100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
90 tayangan6 halaman
Dokumen ini membahas indikator-indikator kualitas penduduk yang telah berkembang sejak tahun 1950-an hingga saat ini. Indikator awal adalah pendapatan per kapita, kemudian PQLI yang mempertimbangkan angka kematian bayi, harapan hidup, dan melek huruf. Pada tahun 1990, HDI memperkenalkan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan sebagai ukuran. UU No. 10/1992 menjabarkan kualitas pend
Dokumen ini membahas indikator-indikator kualitas penduduk yang telah berkembang sejak tahun 1950-an hingga saat ini. Indikator awal adalah pendapatan per kapita, kemudian PQLI yang mempertimbangkan angka kematian bayi, harapan hidup, dan melek huruf. Pada tahun 1990, HDI memperkenalkan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan sebagai ukuran. UU No. 10/1992 menjabarkan kualitas pend
Dokumen ini membahas indikator-indikator kualitas penduduk yang telah berkembang sejak tahun 1950-an hingga saat ini. Indikator awal adalah pendapatan per kapita, kemudian PQLI yang mempertimbangkan angka kematian bayi, harapan hidup, dan melek huruf. Pada tahun 1990, HDI memperkenalkan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan sebagai ukuran. UU No. 10/1992 menjabarkan kualitas pend
KELOMPOK 9 ELLA FITRIKA (7182240008) YORDAN C LASE (7183240017) JOSEF GUNAWAN PURBA() Pengertian Kualitas Penduduk Dalam beberapa dekade terakhir, telah terjadi perubahan mendasar tentang paradigma pembangunan yang dilaksanakan di berbagai negara di dunia. Orientasi pembangunan tidak lagi hanya pada pembangunan ekonomi, tetapi pembangunan ekonomi itu sendiri hanya dijadikan sebagai alat atau cara dalam rangka mencapai tujuan lain yang lebih mendasar yaitu kesejahteraan manusia. Dengan kata lain, penduduk selain sebagai modal dasar pembangunan, juga merupakan sasaran pembangunan. Penduduk yang berkualitas akan mempercepat proses pembangunan. Namun demikian, hasil dari pembangunan juga seharusnya dapat meningkatkan kualitas penduduk. Indikator-Indikator Kualitas Penduduk 1. Pendapatan Perkapita Pada tahun 1950-an, sebagian besar negara-negara di dunia menggunakan paradigma pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi, yakni melalui pembentukan modal dan produksi. Berdasarkan paradigma tersebut, ukuran keberhasilan pembangunan yang digunakan berhubungan erat dengan masalah pembentukan modal dan produksi. Pada masa-masa ini, indikator yang umum digunakan untuk mengukur kualitas penduduk adalah pendapatan perkapita. PQLI atau IMH Pada tahun 1970-an, muncul pandangan bahwa kemiskinan absolut dan relatif yakni kesenjangan merupakan masalah penting yang harus segera diatasi. Paradigma pembangunan pada waktu itu terpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan pokok hidup manusia. Oleh karenanya, untuk mengukur sampai sejauh mana hasil pembangunan mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia dari segi peningkatan kualitas fisik kehidupan, digunakanlah beberapa tolok ukur. Berdasarkan hal tersebut, Morris dan Grant pada tahun 1976 mengajukan indikator agregat kualitas penduduk yang dikenal dengan nama PQLI (Physical Quality of Live Index) atau IMH (Indeks Mutu Hidup). Indeks tersebut mencakup tiga parameter pokok yaitu : angka kematian bayi (IMR), angka harapan hidup pada umur 1 tahun, dan tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun atau lebih. HDI atau IPM Pada tahun 1990, United Nations Development Program (UNDP) memperkenalkan istilah pembangunan manusia melalui Human Development Report (HDR). Menurut UNDP, pembangunan manusia didefinisikan sebagai suatu proses memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk (a process of enlarging choices). Proses perluasan spektrum pilihan manusia, secara mendasar adalah proses untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. Dengan dasar tersebut, pada tahun 1990 diperkenalkan suatu indikator yang diberi nama Human Development Index (HDI). HDI ini juga kemudian dijadikan dasar untuk menilai kualitas sumberdaya manusia/penduduk di suatu wilayah (UNDP,1992) HDI di Indonesia dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indikator Kualitas Penduduk Indonesia Berdasarkan Penjabaran UU No. 10/1992 Menurut UU No. 10/1992, kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non-fisik serta ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian dan layak. Kualitas fisik meliputi kebugaran yang dikaitkan dengan kesegaran jasmani, kesehatan serta daya tahan fisik sehingga dapat melakukan kegiatan yang produktif. Kualitas non-fisik meliputi kualitas kepribadian: kecerdasan, ketahanan mental, dan kemandirian; kualitas bermasyarakat; kesetiakawanan sosial dan kemampuan bermasyarakat; kualitas kekaryaan; produktivitas, ketekunan, dan prestasi kerja; kualitas wawasan lingkungan; serta kualitas spiritual keagamaan: iman, keteguhan etik dan moral.