3. Ketentuan Umum
1. Pembangunan HTI dengan sistem TPTJ diterapkan pada LOA tertuama pada
areal yang rawan permbahan.
2. Penerapan pembangunan HTI sistem TPTJ merupakan pengembangan
sistem silvikultur pengelolaan hutan alam produksi.
3. Lamanya HPH dgn sitem TPTJ ditetapkan 35 tahun + 35 tahun = 70 tahun
4. Lebar jalur tanam 10 m dan jarak ant.2 jalur tanam dr sumbu utama 25 m
5. Arah jalur tanam : utara – selatan, bila berbukit mengikuti kontur.
6. Jarak tanam dalam larikan 5 m
7. Jenis yang ditanam adalah jenis komersil setempat yang berumur sedang
dan panjang, utamanya jenis2 Dipterocarpaceae.
8. Jalur tanam selebar 10 m mrp jalur bebas naungan harus bersih dari pohon2
yang menaungi dan pada jarak 1,5 m dari kiri-kanan sumbu jaklur tanam
harus bersih dari semak belukar. Jalur tanam tdk boleh dilewat alat berat
kecuali pada pinggir jalur sebelum ada tanaman. Jalur bersih, sama sekali
tidak boleh dilewati angkutan kayu.
9. Pada setia piringan tanaman dengan radius 1 m dari sumbu jalur tanam
harus bersih dari akar dan tunggul.
10. Tumbuhan yang sehat pada tingkat pancang dan tiang yang berada pada
jalur tanam dipertahankan. Jarak antar tanaman dipertahankan 5 m.
11. Penebangan pohon pada jalur antara dilakukan dengan sitem tebang pilih
dengan diameter 40 cm up. Pohon dilindung dan pohon induk tidak
diperkenankan ditebang.
12. Alat penyaradan/ekstraksi kayu berupa alat2 manual dan traktor yang
menggunakan roda dengan ban (bulan rantai), serta peralatan lain yang
sesuai dgn keadaan lapangan dan tidak mengganggu lingkungan (tidak
memadatkan tanah).
Kegiatan dalam TPTJ
4. Penebangan
a. Penebangan pohon berdiameter 40 cm up dan pembuatan jalur bebas
naungan dilakukan pada tahun yang sama dengan penanaman.
b. Kegiatan penebangan poon dfilakukan pada seluruh blok/petak kerja yang
akan dibaut jalur tanam.
c. Pohon yang ditebang semua jenis berdiameyter 40 cm up dan hasil
tebangan dirapikan/ditumpuk pada tempat2 tertentu atau dikeluarkan dari
lokasi untuk diamanfaatkan.
d. Arah penebangan sesuai arah pembuatan jalur tanam.
5. Penyiapan lahan
a. Pembuatan jalur tanam dgn tahapan sebagai berikut :
i. Membuat jalur tanam selebar 10 m yang mrp jalur bebas naungan dgn
arah utara selatan.
ii. Pohon2 yang ditebang adalah pohon yang dapat menaungi jalur tanam
dan atau anakan pohon tersebut dari sinar matahari secara vertikal.
Sedangkan pohon2 komersil yang diharapkan akan dipanen, ditinggalkan
dengan catatan jarak antar pohon lebih dari 5 m.
b. Pembersihan jalur tanam
i. Pada jarak 1,5 m di kiri-kanan sumbu jalur tanam dilakukan pembersihan
semak belukar dengan cara pangkas.
ii. Pada piringan tanaman dengan radius 1 m dari sumbu jalur tanam
dilakukan pembersihan terhadap akar/tunggak.
iii. Pada waktu pembuatan jalur tanam, apabila di dalam jalur tanam selebar
10 m ditemukan anakan alam jenis meranti yang sehat dengan jarak
sekitar 5 m dari sumbu jalur tanam, maka anakan tersebut harus
dipertahankan.
c. Pembuatan dan Pemasangan Ajir
i. Ajir dibuat dari kayu atau bambu berdiametr 2 cm panjang sekitr 150 cm,
bagian bawah dibaut runcing dan bagian atas dicat merah/kuning.
ii. Ajir yang telah disiapkan dipasang pada larikan tanam dgn jarak 5 m.
iii. Pemasangan ajir dalam satu larikan dgn jarak n5 m tidak mengikat.
Apabila dalam jalur tanam dgn jarak 5 m dari sumbu jalur tanam
ditemukan anakan meranti yang sehat maka anakan meranti tersebut
dipertahankan sebagai tanaman yang akan dipelihara dan jarak antar
ajir/tanaman disesuaikan.
d. Pembuatan lubang tanam
Pada sebelah timur tempat ajir terpasang dibuat lubang tanam berukuran 30
cm x 30 cm x 30 cm, kemudian ditimbuh dengan tanah olahan atau top soil
setinggi ½ x dalamnya lubang. Lubang tanam dibuat sekitar seminggu
sebelum tanam.
6. Penanaman
a. Penanaman dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan jalur tanam dan
pembersihan jalur tanam.
b. Penanaman dilaksanakan pada musim hujan (Oktober s/d Maret)
c. Jarak antara tanaman dalam 1 larikan tanam selebar 5 m.
d. Pada setiap ajir tanaman ditanam bibit sebanyak 3 batang dengan jarak
antar bibit 30 cm.
e. Apabila ada anakan yang dipertahankan makan penanaman dilaksanakan
pada jarak 5 m dari anakan tersebut namun harus masih berada pada jalur
bersih.
f. Ajir tetap dipasang lagi setelah ada penanaman.
7. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemeliharaan tanaman muda adalah kegiatan perawatan tanaman dgn cara
menyiapkan/membuat kondisi tempat lebih baik, agar tanaman muda
mampu tumbuh secara optimal.
b. Dalam pemeliharaan tanaman dilakukan pemilihan 1 tanaman tumbuh paling
baik dari 3 tanaman yang ditanam. Pada setiap ajir ditinggalkan yang
dilaksanakan pada tahun ke-3 bersamaan dengan singling.
c. Tahapan kegatan pemeliharaan :
(1) Penyiangan dan penyulaman
i. Jalur tanam dipelihara agar mudah dikenal dan dilalui.
ii. Penyiangan dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara pemotongan
liana, membersihkan rumput, semak dan tumbuhan bawah lainnya.
iii. Penyiangan dilakukan dengan pengaturan sbb. :
-Tahun I dilakukan 2 x setahun pada larikan tanaman.
- Tahun II dilakukan 1 x setahun pada larikan tanaman
- Tahun III dilakukan 1 x setahun pada total areal.
(2) Pembebasan vertikal
i. Dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan bila tanaman pokok ter-
naungi/ tersaingi tajuknya oleh tumbuhan lain setelah berumur 3 tahun.
ii. Bertujuan agar naungan tidak terlalu gelap dgn cara peracunan.
(3) Penyulaman
i. Penyulaman pertama dilakukan setelah berumur lebih dari 1 bulan dan
penyulaman kedua saat tanaman berumur 1 tahun.
ii. Pada waktu pemeriksaan tanaman , dilakukan sensus tanaman yang mati/
terserang hama dan penyakit/ merana serta diberi tanda (menyolok).
iii. Bibit sulaman dipilih dari kelas ukuran tertinggi dari tanaman yang
tumbuh di lapangan.
iv. Penyulaman dilakukan pada waktu musim hujan.
(4) Pemupukan
i. Dilakukan bila tanaman kurang baik pertumbuhannya krn kurang hara.
ii. Dosis pupuk mempertimbangkan : - Hasil analisis tanah
- Pertimbangan ekologis
- Perhitungan ekonomis
(5) Pengendalian hama dan penyakit
So far tak ada hama/penyakit serius serang meranti, tapi perlu dimonitor.
Namun demikian pada meranti biasanya ditemui ulat tanah dan penggerek
batang.
i. Ulat tanah
Memakan akar tanaman berumur 1 tahun yang menyebabkan tanaman
mati. Pencegahan penyebaran : mengganti tanaman dam matikan ulat.
ii. Penggerak batang
Menyerang pangkal batang yang berumur 3 tahun. Penyebaran diatasi
dengan eradikasi tanaman terserang.
(6) Pemantauan
Agartanaman yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, maka
diperlukan pemantauan secara cermat dan seksama. Pemantauan lebih
ditekankan sejak penanaman dilaksanakan sebagai upaya untuk
pencegahan sehingga kerugian atau kegagalan yang lebih besar dapat
dihindarkan.
PEDOMAN PELAKSANAAN
SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)
I. PRINSIP-PRINSIP TPTJ
1. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur.
2. Teknik pemanenan dengan tebang pilih.
3. Meningkatkan riap.
4. Mempertahankan keanekaragaman hayati.
5. Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman.
6. Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur.
1.2. Perencanaan
1) Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.
2) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petakpetak kerja.
3) Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang ditetapkan.
4) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.
5) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun
penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama
sampai petak terakhir.
6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.
7) Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.
1.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penataan Areal Kerja (PAK) berdasarkan
prinsip pada angka 1.1. di atas.
2. Inventarisasi Hutan
2.1. Prinsip
1) Inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi
dengan diameter > 40 cm; dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK.
2.2. Perencanaan
1) Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang ada di dalam
blok RKT berdasarkan peta hasil PAK.
2) Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara - Selatan).
3) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Inventarisasi Hutan.
4) Buat peta rencana Inventarisasi Hutan skala 1 : 5.000.
2.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Inventarisasi Hutan berdasarkan
prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta kontur dan peta
sebaran pohon skala 1 : 1.000.
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
3.1. Prinsip
Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3.2. Perencanaan
1) Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT.
2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan peta kontur
hasil Inventarisasi Hutan.
3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan lainlain.
3.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH) berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas.
4. Pengadaan Bibit
4.1. Prinsip
Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat, dapat berasal dari biji, atau
cabutan, atau stek, atau kultur jaringan.
4.2. Perencanaan
1) Buat rencana persemaian: lokasi, sumber bibit (pohon plus), bangunan,
SDM, peralatan.
2) Buat rencana kebutuhan bibit.
4.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pengadaan Bibit
berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.
5. Tebang Naungan
5.1. Prinsip
1) Pembebasan dari naungan pohon dominan.
2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3) Penebangan pohon diameter > 40 cm dan masuk ke dalam target RKT.
5.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.
2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.
5.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Tebang Naungan berdasarkan prinsip
pada angka 5.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
6. Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam
6.1. Prinsip
1) Membuat ruang tumbuh.
2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3) Penebangan dapat dilakukan pada semua pohon dalam jalur dan masuk ke
dalam target RKT.
6.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.
2) Membuat jalur tanam dengan jarak antar sumbu jalur + 20 meter dan jarak
tanam dalam jalur + 5 meter.
3) Membuat jalur tanam selebar + 3 meter.
4) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.
6.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penyiapan dan Pembuatan
Jalur Tanam berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur
7.1. Prinsip
1) Meningkatkan produktivitas pada blok RKT.
2) Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat.
7.2. Perencanaan
1) Buat dan kelola tanaman dengan mengutamakan bibit jenis unggulan lokal.
2) Buat peta rencana penanaman dalam jalur.
7.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan
Tanaman Jalur berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.
9. Pemanenan
9.1. Prinsip
1) Pemanenan dengan tebang habis pada jalur tanam dan tebang pilih pada
jalur antara untuk pohon diameter > 40 cm.
2) Memanen tidak boleh melebihi riap.
3) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
9.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon binaan skala 1 :
1.000.
2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT
9.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip
pada angka 9.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
10. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
10.1. Prinsip
1) Pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan,
perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.
2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi.
10.2. Perencanaan
Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1
periode RKT.
10.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan
berdasarkan prinsip pada angka 10.1. di atas.
VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
1. Prinsip
1.1. Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.
1.2. Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL.
1.3. Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.
2. Perencanaan
Buat rencana pemantauan dan penilaian.
3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemantauan dan Penilaian
berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas
Dampak terhadap fisik tanah
Dampak terhadap Vegetasi
• Pada seluruh plot penelitian, sebaran kelas diameter pohon membentuk kurva
Eksponensial negatif atau kurva Jterbalik.
• Keanekaragaman jenis pohon yang ada termasuk tinggi yaitu berada pada
kisaran 2-3.