Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENTERI-MENTERI DI INDONESIA

Disusun
Oleh:

KELOMPOK 10

Rama Muliana Rahayu : 22111025


Abdul Bassar : 22111036
Wati : 22111011

Dosen Pengampu:
Drs. Tamarli, M.Si

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Atas petunjuk dan bimbingan-Nya serta berbagai ikhtiar dan doa
Alhamdulillah tugas makalah ini yang membahas tentang Menteri-menteri ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah ini yaitu Bapak Drs Tamarli, M.Si . Yang telah
memberikan kami ruang untuk berekspresi serta memberikan kami kesempatan untuk
memperluas wawasan tentang kepimpinan sahabat terdahulu islam.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar kami bisa
menjadi lebih baik di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua
dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Aceh Besar, Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Pengertian Sistem Pemerintahan.......................................................................2
B. Kedudukan Menteri Dalam Sistem Pemerintahan.............................................2
C. Pengangkatan Dan Pemberhentian Menteri Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008......................................................................................4
D. Hubungan Menteri dengan Wakil Menteri Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008......................................................................................5
E. Menteri-Menteri yang ada di indonesia.............................................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu negara berdiri atas beberapa unsur, misalnya adanya wilayah, rakyat,
diakui negara lain dan kedaulatan. Namun suatu negara tidak akan berjalan dengan
lancar tanpa adanya suatu sistem yang mengatur gerak atau langkah negara yang
akan mereka majukan. Karena negara akan bersifat pasif dan negatif jika tidak
melakukan gerak – gerik apapun.
Dengan adanya sistem, maka rakyat dapat menjalankan kehidupannya dengan
teratur, sistem juga dapat mengontrol arah kemajuan sebuah negara. Dengan adanya
cita-cita serta tujuan negara maka kerja sistem akan lebih efektif. Sistem yang
digunakan sebuah negara untuk mengatur gerak langkah perjalanan sebuah negara
inilah yang disebut sistem pemerintahan.
Tidak banyak orang yang mengerti tentang sistem pemerintahan, apalagi
tentang macam – macamnya. Dengan adanya makalah ini kami berharap akan
menambah wawasan pengetahuan masyarakat tentang sistem pemerintahan baik di
indonesia maupun di negara lain, sehingga masyarakat dapat mengontrol sistem kerja
pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
2. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan


Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu:
“sistem” dan “pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun
hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah
satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhnya itu.
Pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian segala urusan yang
dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan
negara itu sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem pemerintahan
dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam
menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri
dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Menurut Moh. Mahfud MD, sistem pemerintahan negara adalah mekanisme
kerja dan koordinasi atau hubungan antara ketiga cabang kekuasaan yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif (Moh. Mahfud MD, 2001: 74). Dengan demikian dapat
disimpulkan sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antar
lembaga-lembaga negara dalam rangka penyelenggaraan negara.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut..

B. Kedudukan Menteri Dalam Sistem Pemerintahan


Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial yang membagi
kekuasaan menjadi tiga bagian. Adapun tersebut terdiri atas kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif.
Mengutip pernyataan tokoh terkenal dalam teori pemisahan kekuasaan, John
Locke, kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang. Termasuk otoritas untuk mengadili setiap pelanggaran yang terjadi terhadap
undang-undang.

2
Presiden sebagai pengenkekuasaan eksekutif memiliki kewenangan untuk
membentuk kementerian. Tujuannya, untuk membantu menjalankan tugas dan fungsi
pemerintahan.
Keberadaan kementerian negara Indonesia secara jelas diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang. Melansir buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas kementerian negara adalah
menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan.
Kementerian dan pejabatnya, bertanggung jawab langsung kepada presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Setiap departemen memiliki tugasnya masing-masing. Seperti yang
disebutkan dalam Pasal 17 Ayat (3) yang berbunyi:
“Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”
Kedudukan menteri dalam sistem presidensial adalah sebagai pihak yang
membantu presiden untuk menjalankan tugasnya. Dengan kata lain, menteri
merupakan perpanjangan tangan presiden.
Mereka bertugas menjalankan kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya
oleh presiden. Status kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Kementerian Negara, fungsi kementerian negara secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan kementerian dan
urusan yang diberikan oleh presiden sesuai bidangnya.
Melakukan koordinasi dan pembinaan terkait segala unsur yang berkaitan
dengan bidangnya.
Bertanggung jawab atas pengelolaan barang milik negara atau kekayaan
negara sesuai bidangnya.

3
C. Pengangkatan Dan Pemberhentian Menteri Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2008
Pengaturan persyaratan pengangkatan menteri tidak dimaksudkan untuk
membatasi hak Presiden dalam memilih seorang Menteri, sebaliknya menekankan
bahwa seorang Menteri yang diangkat memiliki integritas dan kepribadian yang baik.
Namun demikian Presiden diharapkan juga memperhatikan kompetensi dalam bidang
tugas kementerian, memiliki pengalaman kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama
sebagai pembantu Presiden.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara,
mengatur mengenai Pengangkatan Dan Pemberhentian Pengangkatan. Pasal 22 ayat:
(1) Menteri diangkat oleh Presiden.
(2) Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi
persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi
kemerdekaan;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan
f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Penjelasan Pasal 22 ayat (1) Menteri dalam ketentuan ini adalah pejabat
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ayat (2) Huruf (f)
Orang yang dipidana penjara karena alasan politik dan telah mendapatkan rehabilitasi
dikecualikan dari ketentuan ini.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara,
mengatur mengenai Pemberhentian.Pasal 24 ayat:
(1) Menteri berhenti dari jabatannya karena:
a. meninggal dunia; atau
b. berakhir masa jabatan.
(2) Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden karena:
a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
b. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara berturut-
turut;

4
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23; atau
e. alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden.
(3) Presiden memberhentikan sementara Menteri yang didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

D. Hubungan Menteri dengan Wakil Menteri Berdasarkan Undang-


Undang Nomor 39 Tahun 2008
Berdasarkan latar belakang filosofi mengenai pengangkatan jabatan Wakil
Menteri adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas menteri untuk
meningkatkan kinerja di kementerian Negara, yang pengangkatannya sepenuhnya
menjadi Hak Prerogatif Presiden. Dari penjelasan filosofi tersebut, maka peraturan
mengenai Wakil Menteri merupakan hak yang melekat pada Presiden. Dalam hal ini
presiden beranggapan bahwa terdapat beban kerja yang membutuhkan penanganan
secara khusus dalam suatu Kementerian Negara, maka berdasarkan hal tersebut
Presiden mengangkat Wakil Menteri. Secara umum tujuan pengangkatan Wakil
Menteri antara lain :
1. Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara yang
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di
beberapa kementerian yang membutuhkan penanganan secara khusus.
3. Dalam rangka menjamin terwujudnya tujuan dan sasaran tertentu yang
hendak dicapai oleh suatu kementerian.
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara menyatakan bahwa “Dalam hal terdapat beban kerja yang membutuhkan
penanganan secara khusus, Presiden dapat mengangkat Wakil Menteri dari
Kementerian tertentu”, merupakan ketentuan khusus dari Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara a quo yang
tidak mencantumkan Wakil Menteri dalam Susunan Organisasi Kementerian Negara.
Oleh karena Undang-Undang tidak menjelaskan mengenai apa yang dimaksud
“Beban kerja yang membutuhkan penanganan secara khusus” maka menurut
Mahkamah Konstitusi (MK) hal tersebut menjadi wewenang Presiden untuk
menentukannya sebelum mengangkat Wakil Menteri. Menjadi kewenangan Presiden
yang menilai seberapa berat beban kerja sehingga memerlukan pengangkatan Wakil

5
Menteri. Begitu pula jika beban kerja dianggap sudah tidak memerlukan Wakil
Menteri, Presiden berwenang juga memberhentikan Wakil Menteri tersebut. Dengan
demikian, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian
Negara tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mengandung Persoalan
konstitusionalitas.

E. Menteri-Menteri yang ada di indonesia


Kabinet ini terdiri atas 4 menteri koordinator dan 30 menteri bidang yang
diumumkan pada 23 Oktober 2019 dan dilantik berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 113/P Tahun 2019 tentang Pembentukan
Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju
Periode Tahun 2019-2024.
Berikut nama-nama anggota Kabinet Indonesia Maju:
1. Menko Polhukam: Mahfud MD
2. Menko Perekonomian: Airlangga Hartarto
3. Menko PMK: Muhadjir Effendy
4. Menko Kemaritiman dan Investasi: Luhut B Pandjaitan
5. Menteri Pertahanan: Prabowo Subianto
6. Menteri Sekretaris Negara: Pratikno
7. Mendagri: Jenderal Tito Karnavian
8. Menteri Luar Negeri: Retno L.P. Marsudi
9. Menteri Agama: Jenderal (Purn) Fachrul Razi
10. Menteri Hukum dan HAM: Yasonna H. Laoly
11. Menteri Keuangan: Sri Mulyani Indrawati
12. Mendikbud: Nadiem Makarim
13. Menteri Kesehatan: dr. Terawan Agusputranto
14. Menteri Sosial: Juliari Batubara
15. Menteri Ketenagakerjaan: Ida Fauziah
16. Menteri Perindustrian: Agus Gumiwang Kartasasmita
17. Menteri Perdagangan: Agus Suparmanto
18. Menteri ESDM: Arifin Tasrif
19. Menteri PUPR: Basuki Hadimuljono
20. Menteri Perhubungan: Budi Karya Sumadi
21. Menkominfo: Johnny G Plate
22. Menteri Pertanian: Syahrul Yasin Limpo
23. Menteri LHK: Siti Nurbaya Bakar
24. Menteri Kelautan dan Perikanan: Edhy Prabowo

6
25. Mendes PDTT: Abdul Halim Iskandar
26. Menteri ATR/Kepala BPN: Sofyan Djalil
27. Menteri PPN/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa
28. Menteri PANRB: Tjahjo Kumolo
29. Menteri BUMN: Erick Thohir
30. Menkop UKM: Teten Masduki
31. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama Kusbandio
32. Menteri PPPA: Gusti Ayu Bintang Darmawati
33. Menristek: Bambang Brodjonegoro
34. Menpora: Zainudin Amali
35. Kepala Staf Kepresidenan: Moeldoko
36. Sekretaris Kabinet: Pramono Anung Wibodo
37. Kepala BKPM: Bahlil Lahadalia
38. Jaksa Agung ST Burhanuddin.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan
itu secara menyeluruh.
Pengangkatan dan pemberhentian menteri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara, mengatur Menteri diangkat
oleh Presiden dan untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 dan Pemberhentian diatur dalam
Pasal
Menteri berhenti dari jabatannya karena: meninggal dunia, atau berakhir masa
jabatan. Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden karena mengundurkan
diri atas permintaan sendiri secara tertulis, tidak dapat melaksanakan tugas selama 3
(tiga) bulan secara berturut-turut, dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dan melanggar
ketentuan larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 atau
alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden. Presiden memberhentikan sementara
Menteri yang didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Achmad H. Amnis, (Editor) H. Alisjahbana, Manajemen Kinerja Pemerintah Daerah.


Gramedia, LaksBangPRESSindo, Yogyakarta, 2012.

Djamali Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Edisi 2. Cet. 4. Rajawali
Pers. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009.

Efendi Jonaedi, Mafia Hukum (Mengungkap Praktik Tersembunyi Jual Beli Hukum
dan Alternatif Pemberantasannya Dalam Prespektif Hukum Progresif),
Cetakan Pertama, PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2010

Fahrani Savarianti Novi. Komisi Aparatur Sipil Negara Tinjauan Prospektif Dalam
Bidang Kepegawaian Commission Of State Civil Apparatus : Prospective
View In Civil Service. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.1,
Juni 2012.

Girsang Juniver, Abuse of Power (Penyalahgunaan Kekuasaan Aparat Penegak


Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi), J.G. Publishing, Jakarta.
2012.

Hadiwijoyo Sakti Suryo, Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Edisi Pertama.
Graha Ilmu. Yogyakarta, 2012.

Huda Ni’matul, Ilmu Negara, Cetakan ke-3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
2011.

Jeddawi Murtir H., Negara Hukum Good Governance dan Korupsi di Daerah, Total
Media, Yogyakarta, 2011.

Kaho Riwu Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia


(Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraan Otonomi
Daerah). Edisi PT. RadjaGrafindo Persada. Jakarta. 2007, hlm.79.

Kaloh J., Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab
Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta.
Jakarta. 2007.

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Revisi, PT.


RajaGrafindo, Jakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai