Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“OTONOMI DAERAH”

Dosen Pembimbing :

Wiwik Okta Susilawati M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok: 8

1. Anggelya Novel Asmita (PGSD)


2. M. Haikal (PJKR)
3. Loly Ramadhani (PGSD)
4. Maisita (PGSD)
5. Peni Susmita (PGSD)

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA (UNDHARI)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang kami buat, dengan waktu yang
telah ditentukan. Dan tak lupa juga solawat dan salam kita haturkan kepada baginda
alam yakni nabi Muhammad SAW.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kurang baik dalam segi tulisan maupun kata-kata, oleh karena itu kami mohon saran
dan kritiknya demi kesempurnaan makalah ini untuk kesempurnaan terutama ilmu
kami.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
kedepannya. Semoga Allah Subhanallahu wa ta’ala membalas kebaikan kalian semua.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh

Dharmasraya, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan pembuatan makalah...............................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Otonomi Daerah...................................................................................................3
B. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah.......................................................4
C. Pembagian Urusan Pemerintahan......................................................................4
D. Hak dan Kewajiban Daerah Otonom Dalam Otonomi Daerah.......................7
BAB III...........................................................................................................................8
PENUTUP......................................................................................................................8
A. Kesimpulan...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia para founding fathers telah
menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara.

Cita desentralisasi ini senantiasa menjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara
sejak berlakunya UUD 1945, terus memasuki era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada
era kembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959.

Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa


dipegang teguh oleh Negara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode
lainnya terlihat adanya perbedaan dalam intensitasnya.

Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi tersebut, maka langkahlangkah penting


sudah dilakukan oleh pemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan
cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita
tersebut masih jauh dalam realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan
ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita nampaknya baru
menuju kea rah Otonomi Daerah yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu otonomi daerah?


2. Bagaimana hubungan kewenangan pusat dan daerah?
3. Apa saja pembagian urusan pemerintah?
4. Apa hak dan kewajiban daerah otonom dalam otonomi daerah?

1
C. Tujuan pembuatan makalah

1. Mengetahui apa itu otonmi daerah


2. Mengetahui hubungan kewenangan pusat dan daerah
3. Mengetahui Pembagian urusan pemerintah
4. Mengetahui hak dan kewajiban derah otonom dalam otonomi daerah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan masyarakat


untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri. Secara harfiyah, otonomi
daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa yunani otonomi berasal dari
kata autos dan namos autos berarti sendiri dan namos aturan atau undang-undang,
bermakna membuat perundang-undangan sendiri.

Otonomi daerah merupakan suatu bentuk respon dari pemerintah atas berbagai
tuntutan masyarakat terhadap tatanan penyelenggraan Negara dan Pemerintahan. Hal ini
merupakan suatu sinyal bahwa telah berkembangnya kehidupan berdemokrasi dalam
suatu Negara, karena kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih
baik dan responsif. Salah satu alternative untuk mewujudkan pelayanan yang baik dan
responsive adalah melalui otonomi daerah.

Dengan adanya perubahan lingkungan strategis dalam sistem pemerintahan daerah di


Indonesia, dan diberlakukannya UndangUndang Nomor 22 tahun 1999, hal ini memberi
kesempatan kepada daerah baik propinsi maupun kabupaten /kota mempunyai
kewenangan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyatakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Otonomi daerah merupakan proses desentralisasi kewenangan yang semula berada di


pusat, kemudian diberikan kepada daerah secara utuh, dengan tujuan agar pemerintah
daerah dapat memberikan pelayanan lebih dekat kepada masyarakat, dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan kesejateraan masyarakat, dan
mempercepat proses demokratisasi. Yang menjadi prinsip dalam penyelengaraan
otonomi daerah yaitu demokratisasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dankeadilan,
serta memperhatiakan potensi dan keanegaraman daerah. Hal yang mendasar dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat,

3
menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, serta
mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Pemberian kewenangan tersebut diikuti
dengan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

B. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah

Hubungan kewenagna pusat dan daerah di Indonesia mengalami pasang surut sesuai
dengan rezim penyelenggaraan negara. Sejak reformasi, telah terdapat beberapa kali
perubahan pormat otonomi daerah. Dalam pasal 18 UUD 1945 sebagai landasan konstitusi
dan instrumen dasar pelaksanaanya selalu tidak konsisten mengenai dekonsentrasi,
desentralisasi, dan medebewinde. Setelah dilakukan penelaahan pada UUD No 23 tahun
2014 tentang pemerintah daerah dapat diketahui beberapa pokok dalam undang-undang
tersebut. Pertama, perumusan pelaksanaan undang-undang berusaha menyeimbangkan
kontekstualitas dan eksistensi dan pemerintah daerah lebih bijaksana atau
sebaliknyakembali dalam skema shadaw sentralisai.

Hal ini didukung dalam pasal 9 menyebutkan urusan pemerintah dibagi menjadi 3 yang
terdiri dari urusan pemerintah yang absolut, konjuren, dan umum. Bentuk negara kesatuan
diartikan sebagai penyeragaman daripada perbedaan, kedua lebih banyak digunakan
konsep oronomi daerah melalui sistem rumah tangga material daripada sistem rumah
tangga formal dan nyata. Sehingga dengan dekonsentrasi maka suatu sistem pemerintahan
memiliki kewenangan luas dalam melaksanakan stategi isu didaerah. Ketiga, pemerintah
pusan dengan provinsi diberikan kewenangan besar untuk mengawasi kotamadya atau
kabupaten. Provinsi yang sebelumnya memiliki daya tawar dan terbatas, dengan
penambahan fungsi dan kewenangan kepada gubenur. Keempat, efisiensi dan efektifitas
lebih banyak dengan menggerus otonomi daerah yang luas, nya dan bertanggung jawab.
Prinsif-prinsif demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah terabaikan.

C. Pembagian Urusan Pemerintahan

Undang-undang Pemda mengatur bahwa presiden memegang kekausaan pemerintah


sesuai dengan UUD 1945 yang diuraikan berdasarkan urusan pemerintah. Dalam
penyelenggaraan urusan pemerintah perisen dibantu oleh para mentri yang memiliki

4
urusan pemerintah tertentu, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintah didaerah
dilaksanakan oleh pemerintah daerh berdasrkan asas Desentralisai, Dekonstralisasi, dan
tugas pembantuan. Urusan pemerintah sendiri terdiri atas urusan pemerintah absolut,
urusan pemerintah konkuren, dan urusan pemerintah umum.

Urusan Pemerintahan Absolut sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah pusat,


meliputi politik luar negri, pertahanan , keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
dan agama.

urusan pemerintah konkuren yang menjadi kewenagan pemerintah adalah apabila


lokasi, penggunaan manfaat, atau dampak negatifnya lintas daerah/kota, dan/atau
penggunaan sumber daya lebih efisien apabila dilakuakn oleh pemerintah provinsi.
Sedangkan urusan pemerintah konkuren yang menjadi kewenangan pemerintah
kabupaten/kota adalah apabila lokasi, penggunaan manfaat atau dampak negatifnya
dalam daerah kabupaten/kota, dan/atau penggunaan sumber daya lebih efisien apabila
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

Adapun urusan pemerintah konkuren yaitu:

 Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan


Dasar, antara lain pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang;
perumahan rakyat dan kawasan pemukiman; ketentraman; ketertiban umum; dan
perlindungan masyarakat serta sosial.
 Urusan pemerintah wajib tidak berkaitan dengan
pelayanan dasar, antara lain tenaga kerja; pemberdayaan perempuan dan perlindunagan
anak; pangan; pertanahan; lingkungan hidup; administrasi kependudukan; dan
pencatatan sipil; pemberdayaan masyarakat dan desa; pengendalian penduduk dan
keluarga berencan; perhubungan; komunikasi dan informatika; koperasi; usaha kecil dan
menengah, maupun penambahan modal.

Perkembangan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum diatur dalam undang-


undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok- pokok pemerintahan didaerah, dimana
urusan pemerintahan umum diartikan sebagai urusan pemerintahan yang meliputi bidang
ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, pengawasan dan urusan pemerintah
5
lainnya yang tidak termasuk dalam tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan
rumah tangga daerah.

Adapun yang menjadi urusan pemerintahan umum, meliputi

 Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan


nasional dalam rangka memantapkan pengamalan pancasila, pelaksanaan UUD 1945,
pelestarian Bhineka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhanan
negara kesatuan republik Indonesia.
 Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa
 Pembinaan kerukunan antar suku dan intra suku,
beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal,
regional dan nasional.
 Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan
UUD.
 Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi
pemerintah yang ada diwilayah daerah provinsi dan daearah kabupaten/kota untuk
penyelesaian permasalahan yang timbul dengan memperhatkan prinsif demokrasi, hak
asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kehususan, potensi serta
keanekaragaman daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.
 Pengembangan demokrasi berdasarkan pancasila
 Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yang bukan
merupakan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal.

Guna menunjang kelancaran pelaksanaan urusan pemerintahan umum, dibentuk


Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (forkopimda|) sesuai wilayah kerja, dimana
forkopimda provinsi dipimpin oleh gubenur sedangkan forkopimda kabupaten/kota
dipimpin oleh bupati/walikota, dengan anggota pimpinan DPRD, pimpinan kepolisian
daerah, pimpinan kejaksaan, dan pimpinan satuan teritorial TNI di daearah. Forum
koordinasi pimpinan ditingkat kecamatan dipimpin oleh Camat, dengan anggota
pimpinan kepolisian dikecamatan dan pimpinan kewilayahan TNI di kecamatan.

6
D. Hak dan Kewajiban Daerah Otonom Dalam Otonomi Daerah

Dalam Pasal 1 Ayat (6) UUD NO.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah
menyatakan, “ Otonomi Daerah Adalah Hak , Wewenang, Dan Kewajiban Daerah
Otonom Untuk Mengatur Dan Mengurus Sendiri Urusan Pemerintahan Dan
Kepentingan Masyarakat Setempat Dalam Sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

Dalam menyelenggarkan otonomi, daerah mempunyai hak :

1. Mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya


2. Memilih pimpinan daerah
3. Mengelola aparatur daerah
4. Mengelola kekayaan daerah
5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada didaerah
7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
8. Mendapatkan hak lainnya yang dpat diatur dalam peraturan perundang-
undangan

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional,


serta keutuhan NKRI
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan
5. Meningkatkan pelayanan dasr pendidikan
6. Menyediakan pelayanan dan fasilitas kesehatan
7. Menyediakanfasilitas sosial dan fsilitas umum yang layak
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan masyarakat


untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri. Urusan pemerintah dibagi
menjadi 3 yang terdiri dari urusan pemerintah yang absolut, konjuren, dan umum.
Dalam sistem otonomi daerah dikenal istilah-istilah yang amat penting dalam
pelaksanaannya, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Pemberlakuan sistem otonomi daerah telah membawa perubahan hal ini memberikan
dampak positif maupun dampak negative, dalaam menunjangnya sebuah daerah dalam
pemmekaaran.

Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai perangkat hukum yang mengatur


pemerintahan daerah sesuai amanat UUD 1945, yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) yang mengatur secara
jelas pemberlakuan otonomi daerah, begitu pula dalam hal pembentukan daerah atau
pemekaran wilayah, yaitu, “ Otonomi Daerah Adalah Hak , Wewenang, Dan Kewajiban
Daerah Otonom Untuk Mengatur Dan Mengurus Sendiri Urusan Pemerintahan Dan
Kepentingan Masyarakat Setempat Dalam Sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

8
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, J. E. (n.d.). Desentralisasi Globalisasi dan Demokrasi Lokal.


Fajri,Muhammad,dkk. 2012. Otonomi Daerah. Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Politik Universitas Islam Riau . www.academia.idu.com
Otonomi Daerah.artikel dari internet www.id.mwikipedia.org diakses pada 10 september
2022

Anda mungkin juga menyukai