Anda di halaman 1dari 39

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bab : Metoda Pembuatan Tanaman Hutan

Sukirno Dwiasmoro Prianto dan Singgih Utomo

Jurusan Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan UGM

Kamis,24 Maret 2011


How it will be plant?

• Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka harus


diketahui bahwa cara penanaman suatu jenis bisa
dilakukan dengan :
A. Berdasarkan bahan tanaman yang
digunakan:
1. Cara langsung (direct seeding)
2. Cara tidak langsung (Indirect seeding)
Penjelasan, keuntungan dan kerugian

A. 1. Penanaman langsung (Direct seeding)


Yang dimaksud dengan penanaman langsung disini
adalah bila cara penanamannya menggunakan benih
langsung ditabur/ditanam di lapangan, artinya benih
tidak disemaikan di persemaian dalam bentuk
semai/bibit siap tanam.
2. Penanaman tidak langsung (Indirect seeding)
Cara yang kedua ini adalah, penanaman di lapangan
bahan tanaman sudah dalam bentuk semai/bibit siap
tanam. Jadi benih diperlakukan dan dijadikan
semai/bibit siap tanam di persemaian/di pembibitan
Pertimbangan penerapan metoda penanaman dengan cara
penanaman langsung (direct seeding) dan atau tidak langsung
(Indirect seeding), setidaknya ada 6 hal yang perlu diperhatikan,
adalah :

1. Tergantung sifat toleransi dari jenis yang akan ditanam.


2. Apakah benih dari jenis yang akan ditanam tersedia cukup banyak?
Disini juga dikaitkan dengan tingkat kemudahan dalam memperoleh
benih dari jenis tersebut.
3. Ukuran benihnya, cukup besar sehingga mudah dipegang dengan
jari tangan.
4. Apakah benih dari jenis yang akan ditanam perlu perlakuan khusus
atau tidak.
5. Apakah benih dari jenis yang akan ditanam viabilitasnya tinggi dan
longivitasnya panjang?
6. Apakah benih dari jenis yang akan ditanam disukai serangga atau
hewan pemakan biji atau tidak.
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
Direct Seeding Indirect seeding
a. Murah/cepat a. Keberhasilan tinggi
b. Sistem perakaran b. Lebih kuat bersaing dengan herba.
lebih bagus c. Perhitungan kebutuhan bibit lebih
c. Persiapan pasti
lapangan lebih d. Pemeliharaan khususnya pemupukan
sederhana dan lebih mudah
mudah e. Keragaman tanaman rendah
f. Perlindungan terhadap serangan hama
dan penyakit lebih mudah dikelola
g. Pengaturan letak tanaman lebih
mudah dan pasti
Kerugian

- Direct Seeding - Indirect seeding

a. Sulit memprediksi a. Biaya awal relatif lebih


jumlah semai yang hidup besar (pembuatan lobang
b. Sulit pengatur jarak tanam, pupuk dasar,
antar tanaman pengadaan bibit,
c. Sulit dalam transport bibit dll.)
pemeliharaannya b. Tanaman perlu
d. Sulit memperoleh beradaptasi dulu setelah
keseragaman tanaman penanaman
B. Metoda pertanaman hutan berdasarkan
pengupahan :
1. Borongan dan banjar harian pada cara
cemplongan
2. Tumpangsari
3. Komplangan

C. Metoda pertanaman berdasarkan kulturnya :


1. Cemplongan
2. Tugal
3. Jalur
4. Jalur penyekat
Borongan
1. Pada pembuatan tanaman ini upahya adalah berdasarkan
: luas areal yang mampu ditanami dengan harga borongan
yang disepakati bersama, misalnya Rp.3.000.000,-/ha, Jadi
biaya/harga pembuatan tanaman sebesar tersebut sebenarnya
meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan bibit /bahan
tanaman, penanaman, hingga masa pemeliharaan.

2. Point-point kegiatan tersebut biasanya sudah tertera dalam


TOR (Term of Reference) Berdasarkan TOR yang ada dibuat
rencana kegiatannya, dan siapa yang melakukan kegiatan
tersebut serta persyaratan-persyaratan lainnya. Rencana
Kerja dan Syarat-syarat dibuat oleh tim perencana, yang
sifatnya mengikat pada apa-apa yang harus dilaksanakan dan
berbagai persyaratannya (standart).
3. Pelaksana dilakukan oleh pihak ketiga
(pemborong/rekanan /kontraktor) yang memenuhi
syarat prakualifikasinya.
Banjar Harian
• Pengupahan tenaga pelaksana dengan cara harian,
misalnya disesuaikan dengan UMR yang berlaku
ditempat itu. (saat ini misalnya Rp. 20.000,-/hari).
Jadi tidak dilihat prestasi kerjanya, sehingga
pengawasan menjadi faktor yang utama untuk
menuju ke effesiensi hasil pekerjaan.
• Peran mandor dan pengawas menjadi sangat
penting.
Metoda Tumpangsari
Suatu metoda pembuatan tanaman hutan dengan
mengikut sertakan petani/pesanggem dalam
pembuatan tanaman hutan, dimana petani
/pesanggem diberi kesempatan untuk menanami
tanaman semusim/tanaman pangan di antara
tanaman hutan (tanaman pokok dan jenis tanaman
hutan lainnya) dan mereka mempunyai kewajiban
untuk menanam dan memelihara tanaman hutan
selama masa kontrak. Hasil tanaman semusim
yang mereka peroleh sebagai upah dalam
penanaman hutan tersebut.

• Umumnya waktu yang ditetapkan adalah 2 - 3


tahun tergantung dengan jenis tanaman pokok,
kondisi tanah, serta tujuan penanaman.
Pola tanam Tumpangsari

1. T.pokok jati, t. sela: lamtoro


2. T pokok kesambi, melinjo,
nanas
3. T pokok sengon, rumput,
kates
Berbagai aktivitas pembuatan
tanaman (pola tumpangsari)
Tanaman Jati dengan pola tumpangsari

Tanaman pokok
dan Tanaman sela

Tanaman pagar

Tanaman pengisi

Tanaman semusim + pokok + sela


Tanaman Tepi dan Sela Lamtoro di Ngawi

Tanaman tepi di pertanaman jati

Posisi Tanaman Sela


Tanaman Pengisi kesambi

Tanaman Tepi /border


Sejarah pembuatan tanaman hutan jati
1. S/d tahun 1865
Blandongstelsel; hutan ditebang secara selective; kadang
digunakan api untuk pembakaran tumbuhan bawah, kemudian
tanah tersebut di tanami jati.
2. 1865 - 1880
Sedikit perbaikan mengenai cara penanaman; permudaan alam
mulai mendapat perhatian
3. 1880 -1907
Penggunaan tumpangsari dalam pembuatan tanaman hutan, dan
ini dianjurkan oleh Buurman (tepatnya mulai 1873), belum
menggunakan tanaman sela.
4. 1907 sampai sekarang
Penggunaan tanaman lamtoro untuk ditanam sebagai tanaman
sela pada tanaman hutan dengan tumpangsari yang dianjurkan
oleh Jaski.
Jenis tanaman semusim yang mestinya
tidak boleh (menurut Coster)
1. Tanaman yang sifatnya merambat dan membelit
(kacang panjang, Ketjipir)
2. Tanam yang pertumbuhannya cepat dan menyaingi
tanaman hutan (tanaman padi gogo)
3. Tanaman yang menyerap hara sangat banyak
(berumbi seperti ketela, ubi jalar, tebu dan pisang)
4. Tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
(tembakau) Sebenarnya dengan tanaman
tembakau petani akan lebih aktif untuk menyiangi
tanah, dan ini akan mempunyai dampak yang
positip pada tanaman pokok, namun karena nilai
tembakau sangat tinggi, maka sering petani akan
mendahulukan tanaman tembakaunya dibandingkan
tanaman kehutanannya.
Contoh tanaman semusim yang tidak
direkomendasikan

1. Merambat
2. Bahaya
erosi dan
rakus hara
3. Ekonomi
tinggi dan
intoleran
Tumpangsari pada umur tegakan
>3 tahun di Jember
Pertimbangan digunakan metoda
tumpangsari

• Ada tidaknya tenaga penggarap (pesanggem)


• Penduduk di sekitar hutan sangat padat, sehingga
perlu tanah garapan untuk mencukupi kebutuhan
bahan makanan
• Kondisi tanahnya memungkinkan untuk di tumpang
- sarikan
• Jenis tanaman pokok memerlukan pengerjaan tanah
yang intensip.
Keuntungan diterapkannya
metoda tumpangsari
1. Biaya pembuatan tanaman menjadi murah, karena sebagai
upahnya petani boleh mengambil hasil tanaman semusimnya.
2. Umumnya dengan tumpangsari hasil tanamannya baik karena
pada waktu akan dikembalikan atau habis masa kontraknya,
tanaman hutannya harus mencapai paling sedikit 80 %
(sekarang harus mencapai 100 % hidup).
3. Dengan tanah digarap, maka aerasi tanah menjadi labih bagus,
sehingga memungkinkan pertumbuhan tanaman hutannya
menjadi lebih baik.
4. Dengan tanah dikerjakan dan umumnya petani memupuk, maka
tanaman hutan ikut memanfaat-kannya dan pertumbuhannya
menjadi lebih baik.
Kerugian dengan penerapan
metode tumpangsari

1. Dikhawatirkan akan terjadi erosi akibat tanah selalu


digarap. Namun bisa ditempuh dengan penerapan
teknik pengawetan tanah yang baik.

2. Kemungkinan besar akan terjadi persaingan


memperoleh hara antara tanaman semusim dengan
tanaman hutan, sehingga pertumbuhan tanaman
hutannya terganggu. Tumpangsari yang dikenalkan
oleh Buurman pada tahun 1873 (Lugt, 1933) dan dapat
berkembang dengan baik karena situasi sosial ekonomi
yang menguntungkan (Anonimus, 1982).
Keuntungan Pola Tumpangsari Satjapradja
(1982)
1. Pada Pola tumpangsari akan diperoleh tegakan yang
tidak homogen dan tidak seumur yang terdiri dari
dua strata atau lebih. Dengan kondisi tegakan yang
demikian, maka tajuk dapat menutup tanah,
sehingga terhindar dari erosi dan produktivitas
tanah dapat dipertahankan.

2. Para petani yang bermukim di sekitar hutan dapat


mengolah lahan dengan menanam palawija di
samping memelihara pohon komoditi utama
kehutanan. Dengan demikian tumpangsari dapat
memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
pendapatan petani.
Fandeli (1980) agar tumpangsari
berhasil baik adalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana jenis tanaman (terutama jenis pohon)


yang dipilih harus jenis yang tidak mengeluarkan
zat allelophaty.
2. Pemilihan jenis tanaman Leguminoceae terutama
untuk lahan kritis, baik untuk tanaman pohon
maupun tanaman pangan akan menjamin
keberhasilan sistem ini.
3. Pemilihan jenis tanaman yang bersifat penguap
keras sebaiknya dihindari. Tanaman penguap
keras itu akan dapat merubah mikroklimat di dalam
komunitas. Akibatnya secara lambat laun tanaman
yang diusahakan akan mengalami kekeringan
terutama pada musim kemarau
Komplangan
• Komplangan adalah metoda pembuatan tanaman
hutan dengan mengikutkan petani/masyarakat
sekitar hutan yang diikat dengan perjanjian kontrak,
seperti halnya tumpangsari, hanya bedanya kalau
komplangan tanah yang digarap untuk tanam
tanaman semusimnya tidak berada di lahan yang
ditanami tanaman hutan, jadi lahan pertanian diluar
kawasan tanaman hutan. Misal tanaman hutan di
petak 5, maka lokasi tanaman pertanian ada di petak
18.
• Pertimbangannya: lahan untuk tanaman hutan
kurang memenuhi syarat untuk diolah (rawan erosi,
rawan longsor atau bila diolah membahayakan
penggarap, lokasi berbatu sehingga tidak
menguntungkan bagi petani dll.
Cemplongan (lobang tanaman)
• Cemplongan, artinya petani/penggarap dalam
menanam tanaman hutan tanpa mengolah
tanah, mereka cukup membuat lobang-lobang
tanaman (Jawa = cemplongan) dan upahnya
berdasarkan banyaknya batang tanaman yang
bisa dibuat (misalnya Rp500,-/batang).
• Jadi upah Rp. 500,- tersebut meliputi
pembuatan lobang tanaman dan menanam
bibit tanaman.
Penanaman berdasarkan teknik
kulturnya.
Cemplongan dalam jalur tanam

Lobang tanaman dibuat 1 – 2 minggu sebelum penanaman Maksudnya


agar timbul rekahan, aerasi menjadi bagus dan gas-gas yang sifatnya
racun akan teroksidasi (terikat, sehingga tidak bersifat meracuni) tanaman
kita.
PROSEDUR KERJA
PENANAMAN
(SUMBER: PT BERAUCOOL-KALTIM,2003)
Top soil/sub soil

Ppupuk lengkap (½ dosis standar) Micoriza


Ddisiram dengan Humega 1:40 ( 4 Liter larutan)
( 100 mL Humega + 3900 mL air)
( 50 mL Humega + 1950 mL air untuk lahan
yang tidak terlalu bermasalah) Pengambilan
sampel
tanah setelah
Pengambilan treatment
sampel
tanah sebelum
treatment

• Penyiraman Kesimpulan
Setelah penanaman, dilakukan ( Apr.’02 ) Humega bln 2,&3
penyiraman Humega dari atas di sekitar ( Apr’05 )
• Humega & soil plus
pangkal batang. Jumlah larutan yang selang seling
disiramkan secukupnya (2-3 Liter) dengan tiap 3/6 bulan 1 x
perbandingan larutan sama seperti di atas.
Contoh teknik tanam bibit
Tugal
• Cara ini agak berbeda dengan cemplongan, lobang
yang dibuat dengan menggunakan kayu (tugal)
yang dihunjamkan ke permukaan tanah sampai
kedalaman tertentu, dan dicabut lagi.
• Lobang yang terjadi adalah yang akan digunakan
untuk tempat ditanami tanaman hutan.
• Upah/imbalan yang diberikan pada petani juga
seperti halnya cara cemplongan atau bisa dengan
banjar harian.
• Kelemahan metoda ini, lobang yang terbentuk
tepinya padat dan membuat sistem perakaran
kurang effisien.
Teknik tanam dengan menggunakan tugal
(contoh disini adalah tanam padi/jagung/ benih
tanaman hutan pada metode direct seeding)
Cara jalur penyekat
• Cara ini ditempuh khususnya untuk rehabilitasi lahan/
penanaman hutan pada daerah alang-alang/lainnya yang
sering mengalami kebakaran.
• Menurut cara ini, lapangan /areal hutan dibagi dalam blok-
blok (100 ha), kemudian dibuat sub-sub blok (25 ha) dan
dibuat sub blok lagi (10 ha) dan seterusnya tergantung
kondisi setempat.
• Pada setiap blok/sub blok tanahnya diolah keliling batas
blok/sub blok, dengan lebar antara 25-30 m keliling,
kemudian ditanami jenis-jenis tanaman yang tahan terhadap
kebakaran dan cepat tumbuh (cepat menutup tanah).
• Sementara didalam blok belum ditanami. Setelah beberapa
waktu (2 - 5 tahun), bagian blok/sub blok didalam diolah dan
ditanami dengan tanaman pokok.
Contoh Cara Jalur Penyekat
 Sekat bakar  Sekat bakar 
  
  
Se- Se- Se-
kat Blok 1 kat Blok 2 kat
ba- Tanaman pokok ba- Tanaman pokok ba-
kar kar kar
  

 Sekat Bakar  Sekat bakar 


  
  
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai