M. Rizky Pratama
Bayu Rizki
M. Ihsan Ismail
M. Rafli Asidqi
Ahmad Muchtar
Sekar Ayu
Jl. Haji sulaiman No. 10 RT01/07 Kel. Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok
Jawa Barat
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, Karena berkat
ini, dan penyusun juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki
mungkin demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................
C. Kesimpulan ................................................................................................. 3
C. Kritik dan saran ........................................................................................... 3
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan di Indonesia menurut konstitusi UUD 1945
dibagi atas pemerintahan pusat dan pemeritahan daerah. Berdasarkan
konstitusi ini dijelaskan bahwa pemerintahan daerah di Indonesia terdiri
atas pemeritahan daerah propinsi dan pemerintahan daerah kabupaten yang
diberikan wewenang dalam mengurus pemerintahan sendiri menurut
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Kewenangan dalam mengurus pemerintahan sendiri oleh daerah
merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk pengembangan
pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat (Kaelan, 2006:42). Untuk
meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas pemerintahan daerah dalam
mengurus daerah maka, pemerintah pusat membentuk sistem desentralisasi
yakni pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengurus pemerintahan
yang menjadi kewajiban daerah.
Konsep desentralisasi adalah konsep penyelenggaraan pemeritah
yang diharapkan dapat memberikan peluang kepada daerah dalam
meningkatkan kemampuan dan potensi sehingga dapat melaksanakan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan daerah. Pada prosesnya,
kewenangan daerah dalam melaksanakan pemerintahan ditujukan untuk
meningkatkan peran seluruh rakyat dalam pemerintahan yang bertujuan
untuk kesejahteraan rakyat yang selama ini hanya terfokus di pusat.
Oleh karena itu muncul program otonomi daerah dalam
pemerintahan daerah. Menurut Sunarno (2009:10) bahwa “hakikat
penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kemampuan
dan potensi daerah dalam lingkup ketahanan ekonomi, kesehatan
pendidikan dan kemampuan politik yang berpedoman pada aturan-aturan
yang berlaku” Salah satu kewenangan politik daerah tampak pada
kekuasaan daerah dalam memilih para pemimpin daerah tersebut secara
demokrasi.
4
1
Dalam Pasal 18 UUD 1945 dinyatakan bahwa “Gubernur, Bupati,
Walikota masing-masing pemerintah daerah dapat dipilih oleh rakyat di
daerah tersebut secara demokratis” Berdasarkan undang-undang tersebut
dapat ditelaah bahwa dalam pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
diberikan kewenangan kepada daerah dan dilaksanakan secara demokrasi.
Asshidiqie (2005:141) mengemukakan bahwa “dalam suatu negara
demokrasi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi sehingga
demokrasi dalam negara dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
rakyat”.
Dengan demikian, sesuai pendapat ini dapat ditelaah bahwa dalam
upaya penegakan demokrasi rakyat diperlukan kewenangan rakyat di
daerah dalam menentukan pimpinan sendiri secara demokratisasi.
Demokratisasi tersebut merupakan hak rakyat secara penuh dalam memilih
wakil rakyat maupun pimpinan daerahnya. Wewenang pemilihan kepala
daerah oleh rakyat yang ada di daerah merupakan peluang bagi daerah
dalam mengembangkan potensinya sendiri. Oleh karena itu dalam proses
pemilihan kepala daerah diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan diharapkan pula akan
memberikan kontribusi bagi pendidikan politik rakyat dan meningkatkan
kemampuan dan potensi dalam mengembangkan daerahnya sendiri.
Prosedur aturan pemilihan kepada daerah ditetapkan dalam
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pilkada. Dalam Undang
Undang tersebut dijelaskan bahwa Pilkada merupakan kegiatan demokrasi
rakyat dalam memilih pasangan calon kepala daerah baik daerah
Kabupaten (Bupati) dan daerah Provinsi (Gubernur). Tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat. Pertumbuhan ekonomi mendorong Pemerintah Daerah
untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk
menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut.
5
Pembangunan ekonomi ditandai dengan meningkatnya produktivitas
dan pendapatan perkapita penduduk sehingga terjadi
perbaikan kesejahteraan. Kenyataan yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat
ini adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan
peningkatan belanja modal, hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya jumlah
belanja modal yang dianggarkan dengan total anggaran belanja daerah
(Sudarwadi, 2015). Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar
kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber
pendapatan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka
pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, salah satu
sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan
Asli Daerah merupakan sumber penerimaan pemerintah daerah yang berasal
dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. PAD bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengoptimalkan potensi
pendanaan daerah sendiri dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Pemerintah Daerah dalam mengaloksikan belanja modal harus
benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan
mempertimbangkan PAD yang diterima. Besar kecilnya belanja modal
akan ditentukan dari besar kecilnya PAD. Peningkatan PAD diharapkan
meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas
di daerah tersebut meningkat.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitan ini adalah :
1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
2. Apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?
3. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?
6
4. Apakah dana bagi hasil berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?
5. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
6. Apakah pendapatan asli daerah, alokasi umum, alokasi khusus, dana bagi
hasil dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh:
1. Pendapatan asli daerah terhadap pengalokasian belanja modal.
2. Dana alokasi umum terhadap pengalokasian belanja modal.
3. Dana alokasi khusus terhadap pengalokasian belanja modal.
4. Dana bagi hasil terhadap pengalokasian belanja modal.
1
BAB II
ISI
7
penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu
tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang
bekerja saling bergantungan dan kekuasaan suatu negara diklasifikasikan
menjadi tiga sebagai berikut:
a. Eksekutif, yaitu kekuasaan menjalankan undang-undang.
b. Legislatif, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang.
c. Yudikatif, yaitu kekuasaan mengadili pelanggaran atas undang-undang.
8
pemerintahan saat ini terdiri atas sistem pemerintahan Parlementer,
pemerintahan akan berjalan efektif dan normal mana kala sistem yang
dipilih dan digunakan sesuai dengan karakter kondisi sosial politik negara
tersebut.
BAB III
PENUTUP
9
C. Kesimpulan
1. Sistem pemerintahan Indonesia Sebelum Amademen UUD 1945 Sistem
maupun dari luar (agresi militer Belanda) membuat para tokoh merubah
10
diatur dalam konstitusi baik dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara
bagi pembaca.
11