencana
pembangunan ekonomi, untuk itu diperlukan sekali banyak kapital. Kenyataannya negara sedang
7

bekembang minim akan kapital daripada kebutuhan pembangunannya. Karena negara tersebut
tidak mempunyai dan belum dapat membuat sendiri alat kapital yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan itu, maka terpaksa mendatangkan dari negara yang telah maju
industrinya. Oleh karena itu diperlukanlah alat pembayaran luar negeri atau devisa. Devisa dapat
diperoleh diantaranya:
1. Dengan mengekspor barang ke luar negeri.
2. Dengan menarik pinjaman atau kredit dari luar negeri.
3. Dengan bantuan atau hadiah yang diterima negara tersebut dari negara lain.
4. Dengan menarik kapital asing untuk diinvestasikan langsung di dalam negeri.

2.1.4 Subsitusi Impor Di Berbagai Sektor


Pengganti impor dianggap ada apabila bagi suatu barang tertentu produksinya meningkat
lebih cepat daripada impornya, sehingga impor barang-barang tersebut merupakan bagian yang
makin sedikit dari jumlah total penawaranya.
1. Industri Barang Konsumsi Pokok Alasan negara memulai industrialisasinya dengan industri-
industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi :
a. Pada umumnya negara tersebut pendapatanya masih rendah,
b. Adanya efek pamer yang berlaku di negara yang sedang berkembang,
c. Pasar konsumsi lebih luas dari pada pasar barang-barang kapital,
d. Tingkat teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang-barang kapital lebih
tinggi daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang-baranga konsumsi.
2. Industri Pangan (Pertanian) Di negara yang sedang berkembang,target produksi pertanian
termasuk termasuk pula penghasilan devisa dengan jalan menaikan ekspor dan juga
penghematan devisa dengan jalan mengurangi impor.Tetapi pada kenyataanya negara edang
berkembang yang behasil mengurangi impor hasil pertanian hanya beberapa
saja..Pembangunan pertanian dapat diharapkan berhasil asal diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Pemasaran hasil pertanian harus terjamin,
b. Harus ada perubahan terhologi terus-menerus,
c. Tersedianya alat-alat bagi petani di tempat tinggal atau tempat mereka bekerja,
d. Harus ada dorongan bagi petani untuk lebih produktif,
e. Harus ada transportasi yang murah dan efisian.
8

2.2 Analisis Industri Pendorong Ekspor


Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke
negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari beacukai di
negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional, lawannya adalah impor.

2.2.1 Perkembangan Ekspor di Indonesia


Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi non migas dimana
pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor migas. Pergeseran ini terjadi setelah
pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga
memungkinkan produsen untuk meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998 nilai ekspor
non migas telah mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999
peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau nilainya 38.873,2
juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan krisis moneter yang melanda indonesia
sejak pertengahan tahun 1997.
Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total maupun tanpa migas,
yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor dan 47.757,4 juta US$ (22,85%)
untuk non migas. Namun peningkatan tersebut tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun
2001 total ekspor hanya sebesar 56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk
eskpor non migas yang menurun 8,53%. Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi
61.058,2 juta US$ atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$.
Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8 juta US$.
Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta US$ (naik 17,24%)
demikian juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3 juta US$. Pada tahun 2006 nilai
ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi 100.798,6 juta US$ atau naik 17,67%, begitu
juga dengan ekspor non migas yang naik 19,81% dibandingkan tahun 2005 menjadi 79.589,1
juta US$.
9

Peran Ekspor Kelompok Hasil Industri Terhadap Total Ekspor Hasil Industri
Tabel (Dalam US$)

Peran
Th.
Kelompok Hasil Industri 2010 2011 2012 2013 2014
2014
(%)
1.
PengolahanKelapa/KelapaSaw 17.253.751.94 23.179.189.21 23.396.998.18 20.660.402.21 23.711.550.46 20,21
it 6 7 7 0 5 %
2. Besi Baja, Mesin- 10.840.032.11 13.191.710.37 15.029.612.80 14.684.401.50 15.813.518.29 13,48
mesindanOtomotif 6 6 6 0 4 %
11.205.515.35 13.234.016.87 12.446.506.59 12.661.681.50 12.720.312.06 10,84
3. T e k s t i l 0 5 6 8 0 %
4. Elektronika 9.254.562.524 9.536.135.712 9.444.056.939 8.520.124.647 8.066.889.542 6,88%
14.540.361.16 10.818.624.88
5. PengolahanKaret 9.522.622.737 7 1 9.724.133.106 7.497.549.404 6,39%
6. Kimia Dasar 4.577.664.111 6.119.906.261 4.870.521.468 5.083.494.825 5.703.382.618 4,86%
7. MakanandanMinuman 3.219.558.339 4.505.240.017 4.652.902.475 5.379.821.652 5.554.396.593 4,73%
8. Pulp danKertas 5.708.164.342 5.769.378.283 5.517.965.818 5.643.997.372 5.498.591.201 4,69%
9. PengolahanKayu 4.280.345.672 4.474.988.094 4.539.877.317 4.727.650.015 5.202.156.290 4,43%
10. PengolahanTembaga,
Timahdll. 6.505.973.111 7.500.962.497 5.049.455.277 4.843.484.653 4.886.370.585 4,16%
11. Kulit, BarangKulitdan
Sepatu/Alas Kaki 2.665.634.728 3.450.898.952 3.561.683.101 3.933.060.116 4.090.311.532 3,49%
12. Peng. Emas, Perak,
LogamMulia, Perhiasandll. 1.417.404.497 2.520.059.405 2.185.993.514 2.031.240.428 3.671.788.964 3,13%
13. Alat-alatListrik 2.657.943.780 2.995.110.990 3.084.974.047 3.188.670.057 3.060.765.055 2,61%
14. Barang-barang Kimia
lainnya 925.326.641 1.978.291.164 2.035.001.499 2.099.699.105 1.852.937.671 1,58%
15. Plastik 1.216.938.046 1.429.411.911 1.457.981.861 1.465.245.943 1.511.010.803 1,29%
16. AlatOlah Raga, Musik,
PendidikandanMainan 894.894.542 1.000.753.315 1.098.401.215 1.184.450.430 1.217.668.238 1,04%
17. Rokok 598.860.694 648.437.318 732.537.409 834.266.121 942.271.844 0,80%
18. Keramik, MarmerdanKaca 901.381.338 952.623.900 885.864.150 855.714.236 868.068.116 0,74%
19. P u p u k 736.106.806 920.720.995 1.027.965.781 1.038.610.872 849.438.079 0,72%
20. PengolahanAluminium 790.252.173 893.452.396 820.569.062 777.229.482 774.890.901 0,66%
21. MakananTernak 344.544.180 504.033.782 625.819.540 737.356.771 772.923.937 0,66%
22. ProdukFarmasi 360.442.018 438.140.751 485.594.695 492.247.879 570.617.738 0,49%
23. Komoditilainnya 557.864.036 546.572.007 466.187.387 457.399.964 431.191.137 0,37%
24.Barang-barang Kerajinan
lainnya 295.366.789 361.101.284 379.916.623 400.528.010 418.115.320 0,36%
10

Peran
Th.
Kelompok Hasil Industri 2010 2011 2012 2013 2014
2014
(%)
25. Kosmetika 269.790.385 349.090.073 361.488.129 392.019.158 398.927.158 0,34%
26. PengolahanTetes 253.512.494 296.184.669 320.929.557 367.794.319 397.390.652 0,34%
27. MinyakAtsiri 198.982.243 242.295.236 222.972.203 212.085.781 260.894.363 0,22%
28. KameradanAlat-alatOptis 183.371.019 224.681.194 220.978.686 218.610.510 239.018.176 0,20%
29. Pengolahan Rotan Olahan 195.057.949 208.012.240 286.722.512 264.106.856 214.331.225 0,18%
30. Semen danProdukdari
Semen 112.195.859 123.001.904 53.895.286 107.422.212 87.144.398 0,07%
31. Pengolahan Hasil Hutan
Ikutan 71.015.951 53.965.165 43.139.745 42.989.549 45.433.810 0,04%

2.2.2 Strategi Industri Pendorong Ekspor (Outward Looking)


Yaitu strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional lebih berorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri. Ekspor komoditi primer secara
langsung berangsur-angsur diganti dengan ekspor komoditi yang sudah diolah didalam negeri.
Strategi pendorong ekspor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi
yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual ke
pasar luar negeri.
Faktor yang menjadi pendorong agar strategi tersebut berhasil adalah:
1. Nilai tukar harus realistis
2. Adanya insentif untuk peningkatan ekspor
3. Tingkat proteksi impornya harus rendah

2.3 Analisis Pengangguran dan Teknologi


2.3.1 Pengangguran

A. Definisi Pengangguran
Menurut Sukirno (dalam jurnal Pitartono, 2012) pengangguran adalah suatu keadaan
dimana seseorang yang termasuk dalam angkatan kerja ingin memperoleh pekerjaan akan tetapi
belum mendapatkannya.
Menurut Payaman J. Simanjutak (dalam tesis Al Ghofari, 2011), penganggur adalah
orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
11

pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada
suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah
angkaran kerja dan dinyatakan dalam persen.

B. Akibat Buruknya Pengangguran


Beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek yang di sebutkan
oleh Sukirno (dalam jurnal Pramesthi, 2013) dimana dua aspek tersebut yaitu :
1. Akibat buruk terhadap kegiatan perekonomian
Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari berbagai akibat
buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk
tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pengangguran menyebabkan tidak memaksimalkan tingkat kemakmuran yang mungkin
dicapainya.
b. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. Pengangguran
diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan dalam kegiatan ekonomi
yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit.
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran menimbulkan
dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang pertama, pengangguran tenaga
buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Kedua,
pengangguran yang diakibatkan oleh keuntungan kelesuan kegiatan perusahaan yang
rendah menyebabkan berkurangnya keinginan untuk melakukan investasi.

2. Akibat buruknya terhadap individu dan masyarakat


Pengangguran akan mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam
masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah :
a. Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan.
b. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan.
c. Pengangguran dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi
yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat
terhadap pemerintah.

C. Pengangguran Teknologi
12

Menurut Sukirno (dalam jurnal Ngafifi, 2014) Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh
adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Racun ilalang dan
rumput misalnya, telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan perkebunan,
sawah dan lahan pertanian lain. Begitu juga mesin telah mengurangi kebutuhan tenaga kerja
untuk membuat lubang, memotong rumput, membersihkan kawasan, dan memungut hasil.
Sedangkan di pabrik-pabrik, ada kalanya robot telah menggantikan kerja-kerja manusia.
Pengangguran yang ditimbulkan oleh penggunaan mesin dan kemajuan teknologi lainnya
dinamakan pengangguran teknologi.

2.3.2 Teknologi

A. Definisi Teknologi
Secara harfiah teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “tecnologia” yang berarti
pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Istilah tersebut memiliki akar kata
“techne” dalam bahasa Yunani kuno berarti seni (art), atau kerajinan (craft). Dari makna harfiah
tersebut, teknologi dalam bahasa Yunani kuno dapat didefinisikan sebagai seni memproduksi
alat-alat produksi dan menggunakannya. Definisi tersebut kemudian berkembang menjadi
penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Menurut Elul (dalam jurnal Setiadi, 2007) menyatakan bahwa “Teknologi adalah
keseluruhan dari metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri – ciri efisiensi dalam
setiap bidang kegiatan manusia”. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (dalam jurnal Setiadi 2007)
merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu “Teknologi merupakan cara
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca
indera, dan otak manusia”.

B. Janji Teknologi
Martono (dalam tesis Dewi, 2010) menyebutkan ada beberapa hal yang dijanjikan
teknologi.
1. Teknologi menjanjikan perubahan
Setiap penemuan baru akan melahirkan berbagai perubahan dalam suatu masyarakat.
Ibarat sebuah subsistem, kehadiran teknologi baru sebagai subsistem baru dalam
masyarakat akan membawa konsekuensi, subsistem lain dalam sistem tersebut mau tidak
13

mau harus menyesuaikan diri akibat kehadiran teknologi tersebut. Teknologi pasti akan
mengubah pola aktifitas keseharian individu.
2. Teknologi menjanjikan kemajuan
Teknologi merupakan simbol kemajuan. Siapa saja yang mampu mengakses
teknologi, maka ia akan mengalami sedikit atau banyak kemajuan ke arah dalam bentuk
apa pun. Seseorang tidak akan ketinggalan informasi apabila ia menggenggam sebuah
teknologi. Teknologi telah mempengaruhi gaya hidup, dan bahkan teknologi juga telah
menjadi gaya hidup itu sendiri.
3. Teknologi menjanjikan kemudahan
Teknologi memang diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi individu. Orang
tidak perlu susah-susah untuk menghubungi sanak keluarganya di luar kota, bahkan di
luar negeri; mereka cukup menekan beberapa nomor melalui handphone. Orang tidak
perlu mengantri di depan petugas teller bank untuk melakukan berbagai transaksi, kita
cukup masuk ke ruang ATM dan kita dapat melakukan berbagai transaksi menggunakan
mesin tersebut, mulai mengambil uang, membayar tagihan listrik, air, telepon, membeli
pulsa, membeli tiket kereta api, pesawat, kapal, membayar SPP, mengirim uang ke
rekening lain, sampai membayar tagihan kredit.
4. Teknologi menjanjikan peningkatan produktifitas
Perusahaan besar banyak memanfaatkan teknologi untuk alasan efisiensi dan
peningkatan produktivitas daripada harus mempekerjakan tenaga kerja manusia yang
memakan banyak anggaran untuk menggaji mereka. Teknologi juga dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan dengan berlipat ganda. Teknologi juga dapat dimanfaatkan
sebagai alat kontrol untuk mengevaluasi kinerja seseorang. Teknologi finger print (sistem
presensi dengan memanfaatkan sidik jari) misalnya, akan dapat mengontrol tingkat
kehadiran karyawan di kantor.
5. Teknologi menjanjikan kecepatan
Berbagai pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan cepat apabla kita memanfaatkan
teknologi. Keberadaan komputer akan membantu mempercepat pekerjaan di kantor,
mempercepat pembukuan, teknologi juga akan mempercepat proses pengiriman
dokumen, surat atau file, serta barang. Memasak nasi akan lebih cepat jika menggunakan
rice cooker. Semua pekerjaan dan setiap kesulitan akan teratasi dengan teknologi.
14

6. Teknologi menjanjikan popularitas


Manusia dengan mudahnya muncul di layar kaca melalui internet. Situs You Tube
akan memfasilitasi kita untuk bergaya, bisa menjadi narsis, menampakkan dan
mempromosikan wajah dan penampilan kita di internet, hanya dengan berbekal kamera
dan modem untuk dapat meng-upload rekaman gambar yang kita miliki. kita dapat
bergaya sesuka hati, dan masyarakat di seluruh dunia dapat dengan mudah menonton aksi
kita.
2.3.3 Solusi Agar Teknologi Tidak Meningkatkan Pengangguran.
Setiap teknologi secanggih apapun pasti punya kelemahannya, manusia perlu pelatihan
dan pendidikan tentang pengetahuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) untuk
melaraskan dengan teknologi yang ada sekarang ini bahkan sampai yang akan datang. Solusi
untuk mengatasi pengangguran teknologi ialah dengan cara: 1. Memberikan pelatihan khusus
untuk mengasah keterampilan yang dibutuhkan di dunia modern, 2. Memberikan pengarahan
pentingnya menguasai teknologi; 3. Membuka pusat pelatihan kerja sumber daya manusia untuk
membantu transisi dari pekerjaan tradisional ke pekerjaan modern atau yang menggunakan
mesin dan alat canggih.
Sumber daya manusia di beri pengetahuan dan pelatihan bagaimana berinovasi dan
memiliki sifat trampil dan kreatif. Sehingga kualitas sumber daya manusia lebih baik dari pada
penggunaan mesin. Tidak hanya hal itu, yang membedakan manusia dengan mesin atau robot
adalah manusia mempunyai perasaan dan akal sehat. Teknologi sampai saat ini tidak bisa
menggantikan posisi kedua hal tersebut, karena mesin hanya diciptakan untuk membantu atau
memudahkan kegiatan manusia,bukan untuk menggantikan posisi manusia.

Teknologi juga dapat membuka dan menciptakan pekerjaan yang baru, seperti situs
internet jual beli online yang kian marak di Indonesia. Siapapun bisa berbisnis di situs e-
commerce atau marketplace. Kemudian juga ada ojek online dengan aplikasinya yang cukup
membantu, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan sangat bermanfaat sekali bagi semua
orang. Hal ini juga dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia bahkan dapat membuat
wirausahawan baru di bidangnya masing-masing.

2.4 Kebijakan yang Diupayakan Pemerintah untuk Meningkatkan Ekspor Impor di


Indonesia.
15

Beberapa ekonom menyebutkan bahwa Indonesia mengalami perbaikan ekonomi. Pasar


internasional juga sedang menunjukkan pemulihan dengan kemampuan pasar yang berpotensi
menyerap pasokan produk industri nasional. Jadi ada peluang meningkatkan kinerja ekspor bila
Indonesia bisa mengoptimalkan kapasitas produksi dalam negeri karena pulihnya pasar global.
Tentu merumuskan kebijakan ekspor yang menjamah permasalahan semua lini bisnis dalam
perdagangan internasional menjadi penting. Prestasi mengangkat kembali nilai ekspor tergantung
dari kebijaksanaan ekonomi yang ditempuh baik yang berada dalam lini bisnis vital maupun
pendukung secara kuantitatif.
Kebijakan-Kebijakan perdagangan Internasional yang telah diupayakan oleh pemerintah,
diantaranya:
1. Tarif
Tarif adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif
spesifik (Specific Tariffs) dikenakan sebagai beban tetap atas unit barang yang diimpor. Misalnya
$6 untuk setiap barel minyak). Tarifold Valorem (od Valorem Tariffs) adalah pajak yang
dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, tarif
25 % atas mobil yang diimpor). Dalam kedua kasus dampak tarif akan meningkatkan biaya
pengiriman barang ke suatu negara.

2. Subsidi ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau
perseorangan yang menjual barang ke luar negeri, seperti tarif, subsidi ekspor dapat berbentuk
spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau Od Valorem (presentase dari nilai yang diekspor).
Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor, pengirim akan
mengekspor barang sampai batas dimana selisih harga domestik dan harga luar negeri sama
dengan nilai subsidi. Dampak dari subsidi ekspor adalah meningkatkan harga di negara
pengekspor sedangkan di negara pengimpor harganya turun.

3. Pembatasan impor
Pembatasan impor (Import Quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang
yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada
beberapa kelompok individu atau perusahaan. Misalnya, Amerika Serikat membatasi impor keju.
Hanya perusahaan-perusahaan dagang tertentu yang diizinkan mengimpor keju, masing-masing
16

yang diberikan jatah untuk mengimpor sejumlah tertentu setiap tahun, tak boleh melebihi jumlah
maksimal yang telah ditetapkan. Besarnya kuota untuk setiap perusahaan didasarkan pada jumlah
keju yang diimpor tahun-tahun sebelumnya.

4. Pengekangan ekspor sukarela


Bentuk lain dari pembatasan impor adalah pengekangan sukarela (Voluntary Export
Restraint), yang juga dikenal dengan kesepakatan pengendalian sukarela (Voluntary Restraint
Agreement = ERA). VER adalah suatu pembatasan kuota atas perdagangan yang dikenakan oleh
pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling dikenal adalah pembatasan
atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilaksanakan oleh Jepang sejak 1981.VER pada
umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara
pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan perdagangan lainnya. VER
mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya menjadi perangkat
kebijakan perdagangan yang lebih disukai dalam beberapa tahun belakangan. Namun dari sudut
pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela persis sama dengan kuota impor dimana lisensi
diberikan kepada pemerintah asing dan karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor.
VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingan dengan tarif yang
membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya apa yang menjadi pendapatan pemerintah
dalam tarif menjadi (rent) yang diperoleh pihak asing dalam VER, sehingga VER nyata-nyata
mengakibatkan kerugian.

5. Persyaratan kandungan lokal.


Persyaratan kandungan local (local content requirement) merupakan pengaturan yang
mensyaratkan bahwa bagian-bagian tertentu dari unit-unit fisik, seperti kuota impor minyak AS
di tahun 1960-an. Dalam kasus lain, persyaratan ditetapkan dalam nilai, yang mensyaratkan
pangsa minimum tertentu dalam harga barang berawal dari nilali tambah domestik. Ketentuan
kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara berkembang yang beriktiar
mengalihkan basis manufakturanya dari perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara
(intermediate goods). Di Amerika Serikat rancangan undang-undang kandungan local untuk
kendaraan bermotor diajukan tahun 1982 tetapi hingga kini belum diberlakukan
2.4.1 Kebijakan Pemerintah Untuk Meningkatkan Ekspor Impor
1. Kebijakan Impor
17

Kegiatan impor di satu pihak sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk memenuhi
kebutuhannya, tetapi di lain pihak dapat merugikan perkembangan industri dalam negeri. Agar
tidak merugikan produk dalam negeri diperlukan adanya kebijakan impor untuk melindungi
produk dalam negeri (proteksi) dengan cara berikut :
1. Pengenaan Bea Masuk
Barang impor yang masuk ke dalam negeri dikenakan bea masuk yang tinggi
sehingga harga jual barang impor menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi hasrat
masyarakat membeli barang impor dan produk dalam negeri dapat bersaing dengan
produk impor.
2. Kuota Impor
Kuota impor merupakan suatu kebijakan untuk membatasi jumlah barang impor
yang masuk ke dalam negeri. Dengan dibatasinya jumlah produk impor mengakibatkan
harga barang impor tetap mahal dan produk dalam negeri dapat bersaing dan laku di
pasaran.
3. Pengendalian Devisa
Dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang disediakan untuk membayar
barang impor dijatah dan dibatasi sehingga importir mau tidak mau juga membatasi
jumlah barang impor yang akan dibeli.
4. Substitusi Impor
Kebijakan mengadakan substitusi impor ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen dalam negeri agar
dapat membuat sendiri barang-barang yang diimpor dari luar negeri.
5. Devaluasi
Kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan
nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Misalnya: 1US$ = Rp8.000,00
menjadi 1USS$ = Rp 10.000,00. Dengan devaluasi dapat menyebabkan harga barang
impor menjadi lebih mahal, dihitung dengan mata uang dalam negeri, sehingga akan
mengurangi pembelian barang impor.
2. Kebijakan Ekspor
18

Ekspor suatu negara harus lebih besar daripada impor agar tidak terjadi defisit dalam neraca
pembayaran.Oleh sebab itu pemerintah selalu berusaha mendorong ekspor melalui kebijakan
ekspor dengan cara berikut :
1. Diversifikasi Ekspor/Menambah Keragaman Barang Ekspor
Diversifikasi ekspor merupakan penganekaragaman barang ekspor dengan
memperbanyak macam dan jenis barang yang diekspor. Misalnya Indonesia awalnya
hanya mengekspor tektil dan karet, kemudian menambah komoditas ekspor seperti kayu
lapis, gas LNG, rumput laut dan sebagainya. Diversifikasi ekspor dengan menambah
macam barang yang diekspor ini dinamakan diversifikasi horizontal. Sedangkan
divesisifikasi ekspor dengan menambah variasi barang yang diekspor seperti karet diolah
dahulu menjadi berbagai macam ban mobil dan motor atau kapas diolah dulu menjadi
kain lalu diproses menjadi pakaian. Diversifikasi yang demikian ini disebut diversifikasi
vertikal.
2. Subsidi Ekspor
Subsidi ekspor diberikan dengan cara memberikan subsidi/bantuan kepada
eksportir dalam bentuk keringanan pajak, tarif angkutan yang murah, kemudahan dalam
mengurus ekspor, dan kemudahan dalam memperoleh kredit dengan bunga yang rendah.
3. Premi Ekspor
Untuk lebih menggiatkan dan mendorong para produsen dan eksportir,
pemerintah dapat memberikan premi atau insentif, misalnya penghargaan atas kualitas
barang yang diekspor. Pemberian bantuan keuangan dari pemerintah kepada pengusaha
kecil dan menengah yang orientasi usahanya ekspor.
4. Devaluasi
Devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang
dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Dengan kebijakan devaluasi akan
mengakibatkan harga barang ekspor di luar negeri lebih murah bila diukur dengan mata
uang asing (dollar), sehingga dapat meningkatkan ekspor dan bisa bersaing di pasar
internasional.
5. Meningkatkan Promosi Dagang ke Luar Negeri
Pemasaran suatu produk dapat ditingkatkan dengan mempromosikan produk yang
akan dijual. Untuk meningkatkan ekposr ke luar negeri maka pemerintah dapat berusaha
19

dengan melakukan promosi dagang ke luar negeri, misalnya dengan dengan mengadakan
pameran dagang di luar negeri agar produk dalam negeri lebih dapat dikenal.
6. Menjaga Kestabilan Nilai Kurs Rupiah terhadap Mata Uang Asing
Kestabilan nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing sangat dibutuhkan oleh
para importir dan pengusaha yang menggunakan peroduk luar negeri untuk kelangsungan
usaha dan kepastian usahanya. Bila nilai kurs mata uang asing terlalu tinggi membuat
para pengusaha yang bahan baku produksinya dari luar negeri akan mengalami kesulitan
karena harus menyediakan dana yang lebih besar untuk membiayai pembelian barang
dari luar negeri. Akibatnya harga barang yang diproduksi oleh pengusaha tersebut
menjadi mahal. Hal ini dapat menurunkan omzet penjualan dan menurunkan laba usaha,
yang akhirnya akan mengganggu kelangsungan hidup usahanya.
7. Mengadakan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Internasional
Melakukan perjanjian kerja sama ekonomi baik bilateral, regional maupun
multilateral akan dapat membuka dan memperluas pasar bagi produk dalam negeri di luar
negeri. serta dapat menghasilkan kontrak pembelian produk dalam negeri oleh negara
lain. Misalnya perjanjian kontrak pembelin LNG (Liquid Natural Gas) Indonesia yang
dilakukan oleh Jepang dan Korea Selatan
20

BAB 3. KESIMPULAN

Menurut Payaman J. Simanjutak (dalam tesis Al Ghofari, 2011), penganggur adalah


orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum
pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada
suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah
angkaran kerja dan dinyatakan dalam persen.
Setiap teknologi secanggih apapun pasti punya kelemahannya, manusia perlu pelatihan
dan pendidikan tentang pengetahuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) untuk
melaraskan dengan teknologi yang ada sekarang ini bahkan sampai yang akan datang. Solusi
untuk mengatasi pengangguran teknologi ialah dengan cara: 1. Memberikan pelatihan khusus
untuk mengasah keterampilan yang dibutuhkan di dunia modern, 2. Memberikan pengarahan
pentingnya menguasai teknologi; 3. Membuka pusat pelatihan kerja sumber daya manusia untuk
membantu transisi dari pekerjaan tradisional ke pekerjaan modern atau yang menggunakan
mesin dan alat canggih.
Sumber daya manusia di beri pengetahuan dan pelatihan bagaimana berinovasi dan
memiliki sifat trampil dan kreatif. Sehingga kualitas sumber daya manusia lebih baik dari pada
penggunaan mesin. Tidak hanya hal itu, yang membedakan manusia dengan mesin atau robot
adalah manusia mempunyai perasaan dan akal sehat. Teknologi sampai saat ini tidak bisa
menggantikan posisi kedua hal tersebut, karena mesin hanya diciptakan untuk membantu atau
memudahkan kegiatan manusia,bukan untuk menggantikan posisi manusia.
Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau
komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Maka untuk hal ini lah
peerintah membuat kebijakan tentang ekspor impor yang terdiri dari penetapan tarif, kuota , dan
lain sebagainya.

.
21

DAFTAR PUSTAKA

Martono, trisno.2008.Ekonomi Pembangunan.Surakarta:UNS Press

Tawangsari. R. 2017. Perkembangan Teknologi Meningkatkan Pengangguran. Universitas


Sebelas Maret. Surakarta

Rustam, Muhammad Arsyad dan Rahmat Hidayat. 2016. Analisis Industri Pengganti Impor
Pendukung Ekspor. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wira Bhakti.
https://www.scribd.com/document/345678793/Analisis-Industri-Pengganti-Impor-Pendukung-
Ekspor ( Diakses pada tanggal 23 November 2019)
oleh Reza Wahyudi
https://www.academia.edu/19176243/ekspor_impor (diakses pada tanggal 23 November 2019)

oleh William
https://indoforwarding.com/kebijakan-pemerintah-untuk-meningkatkan-ekspor-impor/ (diakses
pada tanggal 22 November 2019)

Menman, 2013.Analisis Data Ekspor Impor Indonesia 2013.


http://nasionalis.me/tag/analisis-data-ekspor-impor-indonesia-2013/ diunduh 10 Oktober 2013.
(diakses pada tanggal 22 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai