Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGUKURAN POHON JATI

“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Tek. Produksi Tanaman
Perkebunan dan Kehutanan”

Dosen Pengampu : Ristina Siti Sundari. MP

Oleh,
Fajar Wirahmat (1605010019)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah laporan
praktikum Pengukuran Pohon Jati. Laporan yang kami susun dengan sistematis
dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tek.
Produksi Tanman Perkebunan dan Kehutanan.
Dengan terselesainya lapora praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada :

1. Kepada Ibu Ristina Siti Sundari. MP. Selaku dosen pengampu kami.

2. Kepada orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami.

3. Dan teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan


praktikum ini.

Demikian laporan yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan bagi kami selaku penulis.

Tasikmalaya, 20 Januari 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jati dengan nama ilmiah Tectona grandis L.F adalah pohon penghasil kayu
bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-
50 m dengan berdiameter yang dapat mencapai lebih dari 1 meter, berdaun besar,
yang luruh di musim kemarau. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat, sehingga
sulit untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Kayu Jati mempunyai berbagai
macam fungsi, seperti industri furniture, untuk bahan ubin lantai, dek kapal laut
dan bahkan untuk lapisan kulit barang barang elektronik.
Di Indonesia kayu jati adalah bahan baku furnitur dan mebel terbaik sejagat,
itu tidak lepas dari mutu yang dihasilkan oleh kayu jati itu sendiri, kayu jati
tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap
jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu jati juga
memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu. Dengan
karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu
Jati membuat kekuatan jati lebih baik dari jenis kayu yang lain dan mempunyai
nilai jual yang sangat tinggi.
Pohon Jati merupakan salah satu pohon unggulan di Pulau Jawa. Dalam
konsep kualitas kayu, sejumlah faktor menentukan kecocokan kayu untuk
kegunaan akhir yang khusus, seperti kerapatan, proporsi kayu teras, panjang serat,
terdapatnya kayu juvenil dan kayu reaksi, susunan sel, terdapatnya mata kayu,
arah serat, dan susunan kimia (Haygreen dan Bowyer, 1988). Berdasar konsep
kualitas kayu tersebut jati merupakan salah satu kayu dengan kualitas terbaik.
Kayu jati termasuk kelas awet II dan kelas kuat II (Martawijaya dkk., 1981). Sifat
unggul dari kayu jati ini menjadikan daya tarik dalam penggunaannya sebagai
bahan baku dalam berbagai industri mebel dan kerajinan kayu di Indonesia. Umur
pakai kayu yang lama dari jati ini menjadikan penyebab kayu jati digunakan oleh
sebagian besar masyarakat untuk berbagai keperluan. Selama ini, faktor kimia
juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur pakai kayu (Dumanauw, 1982).
Dalam bidang kehutanan dan pengelolaan kayu pengukuran tinggi dan diameter

3
kayu merupakan hal yang sangat perlu dilakukan, karena kita dapat mengetahui
atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas pohon tertentu.
Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan
faktor penentu utama yang mempengaruhi keakuratan data-data yang diperoleh.
Semakin bagus alat yang dipergunakan maka kemungkinan semakin baik pula
hasil pengukuran yang akan kita didapatkan. Begitu pula dengan kemampuan para
pengamat dalam mengukur, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka
semakin baik juga data yang diperoleh (Simon, 2007).
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas
tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yangmempengaruhi keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil
pengukuran yang akan didapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan
pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam penggunaan suatu alat maka
semakin baik pula data yang dikumpulkan (Herwiyono, 2000).

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk dapat mengetahui teknik pengukuran pohon jati (Tectona grandis
L.F)
1.3 Kegunaan Praktikum
1. Sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknik Produksi
Tanaman Perkebunan dan Kehutanan
2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Jati


Jati (Tectona Grandis Linn. F) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu
tinggi dan sampai sekarang masih menjadi komoditas mewah yang banyak
diminati masyarakat walaupun harga jualnya mahal. Berikut ini taksonomi dan
tatanama dari kayu jati :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis
Jati memiliki tekstur kayu agak kasar dengan serat lurus. Kulit jati berwarna
abuabu kecoklatan. Sementara itu, batang bagian tengah (teras) berwarna coklat
muda dan bagian dalam (galih) berwarna coklat kemerahan. Permukaan kayu jati
relatif licin dan memiliki corak yang estetis (Mawardi, P. 2012).
Sejak abad ke-9, tanaman jati yang merupakan tanaman tropika dan
subtropika telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kayu kualitas tinggi dan
bernilai jual tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan
memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan
mampu bertahan sampai 500 tahun (Suryana, Y. 2001). Secara umum, kayu jati
termasuk ke dalam kelas kuat II-III dan kelas awet.
Ciri fisik lainnya dari kayu jati sebagai berikut :
 Berat jenis 0,62-0,75
 Keteguhan patah 800-1200 kg/cm2 dengan penyusutan kering tanur 2,8- 5,2%
 Keteguhan lentur statik 718 kg/cm2
 Keteguhan tekan sejajar dengan arah serat maksimum 550 kg/cm2

5
 Daya resistensi tinggi terhadap serangan jamur dan rayap karena terdapat zat
ekstraktif tectoquinon atau metil antraqinon. Semakin tua umur jati, semakin
kecil risiko terserang jamur dan rayap.
Sementara itu, ciri kimia kayu jati diantaranya kadar selulosa 47,5%; lignin
29,9%; pentosan 14,4%; abu 1,4%; silika 0,4%; dan nilai kalori 5,081 kal/gram
(Mawardi, P. 2012). Menurut data statistik dari Departemen Kehutanan (2004),
pada tahun 2003 produksi log Indonesia mencapai 10.086.217,06 m3 yang berasal
dari hutan alam, hutan tanaman industri dan hutan rakyat. Perkembangan industri
perkayuan yang pesat tentunya juga menimbulkan hasil samping berupa limbah.
Dalam proses pengolahan kayu hanya sekitar 60-70% dari komoditi kayu yang
diolah menjadi produk, dengan limbah sisa kayu dan serbuk gergajiannya
mencapai jumlah kurang lebih 30-40% (Darmaji, dkk. 1998) atau sekitar 3,03-
4,03 juta m3 untuk tahun 2003.

2.2 Morfologi Tanaman Jati


A. Daun
Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran
panjang 20-50 cm dan lebar 15-40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda
berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan
(Sumarna, 2001).
B. Batang
Pada kondisi bagus batang jati dapat mencapai tinggi 30-40 meter. Pada
habitat kering, pertumbuhan menjadi terhambat, cabang lebih banyak, melebar
dan membentuk semak. Pada daerah yang bagus, batang bebas cabang 15-20 m
atau lebih, percabangan kurang dan rimbun. Pohon tua sering beralur dan
berbanir. Kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda ke abu-abuan (Sumarna,
2001).
C. Bunga dan Buah
Masa berbunga dan berbuahnya adalah Juni – Agustus setiap tahunnya.
Ukuran bunga kecil, diameter 6-8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda
terdiri dari benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Buahnya
keras, terbungkus kulit berdaging, lunak tidak merata (tipe buah batu). Ukuran
buah bervariasi 5-20 mm, umumnya 11-17 mm.

6
Struktur buah terdiri atas kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan
tengah (mesokrap) tebal seperti gabus, bagian dalamnya (endokrap) keras dan
terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah per kilogram bervariasi sekitar 1.100-
3500 butir, rata-rata 2000 buah per kg. Benihnya berbentuk oval, ukuran kira-kira
6x4 mm, jarang dijumpai dalam keempat ruang berisi benih seluruhnya, umumnya
hanya berisi 1-2 benih. seringkali hanya 1 benih yang tumbuh jadi anakan
(Sumarna, 2001).
Permasalahan pada penyediaan bibit jati yang seragam adalah daya
berkecambah benih jati yang rendah. Pada umumnya benih jati menunjukkan
perkecambahan yang rendah, bervariasi dan biasanya berlangsung lambat.
Sebagai contoh di Burma variasinya adalah 20-50%, di India 4-38% dan di
Thailand 14-40%, di Indonesia sendiri tingkat perkecambahan benih sebesar 13-
45% (Suangtho, 1996 dalam Haryati, 2002).
D. Akar
Jati memiliki 2 jenis akar yaitu tunggang dan serabut. Akar tunggang
merupakan akar yang tumbuh ke bawah dan berukuran besar. Fungsi utamanya
menegakkan pohon agar tidak mudah roboh. Akar serabut merupakan akar yang
tumbuh ke samping untuk mencari air dan unsur hara. Untuk membedakan bibit
jati yang berasal dari setek pucuk dan pembiakan generatif (biji) bisa dibedakan
terutama dari bentuk akar (jika mau beli maka bongkar dulu akarnya). Bibit jati
solomon setek pucuk mempunyai akar menyamping (kiri kanan, depan belakang
seperti cakar), sedangkan bibit selain setek pucuk akarnya menghujam ke bawah.

2.3 Syarat tumbuh jati


Pohon jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu
berkisar 3-6 bulan pertahun. Curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300
mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26°C. Daerah-daerah yang
banyak ditumbuhi jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga
asam (Sumarna, 2001).
a. Iklim
Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun
tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm per tahun dengan

7
intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang
optimal adalah antara 0-700 m dpl, meski jati bisa tumbuh hingga 1300 m dpl,
suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-17°C dan suhu maksimum
39-43°C (Sumarna, 2001).
Jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya
terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang
begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan
mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir
yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Dan juga buah jati memiliki
kulit tebal dan tempurung yang keras. Hingga batas tertentu, jika terbakar lembaga
biji jati tidak rusak. Kerusakan tempurung biji jati justru memudahkan tunas jati
untuk keluar pada saat musim hujan tiba (Sumarna, 2001).
b. Tanah
Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan pH antara 6-8, sarang
(memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan
fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap
sebagai jenis asing yang dimasukkan ke Jawa, ditanam oleh orang Hindu ribuan
tahun yang lalu. Karena nilai kayunya, jati kini dikembangkan diluar daerah
penyebaran lainnya. Di Afrika tropis, Amerika tengah, Australia, Selandia Baru,
Pasifik dan Taiwan (Sumarna, 2001).

8
BAB III
METODE DAB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di kebun jati sekitaran Universitas Perjuangan,
penelitian ini di lakasanakan mulai tanggal 04 Oktober 2018 sampai dengan
selesai.

3.2 Bahan dan Alat


1. Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah :
a. Pitameter, untuk mengukur keliling batang pohon
b. Abney level, untuk menentukan sudut tinggi total dan tinggi bebas cabang
pohon.
c. Roll meter, untuk mengukur diameter setinggi dan dada pada batang
pohon
d. Tali Rafiah, untuk membuat plot pengukuran
e. Alat Tulis Menulis, untuk mencatat hasil pengukuran
f. Kalkulator, untuk menghitung hasil pengukuran
g. Kamera, untuk dokumentasi praktikum
h. Tally Sheet, sebagai tempat untuk mencatat hasil pengukuran
i. Kertas Label, untuk menandai tiap pohon yang di ukur
2. Pengukuran Volume Kayu Bulat
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah :
a. Pitameter, untuk mengukur keliling batang pohon
b. Roll meter, untuk mengukur diameter setinggi dan dada pada batang
pohon
c. Alat Tulis Menulis, untuk mencatat hasil pengukuran
d. Kalkulator, untuk menghitung hasil pengukuran
e. Kamera,untuk dokumentasi praktikum
j. Tally Sheet,sebagai tempat untuk mencatat hasil pengukuran
3. Angka Bentuk

9
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah :
a. Pitameter, untuk mengukur keliling batang pohon
b. Roll meter, untuk mengukur diameter setinggi dan dada pada batang
pohon
c. Alat Tulis Menulis, untuk mencatat hasil pengukuran
d. Kalkulator, untuk menghitung hasil pengukuran
e. Kamera, untuk dokumentasi praktikum
f. Tally Sheet, sebagai tempat untuk mencatat hasil pengukuran

3.3 Prosedur Kerja


1. Pengukuran Volume dan Tinggi Pohon
Tahapan dalam praktikum ini, yaitu :
a. Menentukan areal pengukuran seluas 100 m x 100 m lalu membatasi plot
tersebut dengan tali (plot yang ditentukan akan digunakan untuk
praktikum selanjutnya).
b. Memberi nomor pada pohon yang ada di dalam plot dengan kertas label.
c. Mengukur keliling pohon satu per satu setinggi dada (dbh) dengan
pitameter lalu mencatat hasil pengukuran di tally sheet.
d. Mengukur tinggi pohon satu per satu, baik itu Tinggi Total maupun Tinggi
Bebas Cabang dengan menggunakan abney level lalu mencatat hasilnya di
tally sheet.
e. Mengolah data hasil pengukuran dan membuat grafik sebaran diameter
pohon dan tinggi total serta tinggi bebas cabang pohon.
2. Pengukuran Volume Kayu Bulat
Faktanya pengukuran kali ini dilakukan untuk kayu bulat, bukan
pohon. Namun, karena log-log yang dibutuhkan untuk pengukuran tidak
tersedia, maka pengukuran dilakukan pada pohon dengan asumsi
menggunakan bentuk batang pohon yang silindris. Adapun langkah-langkah
dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengukuran pada plot yang telah ditentukan sebelumnya.
Nomor pohon pada praktikum sebelumnya tetap berlaku untuk praktikum
kali ini (nomor pohon tidak berubah).

10
b. Mengukur keliling pohon sebanyak tiga kali. Seluruh pohon diukur oleh
orang yang sama dengan mempertimbangkan ketinggian pengukur.
c. Pengukuran pertama dilakukan pada pangkal batang (20 cm dari
permukaan tanah).
d. Pengukuran kedua dilakukan pada ujung batang (ketinggian maksimum
yang dapat dicapai oleh pengukur dengan mempertimbangkan bentuk
silindris batang). Ketinggian pada pengukuran ujung batang tetap untuk
semua pohon.
e. Pengukuran ketiga dilakukan pada tengah batang. Misalnya ketinggian
ujung batang maksimum yang dapat diukur adalah 180 cm, maka
pengukuran keliling pada bagian tengah pohon dilakukan pada ketinggian
(180 cm – 20 cm) / 2 = 80 cm.
f. Mencatat hasil pengukuran di tally sheet.
g. Mengolah hasil pengukuran dengan menggunakan rumus Hubber,
Smallian, Newton dan Brereton lalu bandingkan hasilnya. Hasil
pengolahan data disertai dengan grafik.
h. Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena bisa
menyebabkan ketidak-valid-an data.
3. Angka Bentuk
Langkah-langkah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengukuran pada plot yang telah ditentukan sebelumnya.
Nomor pohon pada praktikum sebelumnya tetap berlaku untuk praktikum
kali ini (nomor pohon tidak berubah).
b. Mengukur keliling pohon sebanyak tiga kali. Seluruh pohon diukur oleh
orang yang sama dengan mempertimbangkan ketinggian pengukur.
c. Pengukuran pertama dilakukan pada pangkal batang (0 cm dari permukaan
tanah).
d. Pengukuran kedua dilakukan pada ujung batang (ketinggian maksimum
yang dapat dicapai oleh pengukur dengan mempertimbangkan bentuk
kerucut batang). Ketinggian pada pengukuran ujung batang tetap untuk
semua pohon.

11
e. Pengukuran ketiga dilakukan pada tengah batang. Misalnya ketinggian
ujung batang maksimum yang dapat diukur adalah 180 cm, maka
pengukuran keliling pada bagian tengah pohon dilakukan pada ketinggian
180 cm / 2 = 90 cm.
f. Mengukur keliling pohon dengan ketentuan tinggi pengukuran 1/10 dari
tinggi total pohon. Misalnya tinggi total pohon adalah 12 m, maka 12/10 =
1,2 m , pengukuran keliling dilakukan pada ketinggian 1,2 m.
g. Mencatat hasil pengukuran di tally sheet. Sebaiknya menggunakan tiga
digit angka setelah tanda koma.
h. Mengolah hasil pengukuran.
i. Pengukuran harus dilakukan dengan hati-hati karena bisa menyebabkan
ketidak-valid-an data.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambaran lokasi Pohon jati

No Pohon Tinggi (cm) Diameter Jari-jari Jumlah


Potongan
48 320 29 14.5 2
49 960 35.4 17.7 6
50 640 19 9.5 4
51 320 14.2 7.1 2
52 1120 36 18 7
53 640 15.7 7.85 4
54 480 15.2 7.6 3
55 800 17 8.5 5
56 640 26 13 4
57 960 30.1 15.05 6
58 800 17.6 8.8 5
59 640 17 8.5 4
60 320 19 9.5 2
61 640 20.5 10.25 4
62 640 15 7.5 4
Table 1 .

Menghitung volume dan kubikasi


Volume Kubikasi
Pohon 48 : Pohon 48 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=320x29x29x0.7854 = 3.14x14.5x14.5x320x2
=320x841x0.7854 = 3.14x210.25x320x2
=211,466.848 = 422,518.4

13
Pohon 49 : Pohon 49 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=960x35.4x35.4x0.7854 = 3.14x17.7x17.7x960x6
=960x1,253.16x0.7854 = 3.14x 313.29x960x6
=944,862.589 = 5,666,288.26
Pohon 50 : Pohon 50 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x19x19x0.7854 = 3.14x9.5x9.5x640x4
=640x361x0.7854 = 3.14x90.25x640x4
=181,458.816 = 725,465.6
Pohon 51 : Pohon 51 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=320x14.2x14.2x0.7854 = 3.14x7.1x7.1x320x2
=320x201.64xx0.7854 = 3.14x50.41x320x2
=50,677.777 = 101,303.936
Pohon 52 : Pohon 52 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=1120x36x36x0.7854 = 3.14x18x18x1120x7
=1120x1,296x0.7854 = 3.14x324x1120x7
=1,140,023.808 = 7,976,102.4
Pohon 53 : Pohon 53 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x15.7x15.7x0.7854 = 3.14x7.85x7.85x640x4
=640x246.49x0.7854 = 3.14x61.62x640x4
=123,899.677 = 495,326.208
Pohon 54 : Pohon 54 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=480x15.2x15.2x0.7854 = 3.14x7.6x7.6x480x3
=480x231.04x0.7854 = 3.14x57.76x480x3
=87,100.231 = 261,167.616
Pohon 55 : Pohon 55 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=800x17x17x0.7854 = 3.14x8.5x8.5x800x5
=800x289x0.7854 = 3.14x72.25x800x5
=181,584.48 = 907,460
Pohon 56 : Pohon 56 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x26x26x0.7854 = 3.14x13x13x640x4
=640x676x0.7854 = 3.14x169x640x4
=339,795.456 = 1,358,489.6
Pohon 57 : Pohon 57 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=960x30.1x30.1x0.7854 = 3.14x15.05x15.05x960x6
=960x906.01x0.7854 = 3.14x226.50x960x6
=683,117.043 = 2,944,409.4
Pohon 58 : Pohon 58 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=800x17.6x17.6x0.7854 = 3.14x8.8x8.8x800x5

14
=800x309.76x0.7854 = 3.14x77.44x800x5
=194,628.403 = 972,144
Pohon 59 : Pohon 59 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x17x17x0.7854 = 3.14x8.5x8.5x640x4
=640x289x0.7854 = 3.14x72.25x640x4
=145,267.584 = 580,774.4
Pohon 60 : Pohon 60 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=320x19x19x0.7854 = 3.14x9.5x9.5x320x2
=320x361x0.7854 = 3.14x90.25x320x2
=90,729.408 = 181,366.4
Pohon 61 : Pohon 61 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x20.5x20.5x0.7854 = 3.14x10.25x10.25x640x4
=640x420.25x0.7854 = 3.14x 105.06x640x4
=211,241.184 = 844,514.304
Pohon 62 : Pohon 62 :
V = P x D x D x 0.7854 Kubikasi = 3.14x r x r x t x Jlm Potongan
=640x15x15x0.7854 = 3.14x7.5x7.5x640x4
=640x225x0.7854 = 3.14x56.25x640x4
=113,097.6 = 452,160

4.2 Pembahasan
Kegiatan praktikum jati Tectona grandis bertujuan untuk menentukan
potensi tegakan dan menentukan preskripsi pengelolaan tegakan, mengetahui
tinggi pohon, diameter, jari-jari dan jumlah potongan hasil inventarisasi tegakan.
Pada praktikum ini diperoleh pula informasi bahwa pada sekitaran daerah yang
diamati tidak hanya terdapat satu jenis tanaman, tetapi memiliki beberapa tanaman
lain. Terbukti pada lokasi praktikum terdapat jenis pohon albasia di antara
dominan tegakan jati.
Jumlah total pohon yang diamati adalah 15 pohon dengan tinggi yang sama
rata. Tegakan pohon jati ini (Tectona grandis) memiliki pertumbuhan primer
(tinggi) dan pertumbuhan sekunder (diameter) yang cukup baik. Pohon jati
(Tectona grandis) juga memiliki sedikit percabangan, hal ini disebabkan karena
pola penanaman atau jarak tanam yang rapat sehingga pertumbuhan pohon lebih
banyak diarahkan kepada pertumbuhan tinggi karena adanya persaingan atau
kompetisi dalam memperebutkan cahaya matahari sehingga semua pohon
bersaing untuk meninggikan batangnya dalam hal untuk mendapatkan cahaya
penuh.

15
Dari hasil perhitungan data yang diperoleh dari 15 pohon jati memiliki
tinggi, diameter, jari-jari dan jumlah potong yang berbeda setiap pohonnya seperti
pada tabel 1. Pada pohon jati 48 memiliki volume 211,466.848 dengan kubikasi
yaitu 422,518.4, pada pohon jati 49 volumenya 944,862.589 dengan kubikasi
yaitu 5,666,288.26, pada pohon jati 50 volumenya 181,458.816 dengan kubikasi
yaitu 725,465.6, pada pohon jati 51 volumenya 50,677.777 dengan kubikasi yaitu
101,303.936 , pada pohon jati 52 volumenya 1,140,023.808 dengan kubikasi
yaitu 7,976,102.4, pada pohon jati 53 volumenya 123,899.677 dengan kubikasi
yaitu 495,326.208 , pada pohon jati 54 volumenya 87,100.231 dengan kubikasi
yaitu 261,167.616 , pada pohon jati 55 volumenya 181,584.48 dengan kubikasi
yaitu 907,460, pada pohon jati 56 volumenya 339,795.456 dengan kubikasi yaitu
1,358,489.6, pada pohon jati 57 volumenya 683,117.043dengan kubikasi yaitu
2,944,409.4 , pada pohon jati 58 volumenya 194,628.403 dengan kubikasi yaitu
972,144 , pada pohon jati 59 volumenya145,267.584 dengan kubikasi yaitu
580,774.4, pada pohon jati 60 volumenya 90,729.408 dengan kubikasi yaitu
181,366.4, pada pohon jati 61 volumenya 211,241.184 dengan kubikasi yaitu
844,514.304 , pada pohon jati 62 volumenya 113,097.6 dengan kubikasi yaitu
452,160.

16
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Jati dengan nama ilmiah Tectona grandis L.F adalah pohon penghasil kayu
bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-
50 m dengan berdiameter yang dapat mencapai lebih dari 1 meter, berdaun besar,
yang luruh di musim kemarau. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat, sehingga
sulit untuk menutupi permintaan atas kayu jati.
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas
tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat
merupakan faktor penentu utama yangmempengaruhi keotentikan data yang
diperoleh. Semakin bagus alat yang dipergunakan maka semakin baik pula hasil
pengukuran yang akan didapat.
Jumlah total pohon yang diamati adalah 15 pohon dengan tinggi yang sama
rata. Tegakan pohon jati ini (Tectona grandis) memiliki pertumbuhan primer
(tinggi) dan pertumbuhan sekunder (diameter) yang cukup baik. Pohon jati
(Tectona grandis) juga memiliki sedikit percabangan, hal ini disebabkan karena
pola penanaman atau jarak tanam yang rapat sehingga pertumbuhan pohon lebih
banyak diarahkan kepada pertumbuhan tinggi karena adanya persaingan atau
kompetisi dalam memperebutkan cahaya matahari sehingga semua pohon
bersaing untuk meninggikan batangnya dalam hal untuk mendapatkan cahaya
penuh.

17
18

Anda mungkin juga menyukai