Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERINTAHAN DAERAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Kapita Selekta HTN

Dosen Pengampu : Rudi Santoso, S.H.I., MHI., MH

Disusun Oleh :

M. Tubagus Aiyon Ratu Adhillah (1921020136)

M. Sholehhuddin Hanif (1921020135)

Meilani Indah Putri (1921020138)

Taufiq Wahyudhy (1921020212)

Kelas B/Semester 5

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemerintahan Daerah” ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar
bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas Sejarah dan Pengantar Hukum Islam dengan judul “Pemerintahan
Daerah”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Kedudukan Pemerintahan Daerah........................................................


B. Sistem Pemerintah Daerah.....................................................................
C. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.......................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintahan suatu negara akan berjalan dengan baik


apabila didukung oleh lembaga-lembaga negara yang saling berhubungan satu
sama lain sehingga merupakan satu kesatuan dalam mewujudkan nilai-nilai
kebangsaan dari perjuangan negara sesuai dengan kedudukan, peran, kewenangan
dan tanggung jawabnya masing-masing.

Pemerintah atau Government dalam bahasa indonesia adalah berarti


pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam
sebuah negara, negara bagian, atau kota dan sebagainya. Bisa juga berarti lembaga
atau badan yang menyelenggarakan pemerintahan negara, negara bagian, atau
kota, dan sebagainya.

Menurut W.S Sayre (1960) pemerintah dalam definisi terbaiknya adalah


sebagai organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan
kekuasaannya. Sedangkan menurut David Apter (1977), pemerintah adalah satuan
anggota yang paling umum yang memiliki tanggung jawab tertentu untuk
mempertahankan sistem yang mencakupnya dan monopoli praktis yang
menyangkut kekuasaan paksaannya. 1

Selanjutnya, Daerah adalah lingkungan pemerintah : wilayah, daerah diartikan


sebagai bagian permukaan bumi; lingkungan kerja pemerintah, wilayah; selingkup
tempat yang dipakai untuk tujuan khusus, wilayah; tempat-tempat sekeliling atau
yang dimaksud dalam lingkungan suatu kota; tempat terkena peristiwa sama;
bagian permukaan tubuh.

1
Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Refika Aditama, 2010 hlm. 11.

1
Berdasarkan Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota. Daerah
provinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Kemudian pada Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa Pemerintahan daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan pemerintah daerah didalam struktur pemerintahan?


2. Bagaimana sistem pemerintah daerah?
3. Apa saja asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan pemerintah daerah didalam struktur


pemerintahan.
2. Untuk mengetahui sistem pemerintahan daerah.
3. Untuk mengetahui asas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat


daerah sebagai unsur penyelenggara pemeritahan daerah. Indonesia merupakan
sebuah negara yang wilayahnya terbagi menjadi beberapa provinsi. Daerah-daerah
provinsi tersebut terdiri atas beberapa daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan undang-undang.

UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintahan daerah


menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan menjadi urusan
pemerintah pusat. Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui
pemilihan umum. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang
disebut kepala daerah. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang
dan kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga memiliki kewajiban untuk:

1. Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada


pemerintah.
2. Memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada DPRD.
3. Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
masyarakat.

Gubernur merupakan kepala daerah untuk wilayah provinsi. Gubernur dipilih


bersama wakilnya dalam satu paket pasangan yang dipilih secara langsung oleh
rakyat di provinsi setempat untuk masa jabatan 5 tahun, sehingga dalam hal ini
gubernur bertanggung jawab kepada rakyat. Gubernur karena jabatannya juga

3
berkedudukan sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi yang
bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan memperpendek rentang
kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata
pemerintahan kabupaten dan kota. Dalam kedudukannya sebagai wakil
pemerintahan pusat, gubernur bertanggug jawab kepada Presiden.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas


pembantuan. Tugas pembantuan (asas Medebewind) adalah keikutsertaan
pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya
lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut. Tugas pembantuan dapat diartikan
sebagai ikut serta dalam menjalankan tugas pemerintahan. Tugas pembantuan
merupakan kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan peraturan-peraturan yang
ruang lingkup wewenangnya bercirikan tiga hal berikut:

1. Materi yang dilaksanakan tidak termasuk rumah tangga daerah-daerah


otonom untuk melaksanakannya.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pembantuan, daerah otonom memiliki
kelonggaran untuk menyesuaikan segala sesuatu dengan kekhususan
daerahnya sepanjang peraturan memungkinkan.
3. Dapat diserahkan tugas pembantuan hanya pada daerah-daerah otonom
saja. Daerah mempunyai hak dan kewajiban dalam menyelenggarakan
otonomi.

Hak dan kewajiban terebut diwujudkan dalam bentuk rencana kerja


pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan
pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah dimaksud dilakukan secara efisien, efektif,
transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada peraturan perundang-
undangan.

4
1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan maksud bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
2. Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
3. Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran
tertentu.
4. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah.
5. Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-
luasnya tentang keuangan daerah.
6. Bertanggung jawab, marupakan wujud dari kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
7. Keadilan, adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan
yang objektif.
8. Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
dan proporsional.
9. Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masayarakat.

Dalam hal pembagian urusan pemerintahan, Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintahan daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan menjadi urusan
pemerintah pusat. Beberapa urusan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah
untuk kabupaten/kota meliputi beberapa hal berikut.

5
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.
5. Penanganan bidang kesehatan.
6. Penyelenggaraan pendidikan.
7. Penanggulangan masalah sosial.
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.
9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah.
10. Pengendalian lingkungan hidup.
11. Pelayanan pertanahan.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, kewenangan provinsi


sebagai daerah otonom, adalah meliputi bidang-bidang pertanian, kelautan,
pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian dan
perdagangan, perkoperasian, penanaman modal, kepariwisataan, ketenagakerjaan,
kesehatan, pendidikan nasional, sosial, penataan ruang, pertanahan, pemukiman,
pekerjaan umum dan perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri dan
administrasi publik, pengembangan otonomi daerah, perimbangan keuangan
daerah, kependudukan, olah raga, hukum dan perundang-undangan, serta
penerangan.

Dalam hal menjalankan otonomi, pemerintah daerah berkewajiban untuk


mewujudkan keamanan dan kesejahteraan masyarakat daerah, yang meliputi
kegiatan berikut.
1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan, kerukunan
nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengenbangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.

6
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11. Melestarikan lingkungan hidup.
12. Mengelola administrasi kependudukan.
13. Melestarikan nilai sosial budaya.
14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya.
Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah
dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan.
Indikator untuk menentukan serta menunjukkan bahwa pelaksanaan kewenangan
tersebut berjalan dengan baik, dapat diukur dari 3 tiga indikasi berikut.
1. Terjaminnya keseimbangan pembangunan di wilayah Indonesia, baik
berskala lokal maupun nasional.
2. Terjangkaunya pelayanan pemerintah bagi seluruh penduduk Indonesia
secara adil dan merata.
3. Tersedianya pelayanan pemerintah yang lebih efektif dan efisien.
Sebaliknya, tolok ukur yang dipakai untuk merealisasikan ketiga indikator di
atas, aparat pemeritah pusat dan daerah diharapkan memiliki sikap kapabilitas
(kemampuan aparatur), integritas (mentalitas), akseptabilitas (penerimaan), dan
akuntabilitas ( kepercayaan dan tanggung jawab).
Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah yaitu membebaskan
pemerintah pusat dari berbagai beban dan menangani urusan suatu daerah yang
bisa diserahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah pusat diharapkan lebih
mampu berkonsentrasi dalam perumusan kebijakan makro atau luas yang sifatnya
umum dan lebih mendasar, juga dengan adanya desentralisasi daerah dapat
mengalami proses pemberdayaan yang lebih optimal. Sehingga kemampuan

7
prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, dan dalam mengatasi
masalah yang terjadi di daerahnya semakin kuat.2

B. Sistem Pemerintah Daerah


C. Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang


bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, telah menetapkan beberapa
asas penyelenggaraan negara yang bersih tersebut. Asas umum penyelenggaraan
negara berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 1999, meliputi asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, dan asas akuntabilitas. Asas kepastian hukum, adalah asas dalam
negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara. 3

Asas kepastian hukum memilki dua aspek, yang satu lebih bersifat hukum
material, yang lain bersifat formal. Aspek hukum material terkait erat dengan asas
kepercayaan. Dalam banyak keadaan asas kepastian hukum menghalangi badan
pemerintahan untuk menarik kembali suatu keputusan atau mengubahnya untuk
kerugian yang berkepentingan. Dengan kata lain, asas ini menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan suatu keputusan
pemerintah, meskipun keputusan itu salah. Jadi demi kepastian hukum, setiap
keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak untuk dicabut kembali.

Adapun aspek yang bersifat formal dari asas kepastian hukum membawa serta
ketetapan yang memberatkan dan ketentuan yang terkait pada ketetapan-ketetapan
yang menguntungkan, harus disusun dengan kata-kata yang jelas. Asas kepastian
hukum memberi hak kepada yang berkepentingan untuk mengetahui dengan tepat
apa yang dikehendaki dari padanya. Unsur ini memegang peran misalnya pada

2
Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah, Tersedia pada:
https://www.mikirbae.com/2015/11/kedudukan-dan-peran-pemerintah-daerah.html, 13
Oktober 2021, 10:40 WIB
3
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta 2012, hal 34.

8
pemberian kuasa surat-surat perintah secara tepat dan tidak mungkin adanya
berbagai tafsiran yang dituju harus dapat terlihat, kewajiban-kewajiban apa yang
dibebankan kepadanya.

Asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan


keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan
negara. Asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasiyang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.

Asas proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara


hak asasi prbadi, dan kewajiban penyelenggara negara, asas proporsionalitas
sendiri juga diartikan sebagai asas yang meletakkan segala kegiatan sesuai
konteks dan tujuan kegiatan yang dilakukan oleh warga negara, institusi, maupun
aparatur pemerintahan yang dilandasi oleh etika institusional. Asas
propesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kompetensi, kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan


penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang keadaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Asas-asas penyelengaraan pemerintah menurut Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2004, juga mencantumkan tiga asas lagi yakni asas kepentingan umum,
asas efektif dan efisien. Dengan juga, menggunakan asas dekonsentrasi, asas
desentralisasi, dan asas pembantuan antara lain Asas kepentingan umum adalah
asas yang berdasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur
kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini negara dapat
menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa yang bersangkutan
dengan kepetingan umum.

9
Jadi hukum tidak terkait dengan batas-batas wilayah suatu negara. Asas ini
diperlukan untuk masyarakat bahwa peristiwa yang menjadi beban untuk
masyarakat setempat itu untuk kepentingan bersama untuk mengatur dan
melindungi setiap peristiwa yang sudah terjadi. Tujuan asas kepentingan umum
adalah untuk mewujudkan suatu ketertiban, keamanan, dan kenyamanan seluruh
masyarakat untuk bisa menjadi warga negara yang baik. Penggunaan prinsip dari
asas kepentingan umum ini adalah ingin memberika suatu apresiasi kepada
masyarakat untuk menjalankan hukum yang sudah diberikan oleh suatu negara itu
sendiri. Dan juga asas ini memiliki arti mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif.

Asas efektifitas, adalah asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan
berdaya guna, definis dari kata efektif adalah pencapaian atau pemilihan tujuan
yang tepat dari beberapa alternatif lainnya. Jadi, jika suatu kegiatan atau pekerjaan
bisa selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif. Asas efisiensi, adalah asas yang berorientasi pada
minimalisasi penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil kerja yang terbaik,
efisiensi juga merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah


pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintahan pusat dan atau kepada instansi
vertical di wilayah tertentu. Dekondentrasi atau desentralisasi jabatan (ambtelike
decentalosatie) yaitu pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara
tingkatan lebih atas kepada bawahannya guna melancarkan pekerjaan di dalam
melaksanakan tugas pemerintah. Misalnya pemilihan mentrei kepada gubernur,
dari gubernur kepada bupati/walikota dan seterusnya secara berjenjang.
Desentralisasi yang semacam ini rakyat atau lembaga perwakilan rakyat daerah
tidak ikut campur atau dibawa-bawa. 4

4
Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, PT. Grasindo, Jakarta
2005, hal 4.

10
Asas desentraliasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem kesatuan RI. Desentralisasi dibedakan menjadi dua,
desentralisasi teritorial (territorial decentralisatie) yaitu penyerahan kekuasaan
untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri (autonomie) batas
pengaturannya adalah daerah. Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya
otonomi pada daerah yang menerima penyerahan. Dan desentralisasi fungsional
(funcionale decentralisatie) yaitu pemilihan kekuasaan untuk mengatur dan
mengurus fungsi tertentu. Batas pengaturan tersebut adalah jenis fungsi. 5

Disamping asas desentralisasi dan dekonsentrasi dalam penyelenggaraan


pemerintahan daerah di Indonesia dikenal medebewind, tugas pembantuan.
Menurut Bagir Manan tugas pembantuan diberikan oleh pemerintah pusat atau
pemerintah yang lebih atas kepada pemerintah daerah di bawahnya berdasarkan
undang-undang.

Oleh karena itu medebewind juga sering disebut serta tantra/tugas


pembantuan. Asas tugas pembantuan penugasan dari pemerintah pusat kepada
daerah dan atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan atau
desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.

5
Ibid, halaman 6

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Apabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kesalahan mohon untuk dimaafkan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
sarannya dari Dosen Pembimbing serta rekan-rekan mahasiswa, agar dalam
pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi baik dan benar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Inu Kencana Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Refika Aditama,


2010.

Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah, Tersedia pada:


https://www.mikirbae.com/2015/11/kedudukan-dan-peran-pemerintah-
daerah.html, 13 Oktober 2021, 10:40 WIB
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta 2012.
Hanafi Nurcholis, Teori dan Praktek Pemberitaan dan Otonomi Daerah, PT.
Grasindo, Jakarta 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai