Anda di halaman 1dari 26

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

Dosen Pengampu:

Fitria, S.H, M.H

Oleh Kelompok 3 :

Aisyah Muthmainnah (B10018245) Anggi Aftika Sari (B10018243)

Indah Febriyanti (B10018308) Meisri Rijki (B10018195)

Albar Ramadhan (B10018165) Tri Pratiwi Styowati (B10019232)

Rini Angraini Batu Bara Sri Mulyani (B1008261)

(B10018223) Yoga Surya Ramadhan Sonia Oktarisa (B10018270)

(B10018215) Dina Aprista Yayan (B10018163)

(B10018199)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAMBI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “RETRIBUSI PELAYANAN
KESEHATAN” untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Hukum Pajak dan Retribusi.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi, namun
penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat dorongan,
bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat
teratasi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Retribusi pelayanan kesehatan

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Fitria,.S.H.M.H selaku


dosen mata kuliah hukum pajak dan Retribusi Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah…........................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................5
D. Metode Penelitian.............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Perpajakan.........................................................................................................7
B. Retribusi Daerah...............................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN
A. Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Ruang Lingkupnya................................10
B. Pengaruh Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD).........................................................................................12
C. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi
Pelayanan Kesehatan......................................................................................16

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…..................................................................................................18
B. Saran…............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam pasal 1


ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
Hukum”. Sebagai Negara hukum dalam praktek berbangsa bernegara harus didasarkan
pada hukum dan tidak dibenarkan didasari oleh kekuasaan saja. Dalam perumusan UUD
1945 dalam Amandemen ke-2 pada tahun 200 telah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Keseimbangan
dalam pengaturan urusan pemerintah ini sangat berpengaruh terhadap meningkatkan
pelayanan bermasyarakat disamping bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pembangunan di daerah sesuai dengan tujuan desentralisasi

Dalam sistem kenegaraan yang menganut paham Pemerintahan Daerah, maka


setiap daerah berhak mengatur rumah tangganya sendiri yang dirumuskan dalam pasal 18
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan
daerah kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan”. Sejak kemerdekaan hingga saat ini distribusi
kekuasaan/kewenangan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah selalu bergerak
kearah keseimbangan yang berbeda, perbedaan ini sangat jelas terlihat, dengan kata lain
bahwa pada suatu waktu bobot kekuasaan terletak pada Pemerintah Daerah1.

Sejak berfungsinya gelombang reformasi dan mulai bergulirnya era otonomi


daerah tahun 1999, otonomi daerah langsung menjadi topik perbincangan banyak
kalangan, baik Pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, kalangan akademisi, pelaku
ekonomi dan kalangan awam, setelah di keluarkannya Undang-undang No.23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah disebutkan secara eksplisit bahwa unit pemerintahan
melaksanakan otonomi daerah adalah di tingkat kabupaten/kota2. Kepada daerah di
berikan kewenangan yang luas dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

1
J. Kaloh, 2006, Mencari Bentuk Otonomi Daerah suatu solusi dalam menjawab jebutuhan local dan tantangan

1
global, Rineka Cipta, hlm:1-2
2
Ibid: hlm 51

2
Kewenangan yang di berikan tersebut mencakup seluruh kewenangan di bidang
pemerintaha, kecuali kewenangan dibidang tertentu yang masih di tangani oleh
pemerintah pusat. Konsekuensi dari adanya pelimpahan kewenangan yang luas dalam
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah, diharapkan daerah mampu meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat di samping bertanggung jawab atas pelaksanaan
pembangunan di daerahnya sesuai dengan tujuan desentralisasi.1

Pembangunan dibidang Kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional. Pembangunan Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah
faktor demografi atau kependudukan, keadaan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat,
tingkat Pendidikan serta keadaan dan perkembangan lingkungan yang ada disuatu daerah.
Pelayanan Kesehatan merupakan pelayanan yang penting disediakan oleh daerah, hal ini
wajib karena Kesehatan masyrakat atau penduduk daerah merupakan faktor
mempengaruhi kebersihan disuatu daerah tersebut.

Namun pelayanan Kesehatan masih belum tersebar merata diindonesia hal ini
dapat dibuktikan dengan perbandingan pelayanan Kesehatan yang di desa dengan dikota,
pelayanan Kesehatan justru lebih banyak terdapat dikota daripada didesa. Diwilayah desa
terdapat pelayanan Kesehatan dikota akan tetapi pelayanan Kesehatan dikota masih
termasuk belum dapat melayani dengan baik karena adanya kurang tenaga medis, alat-alat
Kesehatan yang kurai memadai dan hal lain sebagainya.

Untuk memenuhi kas daerah sebagai sumber dana bagi pembiayaan


penyelenggaraan pemerintah daerah, pemerintah daerah akan memaksimalkan pendapatan
daerahnya khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber

1
Syofiarti,op. Cit, hlm 89
penerimaan daerah yang bersumber dari beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak
daerah, retribusi daerah dan perusahaan daerah termasuk di dalamnya pendapatan lain
diluar pajak daerah dan retribusi daerah. Tuntutan akan peningkatan PAD semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat
dalam hal pembiayaan pegawai daerah, peralatan serta tuntutan akan pembangunan dan
kesejahteraan daerah yang lebih dari masyarakat.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar didapat dari sektor pajak daerah dan
retribusi daerah. Bahwa pajak daerah adalah pemungutan pemerintah daerah dimana
pelaksanaannya dilakukan oleh dinas pendapatan daerah terhadap orang/badan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna pembiayaan rumah tangga
daerahnya. Sedangkan retribusi daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah sebagai akibat dari adanya kontra prestasi yang di berikan oleh
pemerinah daerah yang berdasarkan pelayanan maupun pembayaran langsung dapat
dinikmati secara perorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya berdasarkan atas
peraturan yang berlaku.4 Dari pendapatan asli daerah (PAD) berasal dari 4 (empat)
sumber yaitu sumber pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari pengeloaan asset
daerah yang dipisahkan dan penerimaan lainnya. Dengan dari sumberi ini retribusi daerah
sangat penting untuk memnunjukan suaru kemampuan pemerintah daerah memberikan
pelayanan yang baik dibidang Kesehatan

Sebagaimana telah diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 menganti atas UU


No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah dibagi atas 3 (tiga),
yaitu (i) Retribusi Jasa Umum; (ii) Retribusi Jasa Usaha; dan, (iii) Retribusi Perizinan
Tertentu. Sedangkan Retribusi Pelayanan Kesehatan sendiri merupakan salah satu dari
jenis retribusi yang di pungut oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait.

Undang-undang Dasar 1945 juga mengakomodasi atau menjamin akan adanya


perlindungan yang diberikan Negara kepada masyarakat sesuai yang di cantumkan dalam
pasal 28H yang berbunyi “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan” yang menandakan bahwa pemerintah pusat menyadari bahwa
masyarakat akan adanya pelayanan kesehatan yang layak bagi masyarakat yang di tandai

4
Josef rihu kaho,2006, Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, Raja Grafindo Persada,hlm:170

3
dengan meningkatkan tuntutan dari masyarakat itu sendiri. Semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, maka semakin berkembang juga aturan
dan peranan hukum dalam mendukung peningkatan pelayanan kesehatan, alasan ini
menjadi factor pendorong pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan
untuk menerapakan dasar dan peranan hukum dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
yang berorientasi terhadap perlindungan dan kepastian hukum pasien.

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu komponen penting yang wajib
ada di setiap daerah karena dalam kehidupan manusia selalu akan berhubungan dengan
lingkungannya baik secara langsung ataupun tidak langsung dimana manusia akan sangat
bergantung pada lingkungan sekitarnya, oleh karenanya diperlukan keseimbangan antara
manusia dengan lingkungan sehingga tercapai keselarasan dan keseimbangan di
dalamnya dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat. Kebersihan secara
umum sangat menunjang terhadap kesehatan masyarakat, dengan demikian pencegahan
terhadap gangguan kesehatan sangat diperlukan dan harus dilaksanakan sedini mungkin
agar masyarakat dapat terhindar berbagai penyakit yang lebih berbahaya oleh karena itu
fasilitas kesehatan harus di sediakan oleh pemerintah bahkan hingga pelosok daerahnya.
Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam Pasal 53 UU
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu obyek dalam retribusi jasa
umum dimana retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan kemanfaatan serta yang dinikmati oleh orang
pribadi5. Retribusi Jasa Umum diatur di dalam pasal 110 Undang-undang No.28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaturan Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Ruang Lingkupnya ?
2. Bagaimana Pengaruh Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Terhadap
Pendapatan Asli Daerah ?
3. Usaha - Usaha Apakah Yang Telah Dilakukan Untuk Meningkatkan Penerimaan
Retribusi Pelayanan Kesehatan?

5 Hadi Setia Tunggal,Pajak dan Retribusi Daerah, harvaindo,Jakarta,1999,Hlm:4

4
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan
diatas, penulisan ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Retribusi Pelayanan Kesehatan dan
ruang lingkupnya.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan
Terhadap Pendapatan Asli Daerah
3. Untuk Mengetahui bagaimana Retrtibusi Pelayanan Kesehatan Daerah.

D. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif (legal research).
Penelitian normatif menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji bahwa penelitian
hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka. Penelitian normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah
dan cara-cara kerja ilmu normatif, yaitu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.
2) Pendekatan Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian hukum ada lima
pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan
kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan
perbandingan (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual
approach).
Dari beberapa pendekatan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

pendekatan :

a. Pendekatan perundang-undangan (statue approach)

Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isi hukum yang sedang

ditangani. Isu hukum dalam makalah ini adalah bagaiman retribusi pelayanan

kesehatan yang ada di Indonesia.

b. Pendekatan kasus (case approach


Pendekatan kasus atau case approach, yaitu pendekatan dilakukan dengan cara

melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang

dihadapi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perpajakan
a) Pengertian Pajak
Pajak secara umum dapat diartikan sebagai iuran dari rakyat kepada
pemerintah yang bersifat wajib (dapat dipaksakan) berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapat jasa timbal balik atau kontraprestasi yang langsung
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan dalam
rangka menyelenggarakan pemerintah. Dalam hal balas jasa, pemerintah
mewujudkannya kepada masyarakat dalam bentuk pemeliharaan keamanan dan
ketertiban, pemberian subsidi barang kebutuhan pokok, tempat peribadatan dan
pembangunan lainnya disegala bidang.
Ada banyak pengertian pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang
yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan para
ahli antara lain, menurut Mardiasmo (2011 : 1)
“Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
Tetapi menurut Rochmat Soemitro dalam Abuyamin (2012:2) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum”.
Dari 2 (dua) pengertian pajak diatas, terlihat adanya dua pihak yang saling
berhadapan yaitu masyarakat (di satu pihak), dengan pemerintah atau negara (di
pihak lain). Bahwa melalui sarana pajak, maka sebagian harta kekayaan
masyarakat akan mengalir kepada negara berdasarkan sistem dan mekanisme yang
telah ditetapkan, walaupun masyarakat tidak memperoleh balas jasa secara
langsung dari negara dari pembayaran tersebut.
Dan Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Jadi, dari definisi-definisi pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak yaitu :
 Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan-aturan
pelaksanaan yang sifatnya dapat dipaksakan.
 Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
 Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
 Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah yang bila
pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investmen .
 Pajak merupakan peralihan kekuasaan dari sektor swasta ke sektor publik.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa pajak hanya dapat dipungut oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan undang-undang yang telah
ditetapkan.

B. Retribusi Daerah
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 memberikan kewenangan kepada
daerah secara luas, nyata,dan bertanggungjawab untuk mengelola sumber
keuangannya sendiri. Dalam menggali keuangannya tersebut tidak terlepas dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai dasar kebijakan Pemerintah
dalam mengelola sumber pendapatan asli daerahnya. Retribusi daerah sebagai salah
satu sumber pendapatan asli daerah sebagai mana dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 sudah semestinya diperhatikan daerah disamping sumber-
sumber yang lain. Pengertian Retribusi Daerah Pengertian retribusi secara umum
adalah pembayaranpembayaran pada Negara yang dilakuka pada mereka yang
menggunakan jasa-jasa Negara. Retribusi adalah iuaran pada Pemerintah yang dapat
dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjukan.
Paksaan disini dapat bersifat ekonomis karna siapa saja yang merasakan jasa
balik dari pemerintah dikenakan iuaran itu. Lebih lanjut retribusi adalah suatu
pembayaran dari rakyat kepada Pemerintah dimana kita dapat melihatadanya hubungan
antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya balas jasa tersebut.
Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaranpembayaran pada Negara
yang dilakuka pada mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara.Retribusi adalah
iuaran pada Pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat
ditunjukan.Paksaan disini dapat bersifat ekonomis karna siapa saja yang merasakan
jasa balik dari pemerintah dikenakan iuaran itu. Lebih lanjut, retribusi adalah suatu
pembayaran dari rakyat kepada Pemerintah dimana kita dapat melihat adanya
hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya balas jasa tersebut.
Retribusi (juga disebut bea) daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran disebabkan pemakai atau karena memperoleh jasa 18 dari pekerjaan,
usaha atau milik bagi dareh yang bekepentingan atau karena yang diberikan oleh
daerah baiklangsung maupun tidak lansung.7 Pengertian retribusi daerah kemudian
dijelaskanlagi dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah yaitu : Retribusi Daerah selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan
daerah sebagai balasan atas jasa atau pemberian izin tertentu yangkhusus yang
diberikan oleh Pemeritah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Retribusi adalah pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau
fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar. Contoh: parkir, pasar, jalan tol, dll (Resmi, 2014: 2).
BAB III

PEMBAHASA

A. Pengaturan Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Ruang Lingkupnya

Pengertian retribusi secara umum adalah pembayaran-pembayaran pada


Negara yang dilakukan pada mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara. Retribusi
adalah iuaran pada Pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung
dapat ditunjukan.Paksaan disini dapat bersifat ekonomis karna siapa saja yang
merasakan jasa balik dari pemerintah dikenakan iuaran itu. Lebih lanjut retribusi
adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada Pemerintah dimana kita dapat
melihatadanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya
balas jasa tersebut

Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu obyek dalam retribusi


jasa umum dimana retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan kemanfaatan serta yang
dinikmati oleh orang pribadi6. Retribusi Jasa Umum diatur di dalam pasal 110
Undang-undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan


Kesehatan, Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga medis, tenaga paramedis dan tenaga
non paramedis yang bertugas di Instalasi Kesehatan.Retribusi Pelayanan Kesehatan
yang di pungut oleh dinas terkait kepada orang perorangan dan/atau badan yang
memperoleh langsung jasa pelayanan kesehatan dari Pemerintah Daerah, dimana
Retribusi Pelayanan Kesehatan sendiri menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam
memaksimalkan PAD.

Pembayaran pungutan pelayanan kesehatan dapat dijadikan sebagai acuan


awal baik atau tidaknya pelayanan yang diberikan kepada rumah sakit, semakin baik
pembayaran retribusi maka akan menjamin baiknya suatu pelayanan di rumah sakit,

6
Hadi Setia Tunggal,Pajak dan Retribusi Daerah, harvaindo,Jakarta,1999,Hlm:4
hal ini dikarenakan besaran jumlah retribusi akan di alokasikan sebagai perbaikan
sarana dan prasarana dirumah sakit disamping adanya anggaran lain yang disediakn
oleh pemerintah daerah untuk perbaikan rumah sakit tersebut. Pemungutan yang
jumlah sangat besar tersebut dapat terjadi kecurangan atau kesalahan yang dapat
merugikan masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut.

Objek retribusi adalah setiap pelayanan kesehatan yang ada di RSUD.


Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan-kegiatan fungsional yang dilakukan oleh Dokter
Spesialis, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Perawat dan Petugas Kesehatan
Lainnya yang ditujukan kepada penderita untuk mendapatkan kesempurnaan
diagnosa, pengobatan,perawatan pemulihan kesehatan dan rehabilitasi dari sakitnya
dan akibat-akibatnya. Subjeknya adalah orang pribadi yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di RSUD. Retribusi pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk menutupi dan
memenuhi kebutuhan biaya atas penyediaan jasa sarana dan jasa pelayanan.

Menurut Undang-undang No. 17 tahun 2000 tentang Retribusi Pelayanan


Kesehatan Ruang lingkup Retribusi terkait Pelayanan Kesehatan yang dikenakan
biaya/tarif dikelompokkan ke dalam pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan yang diberikan
kepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi medik
dan pelayanan kesehatan lainnya tanpamenginap di RSUD. Pelayanan rawat jalan
ini dapat meliputi:
1) Rawat jalan tingkat I yang dilaksanakan oleh Dokter Umum atau Dokter Gigi.
2) Rawat jalan tingkat II yang dilaksanakan oleh Dokter Spesialis.
b. Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegahatau
menanggulangi resiko kematian atau cacat. Pelayanan ini diselenggarakan di
Instalasi Gawat Darurat secara terus menerus selama 24 jam dengan tanggung
jawab meliputi:
1) Pelayanan penderita baru di Instalasi Gawat darurat.
2) Pelayanan perawatan observasi selama 24 jam.
3) Pengawasan penderita rawat inap disemua kelas, diluar jamkerja.
c. Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan yang diberikan
kepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi medik
dan pelayanan kesehatan lainnya denagn menempati tempat tidur diruang rawat
inap.
d. Pelayanan Penunjang Medik Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan
kesehatan untuk penunjang penegakan diagnosa dan terapi.
e. Pelayanan Instalasi Farmasi Diselenggaraakan oleh instalasi farmasi ,yang
meliputi penyediaan obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan
f. Pelayanan lain-lain yang meliputi:
 Mobil Ambulans
 Mobil Jenazah
 Pelayanan Visum et Repertum
 Pelayanan Informasi
 Perawatan dan Pemulasaran Jenazah
 Penunggu Pasien
 Pencucian Linen dan Pakaian
 Iuran biaya bagi peserta PT ASKES dan anggota keluarganya

Pelayanan-pelayanan kesehatan diatas merupakan perwujudan dari hasil


retribusi pelayanan kesehatan yang dikenakan terhadap subjek retribusi. Dengan
Pembayaran Retribusi Pelayanan Kesehatan tersebut tentunya akan juga membantu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mulai dari peningkatan sarana dan
prasarana, efektifitas pelayanan administarsi dan sebagainya.

B. Pengaruh Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan Terhadap Pendapatan


Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah sumber penerimaan daerah yang perlu
ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan daerah (Nurlan Darise,
2009:48). Pemerintahan daerah perlu adanya tindakan mengurangi ketergantungan
kepada pemerintah pusat dengan berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sudah ada maupun dengan penggalian sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang baru, sesuai dengan ketentuan yang sudah ada serta memperhatikan
kondisi dan potensi ekonomi yang ada masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, sumber Pendapatan Asli
Daerah atau PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
yang dimiliki suatu daerah, dan lain-lain. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
atau PAD yang berpengaruh adalah retribusi.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau kelompok. Dari tiga jenis retribusi
daerah salah satu retribusinya adalah retribusi jasa umum. Retribusi jasa umum ini
ditetapkan dalam peraturan pemerintah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau
retribusi perizinan tertentu. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi
orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk
melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. Jasa yang disediakan tersebut layak
untuk dikenakan retribusi. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional
mengenai penyelenggaraannya. Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien,
serta retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang berpotensial.
Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan/atau pelayanan yang lebih baik.
Jasa yang masuk dalam retribusi jasa umum adalah retribusi pelayanan
kesehatan. Retribusi pelayanan kesehatan merupakan pelayanan kesehatan yang di
puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, dan rumah
sakit umum daerah, serta tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran
(Pasal 111 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Karena tanpa
adanya kesehatan, manusia akan lesu, lemas, atau sakit yang berdampak pada
kegiatan yang dilakukannya. Sehingga apa yang dikerjakan menjadi tidak dikerjakan
atau terganggu karena kurangnya kesehatan yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena
itu pelayanan kesehatan yang ada di suatu daerah ini sangat penting bagi manusia dan
juga bagi pemerintah (dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah).
Retribusi pelayanan kesehatan RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) adalah
rumah sakit rujukan dari puskesmas praktek dokter dan pelayanan kesehatan swasta
yang ada di suatu daerah. Sedangkan retribusi pelayanan kesehatan puskesmas adalah
tarif dari suatu unit organisasi kesehatan yang berada di garda terdepan dan
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.
Retribusi pelayanan kesehatan puskesmas yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu daerah
tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan,
namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Pembangunan di dalam bidang kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai fakor,
diantaranya adalah faktor demografi atau kependudukan, keadaan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan, serta keadaan dan perkembangan
lingkungan yang ada di suatu daerah.
Pelayanan dalam bidang kesehatan ini adalah salah satu pelayan yang penting
yang wajib disediakan di suatu daerah. Hal ini wajib karena kesehatan masyarakat
atau penduduk di suatu daerah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
kebersihan di daerah tersebut. Karena dalam sebuah perencanaan daerah,
kesejahteraan dan kenyamanan masyarakatnya termasuk dalam salah satu tujuan
adanya suatu perencanaan daerah tersebut.
Namun, pelayanan kesehatan masih belum tersebar merata di Indonesia. Hal
ini dapat dibuktikan dengan perbandingan pelayanan yang ada di desa dan kota.
Pelayanan kesehatan justru lebih banyak terdapat di kota dari pada di desa. Di wilayah
desa terdapat pelayanan kesehatan seperti yang ada di kota. Sayangnya, pelayanan
kesehatan di wilayah pedesaan masih termasuk belum dapat melayani dengan baik.
Karena adanya kurang tenaga kerja medis, alat-alat kesehatan yang kurang memadai,
dan lain sebagainya.
Dalam pasal 28 H ayat 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,
bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Jadi, semua orang
mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan, walaupun itu dari kalangan kurang
mampu maupun yang mampu.
Contoh permasalahan pada pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Desa
Gunawan, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, yaitu pelayanan yang ada
belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena beberapa hal sebagai
berikut :
 Petugas pelayanan yang bekerja datang kurang tepat waktu.
 Disiplin pegawai masih kurang.
 Jumlah petugas kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah pasien
yang datang atau yang sedang dirawat.
 Sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga kondisi demikian
membuat masyarakat kurang puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata atau tidak
dapat diraba yang terjadi sebagai interaksi antara konsumen dengan karyawan atau
hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan
untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan (Gronroos dalam Ratminto
dan Winarsih 2012:2).
Efektivitas pelayanan (effectiviess) petugas pelayanan di Puskesmas Desa
Gunawan masih belum sepenuhnya seperti yang diharapkan oleh masyarakat selain
terkendala oleh masalah listrik. Hal ini karena kemampuan petugas dalam menjawab
pertanyaan pasien kurang sehingga masyarakat kurang puas dengan jawaban yang
diberikan dan terkadang dalam memberikan keterangan/informasi juga tidak jelas dan
kurang akurat. Semua itu dipengaruhi oleh kurangnya sumber daya manusia di
puskesmas karena rata-rata pegawai Puskesmas Gunawan adalah honnor.
Ketersediaan pelayan kesehatan juga belum memuaskan karena ketersediaan
obat dan alat medis yang kurang memadai di puskesmas tersebut. Sehingga layanan
yang diberikan tidak dapat membuat konsumen atau masyarakat merasa puas.
Dapat disimpulkan bahwa, suatu pelayanan yang diberikan dapat berjalan
dengan baik dan dapat memuaskan konsumennya adalah petugas atau pekerja yang
ada mampu bekerja dengan baik sesuai tugas dan memiliki sikap yang disiplin.
Karena pekerja atau petugas yang bekerja di suatu pelayanan yang ada berpengaruh
dalam pendapatannya yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Jika layanan yang diberikan tidak memuaskan dan membuat konsumen enggan
menggunakannya, makan pendapatan yang diterima tidak sesuai target dan bahkan
dapat membuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) merosot dari sebelumnya.
C. Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan penerimaan Retribusi
Pelayanan Kesehatan
Upaya-upaya Yang Dilakukan , antara lain:
a. Meningkatkan Mutu Pelayanan Diterapkan pada para petugas kebersihan. Bila
dulu para petugas kebersihan selalu memasang papan yang bertuliskan “Maaf
Sedang Dibersihkan” dan marah ketika ada pengunjung yang tidak
menghiraukan tulisan tersebut, hal ini tidak akan terjadi lagi karena para petugas
kebersihan tersebut dituntut untuk selalu tersenyum kepada para pengunjung
demi kenyamanan bersama dan kepuasan konsumen. Peningkatan mutu
pelayanan juga diterapkan pada petugas jaga dan para perawat. Dilakukan
dengan penyiagaan selama 24 jam secara bergiliran. Hal ini berlaku pula untuk
para dokter. Dulu tidak banyak dokter yang bersedia untuk menjadi dokter jaga
selama 24 jam.
b. Menggunakan Sistem Komputerisasi dalam Menangani Administrasi Tujuan
dilakukannya sistem komputerisasi adalah untuk memudahkan apabila sewaktu-
waktu keluarga pasien ingin mengetahui berapa biaya perawatan sampai dengan
hari tersebut. Apabila petugas menemui hal semacam itu, maka petugas dapat
langsung membuka file. Keadaan ini sangat jauh berbeda dengan saat belum
diberlakukannya sistem komputerisasi. Ketika ada keluarga pasien ada yang
menanyakan besarnya biaya atas perawatan yang telah dilakukan sampai dengan
hari tersebut, petugas administrasi harus menghitung terlebih dahulu seluruh
biaya perawatan. Hal ini tentu sangat menyulitkan petugas dan memakan waktu
lama.
c. Segala Administrasi yang terjadi hanya dilayani melalui Satu Pintu Dulu hampir
setiap petugas bisa menerima uang dari pasien yang telah menggunakan jasa
dari rumah sakit khususnya ambulans. Sebagai contoh, dulu bila ada pasien
yang menyewa ambulans, maka uang sewa tersebut langsung dibayarkan kepada
sopir ambulans yang kemudian oleh sopir akan diserahkan kepada petugas
administrasi. Dengan cara seperti ini tidak menutup kemungkinan uang sewa
ambulans yang masuk hanya sebagiannya saja. Untuk mencegah agar masalah
tersebut tidak berlarut-larut, pihak rumah sakit menerapkan sistem Pelayanan
Satu Pintu. Maksudnya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
administrasi keuangan hanya akan dilayani oleh petugas administrasi. Upaya ini
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya penggelapan uang karena
banyaknya petugas yang memegang uang. Untuk itulah saat ini bila ada pasien
yang akan menyewa ambulans harus langsung membayar uang sewa kepada
petugas administrasi rumah sakit.
d. Penambahan Fasilitas Dapat dilihat dengan semakin banyaknya bed yang ada
saat ini. Dulu hanya ada sekitar 177 bed kini menjadi 354 bed. Disamping itu
juga didirikannya ruang tunggu, kantin, wartel. Untuk gizi yang diberikan
pasien rawat inap juga lebih ditingkatkan lagi.Untuk menambah suasana
nyaman dilingkungan rumah sakit, pihak rumah sakit juga memperbaharui
taman yang ada, memperbaiki kamar mandi disetiap kamar pasien serta
menambah kamar mandi umum. Pihak rumah sakit juga menyediakan tempat
khusus jemuran bagi keluarga penunggu pasien yang tidak menggunakan jasa
pencucian dari rumah sakit. Dengan cara ini diharapkan tidak akan dijumpai lagi
pakaian-pakaian yang dijemur diatas tanaman hias.
e. Memberikan Keringanan Biaya bagi Pasien Golongan Bawah Bagi masyarakat
golongan bawah, biaya merupakan kendala terbesar dalam hidup. Tidak jarang
mereka cenderung mengabaikan kesehatan mereka sekalipun mereka sakit
parah, mereka tetap tidak akan pergi berobat. Untuk itulah Pemerintah Daerah
dan pihak rumah sakit perlu untuk membuat kebijakan baru yang dapat
memberikan keringanan biaya bagi masyarakat golongan bawah. Dapat
dibuktikan dengan semakin ringannya biaya bagi kelas III yaitu dari Rp
8.500,00 per hari kini menjadi Rp 4.250,00 per hari.
BAB IV
PENUTU
P

A. Kesimpulan
Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Berdasarkan UU
No.17 Tahun 2000 Ruang lingkup Retribusi terkait Pelayanan Kesehatan yang
dikenakan biaya/tarif dikelompokkan ke dalam pelayanan sebagai berikut:
a. Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan yang diberikan
kepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan, rehabilitasi medik
dan pelayanan kesehatan lainnya tanpamenginap di RSUD. Pelayanan rawat jalan ini
dapat meliputi:
1) Rawat jalan tingkat I yang dilaksanakan oleh Dokter Umum atau Dokter Gigi.
2) Rawat jalan tingkat II yang dilaksanakan oleh Dokter Spesialis.
b. Pelayanan Gawat Darurat Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegahatau
menanggulangi resiko kematian atau cacat. Pelayanan ini diselenggarakan di
Instalasi Gawat Darurat secara terus menerus selama 24 jam dengan tanggung
jawab meliputi:
1) Pelayanan penderita baru di Instalasi Gawat darurat.
2) Pelayanan perawatan observasi selama 24 jam.
3) Pengawasan penderita rawat inap disemua kelas, diluar jam kerja.
c. Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan yang
diberikankepada pasien dalam rangka observasi, diagnostik, pengobatan,
rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya denagn menempati tempat
tidur diruang rawat inap.
d. Pelayanan Penunjang Medik Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan
kesehatan untuk penunjang penegakan diagnosa dan terapi.
e. Pelayanan Instalasi Farmasi Diselenggaraakan oleh instalasi farmasi,yang meliputi
penyediaan obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan
f. Pelayanan lain-lain
Suatu pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan baik dan dapat
memuaskan konsumennya apabila petugas atau pekerja yang ada mampu bekerja
dengan baik sesuai tugas dan memiliki sikap yang disiplin. Karena pekerja atau
petugas yang bekerja di suatu pelayanan yang ada dapat berpengaruh dalam
pendapatan yang mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika
pelayanan yang diberikan tidak memuaskan dan membuat konsumen enggan
menggunakannya, maka pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan target dan
bahkan dapat membuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) merosot dari sebelumnya.
Upaya untuk meningkatkan penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan:
a. Meningkatkan mutu pelayanan yang diterapkan kepada petugas kebersihan
b. Menggunakan sistem komputerisasi dalam menangani administrasi
c. Segala administrasi hanya dilayani melalui satu pihak
d. Penambahan fasilitas
e. Memberikan keringanan biaya bagi pasien golongan bawah.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh kelompok kami,sebagaimana yang telah di
paparkan pada pembahasan-pembahasan di atas, yaitu :
 Sebaiknya pemerintah memberikan pelayanan yang merata di indonesia, sehingga
setiap daerah memiliki pendapatan yang potensial dari retribusi pelayanan
kesehatan.
 Seharusnya RSUD yang ada di Indonesia, menerapkan kedisplinan secara tegas
kepada petugas pelayanan yang kurang disiplin sehingga tidak memberi kepuasan
kepada pasien.
 Sebaiknya pemerintah juga memperhatikan mutu pelayanan bagi para petugas
kebersihan karena para petugas kebersihan di tuntut untuk selalu bersikap ramah
terhadap pengunjung, dan itu juga sangat berdampak bagi kepuasan konsumen
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pendapatan Asli

Daerah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah

dan Retribusi

J. Kaloh, 2006, Mencari Bentuk Otonomi Daerah suatu solusi dalam menjawab jebutuhan
local dan tantangan global, Rineka Cipta, hlm:1-2
Ibid: hlm 51
Syofiarti,op. Cit,
hlm 89
Josef rihu kaho,2006, Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, Raja
Grafindo Persada,hlm:170
Hadi Setia Tunggal,Pajak dan Retribusi Daerah, harvaindo,Jakarta,1999,Hlm:4
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/4947/MTM3MjY=/Analisis-retribusi-
pelayanan-

kesehatan-sebagai-salah-satu-bagian-dari-pendapatan-asli-daerah-di-kabupaten-Sragen-
BAB- I.pdf

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/4947/MTM3Mjc=/Analisis-retribusi-
pelayanan- kesehatan-sebagai-salah-satu-bagian-dari-pendapatan-asli-daerah-di-
kabupaten-Sragen-BAB- II-oi-baru.pdf

https://www.kompasiana.com/hamindhani/5cf0cc3ffc75a110a9779214/pengaruh-
penerimaan- retribusi-pelayanan-kesehatan-terhadap-pendapatan-asli-daerah

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/4947/MTM3MjY=/Analisis-retribusi-
pelayanan- kesehatan-sebagai-salah-satu-bagian-dari-pendapatan-asli-daerah-di-
kabupaten-Sragen-BAB- I.pdf
RINGKASAN PRESENTASI

1. Muhamad Fadol (B10018004) Dari kelompok 1

Kepada siapa retribusi pelayanan kesehatan ini dibebankan apakah kepada pasien
atau penyedia pelayanan Kesehatan?

Dijawab oleh Aisyah Muthmainnah (B10018245) Dari kelompok 3:

bahwa dalam PERDA kota jambi nomor 2 tahun 2009 menyebutkan retrbusi
pelayanan kesehatan adalah pungutan yang dibebankann kepada subjek Retribusi
sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.

2. Bobi Pirause ( B10018332) dari Kelompok 4

Apa bentuk konkret dari retribusi pelayanan Kesehatan?

Di jawab oleh Yoga Surya Ramadhan (B10018215) Kelompok 3:

bahwa bentuk konkret dari pelayanan Kesehatan seperti pelayanan Rawat jalan,
pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan rawat inap, pelayanan penunjang medik
pelayanan instalasi farmasi dan pelayanan lainnya.

3. Cindy Agrina Puteri (B10018121) Dari kelompok 2

Jelaskan pengaruh Retribusi Pelayaan Kesehatan dijambi?

Dijawab oleh Meiri Rijki (B10018195) kelompok 3:

Bahwa Dalam penelitian ini menunjukan bahwa penerimaan retribusi pelayanan


kesehatan daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli kota jambi
dipengaruh faktor-faktor rumah sakit umum daerah (RSUD) dan puskesmas yang
ada dikota jambi sebagai salah faktor mempengaruhi dari retrbusi pelayanan
Kesehatan dijambi

Anda mungkin juga menyukai