Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA DAN OTONOMI DAERAH


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen Pengampu : NILA SARI SIAGIAN, SH.S.PdI.MH

ILHAM S.Kom.I M.Sos

Disusun Oleh :

Nama : RIZKA ANJANI


NPM : 2202010035
Nama : TAQWALLAH
NPM : 2102010033
Fakultas / Prodi : Syariah /HKI

Semester : I (Satu)

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL - ULUUM

ASAHAN - KISARAN

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puja puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang karena berkat rahmat,
karunia, serta taufik dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang system
Ketatanegaraan Indonesia dan otonomi daerah ini dengan baik, meskipun dapat
dipastikan banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami sampaikan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada dosen mata kuliah Pancasila telah memberikan tugas ini
kepada kami. Sehingga mampu menambah wawasan kami.
Besar harapan kami makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta makalah ini terdapat terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat ini, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.

Kisaran, 04 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................... 2

A. Sistem Ketatanegaraan RI ............................................................... 2

B. Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945 ............................... 3

C. Otonomi Daerah,Pelaksanaan dan Permasalahannya ........................ 4

D. Politik dalam Islam ......................................................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................ 12

Kesimpulan .......................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem ketatanegaraan suatu negara akan dapat dipahami secara utuh dan lengkap
apabila terlebih dahulu dipahami pengertian umum tentang bentuk negara,bangunan
negara dan bentuk pemerintahan.

Bentuk negara,bangunan negara dan bentuk pemerintahan sering disalah artikan


satu sama lain.Oleh karena itu perlu di pemahaman yang sama apa yang menjadi dasar
pemikiran dan kriteria tentang pengertian bentuk negara,bangunan negara dan bentuk
pemerintahanan. Klasifikasi bentuk negara dilihat dari sudut Siapa kepala negara dan
bagaimana proses pengangkatan/pengisian jabatan kepala negara tersebut.Sedangkan
bangunan negara ditinjau dari sudut pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah yang terdapat di daerah.Pengklasifikasian bentuk pemerintahan yang sering
juga disebut sistem pemerintahan bertitik tolak dari hubungan antara alat perlengkapan
negara yang diatur dalam konstitusi.

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah (pasal 18 UUD 1945).Pemerintahan daerah sendiri adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia pemberlakuan otonomi daerah atau
sistem desentralisasi di Indonesia,sebagai negara kesatuan yang berlaku dan
berkembang mulai dari beralihnya orde baru, dan berganti revormasi yang ditandai
dengan pemberhentian presiden kedua yaitu Soeharto.

Otonomi daerah sendiri yang mempunyai pengertian sebagai sebuah konsep dasar
yang merupakan sebuah penyerahan atau pelimpahan kewenangan yang diberikan oleh
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sistem Ketatanegaraan RI

a.Bentuk Negara

Menurut jelinek dalam bukunya “Allgemeine Staatslehre” yang diterbitkan tahun


1941 membedakan bentuk negara republik dan monarchi berdasarkan pembentukan
kemauan negara.Jika kehendak negara ditentukan oleh satu orang maka bentuk negara
itu disebut monarchi dan kepala negara disebut raja atau Ratu sedangkan apabila
kehendak negara ditentukan oleh banyak orang yang merupakan satu majelis,maka
bentuk negara tersebut disebut republik dan kepala negara disebut presiden.

Bentuk negara ditinjau dari sudut Siapa kepala negara dan bagaimana proses pengisian
kepala negara tersebut,maka dikenal dengan negara yang berbentuk Republik dan
Kerajaan.Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Niccolo Machiavelli dalam bukunya
“IK Principe” (sang raja/sang pangeran) mengemukakan bahwa bentuk negara kalau
tidak Republik maka bentuk lainnya adalah monarchi(monarki).

Apabila kepala negaranya turun temurun,diangkat berdasarkan keturunan maka negara


itu berbentuk monarki sedangkan apabila kepala negaranya diangkat berdasarkan
pemilihan maka bentuk negaranya disebut Republik.Dalam beberapa literatur tentang
bentuk negara,kita jumpai 6 Bentuk negara,yaitu:

1.monarki

2.Republik

3.Aristkrasi

4.Autokrasi

5.Oligarki

6.Demokrasi

2
Bentuk negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ayat 1 Negara
Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.Dari rumusan pasal 1 ayat 1
UUD 1945 tersebut dapat dibedakan antara bangunan negara dan bentuk
negara.Bangunan Negara adalah negara kesatuan sedangkan bentuk negara adalah
Republik (Kusnardi,1983:166)

B. Bangunan Negara

Kriteria yang harus kita perhatikan dan gunakan untuk menentukan bangunan Negara
adalah struktur atau susunan kekuasaan negara.Titik tolak kita untuk menentukan
bangunan negara tersebut adalah pembagian dan hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat (central government) dan pemerintah lokal (lokal government).

Bertitik tolak dari pembagian dan hubungan kekuasaan antara pemerintah pusat dan
pemerintah lokal/pemerintahdaerah,maka kita kenal 3 macam bangunan negara,yakni:

1.Negara serikat (federal).

2.Negara konfederasi (serikat negara-negara).

3.Negara kesatuan (unitaris).

Sedang bangunan/susunan negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945


pasal 1 ayat 1 adalah negara kesatuan,lebih lanjut diatur dalam pasal 18 UUD
1945,sebagai berikut:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan


daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,yang tiap-tiap provinsi
kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,yang diatur dengan
undang-undang.
2. Pemerintahan daerah Provinsi,daerah kabupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.

3
3. Pemerintahan daerah Provinsi,daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan
umum.
4. Gubernur,Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi,kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.
5. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat.
6. Pemerintah daerah berhak menetapkan Peraturan daerah dan peraturan-peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

C. Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan
pemerintahan.Menurut carl J.Friedrick,sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari
beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian
maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya,sehingga hubungan itu
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu
bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhannya itu.Mengenai
kata pemerintah dan pemerintahan mengandung dua macam pengertian,yaitu dalam arti
luas dan dalam arti sempit.Pemerintah dan pemerintahan dalam arti luas berkaitan
dengan segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan, memelihara keamanan dan meningkatkan derajat kehidupan rakyat serta
dalam menjamin kepentingan negara itu sendiri.Oleh karena itu, pemerintahan dalam
arti luas mencakup fungsi-fungsi legislatif,eksekutif dan yudikatif.

Pemerintah dalam arti sempit hanya menyangkut fungsi eksekutif saja.Karena


itu,pemerintah sistem pemerintahan di sini pun dapat dilihat dalam arti sempit,yaitu
sistem penyelenggaraan pemerintahan eksekutif.sistem pemerintahan biasanya
dibicarakan dalam hubungan dengan bentuk dan struktur organisasi negara dengan

4
penekanan pembahasan mengenai fungsi-fungsi badan eksekutif dalam hubungannya
dengan badan legislatif di tingkat nasional (Pusat) (Zakaria Bangun,2003:26).

Perumusan mengenai sistem pemerintahan pada tingkat nasional,biasanya


dilakukan berdasarkan salah satu dari dua model utama ditambah satu model campuran
,yakni:

1.siatem pemeruntahan parlementer

2.sistem pemerintahan presidensiil

3.sistem campuran.

D. Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945

Lembaga negara Indonesia adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan


UUD,UU,atau peraturan yang lebih rendah.Lembaga ini dibuat oleh negara,dari negara
dan untuk negara sehingga dapat membentuk suatu pemerintahan.

Lembaga negara adalah institusi yang melengkapi sebuah pemerintahan agar


menjadi satu kesatuan utuh yang terorganisasi dan saling membantu serta saling
mempengaruhi.

Susunan lembaga pemerintahan di Indonesia sendiri sering mengalami perubahan


karena aspirasi rakyat.Perubahan terjadi agar pemerintahan Indonesia dapat tercegah
dari penyimpangan kekuasaan dan dapat menjalankan fungsi pengawasan dan
keseimbangan dengan baik.Adapun lembaga negara yang ada di Indonesia yaitu
legislatif parlemen eksekutif presiden dan para kabinetnya yudikatif lembaga peradilan

 Lembaga eksekutif (Presiden dan para kabinetnya)

Lembaga yang diberi Kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang saat ini


kedudukan lembaga eksekutif dipegang oleh Kepala pemerintahan yakni presiden
dan wakilnya serta menteri-menteri.

Sistem Lembaga ini memiliki tiga karakteristik yang mendasar.

5
Pertama,Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau melalui dewan pemilih untuk
metode tertentu dengan masa jabatan yang pasti dan bertanggung jawab kepada
rakyat.presiden hanya bertanggung jawab kepada legislatif.

Kedua,Presiden tidak dapat diberhentikan dengan mosi tidak percaya dengan alasan
politik oleh legislatif seperti ditemukan dalam sistem parlementer presiden hanya
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya melalui proses impeachment karena
telah melanggar sumpah jabatan dan atau melakukan tindak pidana sebagaimana
ditentukan dalam UUD dan undang-undang.

Ketiga,presiden merupakan kepala eksekutif tunggal sistem pemerintahan


presidensil dengan karakteristik di atas melahirkan posisi presiden yang kuat dan
strategis.Presiden berada pada posisi yang kuat karena presiden tidak dapat
dijatuhkan melalui mosi tidak percaya oleh legislatif dan presiden langsung
mendapat mandat dari rakyat melalui pemilihan umum yang langsung dipilih
rakyat.Posisi presiden strategis karena presiden merupakan kepala eksekutif
tunggal,sehingga Presiden memiliki kekuasaan yang luas dalam menentukan
kebijakan publik dalam batas rambu-rambu perundang-undangan.

 Lembaga Legislatif
Lembaga yang bertugas untuk membuat atau merumuskan undang-undang yang
diperlukan negara.Contoh lembaga legislatif ini adalah MPR,DPR dan DPD.
Badan Legislatif dalam sistem ketatanegaraan modern disebut
parlemen.Anggota-anggota parlemen dipilih oleh rakyat,oleh karena itu
parlemen sering juga disebut DPR.Parlemen merupakan lembaga perwakilan
politik yang menjadi salah satu unsur kekuasaan dalam suatu sistem
pemerintahan modern.Keadilan parlemen dalam sistem pemerintahan sebagai
wujud demokrasi berfungsi untuk mengawasi jalannya pemerintahan agar
kekuasaan tidak disalahgunakan atau diselewengkan oleh penguasa.
Negara dengan sistem parlementer,kedudukan parlemen sangat kuat dan bahkan
dapat disebutkan lebih kuat dari eksekutif karena parlemen lah yang membentuk

6
kabinet (eksekutif).Setiap anggota kabinet menteri harus menjadi seorang
anggota parlemen kepala eksekutif biasanya adalah pemimpinan partai politik
yang mempunyai anggota parlemen mayoritas di parlemen atau pemimpin
koalisi yang jumlah anggota parlemen koalisinya mayoritas di parlemen
kedudukan kabinet tergantung dari parlemen,sehingga bila ada mosi tidak
percaya yang didukung suara mayoritas parlemen maka kabinet akan jatuh.

Secara umum fungsi parlemen ada 4 yaitu:


a.Fungsi legislasi (memvuat undang-undang)
b.Fungsi anggaran (menentukan anggaran)
c.Fungsi pengawasan (melakukan pengawasan terhadap kebijakan
dan pelaksanaan pemerintahan)
d.Fungsi penjaringan aspirasi.

Untuk melaksanakan fungsi parlemen diatas,parlemen memiliki hak-hak


sebagai berikut:
 Hak bertanya
 Hak intervelasi (minta keterangan)
 Hak angket (mengadakan penyelidikan)
 Hak mosi

 Lembaga Yudikatif

Menyangkut lembaga yudikatif,lembaga ini adalah UUD 1945 sebelum


perubahan dikonstruksikan sebagai kekuasaan kehakiman.Fungsi pokok badan-
badan kehakiman tersebut adalah untuk memeriksa,mengadili dan memutuskan
perkara-perkara yang diajukan ke pengadilan.

7
Dalam menjalankan fungsinya kekuasaan kehakiman harus bebas atau
merdeka dari intervensi kekuasaan pemerintahan,hal ini bertujuan untuk
melindungi hak-hak asasi manusia dan mencegah kesewenangan.
Bagir Manan mengemukakan bahwa kekuasaan kehakiman yang merdeka
mengandung beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai bagian dari sistem pemisahan atau pembagian kekuasaan di
antara badan-badan penyelenggaraan negara.
2. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk mencegah
pemerintah bertindak tak semena-mena dan menindas.
3. Kekuasaan kehakiman yang merdeka diperlukan untuk dapat menilai
keabsahan secara hukum tindakan pemerintah atau suatu peraturan
perundang-undangan,sehingga sistem hukum dapat dijalankan dan
ditegakkan dengan baik-baik.

E. Otonomi Daerah,Pelaksanaan dan Permasalahannya

Otonomi daerah dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia sebenarnya telah lama


dilaksanakan pada tahun 1903,kerajaan Belanda telah mengeluarkan Desentralisasi
(Staatsbalad 1903/329) yang membuka kemungkinan dibentuknya daerah-daerah
otonom yang disebut gewestlijke ressorten atau locale ressorten. selanjutnya memberi
kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, Selain itu daerah
juga diberi tugas-tugas untuk membantu melaksanakan peraturan perundang-undangan
pusat (medebewind).Tujuan utamanya adalah memberi kesempatan dan tanggung jawab
kepada penduduk asli untuk menyelenggarakan pemerintahan agar lambat laun mereka
memperoleh pengalaman politik yang melakukan pelatihan dan penyelenggaraan
kehidupan pemerintahan yang bebas dalam lingkungan ikatan kerajaan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka diatur berbagai peraturan mulai UU Nomor 1 Tahun


1945 tentang komite nasional daerah,UU Nomor 22 Tahun 1948 tentang susunan

8
pemerintah daerah, UU Nomor 1 tahun 1957 tentang pemerintah daerah,UU Nomor
18 tahun 1965 tentang sistem otonomi,UU Nomor 5 tahun 1974 tentang
pemerintahan daerah,dan setelah reformasi lahirlah UU Nomor 2 Tahun 1999
tentang otonomi daerah.Undang-undang ini telah diganti dengan UU Nomor 32
Tahun 2004 tentang otonomi daerah.Siapakah pemerintah daerah itu? Pemerintahan
daerah adalah:

1) pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintahan daerah provinsi


(kepala daerah dan perangkat daerah) dan DPRD provinsi.

2) pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah


kabupaten/kota (kepala daerah dan perangkat daerah) dan DPRD kabupaten/kota
konteks negara kesatuan,hubungan kewenangan antara pusat dan daerah di
Indonesia mendasarkan diri pada tiga pola yaitu desentralisasi,dekonsentrasi dan
medebewind(tugas pembantuan) (Noor Fauzi dan R.Yando Zakaria,2000:11).

Pertama,desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah


kepada daerah otonom dalam kerangka negara kesatuan.Menurut Bagir Manan
(2001:174), desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan
pemerintahan baik dari sudut politik,ekonomi,sosial,budaya dan pertahanan
keamanan, karena dilihat dari fungsi pemerintahan desentralisasi.

Kedua,dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada


daerah otonom sebagai Wakil pemerintah dan/ atau perangkat pusat di daerah dalam
kerangka Negara kesatuan,dan lembaga yang melimpahkan kewenangan dapat
memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangan itu mengenai
pengambilan atau pembuatan keputusan.

Sebab terjadinya Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat-


pejabat atau aparatnya untuk melaksanakan wewenang tertentu dilakukan dalam
rangka menyelenggarakan urusan pemerintah pusat di daerah,sebab pejabat-pejabat
atau aparatnya merupakan Wakil pemerintah pusat di daerah yang
bersangkutan.(Noer Fauzi dan R.Yando Zakaria,2000:11).

9
Ketiga,tugas pembantuan (medebewind) adalah keikutsertaan pemerintah daerah
untuk melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih
tinggi daerah tersebut.Tugas pembantuan adalah salah satu wujud
dekonsentrasi,akan tetapi pemerintah tidak membentuk badan sendiri untuk itu,yang
tersusun secara vertikal.

D.Politik dalam Islam

Dalam Alquran secara tekstual tidak menetapkan tentang negara dan cara bernegara
secara lengkap dan jelas,tetapi ide dasar tentang hidup bernegara dan pemerintahan
diungkapkan oleh Al-Qur’an,bahkan nama sistem pemerintahannya pun disebutkan.Dari
ide dasar tersebut fiqih siyasah dikembangkan menjadi sebuah bidang pengetahuan
yang membicarakan politik dan bernegara (Hukum Tata Negara)(Saebani,2008:340).

Secara bahasa siyasa artinya mengatur,mengendalikan,mengurus atau membuat


keputusan,sebagaimana dalam kalimat “sasa al-qaum”, mengatur kaum,memerintah dan
memimpin.

siyasah diartikan pula dengan “politik”.Dalam uraian Al-Qur’an tentang politik secara
sepintas ditemukan pada ayat-ayat yang berakar pada kata hukum dengan awal kata
berarti “menghalang-halangi atau melarang” dalam rangka perbaikan.Dari akar kata
yang sama terbentuk kata “hikmah” yang pada mulanya berarti “kendali” makna ini
sejalan dengan asal makna kata “sasa yasusu siayah”yang artinya mengemudi,
mengendalikan dan cara mengendalikan (Quraisy shihab,1996 416-417).

Kajian tentang hubungan Islam dan politik suatu kajian yang tidak akan ada habis-
habisnya,menurut pendapat Nurcholis Madjid bahwa usaha memahami masalah politik
dalam Islam memang bukan perkara sederhana.Hal itu karena ada dua
alasan.Pertama,bahwa Islam telah membuat sejarah selama lebih dari 14
abad.Kedua,selain beraneka ragamnya bahan-bahan kesejarahan yang harus dipelajari
dan diteliti kekuatan-kekuatan dinamik di belakangnya,juga terdapat perbendaharaan

10
teoritis yang kaya raya tentang politik yang hampir setiap kali muncul bersama dengan
munculnya sebuah peristiwa atau gejala sejarah yang penting. 1

Keberadaan umat Islam dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan RI telah mengalami


pasang surut,upaya tersebut berupa integrasi nilai-nilai ajaran Islam sebagai ideologi
umat Islam.cita-cita mewujudkan ideologi politik Islam,dimulai terbentuknya
organisasi-organisasi masa yang asas kan Islam sampai dalam upaya memasukkan kata-
kata dalam Piagam Djakarta “menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”.Hal ini
membuktikan perjuangan umat Islam untuk mewujudkan cita-cita politik dan akhirnya
dapat menawarkan solusi alternatif menempatkan Islam sebagai nilai sistem tanpa harus
menggunakan simbol keagamaan.

Sebagai bangsa yang majemuk bukan hanya dalam bentuk perbedaan suku dan
adat,namun juga perbedaan pada tataran keyakinan dan agama tentu menimbulkan
berbagai perbedaan kehendak dalam mewarnai bangsa dan negara ini.Sehingga dapat
saja mengakibatkan konflik horizontal di antara bangsa Indonesia,Islam yang dianut
Mayoritas penduduk Indonesia melalui pemimpin berupaya konsisten terhadap identitas
dengan mengupayakan agar nilai-nilai Islam termaktub dalam konstitusi negara.

Sejalan dengan pembaharuan pemikiran,telah terjadi pula perubahan orientasi organisasi


dari para pemimpin Islam.Perjuangan yang dilakukan pemimpin Islam sebenarnya lebih
difokuskan melalui jalur politik,dalam perkembangan selanjutnya meliputi bidang yang
lebih luas dan konkrit, pertamanya upaya-upaya membebaskan umat Islam dari
kebodohan dan kemiskinan.Dengan cita-cita dan upaya membebaskan umat Islam dari
kebodohan dan Kemiskinan dapat bersama-sama membangun negara dengan keimanan
dan ketaqwaan.

1
Nurcholish Madjid kata sambutan dalam munawir sadzali, islam dan tata Negara ajaran, sejarah dan
pemikiran (Jakarta :UI press, 1993), hlm. 6-7

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita ketahui sistem ketatanegaraan suatu negara akan dapat dipahami secara utuh
dan lengkap apabila terlebih dahulu dipahami pengertian umum tentang bentuk negara
negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintah daerah Adapun lembaga yang ikut serta dalam negara menurut undang-
undang salah satunya yaitu lembaga eksekutif di mana sistem ini memiliki karakteristik
yang mendasar dan dapat kita ketahui dan dapat kita ketahui bahwasanya Islam telah
mengatur bagaimana caranya berpolitik agar sejalan dengan syariat yang telah diajarkan

12
DAFTAR PUSTAKA

Madjid,Nurcholish,”kata sambutan” dalam munawir syadzali,islam dan tata negara

Ajaran,sejarah dan

https://www.hukumonline.com/berita/a/Lembaga eksekutif legislatif dan yudikatif

https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/02/133000469/lembaga negara imdonesia

Siagian,nilasari.pendidikan kewarganegaraan,Bandung:cipta pustaka,2014

13

Anda mungkin juga menyukai