DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Otonomi Daerah. Selain itu, saya
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Asas-Asas Umum dan Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................10
4.1 Kesimpulan......................................................................................................10
4.2 Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Suharizal, Demokrasi Pemilukada Dalam Sisitem Ketatanegaraan RI, (Bandung:
UNPAD Press, 2012), hlm. 54-55.
1
Yunani, yaitu autos (sendiri), dan nomos (peraturan) atau “undang-
undang”. Oleh karena itu, otonomi berarti peraturan sendiri atau
undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi
pemerintahan sendiri. Dalam terminologi ilmu pemerintahan dan
hukum administrasi negara, kata otonomi ini sering dihubungkan
dengan kata otonomi daerah. Menurut Fernandez yang dikutip oleh
Dharma Setyawan Salam, bahwa otonomi daerah adalah pemberian
hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah memungkinkan daerah
tersebut dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan.2
Ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 32 tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah, Memberikan Deferensi bahwa Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu daerah,
disebut sebagai daerah otonom apabila memiliki atribut sebagai
berikut3:
1. mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga
daerah; urusan rumah tangga daerah ini merupakan urusan yang
diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah;
2. urusan rumah tangga daerah itu diatur dan diurus/
diselenggarakan atas inisiatif/prakarsa dan kebijaksanaan daerah
itu sendiri;
3. untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah tersebut,
maka daerah memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari
aparatur pemerintah pusat, yang mampu untuk
2
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Persepektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
daya, (Jakarta: Djembatan), hlm. 88-89.
3
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Persepektif Lingkungan, Nilai
dan Sumber daya, (Jakarta: Djembatan), hlm. 88-89.
2
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri; dan
4. mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan
pendapatan yang cukup bagi daerah, agar dapat membiayai
segala kegiatan dalam rangka penyelenggaraan rumah tangga
daerahnya.
Menurut Prof. Soepomo, bahwa otonomi daerah sebagai prinsip
berarti menghormati kehidupan regional menurut riwayat, adat, dan
sifat sendiri-sendiri, dalam kadar Negara Kesatuan. Tiap-tiap daerah
mempunyai histori dan sifat khusus yang berlainan daripada riwayat
dan sifat daerah lain. Berhubungan dengan itu, Pemerintah harus
menjauhkan segala usaha yang bermaksud akan menguniformisir
seluruh daerah menurut satu model.4 Menurut Smith yang melakukan
kajian otonomi daerah, menyatakan bahwa perlu dipahami bahwa
perluasan otonomi daerah tidak kecil kemungkinan juga dapat
membuka peluang semakin terkonsentrasinya kekuasaan di antara local
state-actors (birokrat dan politisi lokal). Ini adalah salah satu bahaya
dari perluasan otonomi daerah yang perlu dicermati. Bila
kecenderungan ini terjadi, maka masih terlalu dini untuk berharap
bahwa kebijakan otonomi daerah akan dengan serta merta membuka
peluang yang lebih luas kepada civil society untuk berpartisipasi dalam
baik pada proses pengambilan.5
4
Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia
(Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi penyelenggaraannya), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 80.
5
Ibid.,hlm. 46.
3
keputusan pada tingkat lokal, maupun pada tahap pelaksanaan dari
berbagai keputusan tersebut.6
Menurut Smith yang dikutip oleh Dharma Setyawan Salam 7,
bahwa faktor yang dapat memprediksi keberhasilan otonomi daerah
adalah fungsi dan tugas pemerintahan, kemampuan penguatan pajak
daerah, bidang tugas administrasi, jumlah pelimpahan kewenangan,
besarnya anggaran belanja, wilayah, ketergantungan keuangan, dan
personil. Secara filosofi, penyelenggaraan otonomi daerah adalah
bentuk pengakuan pemerintah pusat terhadap kemandirian masyarakat
dan pemerintah kabupaten dan kota. Karena itu, sasaran akhir
penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah daerah serta mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat.8
Pelaksanaan otonomi daerah kelihatannya memang sederhana.
Namun sebenarnya mengandung pengertian yang cukup rumit, karena
di dalamnya tersimpul makna pendemokrasian dalam arti pendewasaan
politik rakyat daerah, pemberdayaan masyarakat, dan sekaligus
bermakna mensejahterakan rakyat berkeadilan.9 Reformasi di Indonesia
yang terjadi pada tahun 1998 yang menghendaki adanya perubahan
terhadap sistem pemerintahan di Indonesia dari pemerintahan pusat
sampai pemerintah daerah dengan melakukan amandemen terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
perubahan terhadap undang-undang, dimana salah satunya adalah
Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Perubahan undang-undang
6
Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan Kedepan, (Jakarta:
Pustaka Quantum, 2002), hlm. 33.
7
Op. Cit Dharma, hlm. 109.
8
Op. Cit Dharma, hlm. 75.
9
Bambang Yudoyono, Otonomi Daerah (Desentralisasi dan Pengembangan SDM
Aparatur Pemda dan Anggota DPRD), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 7.
4
pemerintah daerah sebagai bagian dari semangat reformasi
mengakibatkan perubahan pola hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, pola pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah?
2. Apakah Perbedaan Dari Otonomi Daerah dan Daerah Otonom?
3. Bagaimana Dasar Hukum Kebijakan Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
2. Untuk mengetahui Perbedaan Dari Otonomi Daerah dan Daerah Otonom
3. Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi (Pasal
1 angka 8 UU 23/2014 jo. UU 1/2022). 11 Menurut Jazim Hamidi dalam
Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, secara garis besar asas
desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dan kewenangan dari pusat
kepada daerah, di mana kewenangan yang bersifat otonom diberi
kewenangan untuk dapat melaksanakan pemerintahannya sendiri tanpa
intervensi dari pusat. Kemudian, Bagir Manan (dalam Triwulan, 2010:
122) mengemukakan bahwa jika ditinjau dari penyelenggaraan
pemerintah, asas otonomi daerah desentralisasi ini bertujuan untuk
meringankan beban pekerjaan pusat. Dengan adanya desentralisasi,
berbagai tugas dan pekerjaan dialihkan ke daerah; dan pemerintah pusat
dapat memusatkan perhatian pada hal yang berurusan dengan kepentingan
nasional.
2. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau
kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum (Pasal 1 angka 9 UU 23/2014 jo. UU 1/2022).12 Titik
Triwulan dalam Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia
menerangkan bahwa asas dekonsentrasi adalah pendelegasian wewenang
pusat kepada daerah yang sifatnya menjalankan peraturan dan keputusan
pusat lainnya yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa
10
Di unduh pada tanggal 3 November 2023 https://www.hukumonline.com/berita/a/3-asas-
otonomi-lt64c23fc402543/
11
Pasal 1 angka 8 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
12
Pasal 1 angka 9 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
6
menciptakan peraturan, dan/atau membuat keputusan bentuk lainnya untuk
dilaksanakan sendiri.
3. Asas Tugas Pembantuan Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau
dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah provinsi (Pasal 1 angka 11 UU 23/2014 jo. UU 1/2022). 13
Diterangkan Bagir Manan (dalam Nugroho, 2017: 39), tugas pembantuan
adalah bagian dari desentralisasi dan tidak ada perbedaan pokok antara
otonomi dan tugas pembantu. Baik otonomi maupun tugas pembantuan,
sama-sama mengandung kebebasan dan kemandirian. Adapun yang
membedakan keduanya adalah tingkat kebebasan dan kemandiriannya.
Pada otonomi, kebebasan dan kemandirian meliputi asas dan cara
menjalankan suatu pemerintahan, sedangkan tugas pembantu kebebasan
dan kemandirian hanya sebatas bagaimana cara menjalankannya, karena
sama-sama mengandung unsur otonomi maka tidak ada perbedaan yang
cukup mendasar.
13
Pasal 1 angka 11 UU NO. 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
14
Pasal 1 angka 12 UU NO 23 Tahun 2014
15
Pasal 1 angka 6 UU NO 23 Tahun 2014
7
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya. Sedangkan
otonomi daerah lebih berkaitan dengan wewenang daerah tersebut.
16
Diunduh pada tanggal 5 November 2023 https://www.gramedia.com/literasi/otonomi-daerah/
8
Nasional yang adil, dan keseimbangan Keuangan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pusat, serta memiliki landasan hukum yaitu UUD 1945. Dan dengan adanya asas-
Dari sekian banyak yang kami jelaskan di atas, bisa ditarik kesimpulan
bahwa : Otonomi daerah merupakan hak dan kewajiban suatu daerah untuk
daerahnya sendiri.
10
3.2 SARAN
dengan tugas dan tanggung jawab demi kelangsungan dan keteraturan daerah
11
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
12