Oleh
Rumiko Rivando
0814081062
Agung Wahyudi
0814081003
Andi Fernandes
Yanche Nova Ria M
Dianita Ratna M
0614081001
0614081014
0614081028
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu adalah
bagian
digolongkan
Sumbu vertikal atau aksial batang yaitu sumbu batang yang dibuat melalui
empulur batang.
b.
Bidang potongan lintang adalah bidang yang dihasilkan apabila batang kayu
dipotong tegak lurus pada sumbu vertikal batang.
c.
Bidang potongan radial adalah bidang yang dihasilkan apabila batang kayu
dibelah
menurut
garis
sumbu
vertikal
batang,sehingga
sumbu
aksial
batang
hanya dengan mata telanjang atau dibantu dengan lup ( biasanya mempunyai
pembesaran 10 kali ), disebut sifat makroskopis kayu.
Sifat
makroskopis
jika
diperhatikan
lebih
jauh
dapat
dibagi
menjadi
dua
golongan yaitu :
a.
b.
atau
mengeluarkan
air,yang
tergantung
pada
kelembapan
udara
Kadar air
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa :
1)
2)
3)
Dapat memahami dan membedakan sifat makroskopis non struktural dan struktural
kayu.
4)
Dapat mengenal berbagai jenis kayu melalui sifat makroskopis non struktural
dan struktural yang dimiliki masing-masing jenis kayu.
5)
6)
Dapat mengenal berbagai jenis kayu melalui sifat mikroskopis kayu yang
dimiliki masing-masing jenis kayu.
7)
kering udara.
8)
9)
Dapat mengidentifikasi jenis cacat pada kayu yang terjadi akibat penyusutan
selama proses pengeringan.
10) Dapat menentukan berat jenis kayu pada kondisi basah,kering,udara dan kering
tanur.
11) Dapat mengelompokan kayu ke dalam kelas kekuatan kayu berdasrkan berat
jenisnya.
A.
Bahan yang diperlukan untuk praktikum kali ini adalah contoh kayu dari
berbagai jenis yang sudah teridentifikasi/
Alat-alat yang diperlukan meliputi :
Lembar pengamatan mahasiswa
Buku gambar
Pisau/cutter
Kaca pembesar/lup dengan pembesaran 10 kali
Mikroskop
Alat tulis
Dua buah contoh kayu yang masih segar/basah dengan ukuran panjang x lebar x
tebal = ( 10x3x3 )cm
Timbangan
Oven
Kaliper
B.
Prosedur Kerja
2)
Tentukan bidang potongan lintang dengan memotong contoh kayu tegak lurus pada
sumbu vertikal batang.
3)
4)
Tentukan bidang potongan radial dengan memotong contoh kayu sejajar dengan
jari-jari kayu.
5)
Tentukan bidang potongan tangensial dengan memotong contoh kayu tegak lurus
dengan jari-jari kayu.
6)
2)
3)
Sayat
pemukaan
kayu
pada
ketiga
bidang
potong
tersebut
selicin-licinnya
Amati
lingkaran
getah/damar
pengamatan.
dengan
tumbuh,
menggunakn
pori/pembuluh,parenkim,jari-jari,dan
lup.Hasil
pengamatan
di
tulis
pada
saluran
lembar
5)
Gambarkan
hasil
pengamatan
pada
ketiga
bidang
potong
tersebut
pada
buku
gambar.
1)
lingkaran
tumbuh,
pori/pembuluh,
parenkim,jari-jari,dan
saluran
Gambarkan
hasil
pengamatan
pada
ketiga
bidang
potong
tersebut
pada
buku
jenis
yang
gambar.
Setiap
kelompok
wajib
membawa
dua
buah
contoh
kayu
dari
berbada ) yang masih segar/basah dengan ukuran panjang x lebar x tebal = (10 x
3 x 3 ) cm.
2)
Timbang contoh kayu untuk mengetahui berat kayu pada kondisi basah,dan ukur
dimensinya.
3)
Keringkan contoh kayu pada kondisi kering udara selama satu minggu , kemudian
timbang
untuk
mengetahui
berat
kayu
pada
kondisi
kering
udara
dicatat
sebagai berat kering udara=BKU );dan ukur dimensinya ( volume kering udara =
panjang x lebar x tebal ),serta amati cacat yang terjadi.
4)
Keringkan contoh kayu dalam oven selama 2 x 24 jam pada temperatur 103+derajat celcius, kemudian timbang untuk mengetahui berat kayu pada kondisi
kering oven ( dicatat sebagai berat kering tanur = BKT ) dan ukur dimensinya
serta amati cacat yang terjadi.
5)
Hitung kadar air kayu pada kondisi basah ( dicatat sebagai KA basah ) dengan
rumus :
KA basah = BB-BKT/BKT x 100 %
6)
Hitung kadar air kayu pada kondisi kering udara ( dicatat sebagai KA kering
udara ) dengan rumus:
basah x 100%
penyusutan tebal ( T )
penyusutan volume ( V )
basah x 100%
x 100%
b.
dari kondisi basah ke kering tanur :
penyusutan panjang ( P )
= P basah P kering tanur/ P basah x 100%
penyusutan lebar (L)
penyusutan tebal ( T )
basah x 100%
basah x 100%
penyusutan volume ( V )
basah x 100%
8)
9)
Hitung berat jemis kayu pada kondisi basah ( dicatat sebagai BJ basah )
dengan humus :
BJ basah = BKT / V basah x p air
p air = 1gr/cm kubik
Hitung berat jenis kayu pada kondisi kering udara ( dicatat sebagai BJ kering
udara ) dengan humus sebagai berikut :
BJ kering udara = BKT / V kering udara x p air
10) Hitung berat jenis kayu pada kondisi kering tanur ( dicatat sebagai BJ kering
tanur) dengan humus sebagai berikut :
BJ kering tanur = BKT / V kering tanur x p air
11) Tentukan kelas kekuatan kayu dari contoh kayu berdasrkan tabel berikut :
Kelas
BJ kering
Keteguhan lentur
Keteguhan tekan
kuat
udara
mutlak ( kg/cm2 )
mutlak ( kg/cm2)
> 0,90
> 1100
> 650
II
0,60-0,90
725-1100
425-650
III
0,40-0,60
500-725
300-425
IV
0,30-0,40
360-500
215-300
<0,30
< 360
<215
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada bidang orientasi kayu adalah berupa gambar yang terdapat
pada lampiran. Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah :
Tabel Pengamatan 1. Warna dan Corak
No
1
Warna
Jenis
Kayu
Putih
Kuning
Sawo
Coklat
V
Merah
Corak
Ungu
Hitam
Kelabu
Polos
Bercorak
kecik
2
Afrika
Kolaka
Rasamala
Saga
Akasia
Bintangur
Agatis
Puspa
10
Pinus
11
Jati
12
Palapi
13
Bongin
14
Sungkai
15
Meranti
merah
V
V
V
V
V
V
V
V
V
16
Mahoni
17
Merbau
18
Mindi
19
Dahu
20
Bangkirai
V
V
V
V
Arah Serat
No
Jenis Kayu
Sawo kecik
Afrika
Kolaka
Rasamala
Saga
Akasia
Bintangur
Agatis
Puspa
10
Pinus
11
Jati
12
Palapi
13
Bongin
14
Sungkai
15
Meranti
Halus
Sedang
Kasar
Lurus
Terpadu
V
V
V
V
V
V
V
V
V
16
Mahoni
17
Merbau
18
Mindi
19
Dahu
20
Bangkirai
Terpilin
merah
Berombak
V
V
V
V
V
V
V
V
Kilap
No
Jenis
Kayu
Agak
Kusa
mengkila
Bau
Mengkila
Haru
Sawo
kecik
Afrika
Kolaka
Rasamala
Saga
Akasia
Bintangur
Agatis
Puspa
10
Pinus
11
Jati
12
Palapi
13
Bongin
14
Sungkai
15
Meranti
merah
V
V
V
V
16
Mahoni
17
Merbau
18
Mindi
19
Dahu
20
Bangkirai
Jenis Kayu
Lunak
Sedang
Sawo kecik
Afrika
Kolaka
Rasamala
Saga
Akasia
Bintangur
Keras
V
V
V
Bahan
Penyama
k
Dama
Lainny
Agatis
Puspa
10
Pinus
11
Jati
12
Palapi
13
Bongin
14
Sungkai
15
Meranti
V
V
V
merah
16
Mahoni
17
Merbau
18
Mindi
19
Dahu
20
Bangkirai
Jenis
kayu
Lingkar
Penyeb
an
aran
tumbuh
kayu
2
3
4
Sawo
kecik
Afrik
a
Kolak
a
Rasam
ala
Tat
jel
Tid
ta
as
ak
ba
ling
jel
ur
kar
as
1
Ta
Pengelompokan pori
Penyusunan pori
kelo
Kelo
mpo
mpok
radial
mirin
g
Gero
Sol
mbol
iter
Pasa
Gabu
ngan
ngan
pori
radial
isi pori
Gabu
ngan
Tilosys/
tange
amorf
nsial
5
6
7
8
Saga
Akasi
a
Binta
ngur
Agati
s
Puspa
Pinus
0
1
Jati
1
1
Palap
Bongi
Sungk
ai
1
5
V
V
amorf
V
tylosis
Meran
ti
merah
Mahon
Merba
Mindi
8
1
Dahu
9
2
Bangk
irai
V
V
tylosis
V
B.
Pembahasan
Yang dimaksud bidang orientasi kayu adalah bidang pembantu yang diperlukan
dalam pengenalan kayu sehingga diperoleh kesan yang sebenarnya dari sifatsifat atau tanda-tanda yang diperlukan untuk pengenalan. Adapun kaitannya
antara penampang lintang dengan sifat makroskopis kayu adalah pada penampang
lintang akan ditemukan garis-garis konsentris bisa nyata atau kurang nyata dan
memusat pada empulur. Garis-garis konsentris ini disebut sebagai lingkaran
tumbuh ( growth ring ) yang terjadi sehubungan dengan mekanisme pertumbuhan
pohon. Dan hal ini merupakan sifat makroskopis struktural kayu.
Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara
memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan
memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada
umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti
penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan
sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding,
dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat
kasar yang mudah dilihat.
Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)
memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut
diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat
dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang
dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa
sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia,
dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai
dalam penentuan je-nis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya (sifat
struktur).
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal
kayu,
yaitu sifat
fisik (disebut
juga sifat
kasar atau sifat
makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).
Secara
obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada
sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu jenis kayu.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila
kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik
akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.
Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara
jelas melalui panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan
dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
dalam sifat kasar antara lain adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
lingkaran tumbuh,
h.
lain sesuai dengan hasil pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu.
Sebagai hasilnya, nama jenis yang tertera pada kartu terakhir tersebut
merupakan nama jenis kayu yang diidentifikasi.
Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas dasar
persamaan sifat-sifat kayu yang diamati.
Kayu yang akan ditentukan jenisnya
diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom,
dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diperolehnya
nama jenis kayu yang dimaksud.
Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan
sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan.
Kesulitan tersebut adalah
apabila kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi.
Walaupun sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis
kayu, keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu yang
dimaksud.
Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki
disertai dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu
atau sistem dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan suatu jenis kayu.
Namun dalam praktikum kali ini tidak menggunakan kedua metode tersebut. Karena
kami hanya melakukan pengamatan dengan menggunakn lup/kaca pembesar saja
sebagai alat bantu, selebihnya kami mengamati dengan menggunakan mata
telanjang. Dan yang perlu diperhatikan adalah kayu yang dijadikan sampel dalam
praktikum kali ini terdapat dua jenis yaitu kayu daun lebar dan kayu daun
jarum dimana diantara keduanya memiliki perbedaan yang sangat mencolok jika
dilihat dari segi pori-porinya, sebab pada kayu daun jarum tidak memiliki
pori-pori seperti halnya yang terdapat pada kayu daun lebar. Dan hal ini
mencerminkan salah satu sifat makroskopis struktural kayu. Sebagai contoh,
pada kayu pinus ( pinus merkusii )tidak memiliki pori-pori dikarenakan kayu
ini termasuk golongan kayu daun jarum.
A.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
B.
Saran
Dari sisi produsen, kepastian suatu jenis-jenis kayu penting artinya dalam proses
produksi dan pemasaran. Masing-masing jenis kayu mempunyai sifat dan
Untuk menentukan jenis-jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa
kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa
sepotong kecil kayu. Pada umumnya dengan memerhatikan sifat kayu yang mudah
dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah,
dsb.
Penentuan jenis-jenis kayu dalam bentuk olahan mudah dilakukan dengan
memerhatikan sifat kasar yang mudah dilihat. Misalnya, kayu jati memiliki
gambar lingkaran tumbuh yang jelas.
Namun, apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi, dimana sifat fisik
asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka cara yang
dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan memeriksa sifat
anatomi atau strukturnya.
Pada dasarnya terdapat 2 sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (sifat kasar atau makroskopis) dan sifat struktur
(sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur lebih dapat diandalkan daripada
sifat fisik dalam mengenal atau menentukan jenis-jenis kayu.
Sifat fisik jenis-jenis kayu dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik
dengan penglihatan, penciuman, perabaan, dsb tanpa menggunakan alat bantu
Diantaranya :
1. Warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,
2. Tekstur, penampakan sifat struktur pada bidang lintang,
4.
5.
6.
7.
8.
Sifat struktur jenis-jenis kayu dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat
bantu, yaitu kaca pembesar dengan pembesaran 10 kali, diantaranya:
Pori, sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal.
Parenkim, sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata dengan arah
longitudinal.
Jari-jari, parenkim dengan arah horizontal.
Saluran interseluler, berada di antara sel-sel kayu yang berfungsi sebagai saluran
khusus.
Saluran getah, berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti lensa.
Tanda kerinyut, penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan biasanya
terlihat pada bidang tangensial.
Kulit tersisip, berada diantara kayu, yang terbentuk sebagai akibat kesalahan
kambium dalam membentuk kulit.
OLEH :
SITI NAPISAH
D1D010010
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai
keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan
(pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat
dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Penyebab
terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel
berbagai jaringan di batang.
Ilmu perkayuan mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat
kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.
Identifikasi Kayu melalui sifat Mikroskopis kayu adalah Identifikasi terhadap Sel-Sel
Penyusun Kayu yang Diamati Menggunakan Loupe atau secara mikroskopis
menggunakan mikroskop.
1.2.
Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk parenkim kayu
2. Untuk mengetahui bentuk pori kayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Praktikum ini dilaksanakan pada dua hari yang berbeda, yaitu pada hari Selasa 17
April 2012 dan Hari Jumat tanggal 24 April 2012. Praktiku bertempat di ruang
laboratorium Sumber Daya Hutan, Fakultas Pertanian Universitas Jambi gedung
Mendalo, Muaro Jambi, Jambi.
3.2.
Alat tulis
Kamera (Handphone)
Lup Kayu
3.3.
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Praktikum 17 April
Jika dilihat dari bentuk pori atau pembuluhnya, maka perbedaan antara softwood,
dalam hal ini adalah kayu pinus, dan hardwood, yang dalam hal ini adalah rengas,
yaitu sebagai berikut:
Kayu rengas memiliki pori yang lebih besar dibandingkan dengan pinus. Kayu
rengas memiliki pembuluh dan kayu rengas juga memiliki saluran getah.
Kayu pinus memiliki trakeid yang lebih kecil-kecil dan terlihat dengan mata
telanjang. Kayu pinus tidak memiliki pembuluh. Dan kayu pinus memiliki saluran
resin.
Rengas tembaga memiliki pori yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Rengas
tembaga memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran getah. Bentuk pembuluh
atau pori-pori dari rengas tembaga adalah pori-pori tunggal. Bentuk parenkim dari
kayu ini adalah apotrakeal.
Rengas manuk memiliki pori besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Rengas
manuk memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran getah. Bentuk pori atau
pembuluh dari rengas manuk adalah pori-pori ganda dua. Bentuk parenkim dari
kayu rengas manuk adalah parenkim yang berhubungan dengan pori atau
paratrakeal.
1. Praktikum 24 April
Pada praktikum tanggal 24 April yang lalu, objek yang diamati adalah tembesu rawa
dan tembesu kasang. Pengamatan dilakukan terhadap perbedaan pembuluh atau
pori dari kedua kayu tersebut. Selain itu, dilakukan juga pengamatan mengenai
perbedaan bentuk pembuluh atau pori dari kedua objek dan juga mengamati kristal
yang ada pada permukaan kayu.
Setelah dilakukan pengamatan, maka didapatlah hasil sebagai berikut:
1. Kayu tembesu kasang memiliki pembuluh atau pori yang lebih besar
dibandingkan dengan tembesu rawa. Tembesu kasang mempunyai kristalkirstal di permukaan kayunya. Pembuluh yang terdapat pada tembesu
kasang mengelompok antara 2 sampai 3 pembuluh.
2. Kayu tembesu rawa memiliki pembuluh atau pori yang lebih kecil
dibandingkan dengan tembesu kasang. Pembuluh dari tembesu rawa
terpisah-pisah atau tidak mengelompok dan juga banyak. Tembesu rawa
tidak memiliki kristal di permukaan kayunya.
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1. Kayu rengas memiliki pori yang lebih besar dibandingkan dengan pinus.
Kayu rengas memiliki pembuluh dan kayu rengas juga memiliki saluran
getah.
2. Kayu pinus memiliki trakeid yang lebih kecil-kecil dan terlihat dengan mata
telanjang. Kayu pinus tidak memiliki pembuluh. Dan kayu pinus memiliki
saluran resin.
3. Rengas tembaga memiliki pori yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Rengas tembaga memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran getah.
Bentuk pembuluh atau pori-pori dari rengas tembaga adalah pori-pori
tunggal. Bentuk parenkim dari kayu ini adalah apotrakeal.
4. Rengas manuk memiliki pori besar dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Rengas manuk memiliki pembuluh dan juga memiliki saluran
getah. Bentuk pori atau pembuluh dari rengas manuk adalah pori-pori
ganda dua. Bentuk parenkim dari kayu rengas manuk adalah parenkim
yang berhubungan dengan pori atau paratrakeal.
5. Kayu tembesu kasang memiliki pembuluh atau pori yang lebih besar
dibandingkan dengan tembesu rawa. Tembesu kasang mempunyai kristalkirstal di permukaan kayunya. Pembuluh yang terdapat pada tembesu
kasang mengelompok antara 2 sampai 3 pembuluh.
6. Kayu tembesu rawa memiliki pembuluh atau pori yang lebih kecil
dibandingkan dengan tembesu kasang. Pembuluh dari tembesu rawa
terpisah-pisah atau tidak mengelompok dan juga banyak. Tembesu rawa
tidak memiliki kristal di permukaan kayunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://sylvesterunila.blogspot.com
id.wikipedia.org/wiki/Kayu