MENTERI-MENTERI DI INDONESIA
Disusun
Oleh:
KELOMPOK 10
Dosen Pengampu:
Drs. Tamarli, M.Si
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Atas petunjuk dan bimbingan-Nya serta berbagai ikhtiar dan doa
Alhamdulillah tugas makalah ini yang membahas tentang Menteri-menteri ini dapat
diselesaikan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah ini yaitu Bapak Drs Tamarli, M.Si . Yang telah
memberikan kami ruang untuk berekspresi serta memberikan kami kesempatan untuk
memperluas wawasan tentang kepimpinan sahabat terdahulu islam.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca agar kami bisa
menjadi lebih baik di masa mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kita semua
dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Pengertian Sistem Pemerintahan.......................................................................2
B. Kedudukan Menteri Dalam Sistem Pemerintahan.............................................2
C. Pengangkatan Dan Pemberhentian Menteri Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008......................................................................................4
D. Hubungan Menteri dengan Wakil Menteri Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008......................................................................................5
E. Menteri-Menteri yang ada di indonesia.............................................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu negara berdiri atas beberapa unsur, misalnya adanya wilayah, rakyat,
diakui negara lain dan kedaulatan. Namun suatu negara tidak akan berjalan dengan
lancar tanpa adanya suatu sistem yang mengatur gerak atau langkah negara yang
akan mereka majukan. Karena negara akan bersifat pasif dan negatif jika tidak
melakukan gerak – gerik apapun.
Dengan adanya sistem, maka rakyat dapat menjalankan kehidupannya dengan
teratur, sistem juga dapat mengontrol arah kemajuan sebuah negara. Dengan adanya
cita-cita serta tujuan negara maka kerja sistem akan lebih efektif. Sistem yang
digunakan sebuah negara untuk mengatur gerak langkah perjalanan sebuah negara
inilah yang disebut sistem pemerintahan.
Tidak banyak orang yang mengerti tentang sistem pemerintahan, apalagi
tentang macam – macamnya. Dengan adanya makalah ini kami berharap akan
menambah wawasan pengetahuan masyarakat tentang sistem pemerintahan baik di
indonesia maupun di negara lain, sehingga masyarakat dapat mengontrol sistem kerja
pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Sistem Pemerintahan?
2. Apakah macam-macam sistem pemerintahan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Presiden sebagai pengenkekuasaan eksekutif memiliki kewenangan untuk
membentuk kementerian. Tujuannya, untuk membantu menjalankan tugas dan fungsi
pemerintahan.
Keberadaan kementerian negara Indonesia secara jelas diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam
undang-undang. Melansir buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas kementerian negara adalah
menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan.
Kementerian dan pejabatnya, bertanggung jawab langsung kepada presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Setiap departemen memiliki tugasnya masing-masing. Seperti yang
disebutkan dalam Pasal 17 Ayat (3) yang berbunyi:
“Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”
Kedudukan menteri dalam sistem presidensial adalah sebagai pihak yang
membantu presiden untuk menjalankan tugasnya. Dengan kata lain, menteri
merupakan perpanjangan tangan presiden.
Mereka bertugas menjalankan kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya
oleh presiden. Status kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
presiden.
Fungsi Kementerian Negara Republik Indonesia
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang
Kementerian Negara, fungsi kementerian negara secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan kebijakan kementerian dan
urusan yang diberikan oleh presiden sesuai bidangnya.
Melakukan koordinasi dan pembinaan terkait segala unsur yang berkaitan
dengan bidangnya.
Bertanggung jawab atas pengelolaan barang milik negara atau kekayaan
negara sesuai bidangnya.
3
C. Pengangkatan Dan Pemberhentian Menteri Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2008
Pengaturan persyaratan pengangkatan menteri tidak dimaksudkan untuk
membatasi hak Presiden dalam memilih seorang Menteri, sebaliknya menekankan
bahwa seorang Menteri yang diangkat memiliki integritas dan kepribadian yang baik.
Namun demikian Presiden diharapkan juga memperhatikan kompetensi dalam bidang
tugas kementerian, memiliki pengalaman kepemimpinan, dan sanggup bekerjasama
sebagai pembantu Presiden.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara,
mengatur mengenai Pengangkatan Dan Pemberhentian Pengangkatan. Pasal 22 ayat:
(1) Menteri diangkat oleh Presiden.
(2) Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi
persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi
kemerdekaan;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan
f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Penjelasan Pasal 22 ayat (1) Menteri dalam ketentuan ini adalah pejabat
negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ayat (2) Huruf (f)
Orang yang dipidana penjara karena alasan politik dan telah mendapatkan rehabilitasi
dikecualikan dari ketentuan ini.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara,
mengatur mengenai Pemberhentian.Pasal 24 ayat:
(1) Menteri berhenti dari jabatannya karena:
a. meninggal dunia; atau
b. berakhir masa jabatan.
(2) Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden karena:
a. mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis;
b. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara berturut-
turut;
4
c. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
d. melanggar ketentuan larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23; atau
e. alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden.
(3) Presiden memberhentikan sementara Menteri yang didakwa melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
5
Menteri. Begitu pula jika beban kerja dianggap sudah tidak memerlukan Wakil
Menteri, Presiden berwenang juga memberhentikan Wakil Menteri tersebut. Dengan
demikian, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian
Negara tidak bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mengandung Persoalan
konstitusionalitas.
6
25. Mendes PDTT: Abdul Halim Iskandar
26. Menteri ATR/Kepala BPN: Sofyan Djalil
27. Menteri PPN/Kepala Bappenas: Suharso Monoarfa
28. Menteri PANRB: Tjahjo Kumolo
29. Menteri BUMN: Erick Thohir
30. Menkop UKM: Teten Masduki
31. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif: Wishnutama Kusbandio
32. Menteri PPPA: Gusti Ayu Bintang Darmawati
33. Menristek: Bambang Brodjonegoro
34. Menpora: Zainudin Amali
35. Kepala Staf Kepresidenan: Moeldoko
36. Sekretaris Kabinet: Pramono Anung Wibodo
37. Kepala BKPM: Bahlil Lahadalia
38. Jaksa Agung ST Burhanuddin.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga
menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan
itu secara menyeluruh.
Pengangkatan dan pemberhentian menteri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara, mengatur Menteri diangkat
oleh Presiden dan untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 dan Pemberhentian diatur dalam
Pasal
Menteri berhenti dari jabatannya karena: meninggal dunia, atau berakhir masa
jabatan. Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh Presiden karena mengundurkan
diri atas permintaan sendiri secara tertulis, tidak dapat melaksanakan tugas selama 3
(tiga) bulan secara berturut-turut, dinyatakan bersalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dan melanggar
ketentuan larangan rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 atau
alasan lain yang ditetapkan oleh Presiden. Presiden memberhentikan sementara
Menteri yang didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
8
DAFTAR PUSTAKA
Djamali Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Edisi 2. Cet. 4. Rajawali
Pers. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009.
Efendi Jonaedi, Mafia Hukum (Mengungkap Praktik Tersembunyi Jual Beli Hukum
dan Alternatif Pemberantasannya Dalam Prespektif Hukum Progresif),
Cetakan Pertama, PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2010
Fahrani Savarianti Novi. Komisi Aparatur Sipil Negara Tinjauan Prospektif Dalam
Bidang Kepegawaian Commission Of State Civil Apparatus : Prospective
View In Civil Service. Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 6, No.1,
Juni 2012.
Hadiwijoyo Sakti Suryo, Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Edisi Pertama.
Graha Ilmu. Yogyakarta, 2012.
Huda Ni’matul, Ilmu Negara, Cetakan ke-3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
2011.
Jeddawi Murtir H., Negara Hukum Good Governance dan Korupsi di Daerah, Total
Media, Yogyakarta, 2011.
Kaloh J., Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab
Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta.
Jakarta. 2007.