PENDAHULUAN
Kayu jati (Tectona grandis) di Indonesia telah ditanam sejak jaman Belanda
dan telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat terutama untuk bahan
bangunan dan mebel.Bahkan di Jawa tanaman tersebut telah menjadi kelas
perusahaan tersendiri sejak jaman Belanda.Penelitian mengenai jati telah banyak
dilakukan baik yang bertujuan untuk meningkatkan mutu tanaman maupun nilai
tambah dari kayu tersebut. Dengan kemajuan teknologi yang berkembang akhir-
akhir ini, perbanyakan bibit jati yang semula hanya mengandalkan biji,
dikembangkan dengan cara kultur jaringan atau lebih dikenal dengan “tissue
culture”. Tujuan dari kultur jaringan adalah untuk memproduksi bibit secara
cepat, dalam jumlah banyak dari bibit tanaman yang dinilai mempunyai sifat baik
dan unggul (Herawan dan Rina, 1996).
Nama-nama daerah jati yang sering dipakai dibeberapa negara, seperti Jati
(Indonesia), Tekku (Bombay), Kyun (Burma), Saga (Gujarat), Sagun (Hindi),
Saguan (Kannad), Sag (Manthi), Singuru (Oriya), Bardaru (Sangskrit),
Tekkumaran (Tamil) dan Adaviteeku (Telugu) (Sumarna, 2011). Jati memiliki
batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter.Tinggi batang bebasnya
mencapai 18-20 meter.Kulit batang berwarna cokelat gradasi dan kuning keabu-
abuan.Pohon jati yang baik adalah pohon yang memiliki garis diameter batang
yang besar, berbatang lurus dan jumlah cabangnya sedikit (Mulyana dan
Asmarahman, 2010).
Jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang dikenal sebagai pohon
yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi juga karena jati termasuk
dalam kelas kuat II, kelas awet I, dan kelas mewah I. Karena itulah jati banyak
dibutuhkan dalam industri properti, pengajin industri furniture, kerajinan rumah
tangga, kontruksi berat dan ringan lainnya (Sumarna, 2002).
Pasokan kayu yang berasal dari hutan alam sebagai penghara industri
semakin berkurang. Saat ini banyak ditanam jati cepat tumbuh yang diharapkan
kayunya dapat digunakan sebagai kayu pertukangan, pengganti kayu dari hutan
alam. Produk berbahan baku jati memiliki pangsa yang luas, baik dalam maupun
luar negeri. Kebutuhan dalam negeri sampai saat ini belum dapat terpenuhi semua.
Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan dalam negeri sebesar 2,5 juta m3 per tahun
dan baru dapat dipenuhi sebesar 0,75 juta m3 per tahun, sehingga masih terdapat
kekurangan sebesar 1,75 juta m3 per tahun (Sumarna, 2002).
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 2. Okulasi
Teknik Kultur Jaringan Secara umum, produksi bibit melalui metode kultur
jaringan memerlukan beberapa tahap: (1) penyediaan bahan tanaman (eksplan)
dari induk terpilih, (2) sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi,
(3) penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas, (4)
penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet, dan (5)
aklimatisasi (Murashige, 1974; George dan Sherrington, 1984).
Perbanyakan tanaman jati juga dapat dilakukan cara yang sederhana seperti
stump, puteran hingga grafting.
Pengadaan bibit jati dilakukan dengan menggunakan biji. Biji jati yang akan
digunakan dipilih yang masih baru, karena biji jati yang telah disimpan sangat
mudah berkurang daya kecambahnya. Buah jati termasuk jenis buah batu,
memiliki kulit yang keras dan persentase perkecambahan rendah dibandingkan
dengan species lain. Untuk itu perlakuan-perlakuan tertentu dilaksanakan agar
mampu memecah dormansi biji.
Beberapa cara pemecahan dormansi biji yang dapat dilakukan antara lain :
1. Biji direndam dalam air dingin-dijemur dibawah terik sinar matahari,
diulang 4-5hari.
2.Biji jati direndam dalam air dingin-air panas bergantian selama 1 minggu.
3. Biji jati pada bagian epikotil, ditipiskan kulit bijinya dengan cara diamplas,
sehingga memudahkan air dan udara masuk kedalam biji
4.Biji jati direndam dalam larutan asam sulfat pekat (H2S04) selama 15
menit,kemudian dicuci dengan air dingin setelah itu baru dikecambahkan
pada media pasir.
Pasir yang digunakan dianjurkan untuk disterilkan dengan dijemur dibawah
sinar matahari, digoreng sangrai atau disemprot dengan ”Benlate” agar jamur dan
bakteri pengganggu mati. Pasir jangan dipadatkan agar memudahkan munculnya
daun dan batang muda dari media tabur.Biji disiram secara teratur 2x sehari agar
kelembaban terjaga.Naungan diperlukan agar suhu dan kelembaban terjadi dalam
kondisi yang lama.Naungan dapat berupa plastik, daun kelapa, atau naungan jenis
lainnya.
Benih ditanam dengan bekas tangkainya dibawah.Supaya tidak hanyut oleh
air baik karena hujan atau penyiraman, bijinya ditekan ke dalam media sedalam 2
cm kemudian ditimbun.Perkecambahan biji jati biasanya bertahap, sehingga perlu
menunggu agar benih-benih tersebut dapat berkecambah secara sempurna.
Media yang digunakan untuk penyapihan adalah campuran antara pasir :
tanah : kompos ( 7:2:1 ). Ukuran polybag yang digunakan adalah 10 x 15 cm.
Pemupukan dilakukan dengan NPK cair (5 gram/liter air ) ketika bibit telah
berumur 2 minggu, selanjutnya 2 minggu sekali pemupukan dilakukan hingga
bibit berumur 3 bulan dan siap ditanam di lapangan.
Teakblock adalah lembaran papan kayu jati.Berbeda dengan kayu jati solid,
teakblock dibuat dari lembaran-lembaran kayu jati yang ditumpuk menjadi satu
kesatuan.Mengingat harganya yang lumayan mahal, teakblock biasanya hanya
digunakan sebagai bahan pelapis papan kayu.Selain mempunyai kekuatan yang
sangat bagus, teakblock juga unggul karena memiliki pilihan motif yang beragam.
Gambar 5. Teakblok
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau disebut juga hasil hutan non kayu
(HHNK) merupakan hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk
turunan nya dan budidayanya kecuali kayu. Potensi hasil hutan bukan kayu ini
sangat tinggi di negara indonesia itu sendiri. Hasil hutan bukan kayu dapat berupa
daun, cabang, buah,getah akar.dll. Pada tumbuhan jati,hasil hutan bukan kayu
yang dapat dimanfaatkan yaitu daun dan akar.
1) Pemanfaatan daun jati sebagai pewarna
Menurut Setijo (2010), pucuk daun dan daun muda adalah bagian yang
terpenting dalam usaha memperoleh zat warna merah dari tanaman jati. Cara
untuk menyiapkan pucuk daun dan daun muda tanaman jati yaitu dengan
memetiknya secara langsung dari pohon jati.Daun jati dibersihkan dari kotoran
dan dipotong kecil-kecil, kemudian dilumatkan dengan alat pelumat.Selanjutnya,
ditambahkan sedikit air, kemudian diperas dan disaring.Air seduhan daun jati
muda berwarna merah tua, berbau khas dan agak sepet. Warna air seduhan
bertahan agak lama dan setelah 24 jam akan terbentuk endapan merah tua.
Daun jati muda dapat digunakan sebagai pewarna dalam proses pemasakan
gudeg (dari buah nangka muda), caranya, ambil daun jati muda secukupnya dan
gunakan sebagai alas dia dalam kuali yang digunakan untuk memasak gudeg
nangka muda. Penggunaan daun jati pada pembuatan gudeg berperan pada warna
gudeg nangka muda tersebut, yaitu menjadi merah kecoklatan sehingga
mempengaruhi kenampakan dan cita rasa gudeg nangka muda. Daun jati juga
digunakan sebagai pembungkus makanan ataupun nasi, alasan masyarakat sering
menggunakan daun jati dikarenakan daun jati segar memberikan aroma khas pada
makanan yang menerbitkan selera. Penggunaan daun jati sebagai bungkus
makanan diantaranya adalah nasi jamblang khas Cirebon.
2) Pembuatan Briket Arang Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren Sebagai
Pengikat
Daun jati merupakan salah satu jenis biomassa yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. Namun, dedaunan seperti daun jati ini memiliki daya tahan
bakar/residence time yang amat singkat sehingga harus dikonversi menjadi bahan
yang memiliki waktu bakar yang lebih lama. Proses pembriketan adalah salah satu
cara untuk memanfaatkan biomassa jenis dedaunan.Daun sagu aren digunakan
sebagai pengikat. binder dari tepung sagu aren menurunkan nilai kalor.
Limbah dari bonggol akar jati dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai
furniture ataupun kerajinan , dan tentunya menjadi potensi hasil hutan bukan kayu
yang bernilai tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat disimpulkan bahwa
jatimerupakan kayu yang memiliki kualitas dan bernilai jual tinggi. Perbanyak an
tanaman jati dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara
vegetative yaitu: dengan stek pucuk,okulasi,kultur jaringan. Sedangkan perbanyak
an tanaman secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Perbanyakan
jati sangat mungkin dilakuakn dalam skala banyak mengingat hasil dari setiap
jenis perbanyakan memiliki tingkat keberhasilan diatas 50%.
Potensi yang terdapat pada kayu jati bisa berupa hasil hutan kayu dan hasil
hutan bukan kayu .Hasil hutan kayu yang dimanfaatkan sebagai kayu pertukangan
contohnya yaitu teakblock. Jati memiliki pemanfaatan lain selain kayunya yaitu,
akar dan daunnya yag memiliki kegunaan dan nilai ekonomis seperti akarnya
digunakan sebagai bahan kerajinan, sedangkan daunnya digunakan sebagai
briket,pembungkus makanan dan pewarna.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam menanam benih jati harus lah dipilih benih yang unggul
dan untuk memanfaatkan kayu jati jangan hanya berfokus pada hasil kayu
saja,tetapi bagian tumbuhan dari kayu jati lainnya pun dapat dimanfaatkan seperti
daun dan akarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tamin,P.S . Teknik perkecambahan benih jati (tectona grandis linn. f.) .Diunduh dari
:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11945&val=876.(Di
akses 14 April 2018)
Thoha,Y.M dan Fajrin E.D.Pembuatan briket arang dari daun jati dengan sagu
Aren sebagai pengikat.Diunduh dari:http://jtk.unsri.ac.id/index.php/jtk/artic
le/viewFile/100/99( Di akses 14 April 2018)