Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI DASAR

Disusun dan diajurkan sebagai salah satu syarat melengkapi


tugas mata pelajaran epidemiologi dasar

Dosen Pembimbing :
Pasyamei Rembune Kala,MKM

Disusun oleh :
yara yulia (21181008)
Putri balqis (21181029)
Hendra saputra (21181007)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVESITAS ABULYATAMA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"UKURAN FREKUENSI" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran epidemiologi
dasar. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang ukuran
frekuensi penyakit bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu pasyamei Rembune Kala
selaku guru Mata Pelajaran . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 21 Juni 2022 

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan Masalah ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Epidemiologi (Ukuran Frekuensi Penyakit) ................................................3
B. Frekuensi Masalah Kesehatan......................................................................5
C. Ukuran epidemiologis .................................................................................6
D. Prevelensi dan Insidensi ..............................................................................8
E. Angka/Rate/Purata .......................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................13


A. Kesimpulan ................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
epidemiologi secara komprehensif merupakan ilmu yang mempelajari
distribusi dan determinan- determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan
pada populasi manusia. Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi
pada dasarnya adalah ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan
pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan
sejumlah faktor-faktor yang dipelajari berhubungan dengan penyakit. Kebutuhan
akan analisis kuantitatif, mulai dari perhitungan yang paling sederhana hingga
analisis yang paling canggih, menyebabkan epidemiologi berhubungan erat
dengan sebuah ilmu yang disebut biostatistik (Murti, 2013).
Salah satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran
kejadian penyakit. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur
kejadian penyakit dan ukuran yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran.
Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dari hasil penemuan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum, tujuan pengukuran kejadian
penyakit digunakan untuk menilai keadaan kesehatan, mengetahui potensi-potensi
untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan mendeteksi kelompok mana yang
berisiko terkena penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengukuran
kejadian penyakit antara lain: ketepatan pengukuran, sensitivitas, spesivitas, dan
isu etika (Hasmi, 2011).

B. Rumusan Masalah
bagaimana ukuran frekuensi penyakit ?
1. proprorsi
2. rate
3. ration
4. prevalence

1
C. Tujuan Masalah
1. untuk mengetahui ukuran frekuensi penyakit
2. untuk angka kesakitan
3. Untuk mengetahui ukuran kematian
4. Untuk mengetahui prorporsi
5. Untuk mengetahui ukuran-ukuran resiko

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Epidemiologi (Ukuran Frekuensi Penyakit)


Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada populasi.
Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Frekuensi kejadian yang
diamati diukur dengan menggunakan Prevalens dan Incidens. Ukuran-ukuran
frekuensi penyakit menggambarkan karakteristik kejadian (“occurrence”) suatu
penyakit atau masalah kesehatan didalam populasi.
1. Ratio
Merupakan perbandingan antara 2 kejadian atau 2 hal antara numerator
dan denominator tidak ada sangkut pautnya. Ratio merupakan pecahan yang
pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebutnya. Ini yang
membedakannya dengan proporsi. Ratiomenyatakan hubungan antara pembilang
dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.
2. Proporsi
Digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasinya.
Apabila menggunakan angka dasar (konstanta) adalah 100, maka disebut
persentase.
Ciri proporsi :
a. Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari pembilang dan
penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.
b. Nilainya antara 0 dan 1

3. Rate :
a. Adalah perbandingan antara jumlah kejadian terhadap jumlah
penduduk yang mempunyai risiko terhadap kejadian tersebut yang
menyangkut interval waktu tertentu. Rate untuk menyatakan dinamika
atau kecepatan kejadian dalam suatu populasi masyarakat
tertentu. Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan
dengan dua bentuk pecahan yang terdahulu.

3
b. Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah suatu
kuantitas bila terjadi perubahan pada kuantitas lain.

c. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya adalah


kuantitas waktu.
d. Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan penggunaannya dengan
proporsi.
e. Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat tertentu bentuknya adalah
suatu rate.
f. kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat berubah setiap
saat, maka yang diukur adalah kecepatan rata-rata dari mobil tersebut.
g. kecepatan (speed) diukur dengan membagi jarak tempuh mobil
tersebut dengan waktu yang digunakan untuk mencapainya.
h. Misalnya: Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 Km ditempuh dalam waktu
1 jam.
i. Maka kecepatan mobilnya = 60 Km per jam.

Ciri rate :
a. Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.
b. Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang antara 0
sampai tak terhingga.

4. Insiden
Insiden adalah kejadian yang menyebabkan perubahan sistem keamanan
drai perusahaan atau perubahan kebijakan dapat menmbawa kearah yang
merugikan.
Proporsi insiden dan tingkat insiden
Insiden dapat diukur sebagai proporsi atau sebagai tingkat. Diukur sebagai
proporsi, ini mengukur risiko kejadian dalam periode waktu tertentu. Diukur
sebagai tingkat, itu mengkuantifikasi jumlah kasus baru dalam suatu populasi dari
waktu ke waktu. Jadi, untuk menghitung insiden, tiga elemen harus ditentukan:
(1) jumlah kasus baru, (2) populasi berisiko, dan (3) periode waktu, insiden ,
pembilangnya adalah jumlah kasus baru suatu penyakit atau kondisi yang terjadi

4
selama periode waktu tertentu, sedangkan penyebutnya adalahadalah total
populasi yang berisiko selama periode studi yang ditentukan. Untuk mengukur
secara akurat proporsi kejadian, semua individu yang berisiko untuk hasil yang
harus diikuti selama seluruh periode penelitian (atau sampai mengalami hasil).
Karena tindak lanjut diperlukan untuk secara langsung menghitung proporsi
kejadian, biasanya hanya dihitung untuk studi dengan periode tindak lanjut yang
singkat. Sebagai contoh, pada pelayaran tujuh hari, 84 dari 2.318 feri melapor ke
rumah sakit kapal dengan penyakit gastrointestinal.
Insiden penyakit di kapal akan sama dengan 84 kasus penyakit baru dibagi
dengan 2,318 total penumpang yang berisiko, menghasilkan proporsi insiden 4
persen selama periode tujuh hari.

B. Frekuensi Masalah Kesehatan


Menurut perkembangan epidemiologi, upaya melakukan pengukuran
terhadap frekuensi masalah kesehatan, bukanlah merupakan hal yang
baru.Pekerjaan ini telah di lakukan oleh john graunt sejak tahun 1662, dan pada
saat ini makin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu hitung dan ilmu
kesehatan masyarakat.
Frekuensi masalah kesehatan kesehatan adalah keterangan tentang
banyaknya suatu masalah kesehatan yang ditemukan dalam sekelompok manusia
dengan dinyatakan angka mutlak, rate atau ratio. Berdasarkan batasan sederhana
tersebut, terlihat dalam melakukan pengukuran masalah kesehatan yang
merupakan epidemiologi deskriptif ini, ada beberapa hal pokok yang harus
diperhatikan, yakni:
1. Mengupayakan agar masalah kesehatan yang diukur hanya masalah yang
dimaksudkan.
Jika saudara ingin mengukur kejadian anemia pada ibu hamil, haruslah
dapat diyakini bahwa masalah yang diukur tersebut hanya anemia pada ibu
hamil. Apabila penyakit atau masalah kesehatan yang lain masuk dalam
pengukuran, tentu saja data yang diperoleh tidak mencerminkan keadaan
yang sebenarnya.

5
2. Mengupayakan agar semua masalah kesehatan yang akan diukur dapat
masuk dalam pengukuran.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam mengukur masalah kesehatan
adalah kelengkapan data yang tersedia. Jika data tidak lengkap, dalam arti
ada sebagian dari masalah kesehatan yang luput dari pengukuran, maka
hasil yang diperoleh juga tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
3. Mengupayakan agar penyajian hasil pengukuran adalah dalam bentuk
yang memberikan keterangan yang optimal.
Untuk menjelaskan suatu keadaan, maka penyajian hasil haruslah dapat
dilakukan sedemikian rupa sehingga memberikan keterangan yang optimal
secara umum, bentuk penyajian yang dimaksud dapat dibedakan atas 4
macam yakni:
a. Angka mutlak
Merupakan bentuk penyajian data menggunakan angka mutlak, apa
adanya.
Contoh penyajian dalam bentuk angka mutlak adalah dari hasil
pengukuran anemia pada ibu hamil dari suatu daerah ditemukan jumlah
penderita anemia sebanyak 31 orang.

C. Ukuran epidemiologis
Ukuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup Rate
(angka), rasio dan proporsi.Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk
mengukur dan menjelaskan peritiwa kesakitan, kematian, dan nilai statistic vital
lainnya. Misalnya kesakitan bias diukur dengan angka insidensi, prevalensi dan
angka serangan, sedangkan kematian bias diukur dengan angka kematian.
Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai factor,
diantaranya factor person atau orang, yng dinilai di sini adalah dari aspek jumlah
atau fekuensi orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain itu factor place
atu tempat adalah factor yang berkaitn dengan darimana orang- orang yang
mengalami peristiwa tersebut berasal. Factor time atau waktu adalah periode atau
waktu kapan orang-orang tersebut mengalami suatu peristiwa.

6
Dalam epidemiologi, ada dua ukuran penyakit yang harus dibedakan,
yaitu insidensi yang menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu
periode tertentu, dan prevalens yang menggambarkan jumlah kasus yang ada pada
satu saat tertentu.Untuk memudahkan pemahaman, setiap individu dalam populasi
dianggap masuk dalam salah satu dari dua kategori “sakit” atau “tidak
sakit”.Prevalens menggambarkan proporsi populasi yang sakit pada satu saat
tertentu, sedangkan insidens menggambarkan perpindahan dari kategori tidak
sakit. Oleh karena itu,
1. Attack rate
Attack rate adalah jumlah pennderita baru suatu penyakit ayng dai
temukan pada suatu sat terjadi wabah atau kejadain luar biasa di
bandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit
tersebut pada saatyang asama dalam persen atau permil.
2. Secondary attack rate
Secondary attack rate ialah jumlah penderita baru suatu penyakit
byang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah
penduduk dikurangi yang telah pernah terkena pada serangan pertama
dalam persen atau permil pada saat terjadi KLB/wabah. Secondari
attack rate biasanya dihitung untuk sutu penyakit menular serta untuk
populasi penduduk yang kecil,misalnya satu keluarga.
Tanpa keteranagan waktu, angka dalam incidence density tidak
mempunyai makna sama sekali, oleh karena besarnya angka tersebut sangat
bergantung pada satuan waktu yang digunakan. 33 orang-tahun dalam contoh
diatas disumbangkan oleh 1 orang yang tetap tidak sakit selama 33 tahun
pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 33 orang yang tetap tidak sakit
selama 1 tahun pengamatan, atau waktu yang disumbangkan oleh 11 orang yang
tetap tidak sakit selama 3 tahun pengamatan.
Ciri dari incidence density meliputi mempunyai satuan yaitu per waktu,
tanpa satuan ini incidence density kehilangan maknanya. Ciri lain adalah besarnya
berkisar antara 0 sampai tak terhingga. Sesunguhnya incidence density mengukur
jumlah orang orang yang berpindah status dari tidak sakit kestatus sakit selama
periode waktu tertentu.Incidene density merupakan hasil paduan antara tiga

7
faktor, yaitu ukuran besarnya populasi dan lama periode pengamatan, dan kekutan
penyebaran penyakit (force of mobidity).Oleh karena besarnya populasi dan lama
periode pengmatan telah ditentukan oleh pengamatan telah ditentukan oleh
pengamatan/peneliti, maka yang diukur dengan incidence density ini adalah
kekuatan penyebaran penyakit (force of morbidity).
Kegunaan prevalens:
1. Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada suatu waktu tertentu.
2. Dibidang kesehatan ukurang prevalens member informasi tentang
pengobatan, jumlah tempat tidur dan peralatan rumah sakit yang
dibutuhkan, sehingga berguna dalam perencanaan fasilitas kesehatan dan
ketenagaan.

D. Prevelensi dan Insidensi


Hubungan prevalensi dan insiden bervariasi untuk berbagai macam
penyakit.Pada umumnya hubungan keduannya mempunyai hubungan
terbalik.Misalnya : pada kasus Diabetes Melitus (DM) angka prevelensinya tinggi
akan tetapi angka insidensinya rendah. Begitu juga dengan kasus penyakit flu
akan didapat angka prevalensi dan insidensi menjadi berguna apabila
dikonversikan ke dalam tingkat atau rate, yaitu tingkat penyakit yang dihitung
dengan membagi jumlah dari kasus dengan jumlah dari orang – orang yang
terdapat dalam populasi yang terkena resiko.
Tingkat prevalensi seringkali diekspresikan sebagai jumlah kasus per1000
atau per100 populasi.
Prevalensi harus dikalikan dengan factor 10n yang tepat. Beberapa factor
yang mempengaruhi tingkat prevalensi yang terutama adalah :
1. Keganasan dari penyakit (bila banyak orang yang mati karena menderita
sebuah penyakit, maka tingkat prevalensinya menurun).
2. Durasi dari penyakit (bila sebuah penyakit itu hanya berlangsung dalam
waktu yang singkat, maka tingkat prevalensinya lebih rendah
dibandingkan dengan apabila penyakit tersebut dalam waktu yang lama).

8
3. Jumlah kasus – kasus baru (bila banyak orang yang menderita sebuah
penyakit, maka tingkat prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan
bila menderita penyakit itu hanya beberapa orang saja).

E. Angka/Rate/Purata
Rate (Angka) merupakan ukuran yang umum digunakan untuk peristiwa
yang akan diukur, biasanya untuk analisis statistic di bidang kesehatan, sebagai
hasilnya akan didapatkan ukuran yang objektif dengan mengetahui jumlaj
bilangan atau angka mutlak suatu kasus atau kematian. Peristiwa yang biasanya
diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan
untuk perhitungan kasus adalah incidence rate, prevalence rate (point prevalence
rate), periode prevalence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian
akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause disease specific
death rate
Rate adalah suatu jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang
bersangkutan. Angka yang dihitung dari total populasi diadalam suatu area
sebagai penyebutnya disebut crude rate atau angka kasar (purata kasar).
Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok tertentu disebut specific rate atau
angka spesifik (purata spesifik).
Factor-factor yang mempengaruhi penyusunan rate diantaranya adalah :
a. Frekuensi orang (person) yang menderita penyakit atau kasus dan orang
meninggal
b. Frekuensi penduduk darimana penderita berasal (place)
c. Waktu (Time) atau periode dimana orang-orang terserang penyakit.
Angka yang dapat menggambarkan jumlah peristiwa statistic kesehatan
perlu memperhatikankarakteristik dari pembilang dan penyebutnya. Apabila
pembilang terbatas pada umur, jenis kelamin, atau golongan tertentu maka
penyebut juga harus terbatas pada umur, jenis kelamin atau golongan yang sama,
selain itu bila penyebut terbatas pada mereka yang berisiko dapat terserang
penyakit maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko
(population at risk).

9
1. Incidence Rate (Angka Insidensi)
Incidence rate (angka insideni) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu
yang terjadi di kalangan penduduk pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya
satu tahun) di bandingkan dengan jumlah
Penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan
tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Konstanta (K) adalah bilangan konstan yang biasanya bernilai 100,
tetapi nilai 100 (persen), 1000, 10.000, bahkan 1.000.000 sering digunakan.
(pemilihan nilai K biasanya dibuat sehingga angka terkecilo diperoleh dalam seri
yang hanya mempunyai satu digit pada sebelah kiri titik decimal, dimana
dihasilkan angka yang kecil, supaya dapat memudahkan dalam membaca hasil).
Untuk pengukuran incidensi diperlukan penentuan waktu atau saat
timbulnya penyakit.Bagi penyakit-penyakit yang akut seperti gastroenteritis, acute
myocardial information (AMI), cerebral hemorrhage dan penyakit akut
lainnya.Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung waktu terjadinya
dapat diketahui pasti atau medekati pasti, tetapi jika penyakit timbulnya tidak
jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis dapat diartikan sebagai waktu mulai
penyakit.
Kegunaan incidence rate adalah mempelajari faktor-faktor penyebab dari
penyakit yang akut atau kronis. Incidence adalah sauatu ukuran langsung dari
kemungkinan ( probabilitas ) untuk menjadi sakit. Dengan membandingkan
incidence rate suatu penyakit dari berbagia penduduk yang berbeda di dalam satu
atau lebih factor ( keadaan ) maka kita dapat memperoleh keterangan mana yang
menjadi factor resiko dari penyakit yang bersangkutan.
2. Attack Rate ( angka serangan )
Incidence rate dalam hubungannya dengan waktu tertentu seperti bulan,
tahun dan seterusnya perlu diperhatikan. Apabila penduduk berada dalam
ancaman diserangnya penyakit hany auntuk waktu yang terbatas ( seperti pada
epidemi ). Maka periode waktu terjadinya kasus – kasus baru adalah sama dengan
lamanya epidemic. Incidence rate pada suatu epidemic disebut attack rate.

10
Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen atau permil.
Angka serangan diterapkan terhadap populasi tertentu yang sempit dan terbatas
pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah.
3. Point Prevalence Rate
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru
yang ditemukan pada waktu jangka tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Point Prevalence rate mengukur jumlah penderita lama dan baru yang ditemukan
di sekelompok masyarakat tertentu pada satu titik waktu tertentu dibagi dengan
jumlah penduduk saat itu dalam persen atau permil. Point prevalence rate biasa
juga disebut Prevalence Rate saja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Prevalence rate, yaitu :
a) Frekuensi orang ( person ) yang telah sakit pada waktu yang lalu
b) Frekuensi orang ( person ) yang sakit yang baru ditemukan
c) Lamanya ( time ) menderita sakit
Dalam analisis statistik prevalence rate sulit untuk membandingkan
prevalence rate suatu penyakit dari berbagai penduduk yang berbeda didalam satu
atau lebih faktor ( keadaan ). Meskipun hanya sedikit orang yang sakit dalam
setahun, apabila penyakit tersebut kronis, jumlahnya akan meningkat dari tahun
ke tahun dan dengan demikian prevalence secara relatif akan lebih tinggi dari
incedance. Sebaliknya apabila penyakitnya akut ( lamanya sakit pendek baik oleh
kerena penyembuhan ataupun oleh karena kematian ) maka prevalence secara
relatif akan lebih rendah daripada incedance. Prevalence ( terutama untuk
penyakit kronis ) penting untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga dan
pemberantasan penyakit.
4. Periode Prevalence Rate
Periode Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau
permil.Periode prevalence terbentuk dari point prevalence rate ditambah incidence
rate dan kasus – kasus yang kambuh selama periode observasi.

11
5. Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar )
Crude Death Rate adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada
satu jangka waktu ( satu tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada
pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Berbagai golongan umur mempunyai kemungkinan meniggal yang
berbeda – beda. Karena hal tersebut jumlah penduduk pada crude death rate
bukanlah merupakan penyebut yang sebenarnya, sehingga perbedaan dalam
susunan umur antara beberapa penduduk akan menyebabkan perbedaan –
perbedaan dalam crude death rate meskipun rate untuk berbagai golongan umur
sama.
Crude death rate digunakan untuk perbandinkgan angka kematian antar
berbagai penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda – beda, tetapi
tidak dapat secara langsung melainkan harus melalui prosedur penyesuaian
( adjustment ). Crude death rate ini digunakan secara luas, karena sifatnya yang
merupakan summary rate dan dapat dihitung dengan adanya informasi yang
minimal.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ukuran dalam epidemiologi digunakan untuk mempermudah petugas
kesehatan dalam mengolah data-data. Hasil dari pengolahan data-data dapat
membantu dalam mengidentifikasi wabah, menghitung kebutuhan pelayanan
kesehatan, masalah terjangkauan,perubahan diagnosis,dan mengamati perubahan
dalam pengobatan. Beberapa ukuran dalam epidimiologi yang digunakan untuk
mengukur derajat kesehatan masyarakat antara lain ukuran dasar epidemiologi,
ukuran frekuensi epidemiologi, dan ukuran kekuatan hubungan dimana ketiganya
memiliki karakteristik yang berbeda.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz dan Majid Abdul Aziz, At-tarbiyah Wa Thuruqut Tadris juz 2, Mesir:
Darul Ma’arif, t.th. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2009.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2010. Crow Alice and Crow Lester, Educational
Psychology,New York: American Book Company, 1958.

Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1997. Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rhineka Cipta, 1995.

14

Anda mungkin juga menyukai