Anda di halaman 1dari 3

Judul Penelitian Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Ekonomi

Dan Sektor Pajak Indonesia

Tujuan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan dampak ekonomi yang
Penelitian ditimbulkan oleh COVID-19 2. Menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19
terhadap sektor pajak

Metode Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan
Penelitian tujuan tertentu (Lasa, 2009:207). Berdasarkan pada pokok permasalahan yang dikaji,
yaitu mengenai Dampak COVID-19 Terhadap Sektor Ekonomi dan Sektor Pajak, maka
penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mendapatkan simpulan yang memuat sebuah persepsi,
pendapat atau tanggapan seseorang sehingga dalam pembahasannya harus secara
kualitatif atau merangkai kata-kata.

Data yang Arikunto (2006:231) menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah cara mencari data
Digunakan mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen, rapat, leger, agenda, dan sebagainya.

Metode Analisis Analisis data merupakan salah satu langkah terpenting dalam suatu penelitian. Pada
Data tahap ini, data yang telah diperoleh akan dianalisis sehingga dapat ditarik sebuah
kesimpulan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis model Miles and
Huberman. Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono, (2005:91) “mengemukakan
bahwa aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.”

Hasil Penelitian Dampak wabah virus Corona baru dari sektor ekonomi tidak bisa lepas dari Ekspor-
& Pembahasan Impor. Ekspor diperkirakan akan tercatat menurun lebih dari nilai sebelumnya,
mengingat sejak tahun 2019 pertumbuhannya negatif. Begitu juga dengan nilai impor
akan tetap negatif pertumbuhannya. Sektor UMKM (mikro, kecil dan menengah) adalah
sektor yang paling terdampak wabah COVID-19. Adanya pembatasan dalam kegiatan
ekonomi dan sosial ikut memengaruhi kemampuan UMKM, yang biasanya fleksibel
menjadi lemah menghadapi kondisi. Tahun 97-98, justru UMKM masih bisa
menghadapi krisis ekonomi pada masa itu. Sekarang ini, UMKM terpukul paling depan
karena ketiadaan kegiatan di luar rumah dengan adanya penerapan PSBB. Selain itu,
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US) berpotensi melemah hingga
mencapai Rp20.000 per dolar US yang diakibatkan oleh wabah COVID-19. Penyebab
pelemahan rupiah adalah karena investorinvestor mengalami kepanikan sehingga terjadi
pembalikan modal atau capital outflow. Capital outflow ini terjadi di seluruh dunia
termasuk di Indonesia, yang diakibatkan oleh kepanikan global karena wabah COVID-
19 cepat menyebar di seluruh dunia. COVID-19 atau virus Corona baru juga membuat
banyak orang kehilangan pekerjaan sehingga otomatis membuat daya beli masyarakat
menurun dan berakibat menurunnya pendapatan atau penghasilan dari dunia usaha
terutama sektor UMKM. Dari sektor pajak, dampak yang dirasa cukup memberatkan
adalah penerimaan pajak dari sektor perdagangan. Seperti diketahui, pajak memiliki
fungsi budgeter yang berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan, baik
pemerintahan pusat maupun daerah. Penerimaan pajak dari sektor perdagangan ini
memberikan kontribusi besar dalam penerimaan pajak. Hal ini terkait menurunnya
produksi di China, yang diketahui menjadi salah satu pusat produksi barang di dunia.
Penurunan produksi di China menyebabkan pasokan bahan baku dan barang lainnya
terhambat sehingga volume perdagangan mengalami gangguan, dan akibatnya
berpengaruh pada penerimaan pajak. Pendapatan negara dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) 2020 diperkirakan menurun hingga mencapai 10 %.
Penurunan ini terjadi akibat dampak virus Corona baru atau COVID-19 yang membuat
kegiatan ekonomi domestik tertekan. Penurunan pendapatan negara terjadi bersamaan
dengan turunnya pendapatan pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan bea
cukai. Penurunan penerimaan pajak tak hanya disebabkan karena menurunnya aktivitas
ekonomi tetapi juga diakibatkan oleh dukungan insentif pajak

Kesimpulan Indonesia memulai peperangan untuk menghadapi pandemi virus Corona baru (COVID-
19) pada awal Maret 2020. Masuknya virus Corona baru di Indonesia tentu memberi
dampak terhadap beberapa sektor terutama pada sektor perekonomian dan sektor pajak.
Secara dampak perekonomian Indonesia sendiri, virus Corona (COVID-19) menyebabkan
kurs dolar terhadap rupiah meninggi hingga akan berada di kisaran Rp17.500 per dolar
US. Bahkan laporan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan
penurunan persentase dalam beberapa minggu terakhir. Wabah COVID-19 juga
berdampak pada ekonomi masyarakat. Banyak pengusaha-pengusaha terutama UMKM
mengalami kerugian akibat menurunnya daya beli masyarakat. Selain itu, wabah COVID-
19 juga telah membuat pekerja-pekerja menganggur karena perusahaan terpaksa harus
diberhentikan sementara kegiatan operasionalnya. Dari sektor pajak, COVID-19 memberi
dampak pada menurunnya penerimaan pajak. Target penerimaan pajak diperkirakan tak
akan tercapai pada tahun ini. Dampak yang dirasa cukup memberatkan adalah penerimaan
pajak dari sektor perdagangan. Penurunan produksi di China menyebabkan pasokan
bahan baku dan barang lainnya terhambat sehingga volume perdagangan mengalami
gangguan, dan akibatnya berpengaruh pada penerimaan pajak.
Saran Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk mempertahankan
kestabilan ekonomi ditengah wabah virus Corona yang berdampak pada berbagai sektor.
Namun berbagai upaya pemerintah tersebut juga tetap akan bergantung dari kesadaran
masyarakat secara bersama-sama dalam mencegah penyebaran wabah COVID-19
tersebut. Sebagai warga negara, kita harus mematuhi segala kebijakan yang diterapkan
oleh Pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penyebaran COVID-19 agar sektor
ekonomi tidak semakin terpuruk dan pertumbuhan ekonomi mulai mengalami kenaikan.

Anda mungkin juga menyukai