Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem
silvikultur. Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan
kegiatan persemaianatau pengadaan bibit. Dalam konteks pengelolaan hutan produksi
lestari, persemaian atau pengadaan bibit merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun
pengayaan guna mengembalikan kondisihutan agar mendekati kondisi sebelum
dilakukannya pemanenan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjamin
keberlanjutannya fungsi produksi pada rotasi berikutnya. Selainitu, kegiatan
persemaian juga dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakanuntuk
merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses
penutupantanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini,
kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan.
Dari aspek penggunaantenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan persemaian
juga merupakan salah satuindikator yang menunjukkan upaya guna mendukung
tercapainya kelestarian fungsi social (Benyamin Lakitan, 2000).
  Dalam sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan
persemaian/pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan
tinggal (ITT)yang dilaksanakan dua tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan ITT
akan memberikangambaran berapa luas areal yang harus di rehabiitasi dan berapa
luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian
dengan pertimbangan jarak tanam yang akandigunakan, maka dapat dihitung
kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan (Salisburry,F.B, 1995).
Penanaman benih kelapangan dapat dulakukan secara langsung maupun tidak
langsung, yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian.
Penanaman secara langsung kelapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih)
tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya berlimpah . presentasi hidup
benih yang ditanam langsung dilapangan tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan
karena adanya persaingan dengan gulma atau adanya hama yang menyerang benih ,
selain itu tidak  jarang, benih yang ditanam adalah benih yang jelek, sehinngga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman pun rendah.Perlu adanya alternatif untuk
mengatasi masalah tersebut. ialah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pr!ses persemaian .Persemaian  (nursery) adalah tempat atau areal
untuk kegiatan memperoses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi
bibit"semai yang siap di tanam d i l a p a n g a n (Mardiansyah, 2012)
I.2 Tujuan
a. Mengetahui cara pembuatan persemaian
b. Mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap keberhasilan tumbuh
benih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Pohon

Pohon saga diduga merupakan salah satu pohon asli dari Australia dan Filipina.
Namun pada kenyataannya terdapat juga secara alamiah di hutan musim dan hutan
pantai di Indonesia serta di hutan-hutan tropis di daerah tropis lainnya. Pohon saga
dapat tumbuh di habitat hutan pantai atau pada daerah yag berketinggian tempat
kurang dari 100 m dpl, meskipun sering kali ditemui di hutan tropis dan hutan musim
(Soerodikosoemo,1995).
Pohon saga termasuk dalam famili Leguminosae. Pohon saga dapat mencapai
tinggi 30 m. kulit batang berwarna abu-abu dan bertekstur halus. Pohon saga berdaun
majemuk menyirip ganda dengan jumlah anak daun yang berjumlah genap dan tata
daun berseling. Helaian anak daun berukuran kecil dengan lebar 0,75—1 cm dan
panjangnya 2—2.5 cm. Bentuk helaian anak daun memanjang (oblong), bentuk
pangkal dan ujung helaian anak daun membulat, serta bertepi rata. Bunga pohon saga
tersusun dalam bentuk bunga tandan yang panjang tandannya 25—40 cm, berwarna
kuning dan beraroma harum. Bunga terletak secara terminal di ujung ranting. Buah
saga bertipe buah polong, jika sudah tua akan pecah. Panjang polong buah saga 5—
11 cm dan setiap buah berisi sebanyak 1—6 butir biji. Kulit buah muda berwarna
hijau dan kulit tua berwarna coklat. Biji yang telah tua berkulit keras dan berwarna
merah tua (Dwidjoseputro, D, 1985).
Pohon saga (Adenanthera pavonina) memiliki banyak manfaat, kayu saga dapat
digunakan untuk bahan bangunan rumah, pembuatan jembatan, papan lantai, arang,
dan cocok untuk bahan mebel. Biji saga berwarna merah mengkilat, menarik untuk
dijadikan perhiasan pembuatan kalung atau bahan mainan. Biji saga mengandung
minyak dan dapat dikonsumsi setelah diolah dengan penyangraian atau pemasakan.
Daun saga muda dapat dijadikan lalapan dan sayuran. Kulit batang saga mengandung
saponin yang dapat digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian. Tanaman saga di
Indonesia dan Malaysia, dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh pada perkebunan
karet, kopi, teh dan cengkeh, sedang-kan di Afrika Tropis saga merupakan tanaman
kehutanan (Campbell, Reece., 2008)
Benih saga termasuk kelompok benih ortodok. Benih ini tahan disimpan
sampai 8 bulan, akan tetapi apabila terlalu lama disimpan maka benih akan menjadi
tidak permeabel, viabilitas menurun, bahkan tidak mampu berkecambah.
Impermeabilitas benih saga disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi oleh
lapisan lilin, sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas (Schmidt, 2000;
Suita,2013). karifikasi bertujuan untuk mengubah kondisi benih yang impermeable
menjadi permeabel. Skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan penusukan, pembakaran,
pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan pisau, jarum, pemotong kuku,
kertas, amplas, dan alat lainnya (Harjadi. 1979)
Selain dengan skarifikasi fisik pematahan dormansi benih dapat dilakukan
dengan skarifikasi kimia, yakni skarifikasi dengan perendaman ke dalam larutan
kimia seperti merendam benih ke dalam asam sulfat dan hidrogen peroksida
(Yuniarti, 2002) Penggunaan asam sulfat untuk memecahkan dormansi fisik telah
nyata dilakukan oleh Yuniarti (2002) perendaman dengan asam sulfat (H2SO4)
selama 30 menit memberikan persentase daya kecambah yang cukup tinggi, yakni
92% lebih baik dibanding skarifikasi dengan hidrogen peroksida (H2O2).
Perendaman dengan asam sulfat dapat mengubah kulit saga yang keras dan tebal
menjadi terkikis dan menipis, sehingga proses imbibisi air dan oksigen dapat terjadi
lebih cepat. Skarifikasi kimia juga dapat dilakukan dengan menambahkan zat
pengatur tumbuh ke dalam benih.(Harjadi. 1979)
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Davies, 1995; Asra, 2014).
(Hopkin, 1995; Asra, 2014) melaporkan bahwa giberelin berperan dalam
pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji dapat
berkecambah. Berdasarkan hasil analisis hormon yang dilakukan oleh Savitri (2005)
ternyata dalam air kelapa muda terdapat Giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5,
0,053 ppm GA7), Sitokinin (0,441 ppm Kinetin, 0,247 ppm Zeatin) dan Auksin
(0,237 ppm IAA). Air kelapa muda diharapkan mampu memberikan suplai zat
pengatur tumbuh sehingga membuat benih saga lebih mudah berkecambah
(Tamin,2007).
Adanya kulit biji yang keras dan tebal menyebabkan kulit bersifat
impermeable terhadap air dan gas-gas yang sangat diperlukan untuk
perkecambahan. Keadaan demikian dapat diatasi dengan (Tamin,2007):
a. Perlakuan secara mekanis (skarifikasi) misalnya dengan pengupasan,
pemecahan, pengikiran, pemotongan sebagian kulit dan sebagainya.
b. Perlakuan secara khemis misalnya dengan alcohol, asam sulfat, kalium nitrat
dan sebagainya.
c. Perlakuan secara fisis misalnya dengan perebusan maupun perlakuan dengan
suhu tertentu yang berkecambah.
Biji akan berkecambah apabila syarat-syarat yang diperlukan untuk
perkecambahan terpenuhi. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan
adalah air, oksigen, suhu, cahaya, kelembaban dan sebagainya (Harjadi,1979):
1) Air
Air berfungsi sebagai pelarut, penggiat enzim-enzim, melunakkan kulit biji dan
ikut serta dalam reaksi-reaksi yang terjadi di dalam biji. Mula-mula air masuk ke
dalam biji karena penyerapan kulit biji (secara imbisisi). Penyerapan tersebut
menyebabkan sel-sel di dalam biji membesar sehingga biji membesar pula. Air yang
masuk ke dalam biji mengaktifkan enzim-enzim dan ikut serta dalam membantu
pernafasan sehingga dihasilkan tenaga. Tenaga ini dipergunakan untuk pembelahan
sel-sel embrio. Banyak sedikitnya air yang diserap oleh biji tergantung dari
permeabilitas kulit biji, suhu, susunan kimia dalam biji dan jenis biji.
2) Oksigen
Oksigen sangat diperlukan untuk berlangsungnya pernafasan biji. Jumlah oksigen
yang dibutuhkan tidak sama untuk tiap-tiap biji. Ada yang memerlukan cukup
oksigen, ada pula biji yang dapat berkecambah dalam keadaan hampir tidak
mengandung oksigen seperti misalnya biji padi yang telah direbus.
3) Suhu
Perkecambahan biji memerlukan suhu tertentu. Suhu tertinggi di mana biji
masih dapat berkecambah disebut suhu maksimum, sedang suhu terendah di mana
biji masih dapat berkecambah dsuhu minimum. Suhu terbaik untuk perkecambahan
disebut suhu optimum. Suhu optimum ini untuk tiap-tiap jenis biji tidak sama. Lebih
lama biji disimpan, suhu optimumnya lebih tinggi. Untuk biji-biji yang telah masak,
suhu optimumnya lebih rendah daripada biji-biji yang belum masak. Suhu yang
diubah-ubah biasanya berpengaruh terhadap perkecambahan.
4) Cahaya
Cahaya menyebabkan terjadinya zat-zat tertentu yang berpengaruh terhadap
perkecambahan biji. Biji-biji yang dapat berkecambah jika jika ada cahaya disebut
biji peka cahaya. Biji-biji yang demikian bila dikecambahkan dalam keadaan gelap
tidak akan berkecambah atau perkecambahannya sangat jelek. Sebaliknya biji-biji
yang hanya hanya dapat berkecambah dalam keadaan gelap, apabila dikecambahkan
dalam cahaya, di dalam biji akan timbul zat tertentu yang menghambat
perkecambahan. Biji-biji yang peka terhadap cahaya dengan cahaya sedikit saja sudah
mau berkecambah.
5) Kelembaban
Untuk berkecambahnya suatu biji diperlukan kelembaban tertentu. Seperti
misalnya biji padi akan berkecambah dengan baik pada kelembaban 95 % dan
perkecambannya sedikit pada kelembaban 14 %.
Di samping faktor-faktor di atas, perkecambahan biji dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain misalnya khemikalia, zat penghambat, zat tumbuh dan
sebagainya. Untuk memperbaiki perkecambahan, orang menjalankan beberapa usaha
seperti perendaman, memberi tekanan, memberi zat tumbuh dan sebagainya.
Gaya berkecambah suatu biji adalah banyaknya biji yang berkecambah dari
sejumlah biji murni yang dikecambahkan, dinyatakan dalam persen dalam waktu
tertentu. Waktu tersebut berbeda untuk masing-masing jenis biji. Biji disebut murni
apabila biji-biji tersebut berasal dari varietas serta memiliki bentuk, warna, ukuran
yang sama/hampir sama.
Gaya berkecambah merupakan salah satu tolok ukur untuk mengethui apakah
biji masih mampu berkecanbah atau tidak. Untuk biji padi diperlukan waktu yang
lebih pendek waktu kurang lebih 7 hari, kedelai, dan jagung 4-7 hari.
Kecepatan berkecambah suatu biji ialah banyaknya biji yang berkecambah
dari sejumlah biji yang murni yang dikecambahkan dinyatakan dalam persen dalam
waktu yang lebih pendek daripada waktu untuk penetuan gaya berkecambah
Waktu yang dipergunakan untuk menentukan kecepatan berkecambah ini
ialah waktu/saat dimana jumlah biji yang berkecambah paling banyak. Dengan
kecepatan berkecambah ini dapat diketahui apakah biji dapat berkecambah serentak
atau tidak.
Suatu biji dapat dinyatakan berkualitas baik apabilan mempunyai gaya
berkecambah dan kecepatan berkecambah lebih dari 80%
2.2 Media Tanam
Media tanam adalah media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman
dan tempat berpegangnya akar untukmengokohkan tanaman. Media
tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam . Media tanam
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Media tanam merupakan salah satu komponen penting dalam bercocok tanam. Media
tanam yang dipakai untuk menanam tanaman harus sesuai sehingga tanaman bisa
tumbuh dengan baik. Tapi terkadang menentukan media tanam yang tepat untuk jenis
tanaman agar sesuai dengan habitat asalnya cukup sulit. Hal ini dikarenakan setiap
daerah tempat tanaman tersebut berkembang berbeda-beda (Salisburry,1995).
Secara umum media tanam harus bisa menjaga kelembaban daerah sekitar akar
tanaman serta menyediakan cukup udara dan unsur hara. Oleh karena itu jenis media
tanam yang digunakan masing-masing daerah selalu berbeda-beda. Di Asia tenggara
misalnya sejak tahun 1940 mengunakan media tanam dari pecahan batu bata, sabut
kelapa, arang dan batang pakis. Media tanam tersebut bisa digunakan secara tunggal
ataupun dikombinasikan antara bahan satu dengan yang lainnya (Salisburry,1995).
Jenis-jenis Media Tanam dari bahan organik
a. Media Tanam dari Arang
Arang biasanya dibuat dari kayu atau batok kelapa yang dibakar. Media tanam
ini sangat cocok untuk menanam anggrek daerah dengan kelembapan tinggi. Hal ini
dikarenakan media tanam dari arang tidak baik dalam mengikat air dalam jumlah
banyak. Salah satu keunikan dari media tanam dari arang adalah sifatnya yang bufer.
Sehingga bila terjadi kesalahan dalam pemberian unsur hara yang ada di dalam pupuk
bisa cepat dinetralisir.Selain itu arang merupakan media tanam yang tidak mudah
lapuk sehingga aman dari gangguan jamur atau hewan yang dapat merugikan
tanaman. Kelemahan dari media tanam ini adalah kandungan unsur hara yang sedikit
sehingga media tanam ini perlu disuplai unsur hara yang dilakukan melalui proses
pemupukan.Sebelum digunakan idealnya media tanam dari arang sebaiknya dipecah
menjadi butiran kecil terlebih dahulu, tujuannya agar memudahkan penempatan di
dalam pot. Untuk ukuran pastinya bisa kamu sesuaikan dengan ukuran pot yang
digunakan (Mardiansyah,2012).
b. Media Tanam dari Batang Pakis
Batang pakis bisa secara umum terbagi menjadi dua yakni pakis dengan warna
hitam dan pakis coklat. Dari kedua jenis tanaman tersebut yang paling sering
digunakan sebagai media tanam adalah pakis hitam. Batang pakis hitam biasa berasal
dari tanaman pakis yang sudah berumur dan kering. Selain itu batang pakis juga
mudah untuk dibentuk menjadi potongan-potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan
pakis. Selain dijual dalam bentuk cacahan, media tanam dari pakis juga tersedia
dalam bentuk lempengan segi empat yang siap pakai. Umumnya media tanam ini
digunakan untuk menanam anggrek. Kekurangan dari media tanam ini adalah sering
dijadikan semut atau binatang kecil lainnya sebagai sarang. Keunggulan media tanam
dari pakis adalah mudah untuk mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik.
Selain itu media tanam ini memiliki tekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar
tanaman (Mardiansyah,2012).
c. Media Tanam dari Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang terbuat dari proses tanaman
atau limbah organik seperti sampah, daun, sekam, jerami, rumput. Kelebihan media
tanam dari kompos yakni mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan
sifat-sifat tanah, baik merupakan sifat kimiawi maupun biologis. Di samping itu
kompos bisa menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen yang sangat
diperlukan oleh tanaman.Kandungan unsur organik yang tinggi pada kompos sangat
dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Berdasarkan hal tersebut kompos
memiliki 2 peranan penting yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil
kondotioneryaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah
kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar
kation pada tanah. Kompos yang baik adalah yang terbuat dari tanaman yang telah
mengalami pelapukan sempurna yang ditandai dengan perubahan warna menjadi
hitam kecoklatan, tidak berbau serta memiliki kadar air rendah dan memiliki suhu
ruang (agromedia,2007).
d. Media Tanam dari Moss
Moss bisa dijadikan salah satu alternatif media tanam organik yang berasal
dari akar paku-pakuan atau kadang kala yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss
biasa digunakan sebagai media tanam pada saat masa penyemaian sampai masa
pembungaan. Media tanam ini memiliki banyak rongga sehingga memungkinkan akar
tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Berdasarkan sifatnya media
tanam moss bisa mengikat air dengan baik serta juga memiliki sistem dreinase dan
aerasi yang baik. Agar mendapatkan hasil yang optimal penggunaan media tanam
moss sebaiknya dikombinasikan dengan media tanam lain seperti kulit kayu, gambut,
daun kering dan juga tanah.
e. Media Tanam dari Pasir
Pasir merupakan media tanam alternatif yang biasa digunakan sebagai
pangganti tanah. Biasanya media tanam dari pasir digunakan untuk penyemaian
benih, penumbuhan bibit tanaman, serta penumbuhan tanaman dengan teknik stek.
Sifat pasir yang cepat menyerap kering memudahkan proses pemindahan bibit
tanaman ke media lain. Keunggulan lain dari media tanam dari pasir adalah bisa
meninggkatkan sistem drainase dan aerasi pada media tanam. Pasir Malang dan pasir
bangunan merupakan beberapa jenis pasir yang sering digunakan sebagai media
tanam. Penggunaan pasir sebagai media tanam harus dikobinasikan dengan media
tanam lain seperti kerikil, batu-batuan, tanah atau bisa disesuaikan dengan tanaman
yang akan dibudidayakan (agromedia,2007).
2.3 Persemaian
Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap
Persemaian merupakan kegiatan di mana benih di tanam di suatu media  yang
bertujuan agar benih bisa tumbuh maksimal, biasanya benih yang  melalui
persemaian bisa terlindung dari hama penyakit yang mengganggu bayi tanaman.
Dengan melakukan persemaian  benih yang di tanam dapat terplihara dengan baik di
bandingkan dengan yang langsung tanam, persemaian tentunya memiliki bagian yang
sangat penting  dari sebagian tanaman yang  anda budidayakan walau sebenarnya
semua tanaman tidak harus semuanya di semai contohnya bayam karena bayam tidak
membutuhkan persemaian, beberapa tanaman sebenarnya berupaya tumbuh sehat
namun dengan bantuan campur tangan manusia sekarang ini sangat semakin maju,
berikut adalah tujuan dari persemaian tempat penyiapan bibit yang baik sebelum di
pindah ke lahan. ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan
awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan
merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting)
dansecara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat
persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila
biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah.
Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut
seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai
dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian
tersebut sudah kuat (siap ditanam), misalnya untuk pohon saga setelah tinggi semai
antara 20-30 cm atau umur semai 8 – 10 bulan. Pengadaan bibit/semai melalui
persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih
menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah,
penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan
ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih
langsung di lapangan (agromedia,2007).
Adapun Jenis-Jenis Persemaian
Pada umumnya persemaian dikelompokkan  menjadi 2, yaitu persemaian
sementara dan persemaian tetap (Dwidijoseputro,2008).
a.  Persemaian Sementara (Flying Nursery)
Persemaian sementara biasanya merupakan persemaian kecil, dan diletakkan
di dekat dengan lokasi yang akan ditanami. Persemaian jenis ini biasanya digunaka
tidak melebihi jangka waktu 5 tahun (Dwidijoseputro,2008).
1. Keuntungan dari persemaian sementara antara lain :
a. Kondisi lingkngan  mendekati keadaan yang sebenarnya.
b. Ongkos pengangkutan bibit murah.
c. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu
berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.
d. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
2. Sedangkan kekurangan dari persemaian sementara yaitu
(Dwidijoseputro,2008).:
a. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan
hasil yang sedikit.
b. Keterampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.
c. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
d. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.
b. Persemaian Tetap
Persemaian ini biasanya berukuran besar  (luas) dan lokasinya menetap di
suatu tempat, dengan tujuan  untuk melayani areal penanaman yang luas
(Dwidijoseputro,2008). 
1. Keuntungan dari persemaian tetap adalah :
a. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
b. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki 3  Pengawasan dan
pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap  dan  terpilih
c. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
d. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan 
pertumbuhannya lebih seragam
2. Adapun kekurangan dari persemaian tetap adalah :
a. Kondisi lingkungan  tidak  selalu mendekati keadaan yang sebenarnya.
b. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian
sementara.
c. Membutuhkan biaya dan  investasi lebih besar  dibanding persemaian
sementara.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum persemaian dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 september - 18


November 2017, pukul 08.00 WITA-sampai dengan selesai bertempat di Gedung PH
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum persemaian meliputi :
a. Polybag, digunakan untuk memindahkan saga dalam proses persemaian
b. Biji saga, bibit yang digunakan dalam proses persemaian
c. Pupuk kandang, digunakan untuk menyuburkan tanaman
d. Pasir, digunakan untuk media dalam proses perkecambahan
e. Wadah kue, digunakan sebagai wadah pasir
f. Binder clip, digunakan sebagai penjepit wadah pasir pada perkecambahan
g. Label, digunakan sebagai penanda pada bibit
h. Cangkul, digunakan dalam pembuatan bedeng
i. Sekop, digunakan untuk mencampur pupuk kandang dengan tanah yang akan
digunakan
j. Parang, digunakan untuk pemotongan bambu pada pembuatan bedeng
3.3 Prosedur Kerja
a. Rendam biji saga dengar air hangat sekama 15 menit
b. Melubangi bagian bawah pada setiap ujung dari waadah pasir
c. Siapkan wadah yang sudah terisi pasir
d. membuat lubang sedalam 5 mm
e. lalu masukkan biji saga yang sudah direndam sebelumnya kemudian tutupi
biji saga dengan pasir sampai tak terlihat
f. menyiram bibit setiap 1x sehari pagi atau sore hari
g. siapkan 50 polybag yang tanpa perlakuan dan 50 polybag yang menggunakan
perlakuan
h. dua minggu kemudian tunggu sampai berkecambah dan akan dipindahkan ke
polybag
i. kemudian ukur tinggi,diameter dan jumlah daun selama tiap seminggu sekali
selama tiga minggu lalu amati perbedaannya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1 Hasil
a. Pertumbuhan Tinggi Semai

RATA RATA PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI


14

12

10
TINGGI DP
8
TINGGI TP
6

0
I II III

Grafik 4.1 Rata- rata Pertumbuhan Tinggi Semai


a. Pertumbuhan Jumlah Daun Semai

RATA RATA PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN


10
9
8
7
6 TINGGI DP
TINGGI TP
5
4
3
2
1
0
I II III
Garafik 4.2 Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun
b. Pertumbuhan Diameter Semai

RATA RATA PERTUMBUHAN DIAMETER


0.600

0.500

0.400
TINGGI DP
TINGGI TP
0.300

0.200

0.100

0.000
I II III

Grafik 4.3 Rata-rata Pertumbuhan Diameter Semai


4.2 Pembahasan

Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda, terdapat dua tipe


perkecambahan epigeal dan hypogeal , ada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe
perkecambahan epigel sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe
perkecambahan hypogeal
Berasarkan pengamatan tanama saga (Abrus precatorius Linn). Termasuk
tanaman yang cepat tumbuh . tanaman saga tidak mempersyaratkan tumbuh ditempat
yang khusus , dengan kata lain dapat tumbuh pada lahan yang miskin ,
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pohon saga sebelum diberi
perlakuan

perendaman benih saga dalam berbagai konsentrasi air hangat memacu


perkecambahan benih saga (Adenanthera pavonina L.) dengan baik. Hasil
Pengamatan pada grafik tersebut menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi air
hangat 75% cenderung memperlihatkan waktu yang tercepat benih untuk
berkecambah mencapai 80% yaitu 7 hari setelah tanam .
Menurut Kamil (2003), syarat benih bermutu tinggi adalah benih yang
mempunyai daya kecambah minimal 80% dan pada umumnya, apabila kebutuhan
untuk perkecambahan seperti air, suhu, oksigen, dan cahaya terpenuhi, biji bermutu
tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal
seedling). Tetapi oleh karena pengaruh faktor luar seperti hama atau mikroorganisme
lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji
bermutu rendah (low vigor), kemudian kecambah (bibit) yang dihasilkan tidak normal
(abnormal seedling). Kulit benih saga bersifat impermeabel menyebabkan benih tidak
dapat berimbibisi. Pengikiran dilakukan pada bagian kulit cadangan makanan yang
berwarna merah menyebabkan benih bersifat permeabel sehingga air dapat masuk ke
dalam benih.
Pada grafik diatas, Rata – rata pertumbuhan tinggi semai, diameter semai dan
pertambahan jumlah daun semai setiap minggu selalu bertambah. Hasil analisa
keragaman menunjukan bahwa umur semai berpengaruh nyata pada parameter tinggi
semai, diameter semai dan pertumbuhan jumlah daun dimana waktu penilitian selama
3 minggu dan dapat dilihat bahwa dari minggu ke minggu pertumbuhan tinggi,
diameter dan jumlah daun selalu bertambah.
Sehubungan dengan kemampuan semai dalam beradaptasi dengan media
tumbuh, Daniel et al. (1987) menyatakan ada 3 faktor yang berpengaruh pada
keberhasilan pertumbuhan semai yaitu kondisi lingkungan berupa kesiapan fisiologis
semai dalam atau untuk beradaptasi pada saat penyapihan. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa walaupun kondisi fisik atau lingkungan media tumbuh (ketersediaan air dan
suhu) dalam kondisi yang optimum namun semai hanya akan tumbuh optimum jika
semai berada dalam kondisi fisiologis yang optimum (siap disapih/ditanam).
pertumbuhan semai tanpa pupuk kandang dan semai dengan pupuk kandang
sangat berbeda. Semai dengan pupuk kandang pertumbuhannya sangat cepat
dibandingkan dengan semai tanpa menggunakan pupuk kandang. Hal ini diduga
karena semai dengan pupuk kandang unsure haranya terpenuhi sehingga
pertumbuhannya cepat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan pupuk kandang, pertumbuhan semai dapat tumbuh dengan
cepat. Persemaian dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu dengan persiapan
media tanam, proses perkecambahan, pembuatan bedeng dan pengisian tanah
kedalam polybag, dan proses penyapihan semai hingga perawatan semai setelah
berada di bedeng.
2. Perlakuan dengan menggunakan pupuk kandang lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan semai tanpa pupuk kandang. Dengan menggunakan tanah yang
dicampur dengan pupuk kandang maka pertumbuhannya lebih cepat termasuk
pertumbuhan tinggi semai, diameter semai hingga pertambahan jumlah daun
semai.
DAFTAR PUSTAKA

Benyamin Lakitan, 2000. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo


Persada Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika
Pressindo.

Campbell, Reece., 2008. Biologi Jilid 2 Edisi 8. Jakarta: Erlangga

Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Harjadi. 1979. Koperasi Pemasaran Hortikultura: Keberhasilan dan Kendala. Media


Komunikasi dan Informasi. April No. 16 Vol. IV, hal. 31.

Mardiansyah, M dan Rosmimi. 2012. Penuntun Praktikum Silvikultur. Jurusan


Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.

Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia


Pustaka. Jakarta. Cet. Ke-3 2008.

Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,


Bandung.

Soerodikosoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tamin, R. P. 2007. Teknik perkecambahan benih jati (Tectona grandis Linn.


F.). Jurnal Agronomi. Vol 1 : Halaman 7-14
LAMPIRAN
a. data minggu 1

JUMLAH
TINGGI DAUN KELILING DIAMETER
NO DP TP DP TP DP TP DP TP
1 7.3 8.5 5 5 0.8 0.8 0.255 0.255
2 10 7.6 6 6 0.8 0.8 0.255 0.255
3 8.9 8.1 4 7 0.9 0.8 0.287 0.255
4 9.2 7.9 5 6 0.9 0.8 0.287 0.255
5 8.7 8.4 7 6 0.9 0.8 0.287 0.255
6 7.5 6.5 6 8 0.8 0.9 0.255 0.287
7 7.4 8.3 6 7 0.8 0.8 0.255 0.255
8 9 8.8 6 6 0.9 0.8 0.287 0.255
9 6.4 7.9 9 7 0.8 0.8 0.255 0.255
10 8.5 8.9 6 6 0.8 0.8 0.255 0.255
11 7.7 8.8 6 6 0.8 0.8 0.255 0.255
12 7.6 8.8 8 7 0.8 0.8 0.255 0.255
13 7.7 10.6 6 9 0.8 0.9 0.255 0.287
14 8 6.4 8 6 0.8 0.7 0.255 0.223
15 7.9 9.1 7 6 0.8 0.7 0.255 0.223
16 7.4 7.5 5 7 0.8 0.6 0.255 0.191
17 9 8.3 6 6 0.9 0.6 0.287 0.191
18 10.4 7 6 6 1.1 0.6 0.350 0.191
19 9.7 7.8 6 6 1.1 0.6 0.350 0.191
20 12.4 8 4 6 1.2 0.8 0.382 0.255
21 8.4 8.3 7 6 0.9 0.8 0.287 0.255
22 9.3 7.4 8 6 0.9 0.8 0.287 0.255
23 7.8 9.2 7 6 0.8 0.8 0.255 0.255
24 7 8.7 6 4 0.8 0.6 0.255 0.191
25 8.1 7.5 6 6 0.8 0.6 0.255 0.191
26 8.5 7.7 6 5 0.9 0.6 0.287 0.191
27 8.1 9.4 6 5 0.9 0.6 0.287 0.191
28 9.4 9.3 5 6 0.9 0.8 0.287 0.255
29 8.3 8.7 5 6 0.9 0.8 0.287 0.255
30 8.4 9.3 5 5 0.9 0.8 0.287 0.255
31 9.1 10 7 6 1 0.9 0.318 0.287
32 6.8 7.7 6 9 0.8 0.8 0.255 0.255
33 9 7.5 5 5 0.9 0.8 0.287 0.255
34 9.1 10.3 10 6 0.9 0.9 0.287 0.287
35 11 9.7 5 6 1 0.9 0.318 0.287
36 7.8 8.6 6 6 0.8 0.7 0.255 0.223
37 7.4 5.6 6 4 0.8 0.6 0.255 0.191
38 9.3 8.2 6 5 0.9 0.7 0.287 0.223
39 8.2 10.4 5 6 0.8 0.6 0.255 0.191
40 10.3 10.6 4 5 1.1 0.7 0.350 0.223
41 8.3 9.1 6 6 0.8 0.9 0.255 0.287
42 5 7.5 5 2 0.8 0.8 0.255 0.255
43 8.3 8.5 6 7 0.8 0.8 0.255 0.255
44 8.6 9.3 6 6 0.8 0.9 0.255 0.287
45 10.2 6.5 5 6 0.8 0.8 0.255 0.255
46 7.5 8.2 5 5 0.8 0.8 0.255 0.255
47 8.6 8 6 5 0.8 0.9 0.255 0.287
48 9.1 9.1 5 6 1.1 0.9 0.350 0.287
49 7 9.5 5 4 0.8 0.9 0.255 0.287
50 6 7.7 5 5 0.8 0.8 0.255 0.255
13.853 12.2611
Jumlah 420.6 420.7 297 294 43.5 38.5 5 5
Rata- 0.2770 0.24522
rata 8.412 8.414 6 6 0.87 0.77 7 3
b. data minggu 2

JUMLAH
TINGGI DAUN KELILING DIAMETER
NO DP TP DP TP DP TP DP TP
1 11.3 10.5 6 7 1 0.9 0.318 0.287
2 9.4 12.5 7 8 1 1 0.318 0.318
3 8.3 13.8 6 10 1 1 0.318 0.318
4 9.4 10 8 5 1 0.9 0.318 0.287
5 9 11 6 6 1 0.9 0.318 0.287
6 10.9 13.3 8 6 1 0.9 0.318 0.287
7 9.6 13.3 8 6 1 1 0.318 0.318
8 10.3 11.7 7 7 0.9 0.9 0.287 0.287
9 8.8 11.3 6 7 0.9 0.9 0.287 0.287
10 9.6 11.4 6 8 1 0.9 0.318 0.287
11 7 12.2 8 8 1 0.9 0.318 0.287
12 9.6 12.2 7 8 1 0.8 0.318 0.255
13 9.2 10.6 8 9 1 0.8 0.318 0.255
14 10.4 11.3 8 5 1 1 0.318 0.318
15 9.3 10.3 6 7 1.3 1 0.414 0.318
16 10.3 11.4 7 7 0.9 0.9 0.287 0.287
17 8.2 10.8 7 8 1 0.8 0.318 0.255
18 10.6 10.4 7 7 1.3 0.9 0.414 0.287
19 9.3 10.5 3 7 1.4 0.8 0.446 0.255
20 13.1 13 8 5 1.4 0.7 0.446 0.223
21 9.4 9.4 7 6 0.9 0.9 0.287 0.287
22 10.1 10.2 6 6 1 0.9 0.318 0.287
23 11.3 10.6 9 6 1 0.9 0.318 0.287
24 8.3 11.2 5 5 0.9 0.8 0.287 0.255
25 9.3 8.4 6 9 1 0.7 0.318 0.223
26 10.3 10.1 6 5 1.3 1 0.414 0.318
27 9.6 9.5 6 5 1.3 1 0.414 0.318
28 8.3 11.3 6 1 1 0.9 0.318 0.287
29 8.3 10 6 5 1 0.7 0.318 0.223
30 10.6 9 8 5 1.2 0.7 0.382 0.223
31 12.2 6.6 7 1 1.3 0.7 0.414 0.223
32 8.4 9.4 7 7 1 0.8 0.318 0.255
33 9.2 11.2 7 9 1 1 0.318 0.318
34 8.4 10 6 7 1.3 0.8 0.414 0.255
35 8.3 10 6 5 1.4 0.8 0.446 0.255
36 10 10 7 5 1.3 0.9 0.414 0.287
37 8.2 10.3 6 6 1.2 1 0.382 0.318
38 9.6 10.5 7 6 0.9 1 0.287 0.318
39 8.5 12.4 5 6 1.4 1.1 0.446 0.350
40 11.1 9.8 9 7 1.4 0.8 0.446 0.255
41 9 10.6 8 7 1.3 0.8 0.414 0.255
42 6 9.5 7 7 0.9 0.9 0.287 0.287
43 10.1 11 8 5 0.9 0.9 0.287 0.287
44 10 11.5 7 8 1.4 1.1 0.446 0.350
45 11.4 10 8 6 1.4 1 0.446 0.318
46 8.3 10 6 6 1.3 1 0.414 0.318
47 10.1 10.6 8 5 0.9 0.9 0.287 0.287
48 11.2 11.3 7 7 1.4 1.1 0.446 0.350
49 8 9.4 4 6 1.4 1.1 0.446 0.350
50 9.4 8.6 6 6 1 1 0.318 0.318
Jumla 14.3630
h 476.5 533.9 338 316 55.8 45.1 17.7707 6
Rata- 0.35541 0.28726
rata 9.53 10.678 7 6 1.116 0.902 4 1
c. minggu 3

NO TINGGI JUMLAH KELILING DIAMETER


DAUN
DP TP DP TP DP TP DP TP
1 13.2 13.9 9 8 1.4 1 0.446 0.318
2 14.2 12.1 7 7 1.5 1 0.478 0.318
3 12.7 13.2 8 10 1.5 1 0.478 0.318
4 14.3 13.2 8 8 1.5 1.2 0.478 0.382
5 11.8 13.3 7 8 1.6 1.2 0.510 0.382
6 11.8 13.4 7 11 1.5 1.2 0.478 0.382
7 13.7 14.3 8 9 1.7 1 0.541 0.318
8 14.2 12.2 8 8 1.4 1.2 0.446 0.382
9 11.7 10.7 8 10 1.4 1 0.446 0.318
10 11.7 13.9 6 8 1.7 1.3 0.541 0.414
11 18.2 15.5 9 9 1.5 1.3 0.478 0.414
12 11.3 15.8 4 11 1.6 1 0.510 0.318
13 18.4 14.6 10 10 1.4 1 0.446 0.318
14 12.2 15.9 9 8 1.4 1 0.446 0.318
15 13.5 13.6 7 8 1.4 1.2 0.446 0.382
16 14.7 11.3 11 9 1.3 1.1 0.414 0.350
17 16.2 11.3 10 8 1.3 1.2 0.414 0.382
18 13.5 13.8 9 8 1.6 1.1 0.510 0.350
19 10.6 13.9 12 9 1.4 1 0.446 0.318
20 13.2 11.8 8 8 1.7 1 0.541 0.318
21 15.3 13.9 10 9 1.7 1 0.541 0.318
22 15.2 10.8 8 8 1.7 1.2 0.541 0.382
23 11.7 12.3 8 8 1.7 1.3 0.541 0.414
24 11.8 12.4 8 8 1.6 1 0.510 0.318
25 15.3 12.4 10 8 1.4 1 0.446 0.318
26 12.2 9.7 9 8 1.6 1.3 0.510 0.414
27 11.1 12.3 8 9 1.7 1.2 0.541 0.382
28 0 12.9 0 8 0 1.2 0.000 0.382
29 10.3 9.7 8 8 1.6 1.3 0.510 0.414
30 10.3 15.3 9 8 1.5 1.2 0.478 0.382
31 15.3 11.2 8 7 1.6 1 0.510 0.318
32 13.4 12.2 13 7 1.5 1 0.478 0.318
33 11.7 12.1 9 7 1.7 1.1 0.541 0.350
34 13.6 13.7 10 8 1.6 1.1 0.510 0.350
35 14.9 18 10 8 1.5 1.1 0.478 0.350
36 11.2 11.1 15 7 1.6 1.2 0.510 0.382
37 7.3 8 8 1 1.7 0.9 0.541 0.287
38 10.4 12.8 12 8 1.5 1 0.478 0.318
39 15.2 13.2 11 8 1.4 1.2 0.446 0.382
40 12.2 11.3 15 6 1.4 1.2 0.446 0.382
41 15.1 0 9 0 1.7 0 0.541 0.000
42 10.4 0 13 0 1.4 0 0.446 0.000
43 12.4 10.3 11 9 1.4 1 0.446 0.318
44 10.7 13.2 8 8 1.6 1.2 0.510 0.382
45 8.9 11.7 8 9 1.7 1.2 0.541 0.382
46 14.1 9.2 10 7 1.5 1 0.478 0.318
47 13.5 13.3 9 8 1.7 1 0.541 0.318
48 13.8 14.2 10 9 1.5 1.1 0.478 0.350
49 14 12.2 11 7 1.5 1.3 0.478 0.414
50 14.7 13.9 10 6 1.6 1.2 0.510 0.382
Jumla 53. 24.0127 17.0382
h 637.1 611 453 387 75.4 5 4 2
Rata- 12.74 1.0 0.48025 0.34076
rata 2 12.22 9 8 1.508 7 5 4

RATA RATA PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI

MINGGU TINGGI
KE DP TP
I 8.412 8.414
II 9.53 10.678
III 12.742 12.22

RATA RATA PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN SEMAI

MINGG TINGGI
U KE DP TP
I 6 6
II 7 6
III 9 8

RATA RATA PERTUMBUHAN DIAMETER

MINGGU TINGGI
KE DP TP
I 0.277 0.245
II 0.355 0.287
III 0.480 0.341

Anda mungkin juga menyukai