Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASAS-ASAS UMUM DAN ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN


PEMERINTAH DAERAH
MATA KULIAH : HUKUM OTONOMI DAERAH

DOSEN PENGAMPU : BAPAK ASNAWI, SH., MH

KELAS: 7B HUKUM TATA NEGARA

DISUSUN OLEH:

DINI ROSDIANI (12012000060)

LAILA FATMAWATI (12012000012)

SANDHI DWI APRIAN PUTTILEIHALAT (12012000053)

FANI OKTARIANTI PUTRI RAHAYU (12012000028)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BINA BANGSA


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Otonomi Daerah. Selain itu, saya
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Asas-Asas Umum dan Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Asnawi,


SH.,MH. Selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Otonomi Daerah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah ilmu wawasan terkait bidang yang
saya tekuni. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Serang, 2 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar belakang masalah......................................................................................1


1.2 Rumusan masalah...............................................................................................5
1.3 Tujuan penelitian................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

2.1 Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah


Daerah................................................6
2.2 Perbedaan Dari Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom........................................7
2.3 Dasar Hukum Kebijakan Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom.........................8

BAB III

PENUTUP.............................................................................................................10

4.1 Kesimpulan......................................................................................................10

4.2 Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konsep negara kesatuan tidak ada kedaulatan cabang, sehingga


tidak konflik kewenangan antara pemerintah pusat dengan daerah,
daerah selalu tunduk dan merupakan subordinat dari pemerintah pusat.
Pendapat yang sama diungkapkan oleh Hans Antlov yang dikutip oleh
Suharizal bahwa prinsip negara kesatuan berlandaskan kepada
kedaulatan negara secara keseluruhan, lebih lanjut mengemukakan :
“the unitary principle ground sovereignity in the nation as a whole. A
Goverment represing a unitry nation has right to delegate powers
downward to region and local institutions, through legislation, but the
region have no right to any og these powers. A Unitery staste can higly
cantralized (like france) or it can be decentralized, with a substatial
degree of autonomy of for provinces or communes (like Britain and
Nethreland) At any rate, it is a unitry satate. The power held by local
and region organs have been received from above, and can be
withdrawn throught new legislation without any need for consent
from the communes or provinces concerned”.

Pendapat Hans Antlov tersebut mengandung pengertian bahwa


dalam negara kesatuan baik yang sentralistik maupun desentralistik
yang diberikan hak otonom ke daerah atau organ atau institusi
merupakan pemberian pemerintah pusat, pemberian hak otonom itu
dapat ditarik baik kewenangan maupun peraturan perundang-undangan
tingkat daerah tanpa harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari
daerah.1 Sedangkan istilah otonomi berasal dari dua kata bahasa

1
Suharizal, Demokrasi Pemilukada Dalam Sisitem Ketatanegaraan RI, (Bandung:
UNPAD Press, 2012), hlm. 54-55.

1
Yunani, yaitu autos (sendiri), dan nomos (peraturan) atau “undang-
undang”. Oleh karena itu, otonomi berarti peraturan sendiri atau
undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi
pemerintahan sendiri. Dalam terminologi ilmu pemerintahan dan
hukum administrasi negara, kata otonomi ini sering dihubungkan
dengan kata otonomi daerah. Menurut Fernandez yang dikutip oleh
Dharma Setyawan Salam, bahwa otonomi daerah adalah pemberian
hak, wewenang, dan kewajiban kepada daerah memungkinkan daerah
tersebut dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan
pelaksanaan pembangunan.2
Ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 32 tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah, Memberikan Deferensi bahwa Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu daerah,
disebut sebagai daerah otonom apabila memiliki atribut sebagai
berikut3:
1. mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga
daerah; urusan rumah tangga daerah ini merupakan urusan yang
diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah;
2. urusan rumah tangga daerah itu diatur dan diurus/
diselenggarakan atas inisiatif/prakarsa dan kebijaksanaan daerah
itu sendiri;
3. untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah tersebut,
maka daerah memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari
aparatur pemerintah pusat, yang mampu untuk
2
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Persepektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
daya, (Jakarta: Djembatan), hlm. 88-89.
3
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Persepektif Lingkungan, Nilai
dan Sumber daya, (Jakarta: Djembatan), hlm. 88-89.
2
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri; dan
4. mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan
pendapatan yang cukup bagi daerah, agar dapat membiayai
segala kegiatan dalam rangka penyelenggaraan rumah tangga
daerahnya.
Menurut Prof. Soepomo, bahwa otonomi daerah sebagai prinsip
berarti menghormati kehidupan regional menurut riwayat, adat, dan
sifat sendiri-sendiri, dalam kadar Negara Kesatuan. Tiap-tiap daerah
mempunyai histori dan sifat khusus yang berlainan daripada riwayat
dan sifat daerah lain. Berhubungan dengan itu, Pemerintah harus
menjauhkan segala usaha yang bermaksud akan menguniformisir
seluruh daerah menurut satu model.4 Menurut Smith yang melakukan
kajian otonomi daerah, menyatakan bahwa perlu dipahami bahwa
perluasan otonomi daerah tidak kecil kemungkinan juga dapat
membuka peluang semakin terkonsentrasinya kekuasaan di antara local
state-actors (birokrat dan politisi lokal). Ini adalah salah satu bahaya
dari perluasan otonomi daerah yang perlu dicermati. Bila
kecenderungan ini terjadi, maka masih terlalu dini untuk berharap
bahwa kebijakan otonomi daerah akan dengan serta merta membuka
peluang yang lebih luas kepada civil society untuk berpartisipasi dalam
baik pada proses pengambilan.5

4
Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia
(Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi penyelenggaraannya), (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 80.
5
Ibid.,hlm. 46.

3
keputusan pada tingkat lokal, maupun pada tahap pelaksanaan dari
berbagai keputusan tersebut.6
Menurut Smith yang dikutip oleh Dharma Setyawan Salam 7,
bahwa faktor yang dapat memprediksi keberhasilan otonomi daerah
adalah fungsi dan tugas pemerintahan, kemampuan penguatan pajak
daerah, bidang tugas administrasi, jumlah pelimpahan kewenangan,
besarnya anggaran belanja, wilayah, ketergantungan keuangan, dan
personil. Secara filosofi, penyelenggaraan otonomi daerah adalah
bentuk pengakuan pemerintah pusat terhadap kemandirian masyarakat
dan pemerintah kabupaten dan kota. Karena itu, sasaran akhir
penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemberdayaan masyarakat dan
pemerintah daerah serta mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat.8
Pelaksanaan otonomi daerah kelihatannya memang sederhana.
Namun sebenarnya mengandung pengertian yang cukup rumit, karena
di dalamnya tersimpul makna pendemokrasian dalam arti pendewasaan
politik rakyat daerah, pemberdayaan masyarakat, dan sekaligus
bermakna mensejahterakan rakyat berkeadilan.9 Reformasi di Indonesia
yang terjadi pada tahun 1998 yang menghendaki adanya perubahan
terhadap sistem pemerintahan di Indonesia dari pemerintahan pusat
sampai pemerintah daerah dengan melakukan amandemen terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
perubahan terhadap undang-undang, dimana salah satunya adalah
Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Perubahan undang-undang
6
Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan Kedepan, (Jakarta:
Pustaka Quantum, 2002), hlm. 33.
7
Op. Cit Dharma, hlm. 109.
8
Op. Cit Dharma, hlm. 75.
9
Bambang Yudoyono, Otonomi Daerah (Desentralisasi dan Pengembangan SDM
Aparatur Pemda dan Anggota DPRD), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 7.

4
pemerintah daerah sebagai bagian dari semangat reformasi
mengakibatkan perubahan pola hubungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, pola pengelolaan keuangan pemerintah daerah.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah?
2. Apakah Perbedaan Dari Otonomi Daerah dan Daerah Otonom?
3. Bagaimana Dasar Hukum Kebijakan Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
2. Untuk mengetahui Perbedaan Dari Otonomi Daerah dan Daerah Otonom
3. Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan Otonomi Daerah dan Daerah
Otonom

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

Dalam otonomi daerah, dikenal adanya istilah ‘asas otonomi’. Diterangkan


Pasal 1 Angka 6 UU 23/2014 jo. UU 1/2022 yang dimaksud dengan asas otonomi
adalah prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi
daerah. Sebagai informasi, asas otonomi daerah ini diatur dalam UU 23/2014,
diterangkan bahwa ada penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan
berdasarkan tiga asas. Adapun 3 asas otonomi daerah adalah asas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.10

1. Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi (Pasal
1 angka 8 UU 23/2014 jo. UU 1/2022). 11 Menurut Jazim Hamidi dalam
Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah, secara garis besar asas
desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dan kewenangan dari pusat
kepada daerah, di mana kewenangan yang bersifat otonom diberi
kewenangan untuk dapat melaksanakan pemerintahannya sendiri tanpa
intervensi dari pusat. Kemudian, Bagir Manan (dalam Triwulan, 2010:
122) mengemukakan bahwa jika ditinjau dari penyelenggaraan
pemerintah, asas otonomi daerah desentralisasi ini bertujuan untuk
meringankan beban pekerjaan pusat. Dengan adanya desentralisasi,
berbagai tugas dan pekerjaan dialihkan ke daerah; dan pemerintah pusat
dapat memusatkan perhatian pada hal yang berurusan dengan kepentingan
nasional.
2. Asas Dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau
kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum (Pasal 1 angka 9 UU 23/2014 jo. UU 1/2022).12 Titik
Triwulan dalam Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia
menerangkan bahwa asas dekonsentrasi adalah pendelegasian wewenang
pusat kepada daerah yang sifatnya menjalankan peraturan dan keputusan
pusat lainnya yang tidak berbentuk peraturan, yang tidak dapat berprakarsa
10
Di unduh pada tanggal 3 November 2023 https://www.hukumonline.com/berita/a/3-asas-
otonomi-lt64c23fc402543/
11
Pasal 1 angka 8 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
12
Pasal 1 angka 9 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
6
menciptakan peraturan, dan/atau membuat keputusan bentuk lainnya untuk
dilaksanakan sendiri.
3. Asas Tugas Pembantuan Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat atau
dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah provinsi (Pasal 1 angka 11 UU 23/2014 jo. UU 1/2022). 13
Diterangkan Bagir Manan (dalam Nugroho, 2017: 39), tugas pembantuan
adalah bagian dari desentralisasi dan tidak ada perbedaan pokok antara
otonomi dan tugas pembantu. Baik otonomi maupun tugas pembantuan,
sama-sama mengandung kebebasan dan kemandirian. Adapun yang
membedakan keduanya adalah tingkat kebebasan dan kemandiriannya.
Pada otonomi, kebebasan dan kemandirian meliputi asas dan cara
menjalankan suatu pemerintahan, sedangkan tugas pembantu kebebasan
dan kemandirian hanya sebatas bagaimana cara menjalankannya, karena
sama-sama mengandung unsur otonomi maka tidak ada perbedaan yang
cukup mendasar.

2.2 PERBEDAAN DARI OTONOMI DAERAH DAN DAERAH OTONOM

Pengertian daerah otonom berdasarkan Pasal 1 angka 12 UU 23/2014 adalah


kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bentuk dari daerah otonom
ini dapat berupa provinsi, kota, dan kabupaten.14

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 6 UU 23/2014, otonomi daerah adalah


hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.15

Dengan demikian, perbedaan otonomi daerah dan daerah otonom sebenarnya


cukup jelas. Istilah daerah otonom digunakan untuk menyebutkan suatu daerah

13
Pasal 1 angka 11 UU NO. 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
14
Pasal 1 angka 12 UU NO 23 Tahun 2014
15
Pasal 1 angka 6 UU NO 23 Tahun 2014
7
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya. Sedangkan
otonomi daerah lebih berkaitan dengan wewenang daerah tersebut.

2.3 DASAR HUKUM KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH DAN DAERAH


OTONOM

Pengertian dan dasar hukum otonomi daerah memenag berubah-berubah


sepanjang masa satu dan lain hal disebabkan perluasan pengertian otonomi daerah
itu sendiri. Perubahan pengertian itu sendiri adalah dengan tujuan untuk
mengakomodasikan kehendak daerah berubah-rubah dari satu watu kewaktu yang
lainnya. Perluasan pengertian itu tentu saja hanya dapat diberikan oleh pemerintah
pusat sepanjang eksentensi kewenangan pemerintah pusat tidak hilang sama
sekali. Jadi terdapat tawar menawar seberapa jauh dapat diberikan otonomi
tersebut, namun pada umumnya selalu mendekati batas habisnya kewenangan
pusat.
Penyelengaraan daerah otonom di Indonesia dilakukan berdasarkan dasar
hukum yang telah ditentukan. Dasar hukum daerah otonom di Indonesia adalah:16

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, yaitu tentang Pemerintahan Daerah


(Revisi dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004).

2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, yaitu tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yaitu tentang Pemerintahan Daerah

4. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000, yaitu tentang Rekomendasi


Kebijakan Pemerintah dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah

5. Ketetapan MPR Ri Nomor XV/MPR 1998, yaitu tentang Penyelenggaraan


Otonomi Daerah, Pembagian, Pengaturan, dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam

16
Diunduh pada tanggal 5 November 2023 https://www.gramedia.com/literasi/otonomi-daerah/

8
Nasional yang adil, dan keseimbangan Keuangan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi berdasarkan teori sistem tersebut di atas sebenarnya dan seharusnya


hanyalah mempunyai pengertian tugas perbantuan oleh pemerintah daerah.
Pemerintah daerah atas nama pemerintahan Republik Indonesia secara
keseluruhan haruslah secara aktif melaksanakan tugas pemerintahan menuju
kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Tugas otonomi dan tugas pembantuan
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memang dipisahkan secara fisik
akan tetapi secara subtantif kedua tugas tersebut tidak bisa sama sekali
dipisahkan. Azaz otonomi dan pembantuan sebenarnya masih dalam satu sistem
keduanya merupakan subsistim.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya. Kecuali urusan

pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah

Pusat, serta memiliki landasan hukum yaitu UUD 1945. Dan dengan adanya asas-

asas yang menjadi pedoman dalam menjalankan pemerintahan daerah menjadikan

daerah otonom diharapkan dapat selaras dan seimbang dalam pelaksanaannya.

Dari sekian banyak yang kami jelaskan di atas, bisa ditarik kesimpulan

bahwa : Otonomi daerah merupakan hak dan kewajiban suatu daerah untuk

mengatur serta mengurus urusan pemerintahan, kesejahteraan, dan kepentingan

masyarakat di wilayahnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat itu sendiri.

Wewenang pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah

pemerintah daerah melaksanakan sistem pemerintahanya sesuai prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dengan undang-undang pemerintah pusat dalam

ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dampak positif otonomi daerah

adalah memunculkan kesempatan identitas lokal yang ada di masyarakat.

Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon

tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di

daerahnya sendiri.

10
3.2 SARAN

Diharapkan agar pemerintah daerah menggunakankan wewenangnya sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab demi kelangsungan dan keteraturan daerah

sesuai dengan asas-asas yang menjadi pedoman daerah tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bambang Yudoyono, Otonomi Daerah (Desentralisasi dan


Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD), (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm. 7.
Ibid.,hlm. 46.
Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia (Identifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi
penyelenggaraannya), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 80.
Op. Cit Dharma, hlm. 75.
Op. Cit Dharma, hlm. 109.
Pasal 1 angka 6 UU NO 23 Tahun 2014
Pasal 1 angka 8 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
Pasal 1 angka 9 UU NO 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
Pasal 1 angka 11 UU NO. 23 Tahun 2014 jo. UU NO 1 Tahun 2022
Pasal 1 angka 12 UU NO 23 Tahun 2014

Syarif Hidayat, Refleksi Realitas Otonomi Daerah dan Tantangan


Kedepan, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), hlm. 33.
JURNAL
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Persepektif Lingkungan, Nilai
dan Sumber daya, (Jakarta: Djembatan), hlm. 88-89.
Suharizal, Demokrasi Pemilukada Dalam Sisitem Ketatanegaraan RI,
(Bandung: UNPAD Press, 2012), hlm. 54-55.
INTERNET
Di unduh pada tanggal 3 November 2023
https://www.hukumonline.com/berita/a/3-asas-otonomi-lt64c23fc402543/
Diunduh pada tanggal 5 November 2023
https://www.gramedia.com/literasi/otonomi-daerah/

12

Anda mungkin juga menyukai