Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bumi terdapat sekitar satu triliun ton kayu, yang tumbuh pada dari 10 miliar ton per
tahun. Sebagai, berlimpah karbon-netral pada sumber daya terbarukan, bahan kayu telah
berkepentingan intens sebagai sumber energi terbarukan. Pada tahun 1991, sekitar 3,5 miliar
meter kubik kayu yang dipanen. Dominan di perabotan dan konstruksi bangunan.
Kayu biasanya terdapat tanda umur oleh penanggalan karbon di dalam tubuh batang dan
pada beberapa spesies oleh karena dendrochronology untuk membuat sejarah kayu tersebut sejak
tumbuh. Dilihat variasi tahun ke tahun pada lingkaran lebar di batang pohon dan juga
kelimpahan isotop memberikan petunjuk dengan iklim yang berlaku pada saat itu.
1
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Dalam bangunan terbuat dari bahan lain, kayu masih akan ditemukan sebagai bahan
pendukung, terutama dalam konstruksi atap, di pintu interior dan kusennya, dan sebagai cladding
eksterior. Kayu juga biasa digunakan sebagai bahan shuttering untuk membentuk cetakan dimana
beton dituangkan dalam konstruksi beton bertulang.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu
yang berasal dari satu pohon memiliki sifat yang agak berbeda, jika dibandingkan bagian
ujung dan pangkalnya.
Dalam hubungan itu maka ada baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut dipahami lebih dahulu
sebelum kayu dipergunakan sebagai bahan bangunan, industri kayu maupun sebagai
perabotan rumah. Sifat yang dimaksud antara lain berkaitan dengan sifat-sifat anatomi
kayu, sifat fisik, sifat mekanik dan juga sifat kimianya.
Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial
Kayu terdiri dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya
terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsur karbohidrat)
serta berupa lignin (non-karbohidrat).
Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh
2
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk menajang sel-sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
1. Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.
2. Kayu tesusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding
selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa (unsure karbohidrat) serta
berupa lignin (non-karbohidrat).
3. Semua kayu bersifat anisotropic, yaitu memperllihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial dan radial). Hal ini disebabkan oleh
struktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel, bentuk memanjang sel-sel kayu dan
pengaturan sel terhadap sumbu vertikal dan horisontal pada batang pohon.
4. Kayu merupakan suatu bahan yang bersifat higroskopik, yaitu dapat kehilangan atau
bertambah kelembabannya akibat perubahan kelembaban dan suhu udara di sekitarnya.
5. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu
keadaannya kering.
Bila sebatang pohon dipotong melintang dan permukaan potongan melintang itu dihaluskan,
maka akan tampak suatu gambaran unsur-unsur kayu yang tersusun dalam pola melingkar
dengan suatu pusat di tengah batang serta deretan sel kayu dengan arah mirip jari-jari roda ke
permukaan batang. Sebuah sumbu dapat dibayangkan melewati pusat itu dan merupakan salah
satu sumbu arah utama yang disebut sumbu longitudinal; sumbu ini disebut sumbu arah radial.
Selanjutnya yang tegak lurus dengan jari-jari kayu, tetapi tidak memotong sumbu longitudinal,
3
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
dinamakan sumbu arah tangensial. Ketiga sumbu arah utama ini sangat penting zrtinyabagi
keperluan mengenal sifat-sifsat kayu hyang khas. Yaitu antara lain sifat anisotropik yang telah
disebut, perbedaan dalam kekuatan kayu, kembang susut kayu dan aliran zat cair di dalam kayu.
Di samping itu mengenal kekuatan kayu yang menahan beban, ternyata lebih besar pada arah
sumbu longitudinal daripada arah-arah yang lain. Demikian pula zat cair lebih cepat dan lebih
mudah pada arah longitudinal daripada arah sumbu radial dan tangensial. Sebaliknya kembang
susut kayu terbesar terdapat pada arah tangensial
2. Tujuan
3) Dapat memahami dan membedakan sifat makroskopis non struktural dan struktural kayu.
4) Dapat mengenal berbagai jenis kayu melalui sifat makroskopis non struktural dan
struktural yang dimiliki masing-masing jenis kayu
4
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara
memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa
sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara
memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras,
arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.
Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding, dan
sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat kasar yang mudah
dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis) memiliki gambar lingkaran tumbuh yang
jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik
asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat
dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat
anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis
kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan je-nis kayu adalah
dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur). Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama
kayu yang dapat dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar
atau sifat makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat
struktur atau mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam
mengenal atau menentukan suatu jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat
dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena
sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan jenis.
Sifat makrospkopis kayu dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya : Berat Jenis, Keawetan
Alami, Warna, Higroskopik, Berat, Kekerasan dan lain-lain.
Berat jenis
5
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar 0,20 sampai 1,28. Berat jenis
merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya
makin kuat pula kayunya. Semakin ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula
kekuatannya. Berat jenis kayu diperoleh dari perbandingan antara berat suatu volume
kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.
Warna Kayu
Kayu mempunyai warna yang bermacam-macam. Kayu yang berwarna putih misalnya
kayu jelutung, kayu kempas dan renghas bewarna merah. Perbedaan warna ini
disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi warna kayu, antara lain: tempat didalam batang, umur pohon dan
kelembaban udara. Kayu tersa umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih
gelap daripada warna bagian kayu gubal. Kayu yang umurnya lebih tua umumnya
berwarna lebih gelap daripada kayu yang muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering
berbeda pula warnanya dengan kayu yang basah. Demikian pula kayu yang lama berada
diluar kelihatan lebih gelap atau lebih pucat warnanya daripada kayu yang segar dan
kering udara.
6
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu suatu sifat yang dapat menyerap atau
melepaskan air atau kelembaban.Sifat higroskopik ini merupakan suatu petunjuk bahwa
kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara sekitarnya pada
suatu saat tertentu. Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban
kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu
seperti ini dinamakan kandungan air kesetimbangan (EMC=Equilibrium Moisture
Content) masuknya air kedalam kayu itu, maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya
masuk dan keluarnya air dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya
kayu itu akan mengembang atau menyusut.
Tekstur
Tekstur ialah ukuran relative sel-sel kayu. Yang dimaksut dengan sel kayu ialah serat-
serat kayu. Jadi dapat dikatakan tekstur ialah ukuran relative serat-serat kayu.
Berdasarkan teksturnya, kayu dapat digolongkan ke dalam :
Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang
menunjukkan arah sel-sel kayu di dalam kayu
terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi.
Arah serat dapat ditentukan oleh alur-alur yang
terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan
berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar
dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap
sumbu panjang batang, dikatakan kayu itu berserat mencong. Serat mencong dapat dibagi
lagi menjadi:
1. Serat berpadu; bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling,
menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, contoh kayu: kulim,
renghas, kapur.
7
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
2. Serat berombak; serat-serat kayu yang membentuk gamabaran berombak, contoh kayu:
renghas, merbau dan lain-lain
3. Serat terpilin; serat-serat kayu yang membuat gambaran terpilin (puntiran), seolah-olah
batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, contoh kayu: bintangur, kapur, dammar dan lain-
lain
4. Serat diagonal; yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan, yang digergaji
sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu, tetapi membentuk sudut
dengan sumbu.
Berat kayu
Berat sesuatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga
sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif di dalamnya.
Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang bersangkutan,
dan dipakai sebagai patokan berat kayu. Berdasarkan berat jenisnya, jenis-jenis kayu
digolongkan ke dalam kelas-kelas sebagai berikut:
Sebagai contoh jenis kayu yang termasuk dalam kelas sangat berat adalah giam, balau, dan lain-
lain. Masuk kelas berat misalnya kulim,sedangkan agak berat misalnya bintangur dan yang
termasuk ringan misalnya pinus dan balsa.
Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-
kayu yang keras juga temasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga
kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai
berikut:
Cara menetapkan kekerasan kayu ialah dengan memotong kayu tersebut arah melintang dan
mencatat atau menilai kesan perlawanan oleh kayu itu pada saat pemotongan dan kilapnya
bidang potongan yang dihasilkan. Kayu yang sangat keras akan sulit dipotong melintang dengan
pisau. Pisau tersebut akan meleset dan hasil potongannyaakan member tanda kilauan pada kayu.
Kayu yang lunak akan mudah rusak, dan hasil potongan melintangnya akan memberikan hasil
yang kasar dan suram.
Kesan raba
Kesan raba sesuatu jenis kayuadalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba
permukaan kayu tersebut. Ada kayu bila diraba member kesan kasar, halus, licin, dingin
dan sebagainya. Kesan raba yang berbeda-beda itu untuk tiap-tiap jenis kayu tergantung
dari: tekstur kayu, besar kecilnya air yang dikandung, dan kadar zat ekstraktif di dalam
kayu. Kesan raba ialah licin, apabila tekstur kayunya halus dan permukaannya
mengandung lilin. Sebaliknya apabila keadaan tekstur kayunya kasar. Kesan raba dingin
ada pada kayu bertekstur halus dan berat jenisnya tinggi, sebaliknya terasa panas bila
teksturnya kasar dan berat jenisnya rendah. Jati member kesan agak berlemak atau
berlilin kalau diraba; sedangkan kayu renghas memberi kesan gatal pada kulit (alergi).
Nilai dekoratif :
Umumnya menyangkut jenis-jenis kayu yang akan dibuat untuk tujuan tertentu yang
hanya mementingkan nilai keindahan tertentu pada kayu tersebut. Nilai dekoratif sesuatu
jenis kayu tergantung dari penyebaran warna, arah serat kayu, tekstur dan pemunculan
ria-riap tumbuh yang bersama-sama muncul dalam pola atau bentuk tertentu. Pola
9
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
gambar inilah yang membuat sesuatu jenis kayu yang memilikinya mempunyai suatu
nilai dekoratif. Kayu-kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain: sonokeling,
sonokembang, renghas, eboni, dan lain sebagainya.
Sifat-sifat lain :
Sifat lain antaranya sifat pembakaran. Semua jenis kayu dapat terbakar,tergolong dalam
tingkatan menjadi arang dan sampai menjadi abu. Sifat mudah terbakar ini pada satu
pihak memberi keuntungan, misalnya kalau kayu itu akan dipergunakan sebagai bahan
pembakar. Di lain pihak ada sifat yang merugikan, misalnya kalau kayu itu dipakai
sebagai bahan perabot atau bangunan. Walaupun demikian kayu tidak dapat ditinggalkan,
karena kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan sifat-sifat logam. Proses pembakaran sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik,
kimia dan anatomi kayu. Umunya jenis-jenis kayu dengan pembuluh-pembuluh besar
lebih mudah terbakar daripada jenis-jenis kayu yang berat. Selanjutnya kandungan
dammar yang banyak mempercepat pula pembakaran. Dengan adanya sifat-sifat ini,
maka jenis kayu yang dapat digolongkan ke dalam kelas daya tahan bakar misalnya kayu:
merbau, ulin, jati dan lain sebagainya. Daya tahan bakar yang kecil, misalnya kayu: balsa,
sengon, pinus dan lain sebagainya. Daya tahan bakar kayu dapat ditingkatkan dengan
membuat kayu itu menjadi anti api (fire proof) antara lain:
Menutup kayu itu dengan bahan lapisan yang tidak mudah terbakar, yang berfungsi
melindungi lapisan kayu di bawahnya terhadap api. (Asbes, pelat logam dan lain
sebagainya).
Menutup kayu itu dengan bahan-bahan kimia yang bersifat mencegah terbakarnya kayu,
misalnya: jenis cat tahan api, persenyawaan garam antara lain amoniun dan boor zuur,
dengan mengimpregnir kayu itu dengan macam-macam bahan kimia yang bersifat
mengurangi terbakarnya kayu. Ada juga bahan-bahan lain yang menghasilkan gas yang
dapat mencegah api tersebut.
Sifat akustik : sifat akustik kayu sangat penting dalam hubungan dengan alat-alat music
dan konstruksi bangunan. Dasar akustik menunjukkan, bahwa kemampuan untuk
meneruskan atau tidak meneruskan suara erat hubungannya dengan elastisitas kayu. Jadi
sepotong kayu dapat bergetar bebas, jika dipukul akan mengeluarkan suara tingginya
10
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
tergantung pada frekuensi alami getaran kayu tersebut. Frekuensi ini ditentukan oleh
kerapatan/elastisitas dan ukuran kayu tersebut. Kayu yang telah kehilangan elastisitas
misalnya akibat serangan jamur, jika dipukul akan memberikan suara yang keruh, sedang
kayu yang sehat suaranya akan nyaring.
Sifat resonansi : yaitu turut bergetarnya dengan gelombang sxuara, karena kayu memiliki
sifat elastisitas. Kualitas nada yang dikeluarkan oleh kayu sangat baik. Oleh sebab itu
banyak kayu dipakai untuk alat-alat music: kulintang, piano, biola, guitar, dan lain-lain.
Kemampuan benda untuk mengabsorpsi suara tergantung pada masa dan pada sifat-sifat
akustik permukaan benda, yaitu mampu tidaknya permukaan benda mengabsorpsi suara
atau memantulkan suara. Struktur kayu mempunyai sifat demikian, sehingga kalau kayu
tidak dapat bergetar dengan mudah, permukaannya mempunyai sifat meredam
gelombang suara. Karena itu kayu serupa ini baik kalau dipakai sebagai lantai atau
parket.
Kerusakan pada kayu terjadi karena tindakan-tindakan atau karena keadaan yang mengakibatkan
kekuatan kayu menurun, harga kayu menurun, dan mutu dan nilai pakai kayu berkurang atau
kayu sama sekali tak terpakai. Kerusakan yang dimaksud antara lain: retak-retak,
pecah,belah,serangan jamur, serangan serangga dan kerusakan-kerusakan akibat perilaku
manusia yang kurang cermat dalam mengelola kayu. Misalnya: pemeliharaan hutan yang kurang
baik, penebangan pohon yang salah,pembagian batang yang keliru, cara menggergaji yang keliru
serta cara pengeringan kayu yang tidak sesuai, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut di atas
akan mengurangi mutu dan nilai pakai kayu untuk penggunaan tertentu secara maksimal.
1. Cacat mata kayu
Mata kayu merupakan lembaga atau bagian cabang yang berada di dalam kayu. Mata kayu dapat
dibedakan :
11
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
12
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
13
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
secara umum sedikit sekali pengaruhnya terhadap kekauatan kayu dan biasanya tidak
menurunkan kekuatan yang besar, pengaruh terbesar adalah mengurangi keindahan, akibat
timbulnya warna-warna yang kotor (noda-noda).
g. Cacat akibat Serangga perusak kayu
Jenis serangga perusak kayu, diantaranya :
rayap, kumbang kayu, dan bubuk kayu. Kayu
merupakan makanan dan tempat tinggal
serangga tersebut, sehingga jelas bahwa
serangga-serangga tersebut akan membuat lubang-
lubang terowongan didalam kayu yang
mengakibatkan kekuatan kayu akan
berkurang.
Lubang gerek dan lubang cacing laut
Lubang gerek ialah lubang-lubang pada kayu
yang disebabkan oleh serangga penggerek, atau cacing-cacing laut. Lubang cacing laut ialah
lubang-lubang pada kayu yang disebabkan oleh cacing-cacing laut. Umumnya penggerekan
tersebut menyerang kayu yang baru ditebang. Kadangkala pada pohon yang masih tegak berdiri.
Serangga ini tidak dapat hidup pada kayu gergajian yang telah dikeringkan, karena larvanya
memerlukan jamur. Padahal agar jamur dapat hidup diperlukan kadar air yang cukup tinggi.
Serangan-serangan akan lebih berat pada bagian kayu yang menghadap tanah yang terlindung
dari sinar matahari langsung. Sedangkan cacing laut menyerang kayu yang berada di air laut.
Lubang gerek mengurangi keindahan. Bila banyak menggerombol akan mempengaruhi kekuatan
kayu, bahkan kayu sama sekali mungkin tidak dapat dimanfaatkan lagi. Demikian pula cacat
pada lubang cacing laut.
14
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Secara singkat peraturan ini dimaksukan untuk memberikan acuan baku terkait dengan aturan
umum, aturan pemeriksaan dan mutu, aturan perhitungan, sambungan dan alat sambung
konstruksi kayu hingga tahap pendirian bangunan dan persyaratannya. Pada buku tersebut juga
telah dicantumkan jenis dan nama kayu Indonesia, indeks sifat kayu dan klasifikasinya, kekuatan
dan keawetannya.
Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik terdapat
klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis)
lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan mutu
muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang merupakan penggolongan kayu
secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat atau tidak) arah-pola serat dan kelurusan
batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
1. Kayu mutu A
Kering udara
Besar mata kayu maksimum 1/6 lebar kecil tampang / 3,5 cm
Tak boleh mengandung kayu gubal lebih dari 1/10 tinggi balok
Miring arah serat maksimum adalah 1/7
Retak arah radial maksimum 1/3 tebal dan arah lingkaran tumbuh tebal kayu
2. Kayu mutu B
15
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Konsekuensi dari kelas visual B harus memperhitungkan reduksi kekuatan dari mutu A dengan
faktor pengali sebesar 0.75 (PKKI, 1961, pasal 5).
16
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
17
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
Keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang
dari luar kayu itu sendiri. Secara alami kayu mempunyai keawetan tersendiri, dan berbeda untuk
tiap jenis kayu. Keawetan kayu biasanya ditentukan oleh adanya zat ekstraktif yang terkandung
di dalam kayu tersebut.
Kelas awet kayu menunjukan tingkat ketahanankayu terhadap serangan organisme perusak kayu
seperti jamur dan rayap
Kelas awet kayu ditentukan oleh komposisi kimia zat ekstraktif yang terdapat di dalam kayu, dan
sedikit hubungannya dengan tingkat kekerasan kayu.
Air hujan adalah faktor utamayang mengurangi keawetan kayu. Kayu awet seperti kayu besi
memiliki kandungan zat ekstraktif Eusiderin dan kayu jati punya tectoquinon yang melindungi
mereka dari serangan jamur dan serangga. Namun zat ekstraktif mudah tercuci sehingga kayu
awet yang sering terpapar air hujan jangan harap akan tahan terhadap serangan rayap dan jamur.
Pengawetan suatu jenis kayu dimaksudkan meningkatkan daya ilmiah dari kayu tersebut
terhadap serangan-serangan organisme, seperti cendawan dan jenis serangga. Keawetan
semacam ini disebut keawetan ilmiah.
Tujuan dari pengawetan :
1. Kayu yang semula tidak awet dapat menjadi awt
2. Jenis kayu yang kurang awet dapat menggantikan kayu yang awet
3. Dapat menghemat pembiayaan pembangunan
Sifat-sifat bahan pengawet :
1. Beracun terhadap cendawan dan serangga, tetapi pemakaiannya tidak berbahaya bagi
manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan
18
LABORATORIUM UJI BAHAN KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789,
Ext. 266 Bandung
19
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
Kayu Tembesu
Tembesu (Fagraea fragrans) termasuk kedalam famili Loganiaceae. Daerah penyebarannya
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa Barat, Maluku, dan Irian Jaya. Tempat tumbuh pada tanah datar
dan sarang atau tempat yang tidak becek, tanah liat berpasir, dengan type curah hujan A sampai B pada
ketinggian 0500 dpl.
Tinggi pohon tembesu mencapai 40 m, dengan panjang batang bebas cabang sampai 25 m,
diameter 80 cm atau lebih, dengan batang tegak dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna coklat sampai
hitam, beralur dangkal dan sedikit mengelupas. Kayunya keras berwarna kuning emas tua atau coklat
jingga, dan termasuk ke dalam kelas awet satu.
Ciri umum kayu tembesu adalah kayu teras berwarna coklat sampai kuning muda dan kayu gubal
umumnya berwarna lebih muda. Tekstur kayu halus sampai agak halus. Permukaan kayu agak mengkilap.
Kegunaan Kayu tembesu terutama dipergunakan untuk kontrusi berat di tempat terbuka maupun
berhubungan dengan tanah,balok jembatan atau tiang rumah,lantai dan barang bubutan, Tanaman tembesu
dapat dipanen setelah berumur 50 tahun atau lebih dengan diameter 5080 cm. Tanaman tembesu
berbunga bulan Mei Agustus dengan susunan bunga dalam bentuk mali. Pohon tembesu mempunyai
buah yang banyak dan mengandung biji sangat kecil. Jumlah buah per kilogram 6.600, sedangkan jumlah
biji yang sudah kering sebanyak 5.800.000 butir perkilogram.
No. Jenis Kayu Berat Jenis rata-rata Kadar air Kelas Kelas Kuat
awet
1 Meranti Merah 0,55 g/cm3 12,44 % III,IV III (II-IV)
2 Tembesu 0,81 g/cm3 12,21 % I II I
Berdasarkan data tabel diatas, dapat dilihat bahwa kayu meranti merah dan kayu tembesu memiliki sifat
makroskopis yang cukup berbeda, jika dilihat dari berat jenisnya, semakin berat angka berat jenis rata-
rata maka semakin bagus kualitas kuat kayu tersebut, seperti halnya kayu tembesu memiliki kelas kuat
yang lebih tinggi dibanding kayu meranti, namun jika dilihat dari kadar air, semakin rendah kadar air
suatu kayu, maka semakin tinggi kelas kuat, dan kelas awet kayu tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Dalam pelaporan makalah ini, terdapat kekurangan yaitu tidak adanya penelitian sifat makroskopis
kayu secara langsung sehingga kami belum dapat memahami atau melihat secara langsung mengenai sifat
makroskopis atau sifat fisik kayu.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.com
http://www.slideshare.net/RioRusandi92/laporan-struktur-dan-sifat-kayu
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEHUTANAN/INF
O_III01/III_III01.htm
https://www.academia.edu/attachments/31362335/download_file
http://id.scribd.com/doc/50586178/Kayu-Laporan-Tetap-Praktikum-Pengetahuan-Bahan3-Febri-
Irawan-05091002006#download
http://kayutembesu.blogspot.com/
http://qlhol.blogspot.com/
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/tugaskayu_scribd.docx
http://indonesianforest.com