Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“OTONOMI DAERAH DAN ANCAMAN KORUPSI SERTA


TRANSPARANSI DAN GOOD GOVERANCE”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 :

 ROSDIANA
 USNA CAHYANI
 FIPKI ADRIAN SARANDI
 ADE MULTISARI

PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI

TP:2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatnya kelompok


kami dapat mengerjakan makalah ini sesuai dengan kami harapkan. Dengan
judul makalah “OTONOMI DAERAH DAN ANCAMAN KORUPSI
SERTA TRANSPARANSI DAN GOOD GOVERANCE”” di susun untuk
menyelesaikan tugas makalah PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan


tambahan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan wawasan mengenai Akuntansi
Sektor Publik terkait Struktur organisasi pengelola keuangan daerah. Makalah
ini disusun tediri dari beberapa sub bab dan dalam bentuk tulisan ilmiah yang
menekankan pada kajian yang mendalam.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak literatur buku sehingga


kami dapat menyusun makalah ini sebagaimana mestinya. mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. tentu makalah ini tidak
luput dari kesalahan ejaan dan tanda baca. kritik dan saran tentu kami sangat
terima dengan senang hati demi kebaikan bersama.

SURALAGA, 23 MARET 2022

KELOMPOK 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. .i
KATA PENGANTAR.............................................. ..............................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................. ...........................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Perengertian Otonomi Daerah.............................................................................6
B. Penerapan Otonomi Daerah.................................................................................7
D. Tujuan Otonomi Daerah......................................................................................8
E. Manfaat Otonomi Daerah....................................................................................9
F. Prinsip Otonomi Daerah......................................................................................9
G. Asas Otonomi Daerah.......................................................................................10
H. Pengertian Good Governance............................................................................13
F. Prinsip Good Governance..................................................................................14
G. Penerapan Good Governance............................................................................16
H. Hal-hal yang mempengaruhi Good Governance...............................................17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................................18
B. Saran..................................................................................................................19

3
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt.
Karena atas rahmatnya dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita,
habibana wa nabyana Muhammad saw. kepada para sahabatnya, keluarganya dan
para pengikutnya hingga akhir zaman. Kami berterimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung tugas ini. Khususnya, kepada Dosen Bu AD .
Makalah ini disusun dalam  rangka memenuhi salah satu  tugas mata
kulyah kewarganegaraan. Melalui kata pengantar ini kelompok kami, juga
meminta maaf dan harap maklum apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
maupun kekurangan materi dalam makalah observasi ini. .

Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, kami menyadari laporan
ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh karena itu, kami
meminta maaf atas semua kesalahan. Akhir kata, semoga laporan ini bisa
memberikan manfaat bagi para pembaca.

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otonomi Daerah-Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut
sistem otonomi daerah dalam pelaksanaan pemerintahannya. Otonomi daerah
merupakan bagian dari desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah, daerah
mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi masih
tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-
undang.Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus
penting dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah
bisa disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah
masing-masing.
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan
yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas
usaha.

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada
proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai
oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Otonomi Daerah itu sendiri?
2. Apa saja dasar hukum otonomi daerah?
3. Bagaimana penerapan otonomi daerah?
4. Apa tujuan otonomi daerah?

5
5. Apa manfaat otonomi daerah?
6. Bagaimana prinsip otonomi daerah?
7. Apa saja asas otonomi daerah?
8. Apasaja peraturan tentang otonomi daerah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian Otonomi Daerah
2. Dasar hukum Otonomi Daerah
3. Penerapan Otonomi Daerah
4. Tujuan Otonomi Daerah
5. Manfaat Otonomi Daerah
6. Prinsip Otonomi Daerah
7. Asas Otonomi Daerah
8. Peraturan tentang Otonomi Daerah

6
BAB II
PEMBAHASAN
“OTONOMI DAERAH “
2.1 Pengertian Otonomi Daerah
Secara etimologi (harfiah), otonomi daerahberasal dari 2 kata yaitu
"otonom" dan daerah". Kata otonom dalam bahasa Yunani berasal dari kata
"autos" yang berarti sendiri dan "namos" yang berarti aturan. Sehingga otonom
dapat diartikan sebagai mengatur sendiri atau memerintah sendiri. Sedangkan
daerah yaitu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Jadi, otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri
kepentingan suatu masyarakat atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus daerahnya sendiri.Menurut F. Sugeng Istianto: Otonomi Daerah adalah
sebuah hak dan wewenang untuk mengatur serta mengurus rumah tangga daerah.
Secara umum, pengertian otonomi daerah yang biasa digunakan yaitu
pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah. Dalam UU tersebut berbunyi otonomi daerah merupakan hak, wewenang,
serta kewajiban daerah otonom guna mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan serta kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Penerapan Otonomi Daerah

Penerapan (Pelaksanaan) otonomi daerah di Indonesia menjadi titik fokus


penting dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah
bisa disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan ciri khas daerah
masing-masing. Otonomi daerah mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada tahun
2004, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 telah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, serta tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah. Oleh karena itu maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

7
Daerah. Sampai sekarang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah telah mengalami banyak perubahan. Salah satunya yaitu
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah
untuk membuktikan bahwa kemampuannya dalam mengatur serta melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak daerah masing-masing. Berkembang atau tidaknya
suatu daerah tergantung dari kemampuan dan kemauan untuk dapat
melaksanakannya. Pemerintah daerah bisa bebas berekspresi dan berkreasi dalam
rangka membangun daerahnya sendiri, tentu saja harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah yaitu


membebaskan pemerintah pusat dari berbagai beban dan menangani urusan suatu
daerah yang bisa diserahkan kepada pemerintah daerah. Oleh karenanya
pemerintah pusat memiliki kesempatan untuk mempelajari, merespon, memahami
berbagai kecenderungan global dan menyeluruh serta dapat mengambil manfaat
daripadanya.
Adapun tujuan dari otonomi daerah menurut undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa
tujuan otonomi daerah ialah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang memang menjadi urusan pemerintah, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing
daerah. Berikut penjelasannya:
a. Meningkatkan pelayanan umum – Dengan adanya otonomi daerah
diharapkan ada peningkatan pelayanan umum secara maksimal dari
lembaga pemerintah di masing-masing daerah. Dengan pelayanan yang
maksimal tersebut diharapkan masyarakat dapat merasakan secara
langsung manfaat dari otonomi daerah.

8
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat – Setelah pelayanan yang
maksimal dan memadai, diharapkan kesejahteraan masyarakat pada suatu
daerah otonom bisa lebih baik dan meningkat. Tingkat kesejahteraan
masyarakat tersebut menunjukkan bagaimana daerah otonom bisa
menggunakan hak dan wewenangnya secara tepat, bijak dan sesuai dengan
yang diharapkan.
c. Meningkatkan daya saing daerah – Dengan menerapkan otonomi daerah
diharapkan dapat meningkatkan daya saing daerah dan harus
memperhatikan bentuk keanekaragaman suatu daerah serta kekhususan
atau keistimewaan daerah tertentu serta tetap mengacu pada semboyan
negara kita “Bineka Tunggal Ika” walaupun berbeda-beda namun tetap
satu jua.

2.4 Manfaat Otonomi Daerah

Otonomi daerah memberikan manfaat yang cukup efektif bagi pemerintah


pusat dan pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan hak dan wewenang
kepada suatu daerah dalam mengatur urusannya sendiri. Sehingga dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.
Selain itu, pemerintah juga bisa melaksanakan tugasnya dengan lebih leluasa
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
a. Supaya tidak terjadi pemusatan kekuasaan dipusat sehingga jalannya
penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan lancar
b. Pemerintahan tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, tetapi oleh
pemerintah daerah
c. Kesejahteraan masyarakat didaerah semakin meningkat karena
pembangunan didaerah disesuaikan dengan kebutuhan didaerah
d. Daya kreasi dan inovasi masyarakat didaerah semakin meningkat
karena setiap daerah semakin meningkat karena setiap daerah berusaha
untuk menampilkan keunggulan daerah masing-masing

9
e. Meningkatkan pemberdayaan lembaga kemasyarakatan didaerah dalam
rangka partisipasi otonomi daerah

2.5 Prinsip Otonomi Daerah

1. Prinsip otonomi seluas-luasnya merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah


diberikan kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan
yang meliputi kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan
terhadap bidang politik luar negeri, moneter, keamanan, agama, peradilan,
keamanan, serta fiskal nasional.
2. Prinsip otonomi nyata merupakan prinsip otonomi daerah dimana daerah
diberikan kewenangan dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan
tugas, wewenang, dan kewajiban yang secara nyata sudah ada dan dapat
berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan ciri
khas daerah.
3. Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip otonomi yang dalam
sistem penyelenggaraannya harus sesuai dengan tujuan dan maksud dari
pemberian otonomi, yang bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-
masing dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.6 Asas Otonomi Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas umum


penyelenggaraan negara yang meliputi:
1. Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan landasan peraturan
perundang-undangan dan keadilan dalam penyelenggaraan suatu negara.
2. Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan,
keserasian serta keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
3. Asas kepentingan umum yaitu asas yang mengutamakan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.

10
4. Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, serta tidak diskriminatif mengenai
penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban.
6. Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan
kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi suatu
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab.

Adapun tiga asas otonomi daerah yang meliputi:


1. Asas desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah
kepada daerah otonom berdasarkan struktur NKRI.
2. Asas dekosentrasi yaitu pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas tugas pembantuan yaitu penugasan oleh pemerintah kepada daerah dan oleh
daerah kepada desa dalam melaksanakan tugas tertentu dengan disertai
pembiayaan, sarana, dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang
berwenang.

11
“GOOD GOVERNANCE”

2.7 Pengertian Good Governance

Good Governance adalah suatu peyelenggaraan manajemen pembangunan


yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan
pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas
usaha.

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan


diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governancemerupakan salah satu alat Reformasi yang
mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari
perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan
Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan
dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua
produk utama Good Governance.

Beberapa pengertian dari good governance, antara lain :

Menurut Bank Dunia (World Bank) Good governance merupakan cara kekuasaan
yang digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (Mardoto, 2009).

Tata laksana pemerintahan yang baik (bahasa Inggris: good governance)


adalah seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi baik swasta
maupun negeri untuk menentukan keputusan. Tata laksana pemerintahan yang
baik ini walaupun tidak dapat menjamin sepenuhnya segala sesuatu akan menjadi
sempurna - namun, apabila dipatuhi jelas dapat mengurangi penyalah-gunaan
kekuasaan dan korupsi.

12
2.8 Prinsip Good Governance

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-


prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu
sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan
sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas
untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin
agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat.
2. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)
Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara
lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum
(legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan
non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil dan
diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang
menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-
balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses

13
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-
pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar
dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan
dunia usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung
bagaimana good governancedapat berjalan dengan baik di masing-masing
lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi dunia
usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki
oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika
bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social
Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai
kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk memberikan
kontribusinya.
5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain
dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi
keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai
kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang
terwakili.
6. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik

14
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi
adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu
proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang
disediakannya kepada masyarakat.
7. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan
efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur
dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan
masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu
efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun
perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan
disusun secara rasional dan terukur.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi
masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-
lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu
dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang
luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan
perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif
tersebut.

15
2.9 Penerapan Good Givernance

Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan


diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang
mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari
perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 12 tahun ini, penerapan
Good Governance diIndonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan
dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua
produk utama Good Governance.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya
yang dilakukan pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik,
diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik
mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN
dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap
akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan
kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga
penunjang pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini
sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama
yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana
sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya sebagai
entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat
terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa
dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu
membawa dampak positif terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan
lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat diharapkan

16
akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan
amanah.

3.0 Hal-hal yang mempengaruhi good governance

Banyak hal mendasar yang harus diperbaiki, yang berpengaruh terhadap


clean and good governance, diantaranya (Efendi, 2005):

1. Integritas Pelaku Pemerintahan


Peran pemerintah yang sangat berpengaruh, maka integritas dari para
pelaku pemerintahan cukup tinggi tidak akan terpengaruh walaupun ada
kesempatan untuk melakukan penyimpangan misalnya korupsi.
2. Kondisi Politik dalam Negeri
Jangan menjadi dianggap lumrah setiap hambatan dan masalah yang
dihadirkan oleh politik. Bagi terwujudnya good governance konsep politik yang
tidak/kurang demokratis yang berimplikasi pada berbagai persoalan di lapangan.
Maka tentu harus segera dilakukan perbaikan.
3. Kondisi Ekonomi Masyarakat
Krisis ekonomi bisa melahirkan berbagai masalah sosial yang bila tidak
teratasi akan mengganggu kinerja pemerintahan secara menyeluruh.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Masyarakat yang solid dan berpartisipasi aktif akan sangat menentukan
berbagai kebijakan pemerintahan. Khususnya dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan yang merupakan perwujudan riil good governance. Masyarakat juga
menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan. Namun jika masyarakat yang belum berdaya di hadapan negara,
dan masih banyak timbul masalah sosial di dalamnya seperti konflik dan
anarkisme kelompok, akan sangat kecil kemungkinan good governance bisa
ditegakkan.
5. Sistem Hukum

17
Menjadi bagian yang tidak terpisahkan disetiap penyelenggaraan
negara. Hukum merupakan faktor penting dalam penegakan good governance.
Kelemahan sistem hukum akan berpengaruh besar terhadap kinerja pemerintahan
secara keseluruhan. Good governanance tidak akan berjalan dengan baik di atas
sistem hukum yang lemah. Oleh karena itu penguatan sistim hukum atau
reformasi hukum merupakan kebutuhan mutlak bagi terwujudnya good
governance.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat Otonomi Daerah adalah kemandirian suatu daerah dalam kaitan
pembuatan dan pengambilan keputusan keputusan mengenai kepentingan
daerahnya sendiri.
Pembagian kewenangan antara pemerintah daerah dan pemerintrah pusat
harus berlandaskan pada pemikiran bahwa Otonomi Daerah sebagai komitmen
dan kebijakan politik nasional merupakan langkah strategi yang diharapkan akan
mempercepat pertumbuhan dan pembangunan Daerah, disamping menciptakan
keseimbangan pembangunan antar daerah di Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan
mendambakan clean and good governance. Untuk mencapai good governance
dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance
hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan, prinsp-
prinsip tersebut meliputi: Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum,
transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada consensus, kesetaraan,
efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis.
Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang Clean and good
governance dapat terwujud  dan hilangnya faktor-faktor  Kepentingan politik,
KKN, peradilan yang tidak adil, bekerja di luar kewenangan, dan kurangnya
integritas dan transparansi adalah beberapa masalah yang membuat pemerintahan
yang baik masih belum bisa tercapai.

B.  Saran
Otonomi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
di daerah melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia bisa terwujud dengan baik, maka perlu selalu dalam pengawasan, baik
secara internal dari pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri juga partisipasi

19
masyarakat di daerah. Dengan demikian sangat diharapkan peran masyarakat sipil
di daerah seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial keagamaan di
daerah.

Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya good


governance. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga
pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support
dan berpatisipasi aktif dalam penyelnggaraan pemerintahan yang sedang
dilakukan. Terutama antara pemerintah dan masyarakat menjadi bagian penting
tercapainya good governance. Tanpa good governance sulit bagi masing-masing
pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good governance
tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan
pemerintah tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi bumerang yang bisa
balik menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak dipakai
sebagaimana mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus terjamin
sebagai wujud peran masing-masing dalam pemerintah. Setiap pihak harus
bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan masing-masing.

20

Anda mungkin juga menyukai