PASANG SURUT
Disusun Oleh :
Dosen pengasuh :
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“kerusakan lahan gambut dan upaya konservasi nya” dapat terselesaikan. Makalah ini
ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah pengelolaan kawasan gambut dan pasang surut
, tak hanya itu penulis berharap makalah ini bisa menjadi referansi kedepanya.
Perkenankan pada kesempatan ini penulis sampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil mulai dalam pengerjaannya.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna maka penulis
sangat berharap kritik dan sarannya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan ilmu yang bermanfaaat bagi mahasiswa dan diterima oleh dosen pengampu mata
kuliah yang bersangkutan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Lahan adalah suatu sumber daya dalam suatu wilayah dalam bentuk daratan yang di
dalamnya mencakup semua karakteristik yang berperan dalam pembentukan lahan tersebut
serta lingkungannya. Karakteristik tersebut berupa tanah, geologi, hidrologi, atmosfer,
timbulan, populasi flora dan fauna dalam suatu siklus atau non-siklus termasuk kegiatan
manusia yang terjadi diatasnya sehingga dapat dikatakan bahwa lahan memiliki
karakteristik tidak hanya secara ekologi tetapi juga budaya (Yuwono 2009). Salah satu jenis
sumber daya lahan adalah lahan gambut. Lahan gambut adalah sebidang lahan yang lapisan
tanahnya tersusun oleh bahan organik yang banyak yang kandungan karbon organiknya
18% dan tebalnya mencapai hingga lebih dari 50 sentimeter (Agus dan Subiksa 2008).
Sesuai dengan namanya, lahan ini merupakan lahan yang tanahnya dipenuhi dengan
gambut.
Gambut adalah bahan organik tumbuhan yang menumpuk pada kondisi reduksi. Lama
waktu penumpukan tidak sebanding yaitu lebih cepat daripada waktu penguraiannya
sehingga bahan organik tersebut tidak mengalami dekomposisi secara sempurna. Hasil
pelapukan bahan organik yang membentuk gambut memiliki warna hitam kecoklatan,
kemerah-merahan, cokelat kehitaman, seperti warna-warna pada teh dan sebagainya
(Augusta 2012). Ekosistem gambut sendiri adalah tatanan unsur gambut yang merupakan
satu kesatuan utuh menyeluruh yang saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitasnya. Oleh sebab itu, gambut memiliki keunikan
sendiri yang berbeda dengan jenis sumber daya lahan lainnya.
4
Lahan rawa pasang surut merupakan lahan marginal yang memiliki potensi cukup besar
untuk pengembangan pertanian khususnya untuk pengembangan tanaman pangan. Luas
lahan ini di Indonesia diperkirakan mencapai 20,11 juta hektar, sekitar 9,53 juta hektar
diantaranya berpotensi sebagai areal pertanian, sudah direklamasi sekitar 4,186 juta hektar
sehingga diperkirakan masih tersedia 5,344 juta hektar yang bisa dimanfaatkan menjadi
areal pertanian, sedangkan dari 4.186 juta ha yang telah direklamasi juga belum
dimanfaatkan secara maksimal.
Sebagai lahan marginal, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk usaha pertanian
memang tidak semudah memanfaatkan lahan-lahan subur yang selama ini banyak
dimnfaatkan untuk usaha pertanian seperi lahan irigasi dan lainnya. Salah satu dai ciri
kemarginalan lahan ini adalah tingkat kemasaman tanah yang tinggi (pH < 4), kandungan
besi (Fe2+) cukup tinggi dan lapisan pirit yang dangkal. Oleh karenanya dalam mengelola
lahan ini menjadi lahan pertanian terlebih dahulu harus ketahui sifat dan karakteristiknya
yang khas tersebut. Jika salah kelola akan berakibat fatal dan memerlukan biaya dan waktu
yang lama untuk memperbaikinya.
Dari latar belakang tersebut, dapat diambil pertanyaan yang akan menjadi pembahasan
dalam makalah ini, yaitu apa itu lahan gambut dan pasang surut serta kerusakan lahan gambut
dan upaya konservasi nya.
Tujuan dari penulisan makalah agar pembaca bisa mengetahui apa itu lahan gambut dan
pasang surut serta bagaimana kerusakan lahan gambut dan upaya konservasi nya.
Supaya siapa saja yang membaca makalah ini dapat menambah pengetahuan terutama itu
lahan gambut dan pasang surut serta bagaimana kerusakan lahan gambut dan upaya konservasi
nya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Gambut dibentuk oleh timbunan bahan sisa tanaman yang berlapis-lapis hingga mencapai
ketebalan >30cm. Proses penimbunan bahan sisa tanaman ini merupakan proses geogenik yang
berlangsung dalam waktu yang sangat lama (Hardjowegeno, 1986). Gambut terbentuk dari
lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun.
Kondisi langka udara akibat genangan, ayunan pasang surut, atau keadaan yang selalu basah
telah mencegah aktivitas mikro-organisme yang diperlukan dalam perombakan. Laju
penimbunan gambut dipengaruhi oleh peduan antara keadaan topografi dan curah hujan dengan
curahan perolehan air yang lebih besar dari pada kehilangan air serta didukung oleh sifat tanah
dengan kandungan fraksi debu (silt) yang rendah.
Ketebalan gambut pada setiap bentang lahan adalah sangat tergantung pada:
1. proses penimbunan yaitu jenis tanaman yang tumbuh, kerapatan tanaman dan lama
pertumbuhan tanaman sejak terjadinya cekungan tersebut,
Gambut dengan ketebalan 3 m atau lebih termasuk kategori kawasan lindung sebagai
kawasan yang tidak boleh diganggu. Kebijakan ini dituangkan melalui Keppres No. 32 tahun
1990 yang merupakan kebijakan umum dalam reklamasi dan pemanfaatan lahan gambut di
Indonesia.
6
Lahan rawa adalah tanah yang tergenang terus-menerus dari drainase buruk. Lahan
rawa di bagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut. Lahan rawa pasang surut
merupakan lahan yang digabungkan oleh pasang surut air laut. Lahan pasang surut merupakan
suatu lahan yang terletak di zona / wilayah sekitar pantai yang ditandai dengan adanya
pengaruh langsung limpasan udara dari pasang surutnya udara laut atau pun hanya dapat
digunakan pada muka air tanah.Sebagian besar jenis tanah di tanah rawa pasang surut terdiri
dari tanah gambut dan tanah sulfat masam.
Lahan rawa pasang surut dapat dikembangkan secara optimal dengan meningkatkan
fungsi dan manfaatnya sehingga bisa menjadi lahan yang berpotensi untuk digunakan lahan
pertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan pengembangan lahan pasang surut yang
optimal, ada beberapa pertemuan. Kendala ini merupakan faktor biofisik, hidrologi yang
memerlukan tata udara, agronomi, sosial dan ekonomi
Kemudian tanah pasang surut biasanya digunakan untuk berbagai kepentingan khusus
untuk lahan persawahan. Luas lahan pasang surut yang dapat digunakan berfluktuasi antara
musim kemarau dan penghujan. Pemanfaatan lahan pasang surut telah menjadi sumber mata
pencaharian penting bagi masyarakat. Rata-rata rata-rata lahan pasang hanya dapat ditanami
sekali dalam pergantian selebihnya dibiarkan dalam kondisi bero karena tergenang
udara. Tergenangnya lahan pasang surut dengan periodik ada kepentingan dengan pembangkit
tenaga listrik dan air meluapnya pada musim penghujan.
Manusia (atau masyarakat) sangat tergantung kepada sumberdaya alam hayati dengan
segenap keanekaan dan fungsinya. Tingkat ketergantungan dan kebutuhan akan sumberdaya
alam hayati ini berbeda-beda, tergantung dari pola ekonomi dan kebudayaan masyarakat; mulai
dari masyarakat peramu, masyarakat peladang/petani sampai ke masyarakat industri. Ada
masyarakat yang membutuhkan sumberdaya alam hayati hanya untuk memenuhi kebutuhan
dasar hidup sehari-hari (subsistence), namun ada masyarakat yang membutuhkan sumberdaya
alam hayati yang sangat berlebihan. Sumber daya alam hayati memiliki sifat bisa memperbaharui
dirinya (renewable resources), akan tetapi kemampuannya untuk memperbaharui dirinya
tersebut bukan tidak terbatas. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam hayati telah
7
melampaui kemampuan tersebut maka keberadaan sumberdaya alam hayati tersebut akan
menjadi irreversible(tidak bisa pulih kembali).
Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting bagi suatu wilayah, karena
secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar,
dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan kemarau. Secara
ekologis, ekosistem lahan gambut merupakan tempat perkembangbiakan ikan yang ideal, selain
itu juga menjadi habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar, termasuk jenis-jenis endemik
dan dilindungi.
Fungsi dan manfaat lahan gambut secara lebih terinci dapat diuraikan sebagai berikut :
• Melindungi sumber-sumber air (memelihara daur hidrologi, mengatur dan menstabilkan aliran
permukaan dan menjaga air tanah, berperan sebagai penyangga dalam berbagai keadaan yang
ekstrim, seperti banjir dan kekeringan).
• Memelihara struktur tanah dan menahan kelembaban dan berbagai unsur hara untuk membantu
melindungi kemampuan produktif tanah.
• Menyimpan dan mendaur zat-zat hara (hara dari udara dan juga dari dalam tanah yang
keduanya penting untuk kelangsungan kehidupan).
• Menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (oleh berbagai komponen ekosistem mulai dari
bakteri sampai berbagai bentuk kehidupan yang lebih tinggi, dan berbagai proses ekologis).
• Memberi konstribusi terhadap kestabilan iklim (penyimpan karbon).
• Memelihara berbagai ekosistem (menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dengan
berbagai sumber daya yang diperlukannya – seperti makanan dan naungan – yang mereka
perlukan untuk tetap hidup).
8
• Berbagai cadangan untuk pemuliaan, cadangan populasi (menyediakan berbagai sistem
penunjang bagi potensi manfaat dan sumber daya lingkungan yang bernilai komersial).
• Sumber-sumber daya di masa depan (suatu “bank” yang sangat besar untuk pengembangan
sumber-sumber daya yang telah dan belum ditemukan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia).
• Berbagai fasilitas penelitian, pendidikan dan pemantauan (sebagai laboratorium hidup bagi
berbagai studi tentang cara memperoleh manfaat yang lebih baik dari berbagai sumber daya
hayati, cara memelihara sumber-sumber genetis dari berbagai sumber daya hayati yang
dipanen dan bagaimana melakukan rehabilitasi terhadap sumber-sumber daya yang mengalami
kerusakan dan kemerosotan).
• Berbagai fasilitas rekreasi dan pariwisata.
• Berbagai nilai budaya (karena budaya manusia berkembang bersama lingkungannya,
lingkungan alami menyediakan kebutuhan manusia untuk mendapatkan inspirasi, menikmati
keindahan, memenuhi kebutuhan spiritual dan pendidikan).
• Kegiatan penunjang budidaya tumbuhan. Yang dimaksud disini adalah pengambilan berbagai
jenis flora maupun fauna, kemudian dibudidayakan di luar kawasan konservasi seperti lahan
milik sendiri, hutan lindung dan hutan produksi (apabila di kedua hutan tersebut tidak terdapat
bibitnya).
Perlu dipahami bahwa keberadaan, fungsi dan dampak akibat kerusakan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya tidak mengenal batas-batas wilayah administrasi (misalnya batas
kabupaten, batas propinsi atau bahkan batas negara). Pengelolaan sumber daya alam hayati yang
kurang baik (misalnya eksploitasi yang berlebihan, dsb.) di daerah hulu/daerah tinggi (upstream,
upperland) dampaknya tidak hanya dirasakan diderah yang bersangkutan, melainkan akan
dirasakan oleh daerah-daerah dibawahnya (downstream, lowland).
Sebagian besar lahan gambut di Indonesia kini mengalami kerusakan yang cukup
mengkhawatirkan sebagai akibat dari adanya kegiatan-kegiatan yang kurang/tidak berwawasan
lingkungan. Kegiatan yang merusak antara lain pembakaran lahan gambut dalam rangka
persiapan lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan lain-lain; penebangan hutan gambut
9
yang tidak terkendali (baik legal maupun ilegal) untuk diambil kayunya, pembangunan saluran-
saluran irigasi/parit/kanal untuk tujuan pertanian maupun transportasi.
Disamping itu, kerusakan hutan dan lahan gambut juga menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati dan sumber daya alam didalamnya. Keberadaan parit dan sluran di lahan
gambut (baik untuk mengangkut kayu, produk pertanian maupun lalu lintas air) tanpa adanya
sistem pengatur air yang memadai telah menyebabkan keluarnya air dari dalam tanah gambut ke
sungai di sekitarnya tanpa kendali, sehingga lahan gambut tersebut di musim kemarau menjadi
kering dan mudah terbakar. Sebagai akibat kerusakan lahan gambut dalam satu dasawarsa
terakhir di Pulau Sumatera, telah menyebabkan penyusutan kandungan karbon sebesar ± 3,5
milyar ton karbon.
Memperhatikan peranan, manfaat, ancaman kerusakan lahan gambut, maka perlu dilakukan
upaya secara bersama-sama, agar dapat menyelamatkan dan melestarikan kawasan lahan gambut
beserta segenap potensi, fungsi dan manfaatnya bagi kesejahteraan kita semua melalui upaya:
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi potensi ekosistem lahan gambut merupakan langkah yang
harus dilakukan sebelum upaya pemanfaatan dan konservasi dapat dilaksanakan secara terpadu
dan menyeluruh. Upaya ini masih perlu dilakukan mengingat luasnya wilayah negara kita.
Informasi-informasi mengenai apa itu kawasan/ekosistem lahan gambut, potensi, fungsi dan
manfaatnya sangat penting bagi masyarakat yang sebagian besar tidak mengetahuinya.
10
Pemanfaatan terhadap potensi ekosistem lahan gambut hanya mungkin dilakukan sepanjang hal
tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mengenai keberadaan populasi dan
habitat dari kehidupan penghuni kawasan lahan gambut yang mengandung potensi penting
namun juga memiliki sifat keterbatasan.
Setelah upaya identifikasi manfaat berkelanjutan tersebut dilakukan, upaya selanjutnya adalah
mengembangkan kegiatan pemanfaatan yang berkelanjutan dan menyediakan akses bagi
masyarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan lahan gambut, agar mereka benar-benar dapat
merasakan manfaat dari keberadaan kawasan lahan gambut tersebut sehingga pada gilirannya
mereka dapat menjadi pelestari kawasan lahan gambut.
Mengingat ekosistem lahan gambut tidak mengenal batas administrasi pemerintahan maka upaya
konservasi haruslah dilakukan melalui pendekatan:
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas Gambut adalah bahan organik tumbuhan yang
menumpuk pada kondisi reduksi. Lama waktu penumpukan tidak sebanding yaitu lebih cepat
daripada waktu penguraiannya sehingga bahan organik tersebut tidak mengalami dekomposisi
secara sempurna. Hasil pelapukan bahan organik yang membentuk gambut memiliki warna
hitam kecoklatan, kemerah-merahan, cokelat kehitaman, seperti warna-warna pada teh dan
sebagainya.
Sedangkan Lahan rawa pasang surut dapat dikembangkan secara optimal dengan
meningkatkan fungsi dan manfaatnya sehingga bisa menjadi lahan yang berpotensi untuk
digunakan lahan pertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan pengembangan lahan pasang
surut yang optimal, ada beberapa pertemuan. Kendala ini merupakan faktor biofisik, hidrologi
yang memerlukan tata udara, agronomi, sosial dan ekonomi
Memperhatikan peranan, manfaat, ancaman kerusakan lahan gambut, maka perlu dilakukan
upaya secara bersama-sama, agar dapat menyelamatkan dan melestarikan kawasan lahan gambut
beserta segenap potensi, fungsi dan manfaatnya bagi kesejahteraan kita semua melalui upaya:
3.2 Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam penyusunan tugas tumbuhan air ini adalah agar lebih
menambah informasi-informasi atau literatur yang terbaru terhadap apa itu lahan gambut dan
pasang surut serta bagaimana cara kerusakan lahan gambut serta upaya untuk konservasinya .
12
DAFTAR PUSTAKA
Aguraforestry.wordpress.com.https://www.google.com/amp/s/aguraforestry.wordpress.com/20
13/12/02/kerusakan-lahan-gambut-dan-upaya-konservasinya/amp/ di akses pada 28 mei 2020
10.45 wib
Sinta,Dodi.2012.PemanfaatanLahanPasangSurut.http://dodishinta.blogspot.co.id/2012
/11/pemanfaatan-lahan-pasang-surut-
Agus F, Subiksa IGM. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah dan World Agorforestry Centre
(ICRAF).
http://sobatbaru.blogspot.com/2010/05/pengertian-gambut.html
13