Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EKONOMI POLITIK

“Otonomi Daerah dan Pemerataan Ekonomi”

Dosen Pengampu :
Dr. Bonaraja Purba, M.Si.

KELOMPOK 6
Gladya Purba : 7183240019
Ilham Fauzi Harahap : 7182240003
Maldi Gregonius Barus : 7182240009
Siti Maimunah : 7182240013
Sri Diana : 7182240011

ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya yang selalu menyertai kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan baik. Adapun makalah ini berjudul “Otonomi Daerah dan Pemerataan Ekonomi”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ekonomi Politik
dengan Dosen Pengampu Bapak Dr. Bonaraja Purba, M.Si.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai
kesulitan dalam proses penyelesaian. Namun, berkat bantuan Tuhan Yang Maha Pengasih
yang selalu menuntun langkah kami dan atas seluruh pihak serta usaha maksimal dari kami
akhirnya tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan kami
mohon maaf jika ada penulisan kata atau kalimat yang tidak sesuai. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran atau masukan dari semua pihak agar kedepannya saat ada tugas makalah
kami mampu memberikan hasil tugas yang lebih baik.

Lubuk Pakam, Desember 2020

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Otonomi Daerah........................................................................................................ 3
2.2 Pemerataan Ekonomi................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 11
3.2 Saran ........................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian otonomi daerah yang melekat dalam pemerintahan daerah, sangat berkaitan
erat dengan asas desentralisasi. Baik pemerintahan daerah, asas desentralisasi maupun
otonomi daerah, adalah bagian dari suatu kebijakan dan praktek penyelenggaraan
pemerintahan.
Tujuannya adalah demi terwujudnya kehidupan masyarakat yang tertib, maju dan
sejahtera, agar setiap orang bisa hidup tenang, nyaman, wajar oleh karena memperoleh
kemudahan dalam segala hal di bidang pelayanan masyarakat. Desa secara historis
merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh
sebelum negara dan bangsa ini terbentuk. Desa merupakan institusi yang otonom dengan
tradisi, adat istiadat dengan hukum sendiri serta relatif mandiri. Menurut Y Zakaria , sejatinya
desa adalah negara kecil, karena sebagai masyarakat hukum, desa memiliki semua perangkat
suatu negara, seperti wilayah, warga, aturan dan pemerintahan. Selain itu, pemerintahan desa
memiliki alat perlengkapan desa seperti polisi dan pengadilan yang memiliki kewenangan
untuk menggunakan kekerasan didalam teritori atau wilayah hukumnya. Hal tersebut
membuat desa merupakan suatu institusi otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya
sendiri serta relatif mandiri.
Berdasarkan hal inilah maka desa harus dipahami sebagai kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki hak dan kekuasaan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
untuk mencapai kesejahteraan. Hak untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
inilah yang disebut otonomi desa.
Kehadiran Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945, telah memberikan pengaruh terhadap eksistensi desa. Apakah
sebagai institusi yang otonom atau merupakan bagaian dari organ pemerintah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang paling rendah. Keadaan tersebut, dapat dilihat
dalam Pembagian wilayah atau teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
diatur didalam pasal 18 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa: Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemerataan ekonomi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan otonomi daerah.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pemerataan ekonomi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 OTONOMI DAERAH


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:992), otonomi adalah pola
pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, definisi atau
arti otonomi daerah adalah sebagai berikut: “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Otonomi daerah adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah untuk
mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri dengan
menghormati peraturan perundangan yang berlaku. Berikut adalah penjelasan mengenai arti
otonomi daerah secara lebih lengkap, berikut tujuan dan prinsip-prinsipnya.
Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan
nasional dari paradigma pertumbuhan menuju peradigma pemerataan pembangunan secara
lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui kebijakan
otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diatur dalam satu paket
Undang-Undang yaitu Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
Kebijakan pemberian otonomi dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah merupakan langkah strategis. Pertama, otonomi daerah dan
desentralisasi merupakan jawaban atas permasalahan local bangsa Indonesia berupa ancaman
disintregrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, rendahnya kualitas hidup
masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Kedua, otonomi
daerah dan desentralisasi fiscal merupakan langkah strategi bangsa Indonesia untuk
menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomi daerah.
Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten dan kota dilakasanakan dengan
memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah
secara proporsional. Artinya, pelimpahan tanggungjawab akan diikuti oleh pengaturan
pembagian, dan pemanfaatan dan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan
pusat dan daerah.
Otonomi Daerah sebagai upaya memperkuat Perekonomian Daerah Pemberian
otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efesiensi, efektivitas dan akuntabilitas sektor
publik di Indonesia. Dengan otonomi, daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber
pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian
(sharing) dari Pemerintah Pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan perioritas dan
aspirasi masyarakat.
Dengan kondisi seperti ini, peranan invstasi swasta dan perusahaan milik daerah
sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah
(enginee of growth). Daerah juga diharapkan mampu menarik investor untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah serta menimbulkan efek multiplier yang besar. Pemberian
otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
pembngunan daerah melalui usaha-usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat, karena pada dasarnya tekandung 3 (tiga) misi utama sehubungan
dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut, yaitu :
1. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat.
3. Memberdayaan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi)
dalam proses pembangunan.
Globalisasi ekonomi telah meningkatkan persaingan antar negara-negara dalam suatu
system ekonomi Internasional. Salah satu cara menghadapi dan memanfaatkan perdagangan
internasional adalah meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas kerja. Sebagai langkah awal untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perlu dilakukan perubahan structural untuk mmeperkuat kedudukan dan peran ekonomi
rakyat dalam perekonomian nasional.
Dari aspek perencanaan, daerah sangat membutuhkan aparat daerah (baik eksekutif
maupun legislatif) yang berkualitas tinggi, bervisi strategi dan mampu berpikir strategi serta
memiliki moral yang baik sehingga dapat mengelola pembangunan daerah dengan baik.
Partisipasi aktif dari semua elemen yang ada di daerah sangat dibutuhkan agar perencanaan
pembangunan daerah benar-benar mencerminkan kebutuhan daerah dan berkaitan langsung
dengan permasalahan yang dihadapi daerah.
Dari aspek pelaksanaan, Pemerintah daerah dituntut mampu menciptakan sistem
manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah. Salah satu aspek
dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Anggaran Daerah. Anggaran daerah atau Anggaran pendapatan dan
belanja Daerah (APBN) merupakan instrument kebijakan yang utama bagi Pemerintah
daerah.
Sebagai instrument kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya
mengembangkan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai
alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masamasa yang akan
datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kerja, alat untuk
memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja.
Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan APBD hendaknya difokuskan pada
upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang telah direncanakan dan
mempermudah pengendalian, pemerintah daerah dapat membentuk pusat-pusat
pertanggungjawaban sebagai unit pelaksanaan.
Untuk memastikan bahwa pengelolaan dana public telah dilakukan sebagaimana
mestinya (sesuai konsep value for money), perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja
pemerintah daerah. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal yang dapat dilakukan oleh
internal auditor maupun eksternal auditor, misalnya auditor independen. Untuk menciptakan
transparansi dan akuntabilitas publik, pemerintah daerah perlu membuat laporan keuangan
yang disampaikan kepada publik. Pengawasan dari semua semua masyarakat dan khususnya
dari DPRD mutlak diperlukan agar otonomi yang diberikan kepada daerah tidak kehabisan
dan dapat mencapai tujuan.

Prinsip Otonomi Daerah


Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. Dalam arti,
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar
yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta,
prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat (HAW. Widjaja, 2007:133).
Guna mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, diperlukan otonomi yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan. Yang jauh dari
praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan
pemerintah pusat dan daerah (HAW. Widjaja, 2007:7-8). Berikut adalah prinsip otonomi
daerah:
1. Prinsip Otonomi Luas
Yang dimaksud otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak,
dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah
pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan
jenisnya.
2. Prinsip Otonomi Nyata
Yang dimaksud prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan kewajiban
untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing.
3. Prinsip Otonomi yang Bertanggungjawab
Yang dimaksud dengan prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi
yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian otonomi
yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat (Rozali Abdullah, dalam Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala.
Daerah Secara Langsung (2007:5)).

Tujuan Otonomi Daerah


Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut Mardiasmo dalam Otonomi
dan Manajemen Keuangan Daerah (2002:46) adalah untuk meningkatkan pelayanan publik
dan memajukan perekonomian daerah.
Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat,
2. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan.
Menurut Deddy S.B. & Dadang Solihin dalam Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (2004:32), tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan
penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman
daerah.
Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat
dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Pengawasan untuk mendorong tercapainya otonomi daerah


Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya berarti memberi kewenangan dan
keleluasaan kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya daerah secara
optimal. Agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan, pemberi wewenang dan
keleluasaan yang luas tersebut harus diikuti dengan pengawasan yang kuat. Penguatan fungsi
pengawasan dapat dilakukan melalui optimalisasi peran DPRD sebagai kekuatan
penyeimbang bagi eksekutif daerah dan partisipasi masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung .
Pengawasan oleh DPRD tersebut harus sudah dilakukan sejak tahap perencanaan,
tidak hanya pada tahap pelaksanaan dan pelaporan saja sebagaimana yang terjadi selama ini.
Hal ini penting dalam era otonomi, DPRD memiliki kewenangan untuk menentukan arah dan
kebijakan umum APBD. Apabila APBD lemah dalam tahap perencanaan maka
dikhawatirkan pada tahap pelaksanaan akan mengalami banyak penyimpangan.

2.2 PEMERATAAN EKONOMI


Ekonomi yang berkeadilan harus diperkuat agar seluruh rakyat Indonesia dapat
merasakan manfaat pembangunan. Agar ekonomi lebih adil dan merata, masyarakat kelas
bawah membutuhkan modal (equity) untuk meningkatkan kualitas hidupnya, bukan sekadar
equality atau kesamaan perlakuan.
Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE)
yang bertumpu pada 3 pilar yaitu lahan, kesempatan dan peningkatan kapasitas sumber daya
manusia (SDM). Dari ketiga pilar utama tersebut, terdapat 10 bidang yang dinilai menjadi
sumber ketimpangan di masyarakat.
Pilar pertama berdasarkan lahan akan mencakup reforma agraria dan perhutanan
social, pertanian dalam kaitannya dengan isu petani tanpa lahan, perkebunan terkait dengan
rendahnya produktivitas dan nilai tambah komoditas, perumahan yang terjangkau bagi
masyarakat miskin perkotaan, dan nelayan serta petani budidaya rumput laut.
Sementara pilar kedua berdasarkan kesempatan akan menyasar permasalahan sistem
pajak, manufaktur dan informasi teknologi, perkembangan pasar ritel dan pasar tradisional,
serta pembiayaan dengan dana pemerintah. Terakhir atau pilar ketiga yakni peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, ditargetkan untuk menyelesaikan isu vokasional,
kewirausahaan dan pasar tenaga kerja. Kebijakan ini untuk memastikan pertumbuhan
ekonomi berkualitas yang juga mampu mengurangi ketimpangan di masyarakat
Pembangunan yang semakin banyak membuat ekonomi menjadi naik. Akan tetapi
pembangunan kebanyakan dilakukan di kota. Sehingga pemerataan ekonomi Negara tidak
menyeluruh di semua tempat. Banyak sekali penduduk di desa justru pergi ke kota untuk
mencari pekerjaan. Hal ini akan berakibat semakin penuh kota tersebut dan ekonomi semakin
tidak merata.

Beberapa Cara yang Dilakukan Agar Terjadi Pemerataan Ekonomi


Baru-baru ini terdengar berita bahwa ibu kota akan dipindahkan ke luar pulau Jawa.
Hal itu dikarenakan ekonomi negeri ini tidak merata. Oleh karena itu, pemerintah
menginginkan ekonomi lebih berkembang tidak hanya di Jawa saja, melainkan merata di
seluruh nusantara. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam upaya meratakan ekonomi antara
lain:
1. Pemerataan Kesempatan Kerja
Pekerjaan merupakan solusi untuk mendapatkan uang. Kebanyakan pekerjaan itu
terdapat daerah perotaan. Misalnya saja di pabrik, restoran, mall, dan lainnya. Banyak orang
dari desa pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka beranggapan bahwa di kota mudah
mencari pekerjaan. Hal ini menyebabkan ekonomi tidak merata.
Tapi pemerintah sudah banyak membuka kesempatan kerja di desa. Antara lain, pelatihan-
pelatihan ketrampilan, pertanian, dan lain-lain.
Selain itu dengan sistem perekonomian yang baik, diharapkan tidak ada kesenjangan
baik, sosial termasuk gender pria wanita yang sebagai contoh di jaman modern ini seorang
wanita bisa menyuarakan aspirasinya dalam tataran pemerintahan melalui jalur legislatif, atau
wakil rakyat.
2. Pemerataan Pendidikan
Banyaknya sekolahan sekarang ini tidak menjamin mutu setiap sekolahan sama. Oleh
karena itu, pemerintah menerapkan sistim Zonasi agar tidak ada yang namanya sekolah
unggulan. Dan semua sekolah memiliki pendidikan yang merata. Selain itu guru-guru yang
professional juga telah ditempatkan di daerah-daerah yang tertinggal.
3. Transmigrasi
Salah satu kebijakan dalam rangka pemerataan ekonomi negara yaitu transmigrasi.
Tidak semua daerah di Indonesia berpenduduk. Maka dipindahkanlah penduduk yang
berpenghuni banyak ketempat yang masih sepi. Hal ini brertujuan agar daerah-daerah di
Indonesia merata dan sama-sama berkembang dengan maksimal.
4. Percepatan Pembangunan Secara Optimal
Pembangunan yang saat ini dikebut pemerintan salah satunya yaitu transportasi. Jalan
Tol merupan ikon utama dalam pembangunan transportasi ini. Karena dengan lalu lintas yang
lancar maka ekonomi Negara akan menjadi lancar. Jika pada saat belum ada tol ditempuh
dalam satu jam, maka dengan tol hanya 20 menit saja. Akan tetapi Anda harus bayar sesuai
tarif tol yang berlaku.
5. Fokus Pembangunan Daerah Terpencil
Daerah terpencil sering kali jadi anak tiri dalam pembangunan. Akan tetapi pada saat
ini sudah banyak diperhatikan oleh pemerintah. Pembangunan daerah terpencil mulai dari
jalan, listrik, ataupun pendidikan. Bahkan sekarang anggaran dana untuk desa sudah
dinaikan. Dengan adanya pembangunan diharapkan daerah terpencil itu juga akan maju.
6. Mengembangkan Wilayah Perbatasan Negara
Perbatasan merupakan tampilan depan suatu Negara. Dengan dibangunnya perbatasan
Negara maka akan banyak menarik investor untuk membangun di daerah tersebut. seperti
halnya perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang sudah diperbaiki. Perbatasan yang maju
maka akan berakibat positif terhadap daerah terpencil disekitarnya.
7. Pemerataan Harga
Sering kali kita dengar bahwa harga satu tempat dengan tempat lain tidak sama. Hal
itu menjadi tolak ukur merata tidaknya ekonomi Negara. Daerah yang maju kebanyakan
harga barang lebih mahal. Akan tetapi penghasilan orang didaerah tersebut sama. Oleh karena
itu, pemerataan harga sangat penting agar orang tidak merasa terbebani oleh biaya yang
mahal.
8. Pemerataan Pangan
Pangan adalah hal wajib yang harus ada setiap hari. Akan tetapi di daerah kering atau
tandus kurang mendapatkan pangan yang cukup. Orang harus pergi ke kota lain untuk bisa
mendapat pangan yang layak.
Pemerataan ekonomi Negara tidak semudah membalikan telapak tangan. Oleh karena
itu, dalam proses pemerataan dibutuhkan proses tersendiri. Tentunya dalam jangka waktu
tertentu dengan program-program yang tertata rapi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. Dalam arti,
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di
luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada
peningkatan kesejahteraan rakyat
Salah satu kebijakan dalam rangka pemerataan ekonomi negara yaitu transmigrasi.
Tidak semua daerah di Indonesia berpenduduk. Maka dipindahkanlah penduduk yang
berpenghuni banyak ketempat yang masih sepi. Hal ini brertujuan agar daerah-daerah di
Indonesia merata dan sama-sama berkembang dengan maksimal

3.2 SARAN
Agar pemerataan ekonomi dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka
pemerintah harus lebih gencar lagi dalam melakukan kebijakan-kebijakan yang telah
dibuat, agar hasil yang didapat pun lebih memadai.

1
Daftar Pustaka

Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

Agam, Septian. 2017. Manfaat Langsung Kebijakan Pemerataan Ekonomi. RM Ksatria


Bhumi Persada: Indonesia baik.id.

Mardiasmo dan Kirana Jaya, wihana (1999) “ Pengelolaan Keuangan yang berorentasi pada
kepentinngan public “

Mardiasmo (2002) “ Akuntansi sector Publik “ Penerbit Andi Yogyakarta

Sumodiningrat, Gunawan (1999) “ Pemberdayaan Rakyat “ Gramedia Pustaka Utama ,


Jakarta

Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

Lararenjana, Edelweis. 2020. Mengenal Arti Otonomi Daerah Beserta Tujuan dan Dasar
Hukumnya. Merdeka.com

Anda mungkin juga menyukai