Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam


perekonomian setiap negara di dunia. Melalui kegiatan perdagangan internasional,
perekonomian suatu negara akan saling terjalin dan tercipta hubungan ekonomi yang
saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lain, yang pada akhirnya juga
akan menciptakan lalu lintas barang dan jasa antar negara.
Perdagangan internasional pada dasarnya merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

suatu

negara. 1

Perdagangan

internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subjek ekonomi yang
berada dalam suatu negara dengan subjek ekonomi yang berada di negara lain. Secara
umum perdagangan internasional dapat dibedakan berdasarkan jenis transaksinya,
yaitu transaksi ekspor dan transaksi impor. Transaksi ekspor adalah penjualan barang
dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya. Sementara transaksi impor
adalah arus kebalikan dari ekspor, yaitu barang dan jasa dari luar suatu negara yang
mengalir masuk ke negara tersebut.
Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu
negara, karena dengan terjadinya perdagangan internasional maka akan mendorong
dinamisasi ekonomi di dalam negara tersebut. Selain itu, dalam kaitannya dengan
studi bisnis internasional, perdagangan internasional juga membahas tentang
keseimbangan neraca perdagangan internasional, blok perdagangan dan kebijakan
pemerintah

suatu

Negara

dalam

mengatur

perdagangan

internasionalnya.

Perdagangan internasional berusaha mempelajari masalah-masalah yang berkaitan


dengan hubungan ekonomi antara satu Negara dengan Negara yang lain, kegiatan

1 Perdagangan internasional yang dilakukan antar bangsa dapat


memberikan peluang bagi masyarakat suatu bangsa untuk mendapatkan
keuntungan yang pada akhirnya hubungan perdagangan yang terjalin
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpengaruh bagi
kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

pertukaran hasil output satu Negara dengan yang lain, pertukaran sarana, faktor
produksi, dan hubungan kredit ( konsekuensi utang-piutang).
Berdasarkan penjelasan diatas, literature review ini akan memfokuskan pada
ekspor impor, sistem pembayaran internasional, dan kebijakan perdagangan di
Indonesia.

LITERATURE REVIEW
A. EKSPOR IMPOR
a) Ekspor
Ekspor adalah pengiriman barang keluar Indonesia dari peredaran.
Keluar dari Indonesia berarti keluar dari daerah pabean Indonesia atau keluar
dari yuridiksi Indonesia (Purba,1997). Ekspor adalah upaya menjalankan atau
melakukan penjualan komoditas yang kita miliki kepada bangsa lain atau
negara asing sesuai dengan ketentuan pemerintah dengan mengharapkan
pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa
asing (Amir,2004).
Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan mengekspor adalah berupa nilai
sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan istilah devisa,
yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara. Ekspor adalah
kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menimbulkan
permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industri-industri
pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial
yang efisien (Todaro,2000).
Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang
peranan penting dan melalui perluasan pasar sektor industri akan mendorong
sektor industri lainnya dan perekonomian (Meier,1996:313).
Kesimpulannya ekspor merupakan sumber devisa ditambah perluasan
pasar bagi produksi barang domestik dan perluasan tenaga kerja.
Ekspor dibagi dalam dua cara antara lain :
1. Ekspor Biasa, adalah pengiriman barang keluar negeri sesuai
dengan peraturan yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli
diluar negeri, mempergunakan L/C dengan ketentuan devisa.

2. Ekspor Tanpa L/C, adalah barang dapat dikirim terlebih


dahulu, sedangkan eksportir belum menerima L/C. Dan harus
ada ijin khusus dari department perdagangan
Adapun peranan sektor Ekspor antara lain :
1. Memperluas pasar diseberang lautan bagi barang-barang
tertentu, seperti yang ditekankan oleh para ahli ekonomi klasik,
suatu industri dapat tumbuh dengan cepat jika industri itu dapat
menjual hasilnya diseberang lautan dari pada hanya dalam
pasar negeri yang sempit.
2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibatnya
barang-barang dipasar dalam negeri mencari inovasi yang
ditujukan untuk menaikan produktivitas.
3. Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan,
karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi
dalam kapital sosial sebanyak yang dibutuhkan seandainya
barang-barang tersebut akan dijual didalam negeri, misalnya
karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan
rill yang rendah atau hubungan transportasi yang memadai.
Dengan demikian, selain menambah peningkatan produksi barang
untuk dikirim keluar negeri, ekspor juga menambah permintaan dalam negeri.
Permintan efektif yang merupakan harapan pemerintah dapat terpenuhi guna
menunjukan kesejahteraan bangsa.2 Sehingga secara tidak langsung
permintaan luar negeri mempengaruhi industri dalam negeri untuk
menggunakan faktor produksinya. Misalnya modal dan juga menggunakan
metode produksi yang lebih murah dan efisien sehingga harga dan mutu dapat
bersaing di pasar Internasional.
b) Kelompok Eksportir

2 Permintaan efektif adalah permintaan yang disertai kemampuan


membeli dari masyarakat.

Sering disebut dengan penjual (seller) atau pemasok (supplier), terdiri


dari :
1. Produsen-Eksportir, adalah para produsen yang sebagian hasil
produksinya memang diperuntukan untuk pasar luar negeri,
pengurusan ekspor dilakukan oleh perusahaan produsen yang
bersangkutan.
2. Confirming House, adalah perusahaan lokal yang didirikan
sesuai dengan perundang-undangan dan hokum setempat tetapi
bekerja untuk dan atas perintah kantor induknya yang berada
diluar negeri. Tugas kantor cabang atau anak perusahaan
biasanya melakukan usaha pengumpulan, sortasi, up grading,
dan pengepakan ekspor dari komoditi lokal.
3. Pedagang Ekspor (Export-Merchant), adalah badan usaha yang
diberi izin oleh pemerintah dalam bentuk surat pengakuan
eksportir dan diberi kartu Angka Pengenal Ekspor (APE) dan
diperkenankan

melaksanakan

ekspor

komoditi

yang

dicantumkan dalam surat tersebut. Badan usaha ini lebih


banyak bekerja untuk dan atas kepentingan dari produsen
dalam negeri yang diwakilinya.
4. Agen Ekspor (Export Agent), adalah hubungan antara Export
Merchant dengan Produsen yang sudah memiliki ikatan
perjanjian keagenan, dalam hal ini Export Merchant disebut
Export Agent.
5. Wisma Dagang (Trading House). Bila suatu perusahaan atau
eksportir dapat mengembangkan ekspornya tidak lagi terbatas
pada satu atau dua komoditi saja, tapi sudah beraneka macam
komoditi maka eksportir demikian mendapat status General
Exporters. Perusahaan yang telah memiliki status seperti ini
sering disebut dengan Wisma Dagang yang dapat mengekspor
aneka komoditi dan mempunyai jaringan pemasaran dan kantor
perwakilan di pusat-pusat dagang dunia, dan memperoleh

fasilitas tertentu dari pemerintah baik dalam bentuk fasilitas


perbankan maupun perpajakan.
c) Ketentuan Ekspor
Ketentuan umum dibidang ekspor niasanya meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan proses pengiriman barang ke luar negeri. Ketentuan
tersebut meliputi antara lain :
1. Syarat-syarat Ekspor ;
I.
Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
II.
Mendapat izin usaha dari Departmen Teknis / Lembaga
III.

Pemerintah Non-Departemen.
Memiliki izin Ekspor berupa :
i.
Angka Pengenal Ekspor (APE) untuk Eksportir umum
ii.

berlaku lima tahun.


Angka Pengenal Ekspor Sementara (APES) berlaku dua

iii.

tahun.
Angka Pengenal Ekspor Terbatas (APET) untuk

PMA/PMDN.
2. Eksportir, adalah pengusaha yang dapat melakukan ekspor, yang telah
memiliki SIUP atau izin usaha dari Departmen Teknis / Lembaga
Pemerintah Non Departemen berdasarkan ketentuan yang berlaku.
3. Eksportir Terdaftar (ET), adalah perusahaan yang telah mendapat
pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang
tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Barang Ekspor, adalah seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai
barang ekspor dan sesuai dengan ketentuan perpajakan dan
kepabeanan yang berlaku.
d) Penggolongan Barang Ekspor
1. Barang Ekspor yang diatur tataniaganya, adalah barang yang hanya
dapat diekspor oleh eksportir terdaftar, yaitu eksportir yang telah
mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar. Jenis barang yang
dapat diatur tataniaganya diatur oleh Menteri Perdagangan.

2. Barang yang diawasi ekspornya, adalah barang ekspor yang apabila


akan diekspor harus mendapat ijin khusus Menteri Perdagnagan.
Contoh : Minyak dan gas bumi, emas murni / perak.
3. Barang yang dilarang untuk diekspor, adalah barang-barang yang
disebabkan karena ;
i.
Menjaga kelestarian alam
ii. Tidak memenuhi standar mutu
iii.
Menjamin kebutuhan bahan baku industry kecil / pengrajin.
Contoh : Pasir laut, Biji timah, kayu gergajian, barang bernilai sejarah.
4. Barang yang bebas diekspor, adalah barang yang boleh diekspor oleh
siapa saja perseorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi
persyaratan sebagai eksportir dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Tujuan dibebaskan untuk meningkatakan daya saing dan
diversifikasi pasar.
e) Prosedur Ekspor

Gambar. Prosedur Ekspor

Dari Pihak Eksportir :

1. Menerima pesanan dari importer.


2. Menerima L/C dari bank dinegara eksportir, yang merupakan advising
bank atau dapat bertindak sebagai confirming (negotiating) bank.
3. Menyiapkan barang-barang ekspor (bila ekspor produsen) atau
memesan barang dari produsen (supplier).
4. Melakukan pengepakan barang ekspor dengan atau tanpa bantuan
5.
6.
7.
8.
9.

ekspedisi (freight forwarder atau EMKL ).


Memesan ruangan kapal pada maskapai pelayaran.
Melakukan pemuatan barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi.
Meyiapkan dan mengurus B/L pada maskapai pelayaran.
Menutup asuransi tergantung syarat L/C.
Meyiapakan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan yang

disyaratkan dalam L/C.


10. Menyerahkan dokumen-dokumen dan mengajukan wesel kepada
advising atau negotiating bank untuk memperoleh pembayaran sesuai
dengan L/C.
11. Memperoleh pembayaran wesel dari advising atau negotiating bank.
12. Mengirim salinan dokumen-dokumen pengapalan kepada importer.
13. Dalam hak akseptasi wesel, meminta bank untuk mendiskonto wesel.
Bila mendapat kredit bank, melunasi kredit tersebut dengan
pembayaran hasil transaksi.
f) Impor
Impor adalah pengiriman barang dagangan dari luar negeri ke
pelabuhan diseluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap
luar negeri, yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Barang-barang
luar negeri yang diolah dan diperbaiki di dalam negeri dicatat sebagai barang
impor meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri. Dalam statistik
perdagangan internasional impor sama dengan perdagangan dengan cara
memasukkan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia
dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor mempunyai sifat yang
berlawanan dengan ekspor.
g) Kelompok Importir
Kelompok ini biasanya sering disebut dengan pembeli ( buyer ), yang
terdiri dari :

1. Pengusaha Impor ( Impor-Merchant ), adalah badan usaha yang


diberikan izin oleh pemerintah dalam bentuk Tanda Pengenal
Pengakuan Impor (TAPPI) untuk mengimpor barang-barang yang
bersifat khusus yang disebutkan dalam izin tersebut, dan tidak
berlaku untuk barang lain selain yang telah diizinkan.
2. Aproved Importer ( Approved-Traders ), adalah penguasa impor
biasa yang secara khusus diistimewakan oleh pemerintah dalam
hal ini Departmen Perdagangan untuk mengimpor komoditi
tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh
pemerintah.
3. Importir Terbatas. Guna memudahkan perusahaan-perusahaan
yang didirikan dalam rangka UU PMA/PMDN maka pemerintah
telah memberi izin khusus pada perusahaan PMA/ dan PMDN
untuk

mengimpor

mesin-mesin

dan

bahan

baku

yang

diperlukannya sendiri ( tidak diperdagangkan ). Izin yang


diberikan dalam bentuk Angka Pengenal Impor Terbatas (APIT),
yang dikeluarkan oleh BKPM atas nama Menteri Perdagangan.
4. Importir Umum, adalah Perushaan impor yang khusus mengimpor
aneka macam barang dagang, perusahaan yang biasanya
memperoleh status sebagai importer umum ini kebanyakan
hanyalah Persero Niaga yang sering disebut dengan Tradging
House atau Wisma Dagang yang dapat mengimpor barang-barang
mulai dari barang kelontong sampai instalasi lengkap suatu pabrik.
5. Sole Agent Importer, adalah perusahaan asing yang berminat
memasarkan barang di Indonesia yang seringkali mengangkat
perusahaan setempat sebagai Kantor Perwakilannya atau menunjuk
suatu Agen Tunggal yang akan mengimpor hasil produksinya di
Indonesia.
h) Ketentuan Impor
Ketentuan umum bidang Impor biasanya meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan proses pengiriman barang kedalam negeri. Ketentuan
tersebut meliputi :
9

1. Syarat-syarat Impor :
I.
Memiliki izin ekspor berupa ;
i.
Angka Pengenal Impor (API) untuk importir umum
ii.

berlaku selama perusahaan menjalankan usaha.


Angka Pengenal Impor Sementara (APIS) berlaku
untuk jangka waktu dua tahun dan tidak dapat

II.

III.

iii.

diperpanjang.
API (S) Produsen untuk perusahaan diluar PMA atau

iv.

PMDN.
Angka Pengenal

Impor

Terbatas

(APIT)

untuk

perusahaan PMA/PMDN.
Persyaratan untuk memperoleh APIS :
i.
Memiliki SIUP perusahaan besar atau menengah
ii. Keahlian dalam perdagangan impor
iii.
Referensi bank devisa
iv. Bukti kewajiban pajak (NPWP)
Persyaratan untuk memperoleh API :
i.
Wajib memiliki APIS
ii. Telah melaksanakan impor sekurang-kurangnya 4 kali

dan telah mencapai nilai nominal US$ 100.000,00


iii.
Tidak pernah mengingkari kontrak impor
2. Importir, adalah pengusaha yang dapat melakukan kegiatan
perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri ke dalam
wilayah pabean Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. Kategori
importir meliputi : importir umum, importir terdaftar, importir
produsen, dan agen tunggal.
3. Barang impor, adalah seluruh jenis barang terdaftar sebagai barang
impor dan sesuai dengan ketentuan perpajakan dan kepabeanan yang
berlaku.
i) Prosedur Impor

10

Gambar. Prosedur Impor


Dari Pihak Importir
1. Menyampaikan pesanan pada eksportir.
2. Meminta bank membuka L/C untuk eksportir yang dapat bertindak
sebagai paying bank .
3. Menyelesaikan persyaratan pembukaan L/C pada opening bank.
4. Menerima pemberitahuan tibanya dokumen pengapalan dari opening
bank yang dikirim oleh advising atau negotiating bank.
5. Menyelesaikan formulir impor dan perhitungan asuransi, bea masuk
dan pajak.
6. Melakukan penyetoran pajak, bea masuk, dan lain-lain.
7. Menebus dokumen pengapalan dengan melakukan pembayaran,
akseptasi wesel kepada opening bank sesuai syarat L/C.
8. Menyerahkan bukti penyelesaian formulir impor dan pelunasan pajak
atau bea masuk yang telah disahkan oleh bank kepada bea cukai untuk
memperoleh delivery order (DO).

11

9. Menyerahkan DO dan B/L kepada maskapai pelayaran untuk


pengeluaran barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi ( freight
forwarder atau EMKL ).
10. Mengajukan klaim ganti rugi kepada eksportir atau kepada maskpai
asuransi, dalam hal terdapat kehilangan atau kerusakan barang.
11. Melunasi wesel pada tanggal jatuh tempo, jika belum diselesaikan
dengan bank.
j) Dokumen Ekspor Impor
Dokumen dalam perdagangan internasional (ekspor impor) tersebut
dapat dibedakan kedalam dua kelompok yaitu; dokumen induk, dan dokumen
penunjang.
1. Dokumen Induk, adalah dokumen inti yang dikeluarkan oleh badan
pelaksana utama perdagangan internasional, yang memilki fungsi
sebagai alat pembuktian pelaksanaan suatu transaksi. Yang termasuk
dalam dokumen ini antara lain :
1) Letter Of Credit (L/C), adalah suatu surat yang dikeluarkan
oleh suatu bank atas permintaan importir yang ditujukan
kepada eksportir diluar negeri yang menjadi relasi importir
tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk
menarik wesel atas importir bersangkutan.
2) Bill OF Lading (B/L), adalah surat tanda terima barang yang
telah dimuat didalam kapal laut yang juga merupakan tanda
bukti kepemilikan barang dan juga sebagai bukti adanya
kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut.
3) Faktur (Invoice), adalah suatu dokumen yang penting dalam
perdagangan, data dalam invoice akan dapat diketahui berapa
jumlah wesel yang akan dapat ditarik, jumlah penutupan
asuransi, dan penyelesaian segala macam bea masuk. Faktur ini
dapat dibedakan kedalam tiga bentuk yaitu; Proforma invoice,
Commercial invoice, Consular invoice.
4) Dokumen Polis, adalah surat bukti pertanggungan yang
dikeluarkan perusahaan asuransi atas permintaan eksportir

12

maupun importir untuk menjamin keselamatan atas barang


yang dikirim.
2. Dokumen Penunjang, Dokumen yang dikeluarkan untuk memperkuat
atau merinci keterangan yang terdapat dalam dokumen induk, terutama
faktur. Yang termasuk dalam dokumen ini antar lain :
1) Daftar Pengepakan (Packing List), adalah dokumen yang
dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian dari barang
yang dipak, dibungkus atau diikat dalam peti dan sebagianya
dan biasanya diperlukan oelh bea cukai untuk memudahkan
pemeriksaan.
2) Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin), adalah surat
pernyataan yang ditanda tangani untuk membuktikan asal dari
suatu barang, digunakan untuk memperoleh fasilitas bea masuk
atau sebagai alat penghitung kuota di negara tujuan dan untuk
mencegah masuknya barang dari Negara terlarang.
3) Surat Keterangan Pemeriksaan (Certificate Of Inspection),
adalah Keterangan tentang keadaan barang yang dimuat oleh
independen surveyor, juru pemeriksa barang atau badan resmi
yang disahkan oleh pemerintah dan dikenal oeh dunia
perdagangan internasional, berfungsi sebagai jaminan atas
mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, keadaan
barang, pengepakan barang, banyak isi pengepakan.
4) Sertifikat Mutu ( Certificate Of Quality ), adalah keterangan
yang dibuat berkaitan dengan hasil analisis barang di
laboratorium perusahaan atau badan penelitian independen
yang menyangkut mutu barang yang diperdagangkan.
5) Sertifikat Mutu dari Produsen (Manufactures Quality
Certificate), dokumen ini lazimnya dibuat oleh produsen atau
pabrik pembuat barang yang diekspor atau supplier yang
menguraikan tentang mutu dari barang-barang, termasuk
penjelasan tentang baru atau tidaknya barang dan apakah
memenuhi standar barang yang ditetapkan.

13

6) Keterangan Timbangan ( Weight Note ), adalah catatan yang


berisi perincian berat dari tiap-tiap kemasan barang seperti
yang tercantum dalam commercial invoice. Keterangan berat
dari barang yang dikapalkan atas dasar suatu L/C haruslah
sama dengan yang tercantum pada dokumen pengapalan.
7) Daftar Ukuran ( Measurement List ), adalah daftar yang berisi
ukuran dan takaran dari tiap-tiap kemasan seperti panjang,
tebal, garis tengah serta volume barang.
8) Analisa Kimia ( Chemical Analysis ), adalah Pernyataan yang
dikeluarkan oleh laboratorium kimia yang berisi komposisi
kimiawi dari suatu barang.
9) Wesel ( Bill Of Change ), adalah Sebuah alat pembayaran yang
memberikan perintah yang tidak bersyarat dalam bentuk
tertulis, yang ditujukan oleh seseorang kepada orang lain.
Dalam sebuah wesel juga terdapat jangka waktu pembayaran
yang dikenal dengan istilah tenor wesel, yaitu jangka waktu
pada saat mana sebuah wesel dapat dibayarkan yang tercantum
pada setiap wesel. Tenor dalam sebuah wesel dapat dibedakan
menjadi sight draft dan Time draft.
B. SISTEM PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Cara pembayaran yang akan digunakan dalam perdagangan internasional
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan dan para eksportir dan
importir pun mempunyai alasan tersendiri dengan cara pembayaran yang akan
digunakan. Pada kegiatan ekspor impor proses pembayaran antar Negara dapat
dilakukan melalui cara berikut :
a) Pembayaran Tunai (Cash Payment) atau Pembayaran Dimuka (Advance
Payment)
Dalam Sistem Pembayaran ini pembeli ( importir ) membayar dimuka
( pay ini advance ) kepada penjual (eksportir) sebelum barang dikirim oleh
penjual tersebut. Pelaksanaan sistem ini lazim digunakan dalam kondisi pasar

14

yang baik bagi penjual. Besarnya pembayaran biasanya 100% dari besarnya
barang yang diekspor. Dalam sistem pembayaran ini importir menanggung
segala resiko, baik pembayaran yang dilakukan atau kemungkinan tidak
dikirimnya barang-barang yang dipesan.
b) Pembayaran Kemudian ( Open Account )
Sistem Pembayaran dimana belum dilakukan pembayaran apa-apa
oleh importir kepada eksportir sebelum barang dikapalkan atau tiba dan
diterima importir atau sebelum waktu tertentu yang telah disepakati. Eksportir
setelah melakukan pengapalan barang akan mengirimkan invoice kepada
importir. Dalam invoice tersebut eksportir akan mencantumkan tanggal dan
waktu tertentu kapan importir harus melakukan pembayaran.
c) Wesel Inkaso ( Collection Draft )
Dalam sistem ini eksportir memiliki hak pengawasan barang-barang
sampai weselnya (draft) dibayar importir. Eksportir atau penarik wesel
(drawer) mengapalkan barang sementara dokumen pemilikan atas pengiriman
barang secara langsung atau melalui bank importir dikirim ke importir.
d) Konsinyasi ( Consignment )
Sistem pengiriman barang-barang ekspor pada importir diluar negeri
dimana barang-barang tersebut dikirim oleh eksportir sebagai titipan untuk
dijualkan oleh importir dengan harga yang telah ditetapkan oleh eksportir,
barang-barang yang tidak terjual akan dikembalikan kepada eksportir. Dalam
sistem ini eksportir memegang hak milik atas barang, sedangkan importir
hanya merupakan pihak yang dititpi barang untuk dijual.
e) Letter Of Credit ( L/C )
Suatu surat yang dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan importir
yang ditujukan kepada eksportir diluar negeri yang menjadi relasi importir
tersebut, yang memberikan hak kepada eksportir itu untuk menarik wesel atas
importir bersangkutan. Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara yang
paling aman bagi eksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya

15

dari importir, sepanjang eksportir dapat menyerahkan dokumen sesuai dengan


yang disyaratkan dalam L/C.
Dalam transaksi L/C ini bank hanya melihat dan berkepentingan dalam
dokumen-dokumen saja dan tidak terlibat dalam barang-barang. Karena itu
L/C tidak menjamin importir bahwa isi pengapalan adalah sesuai dengan yang
disebut dalam sales contract antar kedua pihak eksportir dan importir.
C. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INDONESIA
Kebijakan perdagangan di Indonesia ditetapkan UU Republik Indonesia nomor 7
Tahun 2014 Tentang Perdagangan. Dan isi tentang ekspor impor ada dalam UU
Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2014 Bab V Tentang Perdagangan Luar Negeri,
yang berisi sebagai berikut :

Bagian kesatu ( Umum ) :


Pasal 38
(1) Pemerintah mengatur kegiatan Perdagangan Luar Negeri melalui
kebijakan dan pengendalian di bidang Ekspor dan Impor.
(2) Kebijakan dan pengendalian Perdagangan Luar Negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia;
b. peningkatan dan perluasan akses Pasar di luar negeri; dan
c. peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi
Pelaku Usaha yang andal.
(3) Kebijakan Perdagangan Luar Negeri paling sedikit meliputi:
a. peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk ekspor;
b.pengharmonisasian Standar dan prosedur kegiatan Perdagangan
dengan negara mitra dagang;
c. penguatan kelembagaan di sektor Perdagangan Luar Negeri;
d. pengembangan sarana dan prasarana penunjang Perdagangan Luar
Negeri; dan

16

e. pelindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak


negatif Perdagangan Luar Negeri.
(4) Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi:
a. perizinan;
b. Standar; dan
c. pelarangan dan pembatasan.
Pasal 39
Perdagangan Jasa yang melampaui batas wilayah negara dilakukan dengan
cara:
a. pasokan lintas batas;
b. konsumsi di luar negeri;
c. keberadaan komersial; atau
d. perpindahan manusia.
Pasal 40
(1) Dalam rangka meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional,
Pemerintah dapat mengatur cara pembayaran dan cara penyerahan Barang
dalam kegiatan Ekspor dan Impor.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai cara pembayaran dan cara penyerahan
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 41
(1) Menteri dapat menunda Impor atau Ekspor jika terjadi keadaan kahar.
(2) Presiden menetapkan keadaan kahar sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian kedua (Ekspor)


Pasal 42
(1) Ekspor Barang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang telah terdaftar dan
ditetapkan sebagai Eksportir, kecuali ditentukan lain oleh Menteri.
(2) Ketentuan mengenai penetapan sebagai Eksportir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 43
(1) Eksportir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Barang yang diekspor.
17

(2) Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap Barang yang diekspor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan di bidang
Perdagangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 44
Eksportir yang melakukan tindakan penyalahgunaan atas penetapan sebagai
Eksportir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa pembatalan penetapan sebagai Eksportir.

Bagian ketiga ( impor )


Pasal 45
(1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh Importir yang memiliki
pengenal sebagai Importir berdasarkan penetapan Menteri.
(2) Dalam hal tertentu, Impor Barang dapat dilakukan oleh Importir yang
tidak memiliki pengenal sebagai Importir.
(3) Ketentuan mengenai pengenal sebagai Importir sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 46
(1) Importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Barang yang diimpor.
(2) Importir yang tidak bertanggung jawab atas Barang yang diimpor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif berupa
pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, dan/atau penetapan di bidang
Perdagangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 47
(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam keadaan baru.
(2) Dalam hal tertentu Menteri dapat menetapkan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru.
18

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada


menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Barang yang diimpor dalam
keadaan tidak baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 48
Surat persetujuan Impor atas Barang dalam keadaan tidak baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) diserahkan pada saat menyelesaikan
kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Kepabeanan.

Bagian keempat ( perizinan ekspor dan impor )


Pasal 49
(1) Untuk kegiatan Ekspor dan Impor, Menteri mewajibkan Eksportir dan
Importir untuk memiliki perizinan yang dapat berupa persetujuan,
pendaftaran, penetapan, dan/atau pengakuan.
(2) Menteri mewajibkan Eksportir dan Importir untuk memiliki perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melakukan Ekspor sementara dan
Impor sementara.
(3) Menteri dapat melimpahkan atau mendelegasikan pemberian perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah atau instansi
teknis tertentu.
(4) Dalam rangka peningkatan daya saing nasional Menteri dapat
mengusulkan keringanan atau penambahan pembebanan bea masuk terhadap
Barang Impor sementara.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian kelima ( larangan dan pembatasan ekspor dan impor )


Pasal 50
(1) Semua Barang dapat diekspor atau diimpor, kecuali yang dilarang,
dibatasi, atau ditentukan lain oleh undang-undang.
19

(2) Pemerintah melarang Impor atau Ekspor Barang untuk kepentingan


nasional dengan alasan:
a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum,
termasuk sosial, budaya, dan moral masyarakat;
b. untuk melindungi hak kekayaan intelektual; dan/atau
c. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan,
tumbuhan, dan lingkungan hidup.
Pasal 51
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang ditetapkan sebagai Barang
yang dilarang untuk diekspor.
(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang ditetapkan sebagai Barang yang
dilarang untuk diimpor.
(3) Barang yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 52
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan
pembatasan Barang untuk diekspor.
(2) Importir dilarang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan ketentuan
pembatasan Barang untuk diimpor.
(3) Barang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(4) Setiap Eksportir yang mengekspor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Barang untuk diekspor sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(5) Setiap Importir yang mengimpor Barang yang tidak sesuai dengan
ketentuan pembatasan Barang untuk diimpor sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dikenai sanksi administratif dan/atau sanksi lainnya yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

20

(6) Ketentuan mengenai pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 53
(1) Eksportir yang dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (4) terhadap Barang ekspornya dikuasai oleh negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Importir yang dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 ayat (5) terhadap Barang impornya wajib diekspor kembali,
dimusnahkan oleh Importir, atau ditentukan lain oleh Menteri.
Pasal 54
(1) Pemerintah dapat membatasi Ekspor dan Impor Barang untuk kepentingan
nasional dengan alasan:
a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum;
dan/atau
b. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan,
tumbuhan, dan lingkungan hidup.
(2) Pemerintah dapat membatasi Ekspor Barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan alasan:
a. menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri;
b. menjamin ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri
pengolahan di dalam negeri;
c. melindungi kelestarian sumber daya alam;
d. meningkatkan nilai tambah ekonomi bahan mentah dan/atau sumber
daya alam;
e. mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditas
Ekspor tertentu di pasaran internasional; dan/atau
f. menjaga stabilitas harga komoditas tertentu di dalam negeri.
(3) Pemerintah dapat membatasi Impor Barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan alasan:

21

a. untuk membangun, mempercepat, dan melindungi industri tertentu


di dalam negeri; dan/atau
b. untuk menjaga neraca pembayaran dan/atau neraca Perdagangan.

DAFTAR PUSTAKA
Feriyanto Andri, 2015. Perdagangan Internasional. Yogyakarta : Mediatera
M.S, Amir, 1999. Ekspor - Impor Teori dan Penerapannya. Jakarta : PT Pustaka
Binaman Presindo
Pinem Juaniartha R, 2009. Analisis Pengaruh Ekspor, Impor, Kurs Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Medan : Skripsi 33-45
Undang-Undang Republik Indonesia. 2014. Tentang Perdagangan. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai