Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(PKN) TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN DI


INDONESIA

Disusun oleh kelompok 3 :

M. Rizky Pratama

Bayu Rizki

M. Ihsan Ismail

M. Rafli Asidqi

Ahmad Muchtar

M. Fajar Putra Abriansyah

Najwa Anisa Fitri

Sekar Ayu

Jl. Haji sulaiman No. 10 RT01/07 Kel. Bedahan Kec. Sawangan Kota Depok

Jawa Barat

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, Karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah

ini, dan penyusun juga sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki

dalam makalah ini.

Walaupun demikian, penyusun telah berusaha dengan semaksimal

mungkin demi kesempurnaan penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan dalam

penulisan makalah berikutnya.

Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,

khususnya kepada Bapak Abdul selaku guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).

Depok, 20 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................

Daftar Isi............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................1


A. Rumusan
Masalah……………………………………………………….................................1
A. Tujuan Penelitian .........................................................................................1
BAB II ISI .......................................................................................................

A. Makna Sistem Pemerintahan ..................................................................... 2


B. Klasifikasi Sistem Pemerintahan ............................................................... 2

BAB III PENUTUP ...........................................................................................

C. Kesimpulan ................................................................................................. 3
C. Kritik dan saran ........................................................................................... 3

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan di Indonesia menurut konstitusi UUD 1945
dibagi atas pemerintahan pusat dan pemeritahan daerah. Berdasarkan
konstitusi ini dijelaskan bahwa pemerintahan daerah di Indonesia terdiri
atas pemeritahan daerah propinsi dan pemerintahan daerah kabupaten yang
diberikan wewenang dalam mengurus pemerintahan sendiri menurut
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Kewenangan dalam mengurus pemerintahan sendiri oleh daerah
merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk pengembangan
pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat (Kaelan, 2006:42). Untuk
meningkatkan kemampuan dan akuntabilitas pemerintahan daerah dalam
mengurus daerah maka, pemerintah pusat membentuk sistem desentralisasi
yakni pemberian kewenangan kepada daerah untuk mengurus pemerintahan
yang menjadi kewajiban daerah.
Konsep desentralisasi adalah konsep penyelenggaraan pemeritah
yang diharapkan dapat memberikan peluang kepada daerah dalam
meningkatkan kemampuan dan potensi sehingga dapat melaksanakan
pembangunan sesuai dengan kebutuhan daerah. Pada prosesnya,
kewenangan daerah dalam melaksanakan pemerintahan ditujukan untuk
meningkatkan peran seluruh rakyat dalam pemerintahan yang bertujuan
untuk kesejahteraan rakyat yang selama ini hanya terfokus di pusat.
Oleh karena itu muncul program otonomi daerah dalam
pemerintahan daerah. Menurut Sunarno (2009:10) bahwa “hakikat
penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kemampuan
dan potensi daerah dalam lingkup ketahanan ekonomi, kesehatan
pendidikan dan kemampuan politik yang berpedoman pada aturan-aturan
yang berlaku” Salah satu kewenangan politik daerah tampak pada
kekuasaan daerah dalam memilih para pemimpin daerah tersebut secara
demokrasi.

4
1
Dalam Pasal 18 UUD 1945 dinyatakan bahwa “Gubernur, Bupati,
Walikota masing-masing pemerintah daerah dapat dipilih oleh rakyat di
daerah tersebut secara demokratis” Berdasarkan undang-undang tersebut
dapat ditelaah bahwa dalam pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
diberikan kewenangan kepada daerah dan dilaksanakan secara demokrasi.
Asshidiqie (2005:141) mengemukakan bahwa “dalam suatu negara
demokrasi, rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi sehingga

demokrasi dalam negara dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk
rakyat”.
Dengan demikian, sesuai pendapat ini dapat ditelaah bahwa dalam
upaya penegakan demokrasi rakyat diperlukan kewenangan rakyat di
daerah dalam menentukan pimpinan sendiri secara demokratisasi.
Demokratisasi tersebut merupakan hak rakyat secara penuh dalam memilih
wakil rakyat maupun pimpinan daerahnya. Wewenang pemilihan kepala
daerah oleh rakyat yang ada di daerah merupakan peluang bagi daerah
dalam mengembangkan potensinya sendiri. Oleh karena itu dalam proses
pemilihan kepala daerah diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan
aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan diharapkan pula akan
memberikan kontribusi bagi pendidikan politik rakyat dan meningkatkan
kemampuan dan potensi dalam mengembangkan daerahnya sendiri.
Prosedur aturan pemilihan kepada daerah ditetapkan dalam
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pilkada. Dalam Undang
Undang tersebut dijelaskan bahwa Pilkada merupakan kegiatan demokrasi
rakyat dalam memilih pasangan calon kepala daerah baik daerah
Kabupaten (Bupati) dan daerah Provinsi (Gubernur). Tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat. Pertumbuhan ekonomi mendorong Pemerintah Daerah
untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya
yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk
menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut.

5
Pembangunan ekonomi ditandai dengan meningkatnya produktivitas
dan pendapatan perkapita penduduk sehingga terjadi
perbaikan kesejahteraan. Kenyataan yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat
ini adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan
peningkatan belanja modal, hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya jumlah
belanja modal yang dianggarkan dengan total anggaran belanja daerah
(Sudarwadi, 2015). Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar
kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber
pendapatan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka
pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014, salah satu
sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan
Asli Daerah merupakan sumber penerimaan pemerintah daerah yang berasal
dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. PAD bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengoptimalkan potensi
pendanaan daerah sendiri dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Pemerintah Daerah dalam mengaloksikan belanja modal harus
benar-benar disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan
mempertimbangkan PAD yang diterima. Besar kecilnya belanja modal
akan ditentukan dari besar kecilnya PAD. Peningkatan PAD diharapkan
meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas
di daerah tersebut meningkat.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitan ini adalah :
1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
2. Apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?
3. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?

6
4. Apakah dana bagi hasil berpengaruh terhadap pengalokasian belanja
modal?
5. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
6. Apakah pendapatan asli daerah, alokasi umum, alokasi khusus, dana bagi
hasil dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengalokasian
belanja modal?
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh:
1. Pendapatan asli daerah terhadap pengalokasian belanja modal.
2. Dana alokasi umum terhadap pengalokasian belanja modal.
3. Dana alokasi khusus terhadap pengalokasian belanja modal.
4. Dana bagi hasil terhadap pengalokasian belanja modal.

1
BAB II
ISI

B. Makna Sistem Pemerintahan


Dalam arti luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif di suatu negara
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam. Arti
sempit,pemerintah adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh
badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan

7
penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu
tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan yang
bekerja saling bergantungan dan kekuasaan suatu negara diklasifikasikan
menjadi tiga sebagai berikut:
a. Eksekutif, yaitu kekuasaan menjalankan undang-undang.
b. Legislatif, yaitu kekuasaan membentuk undang-undang.
c. Yudikatif, yaitu kekuasaan mengadili pelanggaran atas undang-undang.

Sistem pemerintahan negara digambarkan dengan ada nya lembaga


negara. hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara
untuk mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan
pemerintah negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
negara.

B. Klasifikasi Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan yang dipraktekkan diberbagai negara saat ini

cenderung mengalami perubahan. Beberapa negara memiliki ciri khas

tersendiri dalam penyelenggaraan eksistensi negaranya. Ciri khas negara

tersebut salah satunya adalah dengan memiliki sistem pemerintahan.

Dikutip dari hasil kajian konsep teoritis tentang klasifikasi sistem

pemerintahan yang hingga kini masih dipraktekkan di berbagai negara dan

metode kajian menggunakan metode studi literatur dengan pendekatan

deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa secara klasifikasi, sistem

8
pemerintahan saat ini terdiri atas sistem pemerintahan Parlementer,

Presidensial, Campuran dan Referendum. Sistem pemerintahan menjadi

salah satu faktor penentu keberlangsungan kehidupan bernegara. Disi lain

pemerintahan akan berjalan efektif dan normal mana kala sistem yang

dipilih dan digunakan sesuai dengan karakter kondisi sosial politik negara

tersebut.

BAB III

PENUTUP

Dengan selalu memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang


telah memberikan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya pada semua pihak yang sudah mambantu penyusun dalam
menyusun makalah ini. Penyusun menyadari masih banyak terdapat
kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun
butuhkan demi menyempurnakan makalah penyusun. Semoga semua isi di
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

9
C. Kesimpulan
1. Sistem pemerintahan Indonesia Sebelum Amademen UUD 1945 Sistem

pemerintahan Indonesia pernah mengalami perubahan sistem terpakai,

baik menggunakan Sistem pemerinahan Presidensial maupun Sistem

pemerintahan parlementer, Sistem pemerintahan Presidensial awalnya

di gunakan pemerintahan orde lamanamun mengalami gejolak dari

dalam (adanya ketidakpuasan dari tokoh-tokoh tentang sistem di pakai)

maupun dari luar (agresi militer Belanda) membuat para tokoh merubah

kembali dari sistem parlemeter ke sistem presidensial.

2. Sistem pemerintahan Indonesia Sesudah Amademen UUD 1945 Sistem

pemerintahan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945 mejadi UUD

RI 1945 memakai sistem pemerintahan Presidensial walaupun tidak

murni sistem presidensial atau pelaksaan melenceng dari sistem

presidensial sehingga memunculkan nama baru untuk sistem

pemerintahan Indonesia, yang oleh para ahli hukum tata Negara.

Sesudah diamandemennya UUD tahun 1945, diperoleh gambaran

bahwa sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia bercirikan sistem

pemerintahan Presidensil Konstitusional yaitu “suatu sistem

pemerintahan yang penyelenggaraan pemerintahan negaranya

dilaksanakan oleh presiden dimana tugas dan kewenangan presiden

10
diatur dalam konstitusi baik dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara

pemerintahan maupun sebagai penyelenggara negara dengan arah

pertanggungjawabannya adalah terhadap konstitusi.

Demikian makalah ini penyusun sampaikan, mohon maaf jika

dalam pembuatan makalah ini banyak kesalahan dan semoga bermanfaat

bagi pembaca.

11

Anda mungkin juga menyukai