Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN


PEMBUATAN TAKIK DAN PENEBANGAN

OLEH

NAMA : ROBERTUS TEKE


NIM : 2123812076
KELAS : A / IV
PRODI : PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN KEHUTANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut anonim dalam Vade Mecum Kehutanan Indonesia (2020),
penebangan merupakan kegiatan menumbangkan pohon dalam tegakan yang
berdiameter sama atau lebih dari batas diameter yang ditentukan. Kegitatan
penebangan pohon merupakan serangkaian kegiatan pemanenan hasil hutan kayu
yang dimulai dari pembersihan areal, penentuan arah rebah, pembuatan takik (alas,
rebah, dan balas), dan pembagian batang, serta penentuan jalur keselamatan.
Kegiatan - kegiatan tersebut menjadi satu kesatuan dalam kegiatan penebangan
yang mutlak diperhatikan. Hal ini dilakukan guna menjaga kualitas kayu dari
kerusakan, menjaga keberlangsungan dan kelestarian lingkungan sekitar hutan,
dan menjamin keselamatan pekerja.
Dalam kegiatan penebangan alat yang dipakai dapat berupa kapak, gergaji
dua orang maupun gergaji rantai (chainsaw). Pemakaian alat - alat penebangan
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing - masing dalam
pengoperasiannya. Salah satunya penggunaan gergaji rantai (chainsaw), pada
kegiatan penebangan pohon, yaitu dapat menghemat waktu dan meningkatkan
produktifitas kerja. Sehingga penggunaan chainsaw umum dipakai pada kegiatan
penebangan pohon.
Penebangan dimulai dari tahap persiapan yang mana terdapat perbersihan
areal tebangan untuk menhindarkan kecelakaan dan kerusakan kayu pada saat
kegiatan berlangsung. Selanjutnya, dilakukan penentuan arah rebah pohon sesuai
dengan kemiringan pohon, lereng, dan rintangan yang dapat merusak kualitas
kayu. Pembuatan takik dilakukan dengan memperhatikan arah rebah dari pohon.
Kegiatan penebangan membutuhkan keahlian yang baik sehingga dapat
menunjang keberhasilan dalam mendapatkan kualitas kayu, menjaga kelestarian
hutan dan keselamatan pekerja itu sendiri. Oleh karenanya membutuhkan
persiapan, dan keahlian yang baik dalam melaksanakannya.

1
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan takik rebah, takik balas dan
penebangan dengan baik dan benar.

2
BAB II
DASAR TEORI
Pemanenan hasil hutan merupakan kegiatan pemanfaatan hasil hutan yang
mengubah pohon menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain untuk
dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan perorangan, masyarakat maupun
industri. Menurut Suhartana et al (2014) kegiatan tersebut terdiri dari beberapa
tahapan yaitu penebangan (felling), penyaradan (skidding or yarding), pembagian
batang (cutting), pengangkutan (hauling) dan penimbunan kayu (unloading).
Kegiatan penebanngan merupakan kegiatan yang sangat penting. Kesalahan dalam
pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kerugian yaitu berupa penurunan kualitas
dan volume kayu (Sona Suhartana & Yuniawati. 2006).
Penebangan kayu merupakan kegiatan merebahkan pohon yang kemudian
memotong menjadi bagian batang layak sarad (Yuniawati dan Tampubolon. 2021).
dalam kegiatan penebangan terdapat dua sistem penebangan berdasarkan pada alat
tebangnya, yakni manual dan mekanis. Sistem manual menggunakan alat - alat
konvensional seperti gergaji tangan, kapak dan baji. Sedangkan untuk sistem
mekanis menggunakan gergaji rantai (chainsaw). Gergaji rantai (chainsaw) adalah
gergaji yang menggunakan mesin untuk menggerakkan rantai gergajinya. Gergaji
rantai dapat digolongkan menjadi 2 jenis utama yaitu gergaji rantai untuk 2 orang
(two men chainsaw) dan gergaji rantai untuk 1 orang (one man chainsaw) (Staaf &
Wiksten, 1984. dalam Hendrayana, Adhya, Supartono, Karyaningsih dan Nurlaela.
2020).
Menurut Haryanto (1995), elemen kerja kegiatan penebangan dibagi dalam
beberapa tahapan pekerjaan, yaitu
1) Persiapan : Persiapan sangat dibutuhkan sekali agar pelaksanaan pekerjaan
dapat berjalan lancar diantaranya persiapan mesin dan pembersihan rintangan.
2) Penentuan arah rebah : hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan arah
rebah adalah keadaan pohon, keamanan pekerja, keadaan lapangan, keselamatan
kayu, sundang atau menyangkut ke pohon lain dan arah penyaradan.
3) Pembuatan takik rebah: takik rebah merupakan kowakan yang dibuat
serendah mungkin pada pangkal batang dengan maksud agar sisi pada bagian

3
tersebut menjadi lemah kehilangan penunjang. Sebelum takik rebah dibuat, untuk
pohon-pohon yang mempunyai banir perlu dilakukan pemotongan (pengeprasan)
banir, yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati diameter
batang kayu. Tujuan dari pengeprasan banir adalah untuk memudahkan
pembuatan takik rebah dan takik balas. Kedalaman takik rebah berkisar antara
1/3-1/4 diameter batang dengan sudut 45°.
4) Pembuatan takik balas: takik balas merupakan karatan datar yang dibuat dari
arah yang berlawanan dengan titik rebah dengan maksud agar kekuatan serat-serat
kayu pada bagian tersebut menjadi lemah, sehingga mempermudah rebahnya
pohon. Takik balas dibuat dengan ketinggian sekitar 1/10 diameter batang di atas
takik rebah.
5) Pembersihan cabang dan pemotongan batang, dilakukan sesuai dengan
kebijakan pembagian batang yang berlaku dengan prinsip manajemen batang per
batang. Urutan pembagian batang dimulai dengan pemotongan pangkal ke ujung
dengan memperhatikan sortimen, status, dan mutu kayu yang akan dihasilkan.

4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum pembuatan takik rebah dan penebangan dilakukan
pada Rabu, 05 April 2023, di Lahan Praktek Jurusan Kehutanan, Politeknik
Pertanian Negeri Kupang.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat :
a) Gergaji rantai (Chainsaw)
b) Pita meter
c) Parang
d) Tali
e) Kompas
2. Bahan
a) Pohon Flamboyan
3.3 Prosedur Kerja
1. Menentukan arah rebah dari pohon menggunakan Kompas.
2. Membuat alas takik dengan tinggi tunggak 20 - 30 cm dari permukaan tanah
untuk pohon yang tidak berbanir dan untuk pohon berbanir pembuatan
dilakukan tepat di atas banir.
3. Membuat atap takik rebah dengan gergaji rantai dengan sudut 45°.
4. Membuat takik balas dengan tinggi takik balas diperkirakan 1/10 diameter
pohon dari garis perpanjang alas takik.
5. Setelah pohon rebah, melakukukan pembersihan cabang dan ranting pohon.
6. Mengukur panjang batang sesuai kebutuhan pasar dan pedoman RIL.
7. Melakukan pembagian batang.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. a). Alat Chainsaw (STIHL); b). Pengisian bahan bakar (Pertalite);
dan c). Pengisian oli bekas.

a). b).

c).
Gergaji rantai (Chainsaw) merupakan alat untuk memotong batang pohon
ataupun bagian kayu lainnya, yang mana sistem pengoperasiannya lebih
mengandalkan mesin sebagai penggerak rantai gergaji di dalamnya. Secara umum
gergaji rantai mempunyai beberapa komponen kerja utama, dimana satu
komponen dengan komponen lainnya memiliki keterikatan kerja, sehingga dapat
menggerakkan mata gergaji yang terpasang di dalamnya. Gergaji rantai digunakan
untuk membuat takik rebah dan takik balas, dan untuk memotong bagian-bagian
kayu lainnya, baik dalam kegiatan pembersihan cabang, penebangan maupun
pembagian batang.
Hal pertama sebelum melakukan kegiatan penebangan adalah pemeriksaan
terhadap alat kerja yang mana mutlak dilakukan untuk memastikan alat telah
berfungsi dengan semestinya. Pemeriksaan dilakukan pada bagian-bagian penting

6
dari alat, seperti rantai gergaji, mesin, bahan bakar dan pelumas rantai (oli bekas).
Penggunaan gergaji rantai dalam menebang memiliki resiko yang cukup besar,
sehingga alat harus benar-benar aman dan dapat menunjang kegiatan penebangan
dengan baik.
Gambar 2. a). Penentuan arah rebah pohon; b). Pengukuran diameter pohon;
c). Arah rebah pohon.

a). b). c).


Dalam menentukan arah rebah terdapat beberapa hal yang penting yang
perlu diperhatikan, yaitu : Kondisi pohon adalah posisi pohon (normal atau
miring); kesehatan pohon (gerowong atau terdapat cacat-cacat lain yang
mempengaruhi rebahnya pohon); bentuk tajuk dan keberadaan banir; Kondisi
lapangan di sekitar pohon meliputi keadaan vegetasi di sekitar pohon yang akan
ditebang, termasuk keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan (jenisjenis
pemanjat, tunggak dan batubatuan); dan Keadaan cuaca pada saat penebangan.
Pada gambar a, arah rebah pohon diukur dengan menggunakan kompas yakni
256° ke arah Barat daya. Arah ini dipilih karena terbebas dari halangan maupun
rintangan, serta dekat dengan jalur sarad. Sesuai dengan Petunjuk Teknis
Penerapan Pembalakan Berdampak RendahCarbon (RIL-C), oleh Ruslandi (2013),
arah rebah harus memudahkan kegiatan penyaradan dan mengurangi kerusakan
tegakan tinggal akibat penyaradan, menghindari kerusakan pohon yang ditebang
dan mengurangi kerusakan tegakan tinggal. Gambar b, pengukuran keliling pohon
dilakukan untuk mengetahui keliling pohon, sehingga dapat menentukan
kedalaman alas takik yang tepat. Sedangkan gambar c, menunjukan arah rebah

7
dari pohon sesuai dengan arah rebah yang ditentukan yakni 256° ke arah barat
daya.
Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon. Arah
rebah yang benar akan menghasilkan kayu sesuai dengan yang diinginkan dan
kecelakaan kerja dapat dihindari serta kerusakan terhadap lingkungan dapat
ditekan, sedangkan apabila arah rebah yang ditentukan tidak benar, maka kayu
akan rusak dan kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar serta pohon yang
rebah akan merusak lingkungan sekitarnya (Anonim. 2020).
Gambar 3. a). Penandaan jarak takik alas dari permukaan tanah; dan b).
pembuatan takik (rebah dan balas).

20 cm

a). b).
Gambar 3. a), menunjukan tinggi tunggak dari permukaan tanah. Sesuai
dengan petunjuk RIL Indonesia penebangan dilakukan pada bagian rendah
tunggak atau tinggi tunggak maksimum 30 cm di atas permukaan tanah untuk
pohon tidak berbanir. Sedangkan untuk pohon berbanir penebangan dilakukan
tepat di atas banir pohon (Ruslandi. 2013). Penandaan alas takik pada gambar a,
dilakukan pada tinggi 20 cm dari permukaan tanah, yang mana hal ini sesuai
dengan petunjuk reduce impact logging Indonesia (RIL).
Gambar b, menunjukan teknik penebangan yang mana terdiri dari membuat
takik rebah dan takik balas. Takik rebah merupakan garis pemotongan kayu yang
digunakan untuk merebahkan pohon yang dipotong. Takik rebah terdiri dari 2
bagian utama yaitu alas takik dan atap takik. Alas takik dibuat terlebih dahulu
dengan kedalaman berkisar antara 1/5 – 1/3 diameter pohon (dbh) (Hendrayana,

8
Adhya, Supartono, Karyaningsih dan Nurlaela. 2020). Kedalaman alas takik yang
dibuat pada praktikum adalah 1/2 dari keliling pohon (74,4 cm), yaitu 24,8 cm.
Setelah membuat alas takik, selanjutnya membuat atap takik dengan sudut 45
derajat dari alas takik. Hasilnya berupa potongan yang disebut dengan mulut takik.
Takik balas merupakan garis pemotongan balasan (90 derajat dari takik rebah)
yang digunakan sebagai tahap pemotongan akhir dalam perebahan pohon. Panjang
takik balas diperkirakan1/10 diameter pohon dari garis perpanjangan alas takik.
Takik balas dibuat dengan cara memotong pohon secara horizontal pada
ketinggian diatas sampai kayu engsel Memantau kayu engsel : kayu engsel adalah
bagian kayu antara takik rebah dan takik balas. Kayu ini lebarnya kurang lebih
1/10 diameter pohon. Fungsi dari kayu engsel adalah sebagai kemudi dalam
mengarahkan rebahnya pohon (Ibit. 2020).
Gambar 4. a). Pembersihan dahan dan ranting pohon; b). Pengukuran batang;
c). Pembagian batang.

a). b).

c).
Gambar 4. a, pembersihan dahan dan ranting dari pohon yang telah rebah.
Tujuanya agar dapat memudahkan saat melakukan pembagian batang. Gambar b,
pengukuran panjang kayu untuk membagi kayu sesuai dengan kebutuhan pasar.

9
Setelah penebangan, cabang, ranting dan benjolan dipapras rata, kemudian
dilakukan pembagian batang dan pengupasan kulit. Untuk jenis yang mudah
terserang jamur biru dan kumbang ambrosia tidak harus dikuliti. Pembagian
batang dilakukan dengan memperhatikan asas peningkatan mutu dan
peruntukkannya.
Pembagian batang pada gambar c. dilakukan dengan ukuran 150 cm. Hal ini
dilakukan dengan perhitungan ukuran batang secara keseluruhan yakni 3 meter,
sehingga batang dibagi menjadi dua bagian. Pembagian batang dimaksudkan
untuk membuat sortimen berkualitas baik sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Pemotongan kayu menjadi sortimen kayu dimulai dari ujung ke
pangkal batang. Pemotongan batang diupayakan sesuai dengan alat angkutan dan
syarat yang ditentukan oleh pasar (Anonim. 2020).

10
BAB V
KESIMPULAN
Penebangan merupakan kegiatan merobohkan pohon kemudian memotongnya
menjadi kayu yang layak sarad. Terdapat beberapa tahapan sebelum menebang
yaitu membuat takik rebah dan balas yang mana pembuatan takik ini bertujuan
agar pohon dapat dirobohkan sesuai dengan arah rebah yang telah ditentukan.
Pembuatan alas takik rebah berjarak maksimum 30 cm dari permukaan tanah,
takik rebah berbentuk pomotongan miring berbentuk sudut 45° dan takik balas
dibuat pada sudut 90°.

11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Vade Mecum Kehutanan Indonesia. KLHK : Jakarta.
Haryanto. 1995 . Pemanenan Hasil Hutan, Buku I Perencanaan. Bagian Penerbitan
Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Univeritas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Hendrayana, Y., Adhya I., Supartono, T., Karyaningsih, I., dan Nurlaela, A. 2020.
PELATIHAN OPERATOR CHAINSAW DAN TEKNIK
PENEBANGAN DI PERUM PERHUTANI KESATUAN
PEMANGKUAN HUTAN (KPH) TASIKMALAYA.
Empowerment : Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 03 Nomor 02.
143-149. 143.
Martono, D. S. 2013. PRESTASI KERJA PENEBANGAN DAN PEMBAGIAN
BATANG DENGAN CHAINSAW Di HUTAN PINUS (Kasus Di
RPH Ngrayun, BKPH Ponorogo Selatan, KPH Lawu Ds Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur). Agri-tek Volume 14 Nomor 2
September 2013.
Suhartana, S., dan Yuniawati. 2006. EFISIENSI PENGGUNAAN CHAINSAW
PADA KEGIATAN PENEBANGAN: STUDI KASUS DI PT
SURYA HUTANI JAYA, KALIMANTAN TIMUR. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 1, Februari : 63-76.
Suhartana, S., Yuniawati dan Dulsalam. 2014. Luas petak tebang optimal
pemanenan kayu di areal hutan tanaman rawa gambut. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 32(2): 175-188.
Yuniawati., dan Tampubolon, R. M. 2021. Mengurangi Keterbukaan Hutan
Melalui Teknik Pemanenan Kayu yang Tepat di Hutan Alam.
JURNAL ILMU LINGKUNGAN. Volume 19 Issue 2 . Program
Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP.

12

Anda mungkin juga menyukai