Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KESUBURAN TANAH PADA TANAMAN JAGUNG

DI LAHAN BLANG BINTANG UNIVERSITAS ABULYATAMA

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 1
Nanda Rosyita Budi Harjani
Delva Firdausi Amri Syahputra
Qurrata Akyun M. Farisi
Gustiana Vika Nadia
Nadia Reni Maulana
Rahmatillah Arifin Syah Pohan
Ahmad Fuad Al fharabi Roy Lisda Hasno

DOSEN PEMBIMBING :

(Elvrida Rosa, SP., MP)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
LAMPOH KEUDE ACEH BESAR
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahhim
Assalamua’laikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt, karena hanya dengan limpahkan,
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, Kami dapat menyelesaikan Laporan ini, selawat dan salam
semoga kami sanjungkan kepada nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terimakasih kami kepada orang tua yang telah mendukung dan memberi
motivasi untuk kami dalam menyelesaikan laporan ini, serta kami ucapkan terimakasih
kepada dosen yang telah membimbing kami dalam membuat dan menyelesaikan laporan ini.
kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, serta kami harap
pembaca dapat memberi kritik dan sarannya semoga laporan ini dapat bermafaat bagi kami
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamua’laikum Wr Wb.

Lampoh Keude, 20 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Tujuan Praktikum.......................................................................................................................4
1.3.Waktu dan Tempat Praktikum.....................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................6
2.1.Tanah Alfisol...............................................................................................................................6
2.2.Pupuk NPK 16, Kompos..............................................................................................................7
2.3.Tanaman Jagung Manis...............................................................................................................8
2.4.N, P, K Tanah............................................................................................................................10
2.5.Kadar Lengas, KPK, BO............................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
METODOLOGI PRAKTIKUM.......................................................................................................13
3.1.Praktikum Lapangan..................................................................................................................13
3.2.Bahan.........................................................................................................................................13
3.3.Cara Kerja..................................................................................................................................13
3.4.Praktikum Laboratorium............................................................................................................15
3.5.Bahan Organik...........................................................................................................................17
BAB IV...............................................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................................19
4.1.KESIMPULAN.........................................................................................................................19
4.2.SARAN.....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
LAMPIRAN.......................................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tanah merupakan akumulasi dari bahan induk yang telah melapuk maupun
sisa-sisa jasad renik yang dipengaruhi oleh faktor iklim dalam jangka waktu tertentu.
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi tempat terjadinya berbagai proses maupun
reaksi yang melibatkan interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya. Tanah sangat penting karena tanah merupakan tempat tanaman hidup,
sebagai sumber hara tanaman dan penyedia air dan udara serta tempat tegaknya
tanaman. Tanah yang umum digunakan sebagai lahan usaha pertanian sebagian besar
merupakan tanah mineral.  Tanah mineral yang optimum digunakan sebagai lahan
usaha pertanian adalah tanah yang mempunyai susunan sebagai berikut: kandungan
bahan mineral  48%, kandungan bahan organik  10%, kandungan air  30%, kandungan
udara  25%.

Kesuburan tanah dibagi menjadi dua, yaitu kesuburan tanah aktual dan juga
kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan tanah yang
hakiki. Kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah maksimum yang dapat
dicapai  dengan intervensi teknologi yang mengoptimalkan semua faktor. Dalam
praktikum ini akan dianalisis lebih jauh mengenai kesuburan tanah dari sifat fisika,
kimia tanah, maupun sifat biologinya dan mengetahui pengaruh masing-masing
perlakuan pupuk terhadap kesuburan tanah. dan keadaaan tanah serta perkembangan
tanaman sehingga cara penanganan dan pelaksanaan dari tanah tersebut dalam hal
penggarapannya dapat disesuaikan mengingat masing–masing sifat yang berbeda–
beda antara tanah satu dengan tanah yang lainnya juga mempengaruhi pengolahannya.
Praktikum ini diharapkan kita dapat mengerti jenis tanah beserta sifatnya sehingga
dalam hal penggarapannya diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal.

1.2. Tujuan Praktikum

4
Praktikum Kesuburan Tanah ini bertujuan:
1. Mahasiswa bias mengetahui tingkat kesuburan tahan pada tanaman jagung
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau pengelolaan
terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.

1.3.Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan pada satu tempat yaitu lahan blang
bintang universitas abulyatama dari tanggal 23 maret-29 mei 2022.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanah Alfisol

Alfisol merupakan tanah yang relatif masih muda dengan kandungan bahan mineral
dalam jumlah yang banyak dan mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara.
Tanah ini mempunyai kejenuhan basa tinggi, KTK dan cadangan unsur hara tinggi.
Alfisol merupakan tanah-tanah di mana terdapat penimbunan liat di bawah horison bawah
yang berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke bawah bersama gerakan air perkolasi.
Tanah-tanah Alfisol banyak ditemukan didaerah beriklim sedang, tetapi terdapat pula
didaerah tropika dan subtropika. Tanah Alfisol merupakan tempat penimbunan gembur
horizon bawah dan memiliki kejenuhan basa tinggi berdasarkan jumlah kation yang
berlebih dari 8% pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah. gembur yang tertimbun
dihorison diatasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air (Hardjowigeno
2003).

Solum tanah alfisol memiliki ketebalan antara 15-19 cm dengan kenampakan batas
antar horizon tidak begitu jelas. Warna tanah adalah coklat sampai hitam. Tekstur agak
bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsur
hara tanaman seperti Npk 16 dan Mutiara umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH)
sangat tinggi . (Suci dan Bambang 2002).

PH tanah alfisol berubah seiring dengan meningkatnya kedalaman tanah dimana pH


lebih tinggi pada bagian bawah profil dan pada sejumlah bahan-bahan glacial sampai ke
suatu zona karbonat bebas dengan pH 6,5. Hal ini menyebabkan berubahnya mobilitas
elektroporetik koloid-koloid hasil pelapukan. Koloid ini akan bergerak lambat pada pH
yang lebih tinggi (Lopulisa 2004).

6
Alfisol memiliki horison argilik yang berada di daerah dengan tanahnya yang
lembab pada kurun waktu setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan basa lebih dari 5%
di dalam horison argilik alfisol, hal ini menandakan tanah basa dalam horizon tersebut
terlepas karena terurai. Iklim yang menguntungkan dan tanah dengan kesuburan serta
sifat fisika yang agak baik menjadikan alfisol salah satu ordo tanah yang paling produktif
untuk pertanian (Foth 2008).

2.2.Pupuk NPK 16, Kompos

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Pemupukan yang efektif dan efisien akan tercapai apabila diketahui dulu
kondisi kesuburan lahan dan jenis tanaman, kemudian dibuatkan susunan hara (formula)
berdasar kepentingan spesifik lokasi kebun tertentu. Penggunaan pupuk yang tepat baik
jenisnya, waktu, cara pemberian, dan dosis yang diberikan akan sangat menguntungkan
baik secara ekonomis, teknis, sosial, maupun kesehatan lingkungan (Allinson et al 2000).

Penyerapan hara oleh tanaman dilakukan melalui akar dan daun. Sehingga lebih
bermanfaat jika pupuk yang digunakan dalam bentuk cair karena akan mudah diserap
oleh akar maupun daun. Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan
penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan,
yaitu  memupuk tanaman, menyiram tanaman, mengobati tanaman. Bahan Pupuk cair
bisa dibuat dari bahan yang mempunyai unsur-unsur yang mudah atau bisa terurai di

7
dalam air, misalnya pupuk hewan, daun-daunan (terutama dari kacang-kacangan) dan
kompos (Sutejo 2002).

Pupuk kandang dibuat dari kotoran hewan ternak yang dapat digunakan untuk
menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Berdasarkan sifatnya pupuk
kandang dibagi menjadi dua yaitu pupuk kandang padat dan cair. Pupuk kandang padat
merupakan kotoran ternak yang masih padat dan belum dikomposkan sebagai sumber
hara N bagi tanaman. Sedangkan pupuk kandang cair merupakan kotoran hewan yang
bercampur dengan urin yang kemudian dilarutkan dalam air dengan perbandingan
tertentu. Pupuk kandang cair memiliki kandungan hara yang lebih baik dibandingkan
pupuk padat (Suwarno 2003).

2.3.Tanaman Jagung Manis

Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baikpada faktor


pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman
C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3,
fotorespirasi dan transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan airTanaman jagung dalam
tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae

8
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (Tjitrosoepomo 2001)

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan


dalam 80-90 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 2m, ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 3m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan (Alimardani dan Seifi 2010).

Penggunaan air yang dibutuhkan oleh jagung berkisar antara 400-500 mm. Namun
demikian, budi daya jagung terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu
yang tepat. Khusus pada lahan sawah tadah hujan dataran rendah, masih tersisanya lengas
tanah dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sementara
itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada
fase pertumbuhan sampai pembentukan biji. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi
pengelolaan air bagi tanaman jagung (Saenong 2008).

Sedangkan untuk pemupukan tanaman jagung (Zea mays L) diberikan pupuk npk
16, dan kompos dipakai sebagai pupuk dasar, diberikan dengan cara ditugal pada jarak 7
cm dari lubang benih dengan kedalamanan 10 cm.  Pupuk npk 16 dan kompos diberikan
dalam satu lubang dan KCl pada lubang yang lain.  Setelah pupuk dimasukkan segera
ditutup dengan tanah untuk mencegah penguapan pupuk.  Pupuk susulan pertama 1/3
bagian npk 16 diberikan pada waktu tanaman berumur 3 minggu.  (Gressel 2000).

Kebutuhan jagung saat ini mengalami peningkatan dapat dilihat dari segi produksi
yang dimana permintaan pasar domestic ataupun internasional yang sangat besar untuk
kebutuhan pangan dan pakan. Peningkatan ini dikarekan jagung yang sangat
bermanfaat bagi segala segi kehidupan makhluk hidup. Jagung menjadi komoditi
terpenting setelah padi. Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan (Warisno 2005).

9
2.4.N, P, K Tanah

Pemberian pupuk NPK diharapkan mampu memberikan tambahan unsur hara


seperti nitrogen (NH4+, NO3-), fosfor (HPO42-) dan kalium (K+) pada tanah sehingga dapat
mencukupi kebutuhan hara bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan P menjadikan
kepekatan P persatuan massa tanah semakin tinggi, karena pupuk NPK dapat larut maka
akan lebih banyak berperan menjaga kepekatan P larutan jika ada anion P dalam larutan
yang diserap akar tanaman (Rosmarkam dan Yuwono 2002).

Pemberian pupuk NPK diharapkan dapat memeperbaiki sifat kimia tanah secara
cepat dan meningkatkan unsur P dalam bentuk yang mudah diserap oleh tanaman seperti
H2PO4 disamping dapat menambah ketersediaan unsur hara makro utama, pemberian
pupuk NPK dapat meningkatkan penyerapan unsure P oleh akar tanaman, karena
bertambahnya fosfor dalam tanah menyebabkan perbedaan konsentrasi fosfor di sekitar
perakaran (rhizosfer) dan akar tanaman, sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman.
Muatan positif merangsang akar tanaman untuk menyerap anion seperti H 2PO4-dan
HPO42- serta meningkatkan reaksi kimia di dalam tanah, terutama meningkatkan
kandungan N dalam tanah, ketersediaan P dan kapasitas pertukaran kation (Novizan
2003).

Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari fosfor organic (fitin, asam nukleat dan
fosfolipida) dan fosfor anorganik (dalam bentuk senyawa C aatau Fe dan Al), kedua-
duanya merupakan sumber fosfor penting bagi tanaman. Fosfor organic di dalam tanah
terdapat sekitar 50% dari P total tanah dan bervariasi sekitar 15-80% pada kebanyakan
tanah. Kebanyakan senyawa P organic adalah ester dari asam fosfat yaitu inositol fosfat
10-30%, fosfolipid 1-5% dan asam nukleat 0,2-2,5%. Bentuk P ini berasal dari sisa
tanaman, hewan dan mikroba. Fosfor (P) yang terdapat dalam larutan tanah, terutama
dalam bentuk orthofosfat primer (HPO42-) dan skunder (HPO42-), merupakan bentuk-
bentuk yang tersedia bagi tanaman (Elfiati 2005).

Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh
mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah pada umumnya rendah,

10
sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap
awal pertanaman. Selain rendah, nitrogen di dalam tanah mempunyai sifat dinamis
(mudah berubah ke bentuk lain seperti NH 4 menjadi NO3, NO, N2O, dan N2) dan mudah
hilang tercuci bersama air drainase (Syukur dan Harsono 2008).

Rekomendasi dosis pemupukan pada tanah-tanah yang lebih subur adalah makin
sedikit bahkan tidak sama sekali. Hal ini disebabkan oleh tanah yang makin subur respon
pemupukan makin rendah sehingga peningkatan hasil atau keuntungan yang didapatkan
karena pemupukan semakin kecil. Demikian juga apabila suatu tanah yang dosis
pemupukan makin ditingkatkan,maka peningkatan hasil oleh setiap satuan dosis
pemupukan juga semakin rendah (Sutejo 2002).

2.5.Kadar Lengas, KPK, BO

Kadar lengas tanah sering disebut sebagai uap air yang terdapat dalam pori-pori
tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas dapat berupa persen berat atau persen
volume. Lengas higroskopis merupakan lengas yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman, atau bisa juga disebut air kristal. Volume air higroskopis sangat tergantung pada
sifat koloida tanah, jenis ion terjerap koloida tanah, dan kelembaban udara relatif
(Hardjowigeno 2003).

Tanah dengan kandungan bahan organik dan liat tinggi mempunyai kapasitas
penyangga yang rendah apabila basah. Tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui
hubungannya dengan udara dan air. Kemampuan tanah untuk menyimpan air diantaranya
hujan yang terjadi menentukan spesies apa yang tumbuh dalam sebuah hutan dan
kecepatan pertumbuhan. Kadar lengas merupakan salah satu sifat fisik tanah untuk
mengetahui kemampuan menyerap air dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanah
(Agehara dan Warncke 2005).

Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefenisikan sebagai suatu
kemampuan koloidal tanah menjerap dan mempertukarkan kation. Kemampuan atau
daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah
unsur hara yang terjerap dapat ditukar dengan barium (Ba +) atau ammonium (NH4+),
kemudian jumlah Ba dan NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulingan,

11
jumlah Ba dan NH4 yang disuling akan sama banyak dengan jumlahnya dengan unsur
hara yang ditukar oleh koloid tanah tadi (Hakim, et al 2012).

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat
di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi
oleh faktor biologi, fisika, dan kimia . Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan
organik yang stabil atau humus (Stevenson 2004).

Bahan organik tanah mempengaruhi sifat pertukaran kation. Penetapan kapasitas


tukar kation dilakukan terhadap tanah pada sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan
larutan hidrogen peroksida. Larutan keras ini berfungsi untuk menyingkirkan semua
bahan organik yang terdapat di dalam tanah (Musa, et al 2006).

12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Praktikum Lapangan

1. Alat
a. Cetok
b. Ember
c. Patok
d. Tali rafia
e. Plat nama
f. Gembor
g. Meteran
h. Alat tulis

3.2.Bahan

a. Biji jagung manis


b. Pupuk ZA

3.3.Cara Kerja

a. Pengolahan Tanah
1) Mencangkul tanah pada kedalaman olah
2) Menggemburkan dan meratakan tanah
3) Membersihkan dari sisa-sisa tanaman penggangu
4) Menyiram tanah secukupnya
b. Pembuatan Petak
1) Mengukur tepi lahan dengan ukuran 2x2 meter
2) Membuat petak menggunakan rafia dengan ukuran 2x2 meter
c. Penanaman
1) Membuat jarak tanam 50x50 cm

13
2) Membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal
3) Menanam biji jagung manis sebanyak 2 biji perlubang
d. Pemupukan
1) Menyiapkan pupuk ZA
2) Menyebarkan pupuk disekitas lubang tanam
3) Menutup pupuk dengan tanah agar tidak menguap

e.Pengamatan

1) Mengukur tinggi tanaman dengan meteran dari pangkal batang hingga ujung
daun tertinggi seminggu sekali
2) Menimbang berat brangkasan segar meliputi seluruh daun yang di panen
3) Mengoven brangkasan basah selama 48 jam dengan suhu 70oc
4) Menimbang berat brangkasan kering yang sudah dioven

f.Pemanenan Saat Vegetatif Maksimum

1) Mengambil sampel daun ke 4/5 pada tanaman yang sudah berumur 45 hari
dengan jumlah 4 sampel per petak
2) Mengambil sampel tanah untuk analisis sifat kimia
3) Menganalisis sampel tanaman dan tanah di laboratorium

g.Penanganan Sampel Tanaman dan Tanah

1) Membersihkan tanah pada tanaman jagung dan mengangin-anginkan hingga layu


2) Memotong-motong daun kemudian mengovennya dengan suhu 60oc sampai
kering
3) Menimbang sampel yang kering kemudian menggrinding dan menyimpannya
dalam kantong plastic kemudian member lebel sesuai kode perlakuan
4) Menganalisis jaringan tanaman meliputi N, P, K jaringan tanaman dengan
metode Kjeldahl untuk N, sedangkan P dan K dengan metode ekstrasi HNO3
pekat dan HClO4 pekat
5) Membersihkan tanah dari perakaran dan mengeringkan tanah dari lapang
6) Menumbuk dan menyaring dengan diameter 0,5 mm
7) Meletakkan hasil saringan pada kantong plastic dan member lebel
8) Menganalisis tanah tersebut

14
h.Pemanenan Hasil

1) Memastikan jagung siap dipanen


2) Memanen dengan memetik tongkol jagung

3.4.Praktikum Laboratorium

1. Kadar Lengas
a. Alat
1) pH meter
2) Tissue
3) Botol semprot
b. Bahan
1) Ctka
2) Botol/flakon
3) Alat penggojog
4) Aquades
5) Labu ukur
c. Cara kerja
1) Menimbang botol timbangan kosong (a)
2) Menimbang contoh tanah 5 gram dan memasukkannya ke dalam botol
timbangan
3) Menimbang botol timbangan dan contoh tanah (b)
4) Mengoven selama 4 jam pada suhu 105oc
5) Mendinginkan dalam eksikator lalu menimbang botol timbang (c)
6) Menghitung kadar lengas tanah

b−c
Kadar Lengas ( KL )= x 100 %
c−a

2. Kapasitas Tukar Kation


a. Alat
1) Erlenmeyer
2) Alat penggojog
3) Kertas saring

15
4) Corong
5) Pipet ukur labu destilasi
6) Destilator
7) Buret dan statif
8) Timbangan
b. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm
2) Ammonium acetate 1 N
3) Alkohol 95%
4) NaCl 10%
5) NaOH 45%
6) HCl 0,1 N
7) Asam Borat 2%
8) Indikator campuran (BCG dan MR)
9) Aqudest
10) Butir Zn
c. Cara kerja
1) Menimbang Ctka Ø 0,5 mm 10 g, lalu memasukkan ke dalam elenmeyer
2) Menambahkan ammonium acetat dan menggojog selama 10 menit
3) Mencuci dengan ammonium acetat 8 kali dan mencucui ctka lagi dengan
alcohol 10 cc sebanyak 5 kali kemudian membuang filtrate
4) Mencuci dengan HCl 10% 10 cc sebanyak 8 kali dan memindahkan filtrate
kedalam labu destilasi
5) Mengencerkan dengan aquades sampai volume 150 cc
6) Melakukan destilasi dengan penampang 10 cc Asam Borat 2% dan
menambahkan indicator campuran sebanyak 2 tetes
7) Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc
8) Mentitrasi hasil destilasi dengan HCl 0,1 N sampai warna kehijauan
9) Mencatat jumlah HCl (ml/cc) yang digunakan untuk titrasi
Perhitungan:
cc HCl x N HCl
KPK = x 100 % cmol ¿
berat tanah

Keterangan: hasil destilasi bisa hanya diambil 10 cc tetapi hasil titrasi dikalikan 4

16
3.5.Bahan Organik

a. Alat
1) Labu takar 50 ml
2) Gelas piala 50 ml
3) Gelas ukur 25 ml
4) Pipet drop
5) Pipet ukur
b. Bahan
1) Ctka Ø 0,5 mm
2) K2Cr2O7 1N
3) Asam sulfat pekat
4) Asam fosfat 85%
5) FeSO4 0,5 N
6) Indicator DPA
7) Aquadest
c. Cara kerja
1) Menimbang ctka Ø 0,5 mm seberat 0,5 g dan memasukkan ke dalam labu
takar 50 ml
2) Menambahkan K2Cr2O7 1N sebanyak 10 ml
3) Menambahkan dengan hati-hati lewat dinding 10 cc Asam Sulfat pekat setetes
demi setetes hingga menjadi warna jingga. Apabila muncul warna kehijauan,
tambahkan lagi K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat dengan volume yang diketahui.
Melakukan hal yang sama untuk blanko (tanpa tanah)
4) Menggojog dengan memutar dan mendatar selama 1 menit, lalu
mendiamkannya selama 30 menit
5) Menambahkan Asam fosfat 85% dan mengencerkannya dengan aquades
hingga tanda tera (vol 50 ml) dan digojog sampai homogen
6) Mengambil 5 ml larutan bening dan menambah 15 ml aquades serta indicator
DPA sebanyak 2 tetes, kemudian menggojognya bolak balik sampai
homogeny
7) Mentitrati dengan FeSO4 0,5 N hingga warna hijau cerah

17
Perhitungan:
( B−A ) xN FeSO 4 x 3 100
Kadar C= x 10 x x 100
100 77
xBerat Tanah ( mg )
100+ KL

100
Kadar BahanOrganik = x kadar C
58

Keterangan:
B = Blanko
A = Baku
KL = Kadar lengas

18
BAB IV
PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

Tanah merupakan lapisan permukaan bumi tempat terjadinya berbagai proses maupun
reaksi yang melibatkan interaksi antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Tanah
yang umum digunakan sebagai lahan usaha pertanian sebagian besar merupakan tanah
mineral. Kesuburan tanah dibagi menjadi dua, yaitu kesuburan tanah aktual dan juga
kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan tanah yang hakiki.
Alfisol merupakan tanah yang relatif masih muda dengan kandungan bahan mineral dalam
jumlah yang banyak dan mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Bahan
organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang
bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus
menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan
kimia . Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam
tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Stevenson 2004).
Bahan organik tanah mempengaruhi sifat pertukaran kation. Larutan keras ini berfungsi untuk
menyingkirkan semua bahan organik yang terdapat di dalam tanah (Musa, et al 2006).

4.2.SARAN

    Disarankan agar pada percobaan pengambilan sampel tanah mendatang, meskipun
tempat pengambilan kedua sampel tanah tersebut berbeda tiap kelompoknya, namun
waktu pengambilan sampel tersebut terjadi pada hari yang sama, dan dapat dibuatkan
dokumentasi pengambilan agar dapat diketahui apakah cara pengambilan sampel tanah
pada semua kelompok mengikuti prosedur yang ada atau tidak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno. 2005. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:


Kanisius.

Tim asisten, Tim dosen. 2014. Buku Panduan Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Makassar: Universitas Hasanuddin

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai