Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH


“ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH”

Dosen Pengampu:
PROF. DR. HJ. ANDI KASMAWATI, M. HUM

Oleh Kelompok 2
Andi Bunga Intang | 210601501021
Suci Amalia Safitri | 210601501033
Nurpadillah Asmara | 210601502015
Azmila Fatimah Rongki | 210601501032
Meriam Krisna Toding Simanna | 210601501029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji syukur penulis ucapkan atas Rahmat, Taufik, dan
Karunia Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Hukum
Pemerintahan Daerah ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Shalawat salam tidak lupa
penulis curahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa umat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dosen pengampu mata
kuliah Hukum Pemerintahan Daerah yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan membuat dan menyusun makalah ini, kemudian ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu hingga
terselesaikannya tugas ini dengan baik.
Mudah-mudahan para pembaca dapat mengambil hikmah atau manfaat dari
makalah ini dan dapat menambah wawasan para pembaca.
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran anda, untuk sempurnya
penulisan-penulisan selanjutnya.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan
bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar, 22 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian Pemerintahan Daerah ............................................................................. 3

B. Asas – Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ............................................... 4

1. Asas Desentralisasi ............................................................................................. 4

2. Asas Dekonsentrasi ............................................................................................ 5

3. Asas Medebewind (Tugas Pembantuan) ............................................................. 6

C. Ketidakmerataan Pembangunan Dan Pelayanan Publik Antar Daerah Dalam


Penerapan Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah............................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

B. Saran..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintahan daerah adalah salah satu aspek penting dalam sistem
pemerintahan suatu negara yang berlandaskan prinsip otonomi. Otonomi daerah adalah
konsep yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengelola urusan lokal sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat
setempat. Penerapan asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan
langkah krusial dalam memastikan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pemerintah
daerah dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pemerintahan daerah memiliki peran strategis dalam menjalankan tugas-tugas
pelayanan publik, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya lokal. Untuk
menghindari tumpang tindih kebijakan, meningkatkan koordinasi antara pemerintah
pusat dan daerah, serta memastikan pemenuhan hak-hak dasar warga negara di tingkat
lokal, asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah telah menjadi fokus perhatian
dalam konteks penyelenggaraan negara modern.
Sebagai bagian integral dari reformasi pemerintahan, banyak negara telah
menerapkan sistem pemerintahan daerah yang lebih demokratis dan terdesentralisasi.
Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan daerah memainkan peran utama dalam
membentuk dasar hukum dan kebijakan yang mengatur hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah, pembagian kewenangan, serta mekanisme pengambilan keputusan di
tingkat lokal.
Dalam konteks Indonesia, misalnya, UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi landasan utama yang mengatur penyelenggaraan
pemerintahan daerah. UU tersebut mencerminkan prinsip-prinsip dasar seperti
otonomi, desentralisasi, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Namun, implementasi asas-asas ini tidak selalu berjalan mulus, dan banyak tantangan
yang dihadapi oleh pemerintah daerah dalam menjalankan tugasnya.
Oleh karena itu, penelitian mengenai asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
daerah menjadi penting untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ada, memahami
dampak kebijakan, serta merumuskan rekomendasi untuk perbaikan sistem. Melalui
makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai asas-asas penyelenggaraan

1
pemerintahan daerah, tantangan dalam implementasinya, serta manfaat yang dapat
diperoleh jika asas-asas tersebut dijalankan dengan baik. Dengan demikian, makalah
ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran
penting pemerintahan daerah dalam menjaga stabilitas, pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat di tingkat lokal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pemerintahan Daerah?
2. Apa Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah?
- Asas Dekosentrasi
- Asas Desentralisasi
- Asas Tugas Pembantuan
3. Apa faktor Ketidaksamarataan Pembangunan Dan Pelayanan Publik dalam
penerapan Pemerintahan Daerah

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pemerintahan Daerah
2. Mengetahui Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah?
- Asas Dekosentrasi
- Asas Desentralisasi
- Asas Tugas Pembantuan
3. Mengetahui Apa faktor Ketidaksamarataan Pembangunan Dan Pelayanan Publik
dalam penerapan Pemerintahan Daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerintahan Daerah


Secara harfiah istilah pemerintahan atau dalam bahasa inggris adalah
pedanan dari kata government. Jadi, Pemerintahan adalah lembaga atau badan-
badan publik yang mempunyai wewenang melakukan upaya untuk mencapai tujuan
negara. 1
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah
Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota.
Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai
pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
Penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia meliputi pemerintah pusat
dan pemerintah daerah. Pemerintahan pusat di jalankan oleh presiden, seperti yang
di atur dalam pasal 4 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi ”presiden republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD”. Dalam menjalankan
pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden, menteri-menteri, dan kepala
lembaga pemerintahan nondepartemen. Kesemua tingkatan tersebut kemudian di
sebut pemerintah pusat atau pemerintah.
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut :
“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

1
Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) h. 18

3
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945’’.2
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan diatas,maka
yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah penyelenggaraan daerah otonom
oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dan unsur
penyelenggara pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan
perangkat daerah.

B. Asas – Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

1. Asas Desentralisasi
Asas desenrtalisasi adalah asas yang menyatakan penyerahan sejumlah
urusan pemerintahan dari pemerintahan pusat atau dari pemerintahan daerah tingkat
yang lebih tinggi kepada daerah tingkat yang lebih rendah sehingga menjadi urusan
rumah tangga daerah itu.3
Asas desentralisasi adalah suatu istilah yang luas dan selalu menyangkut
kekuatan, biasanya dihubungkan dengan pendelegasian atau penyerahan wewenang
dari pemerintah pusat kepada pejabatnya di daerah atau kepada lembaga-lembaga
pemerintah di daerah untuk menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah di
daerah.
Definisi Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 8 , adalah sebagai berikut : ‘’Desentralisasi
adalah penyerahan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada daerah
otonom berdasarkan Asas Otonomi’’4
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain
bertujuan meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi
tugas dan pekerjaan dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian
dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan
nasional atau Negara secara keseluruhan.

a. Tujuan Penyelenggaraan Desentralisasi

2
Undang-Undang pasal 1 ayat 2 No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
3
C.S.T. Kansil, Christine Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia,(Jakarta :Bumi Aksara,2008) h. 142
4
Undang-Undang pasal 1 ayat 8 No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

4
Tujuan politik dan tujuan administratif.
1) Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium
pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan
berkontribusi pada pendidikan politik secara nasional untuk mencapai
terwujudnya civil society.
2) Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit
pemerintahan di tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan
masyarakat secara efektif, efisien, dan ekonomis yang dalam hal ini terkait
dalam pelayanan publik.

b. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam Desentralisasi


Ide desentralisasi yang terwujud dalam konsep otonomi daerah sangat
terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu dalam
desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:
1. Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk
mengembangkan kegiatan ekonominya sehinggamereka secara relatif
melepaskan ketergantungannya terhadap bentuk-bentuk intervensi
pemerintah, termasuk didalamnya mengembangkan paradigma
pembangunan yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Dalam konteks
ini, eksploitasi sumber daya dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas,
dilakukan oleh masyarakat lokal;
2. Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu
ketergantungan organisasi-organisasi rakyat dari pemerintah;
3. Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi
perasaan kolektif (bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri
menjadi sebuah keniscayaan demokrasi. Tidak ada perasaan bahwa “orang
pusat” lebih hebat dari “orang daerah” dan sebaliknya.

2. Asas Dekonsentrasi
Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi
vertikal di wilayah tertentu.5

5
Inu Kencana Syafie, Etika Pemerintahan, (Jakarta :Renika Cipta,2011), h. 178
5
Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubenur sebagai wakil pemerintah di
wilayah provinsi. Gubernur berfungsi selaku wakil Pemerintah di daerah, dalam
pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan
tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah kabupaten dan kota.
Pengaturan dan penyelenggaraan asas dekonsentrasi serta yang berkaitan
dengan pembentukan daerah administrasi atau wilayah pemerintah administrasi
yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Kehadiran wilayah pemerintahan administratif jangan sampai menggeser satuan
pemerintahan otonom yang merupakan salah satu sendi sistem ketatanegaraan
menurut UUD 1945.
2. Kehadiran wilayah pemerintahan administratif jangan sampai menimbulkan
dualisme penyelenggaraan pemerintahan tingkat daerah.
3. Kehadiran wilayah administratif jangan sampai menimbulkan kesimpangsiuran
wewenang, tugas, dan tanggung jawab dengan satuan pemerintahan otonom
yang akan mempengaruhi fungsi pelayanan terhadap masyarakat.
Oleh karena itu tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada kepala
daerah otonom menurut asas desentralisasi ini merupakan salah satu yang
membedakan antara asas desentralisasi dengan asas dekonsentrasi. Menurut asas
dekonsentrasi maka segala urusan yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada
pejabatnya didaerah tetap menjadi tanggung jawab daeri pemerintah pusat yang
meliputi :
a) Kebijaksanaan
b) Perencanaan
c) Pembiyaan
d) Perangkat pelaksanaan.

3. Asas Medebewind (Tugas Pembantuan)


Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa,
serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas

6
tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan.6
Tugas pembantuan (medebewind) pada hakikatnya adalah pelaksanaan
kewenangan pemerintah pusat/pemerintah daerah atasannya, maka sumber
pembiayaannya berasal dari level pemerintahan yang menugaskan. Untuk itu,
sumber biayanya bisa berasal dari APBN atau APBD pemerintah daerah yang
menugaskannya.Kewenangan yang diberikan kepada daerah adalah kewenangan
yang bersifat mengurus, sedangkan kewenangan mengaturnya tetap menjadi
kewenangan pemerintah pusat/pemerintah atasannya.
Sedangkan pengertian medebewind atau tugas pembantuan adalah disebut
sebagai wajah kedua dari desentralisasi adalah bahwa penyelenggaraan kepentingan
atau urusan tersebut sebenarnya oleh pemerintah pusat tetapi daerah otonom
diikutsertakan. Pemberian urusan tugas pembantuan yang dimaksudkan disertai
dengan pembiayaanya hal tersebut tercantum dalam pasal 12 Undang-undang No.5
Tahun 1974.
Dasar pertimbangan perlunya asas tugas pembantuan :
a. Keterbatasan kemampuan pemerintah Pusat atau Daerah yang lebih tinggi
dalam hal yang berhubungan dengan perangkat atau sumber daya menusia
maupun biaya
b. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang lebih baik dalam
penyelenggaraan pemerintahan
c. Sifat urusan yang dilaksanakan
Melihat ketiga prinsip di atas terlihat bahwa khusus untuk daerah kabupaten dan
daerah kota, prinsip yang selama ini dijalankan adalah melaksanakan asas
desentralisasi yang didampingi dengan pelaksanaan asas dekonsentrasi dalam
penyelenggaraan pemerintah di daerah tidak berlaku lagi, karena penyelenggaraan
asas desentralisasi didaerah kabupaten dan kota secara bulan dan utuh.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan
antara instansi vertical dengan dinas-dinas daerah yang akibatnya pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan menjadi tidak efisien selain itu akan terjadi pemborosan.

6
PP. No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
7
C. Ketidakmerataan Pembangunan Dan Pelayanan Publik Antar Daerah Dalam
Penerapan Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Masalah dalam penerapan asas penyelenggaraan pemerintahan daerah di


Indonesia adalah "Ketidakmerataan Pembangunan dan Pelayanan Publik Antar
daerah." Masalah ini mengacu pada ketidakseimbangan dalam distribusi sumber
daya, investasi, dan pembangunan antara daerah-daerah di Indonesia. Beberapa
daerah mungkin lebih maju dan berkembang secara ekonomi dan infrastruktur
daripada daerah lainnya, sehingga menciptakan disparitas yang signifikan dalam
kemajuan dan kesejahteraan penduduknya.
1. Masalah ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a. Ketergantungan pada Sumber Daya Alam: Daerah-daerah yang kaya akan
sumber daya alam sering kali lebih berkembang karena pendapatan yang
tinggi dari sektor tersebut, sementara daerah yang kurang beruntung dalam
hal sumber daya alam terbatas dalam peluang pembangunan.
b. Ketidaksetaraan Pendanaan: Masalah ini muncul karena perbedaan dalam
pendanaan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Beberapa daerah mungkin menerima alokasi dana yang lebih besar daripada
yang lain, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menyediakan
layanan dasar kepada penduduknya.
c. Kapasitas Pemerintah Daerah: Tidak semua pemerintah daerah memiliki
kapasitas yang sama dalam perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan
proyek pembangunan. Daerah yang memiliki birokrasi yang kuat dan
profesionalisme yang baik cenderung lebih berhasil dalam mengelola sumber
daya dan proyek pembangunan.
d. Faktor Geografis dan Demografis: Lokasi geografis dan populasi daerah juga
dapat mempengaruhi tingkat perkembangan ekonomi dan infrastruktur.
Daerah yang terletak di pusat transportasi atau memiliki populasi yang besar
mungkin lebih mudah berkembang daripada daerah terpencil atau
berpenduduk sedikit.
Ketidakmerataan pembangunan antardaerah dapat menciptakan ketidakadilan sosial
dan ekonomi, ketegangan antardaerah, serta potensi ketidakstabilan politik. Oleh
karena itu, diperlukan upaya yang lebih besar untuk mengatasi masalah ini dan

8
memastikan bahwa semua daerah di Indonesia dapat menikmati manfaat
pembangunan secara adil dan merata.

2. Solusi atau Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mengatsi masalah


ketidakmerataan Pembangunan dan Pelayanan Publik
Solusi untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi yang dapat diambil antara
lain:
a. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Memberikan pelatihan dan
pengembangan kepada staf pemerintah daerah dalam manajemen pelayanan
publik yang efektif dan efisien. Ini dapat membantu daerah-daerah dengan
sumber daya terbatas untuk meningkatkan kualitas layanan mereka.
b. Pemantauan dan Evaluasi Rutin: Menetapkan sistem pemantauan dan
evaluasi yang ketat untuk semua pelayanan publik di tingkat daerah. Ini akan
membantu mengidentifikasi daerah-daerah yang memerlukan perbaikan dan
memberikan insentif kepada pemimpin daerah untuk meningkatkan kualitas
layanan.
c. Kolaborasi Antar-daerah: Mendorong kerja sama antar-daerah dalam berbagi
pengalaman dan praktik terbaik dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Kerja sama ini dapat membantu daerah yang lebih berkembang untuk
memberikan bantuan kepada daerah yang memerlukan bantuan tambahan.
d. Transparansi dan Partisipasi Publik: Membangun transparansi dalam
penggunaan anggaran daerah dan mengajak partisipasi publik dalam
pengambilan keputusan terkait pelayanan publik. Ini dapat membantu
memastikan bahwa pelayanan yang diselenggarakan memenuhi kebutuhan
dan harapan warga setempat.
e. Pemberian Insentif Kinerja: Menerapkan sistem insentif kinerja bagi
pemimpin daerah yang berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik di
wilayah mereka. Insentif ini bisa berupa penghargaan atau pengakuan
khusus.
Dengan mengambil langkah-langkah seperti ini, penerapan asas penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Indonesia dapat menjadi lebih merata dan efisien, sehingga
masyarakat di seluruh negeri dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik dan
setara.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah
dan asas penyelenggaraan pemerintahan daerah lainnya.
Didalam UU no 23 tahun 2014 yang dimaksud dari desentralisasi
penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Serta tugas pembantuan adalah
penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada
desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Ketidakmerataan kualitas pembangunan dan pelayanan publik di berbagai
daerah di Indonesia. Beberapa daerah mungkin mampu menyelenggarakan
pelayanan publik dengan baik, sementara daerah lain mengalami kendala dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada warganya. Hal ini bisa disebabkan
oleh perbedaan dalam sumber daya, manajemen, atau tingkat kesadaran akan
pentingnya pelayanan publik yang baik di antara pemimpin daerah.

B. Saran
Dengan adanya penerapan dari asas ini daerah diharapkan mampu
meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip dasar demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

PP. No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Kansil Drs. 2008. Pemerintahan Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafida

C.S.T. Kansil, Christine Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia,(Jakarta :Bumi


Aksara,2008)

Nurcholis, Hanif. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah (edisi
revisi), Jakarta: Grasindo.

Zaidan Nawawi, Manajemen Pemerintahan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013)

Inu Kencana Syafie, Etika Pemerintahan, (Jakarta :Renika Cipta,2011)

11

Anda mungkin juga menyukai