Anda di halaman 1dari 45

PEDOMAN PELAKSANAAN

SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM


JALUR (TPTJ)
5m 5m
TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)
1. Pendahuluan
Kepmenhut No. 485/Kpts-II/1989 sistem silvikultur pengelolaan hutan alam
prduksi di Indonesia dilaksanakan dengan tebang pilih tanam Indonesia
(TPTI). Akan tetapi hasil evaluasi pelaksanaan TPTI dapat dikemukakan :
1. Hasil kegiatan belum terlihat secara di lapangan sehingga dapat
menimbulkan anggapan bahwa pada areal bekas tebangan tidak ada
kegiatan.
2. Secara teknis menemui kesulitan dalam melakukan pemeriksaan,
pembinaan dan pengawasan.

Oleh karena itu dikeluarkan Kepmenhut No. 435/Kpts-II/1997 tentang


tebang pilih tanam jalur (TPTJ). Jenis yang ditanam komersil setempat
berumur sedang dan panjang terutama dari jenis2 Dipterocarpaceae.
Tujuan : agar kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara lebih
intensif dgn melaksanakan tindakan2 silvikultur melalui jalur sehingga
pembinaan dan pengawasan hutan lebih terjamin
Sasaran :
1.Mengatur pemanfaatan kayu yang optimal pada hutan alam produksi.
2. Meningkatkan potensi hutan baik kualitas maupun kuantitas pada areal
bekas tebangan dengan cara menanam jenis komersil utamanya jenis2
Dipterocarpaceae yang diharapkan dapat menjamin kontinuitas produksi.
3. Memudahkan pelaksanaan pemeriksaan, pembinaan dan pengawasan
terhadap kegiatan pembinaan hutan yang dilaksanakan di lapangan.

Tahapan kegiatan TPTJ


No. Tahapan Kegiatan Waktu Pelaksanaan
1 Rancangan Penataan Areal Kerja dan Risalah T-2
2 Pembukaan wilayah hutan T-1
3 Pengadaan bibit T-1
4 Penebangan pohon diameter 40 cm up dan T+0
membuat buat jalur bebas naungan
5 Penyiapan jalur bersih T+0
6 Penanaman T+0
7 Pemeliharaan tanaman T+1 s/d panen
8 Perlindungan tanaman Tiap thn s/d panen
.
2. Pengertian :
1. Sistem silvikultur = rangkaian kegiatan berencana dalam pengelolaan hutan
yang meliputi penebangan, permudaan dan pemeliharaan tegakan tinggal
guna menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya.
2. Hutan tanaman industri dengan sistem pilih dan tanam jalur adalah cara
pembangunan hutan tanaman industri yang sistem penanamannya
dilaksanakan dalam jalur2 yang masih mempertahankan adanya hutan
alam.
3. Jalur bersih = jalur yang bebas dari semak2 dengan lebar 3 m dan menjadi
tempat penanaman.
4. Jalur bebas naungan = jalur selebar 10 m yang bebas dari pohon2 yang
dapat menaungi jalur dan atau anakan pohon tersebut dan sinar matahari
secara vertikal.
5. Jalur tanam = jalur bersih + jalur bebas naungan.
6. Jalur antara = jalur di antara 2 jalur tanam
7. Pemeliharaan = kegiatan pemeliharaan tanaman muda dgn membebaskan
tanaman pokok dari tumbuhan pengganggu dgn cara melakukan
pembabatan/pencabutan rerumputan tanaman pengganggu lainnya di
sekitar tanaman.
8. Pembebasan vertikal = kegiatan pemeliharaan untuk memberikan sinar
langsung dan ruang tumbuh yang dibutuhkan tanaman dengan cara
mematikan pohon penyaing dan menaungi/ mendesak tajuk tanan tanaman
pokok.
9. Peracunan = kegiatan yang bertujuan untuk mematikan pohon dengan cara
melukai sekeliling batang sampai kayu, kemudian dikucuri arborisida.

3. Ketentuan Umum
1. Pembangunan HTI dengan sistem TPTJ diterapkan pada LOA tertuama pada
areal yang rawan permbahan.
2. Penerapan pembangunan HTI sistem TPTJ merupakan pengembangan
sistem silvikultur pengelolaan hutan alam produksi.
3. Lamanya HPH dgn sitem TPTJ ditetapkan 35 tahun + 35 tahun = 70 tahun
4. Lebar jalur tanam 10 m dan jarak ant.2 jalur tanam dr sumbu utama 25 m
5. Arah jalur tanam : utara – selatan, bila berbukit mengikuti kontur.
6. Jarak tanam dalam larikan 5 m
7. Jenis yang ditanam adalah jenis komersil setempat yang berumur sedang
dan panjang, utamanya jenis2 Dipterocarpaceae.
8. Jalur tanam selebar 10 m mrp jalur bebas naungan harus bersih dari pohon2
yang menaungi dan pada jarak 1,5 m dari kiri-kanan sumbu jaklur tanam
harus bersih dari semak belukar. Jalur tanam tdk boleh dilewat alat berat
kecuali pada pinggir jalur sebelum ada tanaman. Jalur bersih, sama sekali
tidak boleh dilewati angkutan kayu.
9. Pada setia piringan tanaman dengan radius 1 m dari sumbu jalur tanam
harus bersih dari akar dan tunggul.
10. Tumbuhan yang sehat pada tingkat pancang dan tiang yang berada pada
jalur tanam dipertahankan. Jarak antar tanaman dipertahankan 5 m.
11. Penebangan pohon pada jalur antara dilakukan dengan sitem tebang pilih
dengan diameter 40 cm up. Pohon dilindung dan pohon induk tidak
diperkenankan ditebang.
12. Alat penyaradan/ekstraksi kayu berupa alat2 manual dan traktor yang
menggunakan roda dengan ban (bulan rantai), serta peralatan lain yang
sesuai dgn keadaan lapangan dan tidak mengganggu lingkungan (tidak
memadatkan tanah).
Kegiatan dalam TPTJ

1. Rancangan PAK dan Risalah Hutan


1. PAK bertujuan bertujuan untuk mengatur perencanaan , pelaksanaan,
pemantauan dan pengawasan kegiatan pengusahaan hutan pada blok areal kerja
tahunan.
2. PAK dalam satu blok kerja tahunan dilaksanakan dengan membagi areal kerja ke
dalam petak2 kerja yang masing2 petak luasnya sekitar 45 -100 ha.
3. Kegiatan PAK = kegiatan persiapan areal kerja yang meliputi pembukaan jalur
batas blok dan petak, penataan batas hutan, pemasangan pal2 batas blok dan
petak serta pengukuran dan pemetaannya.
4. Rancangan PAK pada blok kerja tahunan dilaksanakan 2 tahun sebelum
penanaman, dgn kegiatan sbb. :
a. Pembukaan blok dan petak :
-Pembuatan blok dan petak , 2 tahun sebelum penanaman.
-Blok/petak/anak petak dibuat dengan memperhatikan :
i. Pembagian areal yang akan ditanami dibagi menjadi blok kerja tahunan,
petak-petak kerja dan anak petak.
ii. Blok kerja ditanami dalam waktu 1 tahun dan luasnya kurang lebih
sama, ditentukan dgn dasar pertimbangan daur / rotasi tebangan dan
kondisi lapangan.
iii. Petak kerja adalah bagian dari blok kerja tahunan yang luasnya
disesuaikan dengan topografi dan kelas lahan , sktr 25-100 ha.
iv. Pembuatan batas blok kerja, petak kerja dan anak petak menggunakan
alat ukur theodolit dan GPS.
v. Alur batas blok kerja yang mengelilingi blok kerja tahunan dibuat
dengan memanfaatkan jalan, batas alam yang ada (sungai, jurang dsb.)
dan rintisan bersih selebar sekitar 4 m atau tanda2 lainnya yang jelas.
vi. Alur batas petak kerja adalah batas yang mengelilingi petak kerja
berupa rintisan selebar sktr 4 m dan natau memanfaatkan jalan atau
batas alam yang ada.
Bersamaan dengan kegiatan penataan blok dan petak, dilakukan kegiatan
survey tegakan dan topografi dan menyuusun risalah hutan untu k
mengetahui potensi hutan dan situasi serta kondisi lapangan sebagai dasar
jaringan jalan.
b. Risalah hutan
Kegiatan risalah hutan meliputi inventarisasi keadaan lapangan, dan
vegetasi dilakukan bersamaan dengan PAK, dengan penjelasan :
1. Inventarisasi keadaan lapangan
i. Melaksanakan survey untuk mengetahui topografi blok kerja dengan
menggunakan alat clinometer, theodolit, kompas, meteran dan alat lain
yang perlu untuk pengujian akurasi peta topografi yang ada.
ii. Memasang titik kontrol/menandai titik ikat di lapangan berdasarkan
peta topografi.
iii. Membuat peta skala 1 : 10.000 berdasarkan hasil suvey dan peta
topografi yang ada dengan menggambarkan jalan2 yang ada, rencana
jalan, TPn, sungai dan garis kontur.
2. Inventarisasi vegetasi
Kegiatan inventarisasi vegetasi dilakukan terhadap pohon2 komersil
berdiameter 40 cm up dan permudaannya. Tujuannya untuk
mengetahui keadaan peyebaran pohon dalam tegakan yang meliputi
jumlah dan komposisi jenis serta volume pohon yang akan ditebang.
Pelaksanaan kegiatan inventarisasi meliputi :
1. Pencatatan jenis pohon
2. Pengukuran diameter pohon
3. Pengukuran tinggi pohon
4. Penandaan pohon2 yang akan ditebang.
5. Penandaan pohon2 yang akan dipertahankan.
6. Menghitung jumlah permudaan dan penyebarannya.
7. Pembuatan peta pohon.

2. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)


i. PWH dilakukan satu tahun sebelum penanaman
ii. Kegiatan PWH meliputi pembangunan jalan angkutan, sarana prasarana, base
camp, pondok kerja dll. Dgn penjelasan sbb.
a. Pembangunan jalan hutan
1. Membuat rencana jaringan jalan hutan
2. Mencari dan menetapkan titik ikat, titik awal dan titik akhir rute jalan.
3. Jalan angkutan dibuat sebelum kegiatan penebangan dan penanaman
dengan maksud untuk digunakan sebagai angkutan kayu, bibit,
pengawasan pekerja dan jalan lalu lintas kegiatan lainnya.
4. Pembuatan jalan angkutan mempedomani aturan yang berlaku.
b. Pembuatan sarana dan prasarana
1. Base camp merupakan tempat kegiatan administrasi dan manajemen,
sifatnya harus permanen/semi permanen. Bangunan base camp berupa
kantor, perumahan dan fasilitas lain yang mendukung kegiatan.
2. Sarana lain seperti pondok kerja/barak kerja diperlukan sebagai
tempat menginap para pekerja, tempat pengumpulan bibit dan
penyimpanan peralatan kerja. Barak dibangun dari kayu berlantai
papan, beratap seng dan dilengkapi dengan sarana MCK yang luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Pengadaan bibit
a. Kegiatan pengadaan bibit dilaksanakan satu tahun sebelum penanaman.
b. Sumber benih atau bibit berasal biji, anakan alam/cabutan dan stek
pucuk.
c. Cara pemnbibitan dengan biji, anakan alam/cabutan, stek pucuk
mempedomani ketentuan yang berlaku.

4. Penebangan
a. Penebangan pohon berdiameter 40 cm up dan pembuatan jalur bebas
naungan dilakukan pada tahun yang sama dengan penanaman.
b. Kegiatan penebangan poon dfilakukan pada seluruh blok/petak kerja yang
akan dibaut jalur tanam.
c. Pohon yang ditebang semua jenis berdiameyter 40 cm up dan hasil
tebangan dirapikan/ditumpuk pada tempat2 tertentu atau dikeluarkan dari
lokasi untuk diamanfaatkan.
d. Arah penebangan sesuai arah pembuatan jalur tanam.
5. Penyiapan lahan
a. Pembuatan jalur tanam dgn tahapan sebagai berikut :
i. Membuat jalur tanam selebar 10 m yang mrp jalur bebas naungan dgn
arah utara selatan.
ii. Pohon2 yang ditebang adalah pohon yang dapat menaungi jalur tanam
dan atau anakan pohon tersebut dari sinar matahari secara vertikal.
Sedangkan pohon2 komersil yang diharapkan akan dipanen, ditinggalkan
dengan catatan jarak antar pohon lebih dari 5 m.
b. Pembersihan jalur tanam
i. Pada jarak 1,5 m di kiri-kanan sumbu jalur tanam dilakukan pembersihan
semak belukar dengan cara pangkas.
ii. Pada piringan tanaman dengan radius 1 m dari sumbu jalur tanam
dilakukan pembersihan terhadap akar/tunggak.
iii. Pada waktu pembuatan jalur tanam, apabila di dalam jalur tanam selebar
10 m ditemukan anakan alam jenis meranti yang sehat dengan jarak
sekitar 5 m dari sumbu jalur tanam, maka anakan tersebut harus
dipertahankan.
c. Pembuatan dan Pemasangan Ajir
i. Ajir dibuat dari kayu atau bambu berdiametr 2 cm panjang sekitr 150 cm,
bagian bawah dibaut runcing dan bagian atas dicat merah/kuning.
ii. Ajir yang telah disiapkan dipasang pada larikan tanam dgn jarak 5 m.
iii. Pemasangan ajir dalam satu larikan dgn jarak n5 m tidak mengikat.
Apabila dalam jalur tanam dgn jarak 5 m dari sumbu jalur tanam
ditemukan anakan meranti yang sehat maka anakan meranti tersebut
dipertahankan sebagai tanaman yang akan dipelihara dan jarak antar
ajir/tanaman disesuaikan.
d. Pembuatan lubang tanam
Pada sebelah timur tempat ajir terpasang dibuat lubang tanam berukuran 30
cm x 30 cm x 30 cm, kemudian ditimbuh dengan tanah olahan atau top soil
setinggi ½ x dalamnya lubang. Lubang tanam dibuat sekitar seminggu
sebelum tanam.
6. Penanaman
a. Penanaman dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan jalur tanam dan
pembersihan jalur tanam.
b. Penanaman dilaksanakan pada musim hujan (Oktober s/d Maret)
c. Jarak antara tanaman dalam 1 larikan tanam selebar 5 m.
d. Pada setiap ajir tanaman ditanam bibit sebanyak 3 batang dengan jarak
antar bibit 30 cm.
e. Apabila ada anakan yang dipertahankan makan penanaman dilaksanakan
pada jarak 5 m dari anakan tersebut namun harus masih berada pada jalur
bersih.
f. Ajir tetap dipasang lagi setelah ada penanaman.

7. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemeliharaan tanaman muda adalah kegiatan perawatan tanaman dgn cara
menyiapkan/membuat kondisi tempat lebih baik, agar tanaman muda
mampu tumbuh secara optimal.
b. Dalam pemeliharaan tanaman dilakukan pemilihan 1 tanaman tumbuh paling
baik dari 3 tanaman yang ditanam. Pada setiap ajir ditinggalkan yang
dilaksanakan pada tahun ke-3 bersamaan dengan singling.
c. Tahapan kegatan pemeliharaan :
(1) Penyiangan dan penyulaman
i. Jalur tanam dipelihara agar mudah dikenal dan dilalui.
ii. Penyiangan dan pengendalian gulma dilakukan dengan cara pemotongan
liana, membersihkan rumput, semak dan tumbuhan bawah lainnya.
iii. Penyiangan dilakukan dengan pengaturan sbb. :
-Tahun I dilakukan 2 x setahun pada larikan tanaman.
- Tahun II dilakukan 1 x setahun pada larikan tanaman
- Tahun III dilakukan 1 x setahun pada total areal.
(2) Pembebasan vertikal
i. Dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan bila tanaman pokok ter-
naungi/ tersaingi tajuknya oleh tumbuhan lain setelah berumur 3 tahun.
ii. Bertujuan agar naungan tidak terlalu gelap dgn cara peracunan.
(3) Penyulaman
i. Penyulaman pertama dilakukan setelah berumur lebih dari 1 bulan dan
penyulaman kedua saat tanaman berumur 1 tahun.
ii. Pada waktu pemeriksaan tanaman , dilakukan sensus tanaman yang mati/
terserang hama dan penyakit/ merana serta diberi tanda (menyolok).
iii. Bibit sulaman dipilih dari kelas ukuran tertinggi dari tanaman yang
tumbuh di lapangan.
iv. Penyulaman dilakukan pada waktu musim hujan.

(4) Pemupukan
i. Dilakukan bila tanaman kurang baik pertumbuhannya krn kurang hara.
ii. Dosis pupuk mempertimbangkan : - Hasil analisis tanah
- Pertimbangan ekologis
- Perhitungan ekonomis
(5) Pengendalian hama dan penyakit
So far tak ada hama/penyakit serius serang meranti, tapi perlu dimonitor.
Namun demikian pada meranti biasanya ditemui ulat tanah dan penggerek
batang.
i. Ulat tanah
Memakan akar tanaman berumur 1 tahun yang menyebabkan tanaman
mati. Pencegahan penyebaran : mengganti tanaman dam matikan ulat.
ii. Penggerak batang
Menyerang pangkal batang yang berumur 3 tahun. Penyebaran diatasi
dengan eradikasi tanaman terserang.
(6) Pemantauan
Agartanaman yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan, maka
diperlukan pemantauan secara cermat dan seksama. Pemantauan lebih
ditekankan sejak penanaman dilaksanakan sebagai upaya untuk
pencegahan sehingga kerugian atau kegagalan yang lebih besar dapat
dihindarkan.
PEDOMAN PELAKSANAAN
SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

I. PRINSIP-PRINSIP TPTJ
1. Sistem silvikultur untuk tegakan tidak seumur.
2. Teknik pemanenan dengan tebang pilih.
3. Meningkatkan riap.
4. Mempertahankan keanekaragaman hayati.
5. Menciptakan ruang tumbuh optimal bagi tanaman.
6. Penanaman jenis unggulan lokal dalam jalur.

II. TUJUAN dan SASARAN


Tujuan TPTJ adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak
seumur melalui tebang pilih dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam jalur untuk
meningkatkan riap dalam rangka memperoleh panenan yang lestari.
Sasaran TPTJ adalah pada hutan alam produksi bekas tebangan di areal IUPHHK
atau KPHP.
III. PENGERTIAN
1. Pemanenan tebang pilih adalah tebangan berdasarkan limit diameter tertentu
pada jenis-jenis niagawi dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati
setempat.
2. Penanaman dalam jalur adalah kegiatan menanam dalam rangka pemanfaatan
ruang tumbuh dengan jenis-jenis tanaman unggulan setempat.
3. Jalur antara adalah jalur tegakan tinggal yang dibina dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan produktivitas dan mempertahankan keanekaragaman hayati.

IV. TAHAP KEGIATAN TPTJ

No. Tahap Kegiatan


1. Penataan Areal Kerja (PAK)
2. Inventarisasi Hutan
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
4. Pengadaan Bibit
5. Tebang Naungan
6. Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur
8. Pembebasan dan Penjarangan
9. Pemanenan
10. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
V. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN TATA WAKTU

1. Penataan Areal Kerja (PAK)


1.1. Prinsip
1) Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK.
2) Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan.
3) Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TPTJ.

1.2. Perencanaan
1) Mempedomani RKUPHHK yang telah disahkan.
2) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petakpetak kerja.
3) Sesuaikan jumlah blok dan petak kerja dengan siklus tebang yang ditetapkan.
4) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan.
5) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun
penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama
sampai petak terakhir.
6) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja.
7) Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000.

1.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penataan Areal Kerja (PAK) berdasarkan
prinsip pada angka 1.1. di atas.
2. Inventarisasi Hutan
2.1. Prinsip
1) Inventarisasi hutan pada blok RKT dengan intensitas 100 % untuk pohon niagawi
dengan diameter > 40 cm; dan pohon yang dilindungi sesuai ketentuan yang
berlaku.
2) Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK.

2.2. Perencanaan
1) Buat rencana jalur-jalur inventarisasi pada setiap petak kerja yang ada di dalam
blok RKT berdasarkan peta hasil PAK.
2) Buat semua jalur ukur dalam petak searah (misal Utara - Selatan).
3) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil Inventarisasi Hutan.
4) Buat peta rencana Inventarisasi Hutan skala 1 : 5.000.

2.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Inventarisasi Hutan berdasarkan
prinsip pada angka 2.1. di atas, dan sekaligus membuat peta kontur dan peta
sebaran pohon skala 1 : 1.000.
3. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
3.1. Prinsip
Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

3.2. Perencanaan
1) Buat rencana PWH berdasarkan peta blok RKT.
2) Buat rencana trace jalan angkutan dan jalan sarad berdasarkan peta kontur
hasil Inventarisasi Hutan.
3) Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan lainlain.

3.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH) berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas.
4. Pengadaan Bibit
4.1. Prinsip
Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat, dapat berasal dari biji, atau
cabutan, atau stek, atau kultur jaringan.

4.2. Perencanaan
1) Buat rencana persemaian: lokasi, sumber bibit (pohon plus), bangunan,
SDM, peralatan.
2) Buat rencana kebutuhan bibit.

4.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pengadaan Bibit
berdasarkan prinsip pada angka 4.1. di atas.
5. Tebang Naungan
5.1. Prinsip
1) Pembebasan dari naungan pohon dominan.
2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3) Penebangan pohon diameter > 40 cm dan masuk ke dalam target RKT.

5.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.
2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.

5.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Tebang Naungan berdasarkan prinsip
pada angka 5.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
6. Penyiapan dan Pembuatan Jalur Tanam
6.1. Prinsip
1) Membuat ruang tumbuh.
2) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.
3) Penebangan dapat dilakukan pada semua pohon dalam jalur dan masuk ke
dalam target RKT.

6.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon skala 1 : 1.000.
2) Membuat jalur tanam dengan jarak antar sumbu jalur + 20 meter dan jarak
tanam dalam jalur + 5 meter.
3) Membuat jalur tanam selebar + 3 meter.
4) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT yang telah
disahkan.

6.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Penyiapan dan Pembuatan
Jalur Tanam berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
7. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Jalur
7.1. Prinsip
1) Meningkatkan produktivitas pada blok RKT.
2) Menggunakan bibit jenis lokal unggulan setempat.

7.2. Perencanaan
1) Buat dan kelola tanaman dengan mengutamakan bibit jenis unggulan lokal.
2) Buat peta rencana penanaman dalam jalur.

7.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Penanaman dan Pemeliharaan
Tanaman Jalur berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas.
9. Pemanenan
9.1. Prinsip
1) Pemanenan dengan tebang habis pada jalur tanam dan tebang pilih pada
jalur antara untuk pohon diameter > 40 cm.
2) Memanen tidak boleh melebihi riap.
3) Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan.

9.2. Perencanaan
1) Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran pohon binaan skala 1 :
1.000.
2) Penebangan dilaksanakan pada petak tebangan dalam blok RKT

9.3. Pelaksanaan
1) Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip
pada angka 9.1. di atas.
2) Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku.
10. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
10.1. Prinsip
1) Pengendalian hama dan penyakit, perlindungan hutan dari kebakaran hutan,
perambahan hutan, dan pencurian hasil hutan.
2) Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi.

10.2. Perencanaan
Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1
periode RKT.

10.3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan
berdasarkan prinsip pada angka 10.1. di atas.
VI. PEMANTAUAN DAN PENILAIAN
1. Prinsip
1.1. Sebagai umpan balik untuk peningkatan riap.
1.2. Dilakukan oleh tenaga yang berkompetensi Wasganis PHPL.
1.3. Dilakukan 1 kali dalam 1 periode RKT.

2. Perencanaan
Buat rencana pemantauan dan penilaian.

3. Pelaksanaan
Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pemantauan dan Penilaian
berdasarkan prinsip pada angka 1 di atas
Dampak terhadap fisik tanah
Dampak terhadap Vegetasi

• Secara umum jenis nonkomersial mendominasi di hampir tiap plot penelitian


pada setiap umur dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon.

• Pada seluruh plot penelitian, sebaran kelas diameter pohon membentuk kurva
Eksponensial negatif atau kurva Jterbalik.

• Keanekaragaman jenis pohon yang ada termasuk tinggi yaitu berada pada
kisaran 2-3.

• Untuk tingkat permudaan, keanekaragaman jenis pada pancang dan tiang


termasuk ke dalam tingkatan sedang yaitu berada pada kisaran 2.

• Namun untuk tingkat semai, keanekaragaman jenisnya tergolong rendah yang


berada pada kisaran 1,8.

Anda mungkin juga menyukai