Anda di halaman 1dari 19

ARTIKEL

KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK :

1. Abella Pamuji. (01)


2. Aennelise Naila S. (05)
3. Dhina Sabrina C. (12)
4. Gilang Alta Y. (16)
5. Rakha Lutfi K. D. (28)
Hal yang dibahas :

01 02 03
Pengertian artikel Tujuan Artikel Perbedaan Fakta dan
Opini

04 05 06
Menyusun Opini dalam Unsur Kebahasaan Mengonstruksi Artikel
Bentuk Artikel Berdasarkan Fakta
Pengertian Artikel

Artikel adalah suatu karya tulis dengan panjang tertentu yang berisi gagasan
ataufakta yang dapat membujuk, meyakinkan, mendidik, dan menghibur
pembacanya, sertadipublikasikan ke suatu media (buletin, majalah, koran, website,
blog, media sosial, dan lainnya). Artikel adalah karangan berisi fakta dan opini yang
dibuat untuk dipublikasikan di media cetak maupun media sosial.
Tujuan Artikel
Tujuan artikel sendiri dapat dilihat dengan menggunakan 2 sudut pandang, yaitu tujuan dari
penulis artikel dan tujuan dari pembaca.

• Tujuan dan manfaat yang didapatkan oleh penulis Artikel


a. Sarana untuk menyampaikan gagasan,
b. Sarana untuk berpikir secara sistematis,
c. Sarana publikasi hasil pemikiran secara ilmiah,
d. Sarana untuk menguraikan atau membahas pokok masalah yang telah ditentukan oleh peneliti,
e. Sarana untuk menjelaskan atau membahas suatu masalah sesuai bidang ilmu tertentu.

• Tujuan dan manfaat yang didapatkan bagi pembaca Artikel


a. Sarana mendapatkan pengetahuan dan informasi
b. Sarana untuk mengedukasi
c. Sarana hiburan bagi pembaca
Perbedaan Fakta dan Opini

Pada artikel majalah atau surat kabar juga terdapat fakta dan opini yang disajikan secara beriringan.
Berikut perbedaan fakta dan opini.

• Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta biasanya dapat
menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa.

• Opini adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang terhadap sesuatu. Opini biasanya dapat
menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.
Menyusun Opini dalam Bentuk Artikel
Percakapan dan Artikel memiliki perbedaan dimana Artikel tidak bersifat dua arah. Artikel memungkinkan kita untuk
menjelaskan opini dengan lebih rinci, rapi, dan disertai berbagai alasan. Untuk menyusun opini dalam bentuk artikel, ada
tiga tahap yang harus diperhatikan. Pertama, opini dapat dinyatakan lewat kalimat. Kedua, opini juga dapat dijabarkan
lewat paragraf yang lebih panjang. Terakhir, opini bisa disampaikan dalam bentuk artikel yang memperhatikan fakta-fakta.

Inti dari paragraf opini, yaitu dapat ditemukan kata atau kalimat yang menunjukkan bahwa itu adalah sebuah pendapat
pribadi ataupun pandangan seseorang yang belum tentu benar. Pendapat tersebut hanya berdasarkan pemikiran seseorang.
Penanda-penanda opini dalam suatu paragraf sebagai berikut.

1. Menggunakan kutipan kata-kata seseorang, biasanya ditandai dengan adanya tanda baca petik dua ("....")
2. Menggunakan sudut pandang penulis dalam bentuk penafsiran terhadap fakta.
3. Menggunakan kata yang tidak pasti (mungkin, rasanya, dan lain-lain).
4. Menggunakan kata yang bertujuan menyampaikan sesuatu (sebaiknya, saran, pendapat, dan lain-lain).
Adapula hal yang harus diperhatikan sebelum menyusun sebuah opini dalam bentuk artikel, antara lain struktur artikel
opini, argumentasi, dan penggunaan bahasa.

1. Struktur Artikel Opini


Artikel diawali dengan pernyataan pendapat (thesis statement) atau topik yang akan dikemukakan. Selanjutnya, beberapa
argumentasi tentang pendapat atau pandangan terhadap masalah yang dikemukakan. Bagian ini disebut argumentasi
(arguments). Bagian akhir artikel berisi pernyataan ulang pendapat (reiteration), yakni penegasan kembali pendapat yang
telah dikemukakan agar pembaca yakin dengan pandangan atau pendapat tersebut.

2. Argumentasi
Bagian terpenting dalam artikel opini adalah argumentasi. Argumentasi yang dikemukakan harus kuat. Artinya,
argumentasi harus didukung data aktual karena artikel opini pada umumnya bersifat aktual yang berisi analisis subjektif
terhadap suatu permasalahan. Argumentasi yang dibangun harus konstruktif agar pesan dalam tulisan dapat diserap secara
baik oleh pembaca. Selain itu, argumentasi juga harus memberikan solusi yang komprehensif.

3. Penggunaan Bahasa
Bahasa dalam artikel bersifat ilmiah populer, berbeda dengan bahasa ilmiah pada umumnya. Penggunaan bahasa penting
untuk diperhatikan untuk melihat sasaran pembacanya. Kecenderungan pembaca teks artikel adalah membaca tulisan yang
tidak terlalu panjang, mudah dibaca, dan mudah dipahami. Oleh karena itu, pada saat membuat opini, gunakan bahasa
yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas penyajiannya. Dalam menggali gagasan dan argumentasi, gunakan
kalimat yang efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Jika Anda menggunakan istilah asing atau bahasa daerah, buatlah
padanan kata dalam bahasa Indonesia.
Unsur Kebahasaan
1. Adverbia
Adverbia merupakan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan
pembaca, diperlukan ekspresi kepastian yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia
frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar, sering, kadang-kadang, dan jarang.

2. Konjungsi
Konjungsi adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu
kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat, Konjungsi
yang banyak dijumpai dalam artikel sebagai berikut.
a. Konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi: pertama, kedua,berikutnya.
b. Konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi: selain itu, sebagai contoh, misalnya,
padahal, justru.
c. Konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat: sejak, sebelumnya, dan sebagainya.
d. Konjungsi yang menyatakan harapan: supaya, agar, dan sebagainya.
3. Kosakata
Kosakata adalah perbendaharaan kata-kata. Supaya teks tersebut mampu meyakinkan pembaca,
diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik tersebut mencakup hal-
hal berikut.

a. Aktual, sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.
b. Fenomenal, yakni luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.
c. Editorial, artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar
d.Imajinasi, daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan).
e. Modalitas, cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi
(barangkali, harus, dan sebagainya).
f. Nukilan, kutipan, atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.
g. Tajuk rencana, karangan pokok dalam surat kabar.
h. Teks opini, teks yang merupakan wadah untuk mengemukakan pendapat atau pikiran.
i. Keterangan aposisi, keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit
tanda koma, tanda pisah, atau tanda kurung
Mengonstruksi Artikel Berdasarkan fakta
Konstruksi artikel adalah bagian-bagian yang membangun sebuah artikel. Sebuah artikel yang baik harus mampu
menyajikan materi secara kronologis. Hal ini untuk memudahkan audiens dalam memahami isi dari artikel tersebut.
Sebelum menyusun artikel opini sesuai fakta, perlu diketahui dulu bahwa fakta dan opini saling menunjang dan
berkaitan. Antara keduanya harus terpadu, baik terpadu isinya maupun terpadu bentuknya.

Artikel memiliki konstruksi atau struktur sebagai berikut.

1. Judul

Judul mewakili tema yang akan dibahas atau pendapat yang akan disampaikan. Judul harus singkat (tiga sampai lima
kata) dan padat (sarat makna). Judul mampu menggugah orang lain untuk membaca tulisan secara keseluruhan.
Sebaiknya, judul menggunakan istilah atau idiom populer agar menarik.

2. Pembuka

Bagian pembuka berisi masalah yang akan dibahas. Di bagian pembuka dapat menanggapi opini orang lain atau
mengajukan opini tersendiri berdasarkan masalah yang akan dibahas.
3. Isi

Bagian penjelas berfungsi menjelaskan masalah yang telah disampaikan di bagian pembuka. Di bagian penjelas,
penulis bebas menyampaikan opini-opini berdasarkan masalah. Opini-opini yang disampaikan harus sesuai dengan
fakta yang ditemukan. Di bagian penjelas, penulis dapat menggunakan referensi untuk menguatkan opininya. Referensi
tersebut untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama atau berbeda sudah dipertimbangkan secara ilmiah.
Bagian isi artikel memuat aspek-aspek berikut.

a. Fakta berkaitan dengan masalah yang dibahas.


b. Argumen atau opini penulis berdasarkan masalah yang dibahas.
c. Solusi atau pemecahan masalah berdasarkan masalah yang dibahas.
d. Teori atau referensi yang sesuai dengan masalah.e. Contoh-contoh pemecahan masalah.

4. Penutup atau Simpulan

Bagian penutup berisi simpulan uraian yang terdapat di bagian pembuka dan bagian penjelas. Penulis harus
menggunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak kepada pembaca. Sebaliknya, kalimat simpulan
mampu membuka kesempatan orang lain untuk berbeda pendapat dengan penulis.Manfaat dari menulis artikel adalah
kita bisa berbagi informasi yang penting dan menarik kepada para pembaca. Artikel dapat dipahami sebagai karya tulis
berdasarkan fakta dan argumentasi yang ditulis sebagai laporan berita atau esai untuk dimuat di media massa, seperti
majalah, portal berita online, dan sebagainya. Penulisan artikel bertujuan untuk memberikan informasi, mengedukasi,
serta menghibur para pembacanya.
Mau ke Mana Setelah Lulus?

Memperoleh ijazah perguruan tinggi dengan gelar akademik yang menyertainya merupakan ujung bagi
seorang mahasiswa dari rangkaian perjalanan akademik di dunia akademik. Merayakan keberhasilan
perjuangan akademik patut dirayakan dengan penuh rasa syukur, suka cita dan meriah. Bagaimanapun, ia
berhasil melewati salah satu dari banyak fase akademik yang menemaninya dalam perjalanan ke
universitas.

Meski harus diakui bahwa jenjang sarjana bukanlah perhentian terakhir dari perjalanan akademik yang
bersangkutan, melainkan babak baru dalam perjalanan menuju kehidupan nyata mata kuliah, yang
tentunya berbeda dengan dunia kampus.

Berkaitan dengan perkuliahan, tentunya kamu akan mencari pekerjaan setelah lulus, terutama pekerjaan
kantoran. Pengangguran mungkin adalah kata yang paling menyakitkan bagi para peneliti. Peneliti
mencoba melamar pekerjaan kesana kemari dengan gelar sarjana hanya untuk melampirkan status PNS
atau PNS. Tapi banyak yang menganggur karena tidak bisa mendapatkan "pekerjaan kantoran".
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah mahasiswa sudah siap untuk "pekerjaan kantoran"? Apakah gelar sarjana membuat
lulusannya malu pada hal lain selain "kantor"? Kita harus memperbaiki asumsi dasar seperti itu bersama-
sama.Universitas tentu bukan untuk bekerja, tapi kuliah tentu untuk mengejar ilmu. Namun, pekerjaan tidak harus
terikat dengan gelar. Para peneliti mencoba untuk mendapatkan "pekerjaan kantoran" bahkan jika mereka tidak sesuai
dengan gelarnya, dalam hal ini pekerjaan mereka nantinya tidak menghasilkan produktivitas yang signifikan dan
efisiensi mereka terus memburuk.Kondisi ini tentu saja merugikan para peneliti di bidang yang tidak biasa mereka
geluti, dan masih terikat pada ruang yang tidak bisa mereka kreasikan.Secara kolektif, lulusan tidak lagi mencari
pekerjaan, melainkan "menciptakan" lapangan kerja dimana lulusan dapat membantu mengurangi pengangguran
daripada menambah pengangguran. Namun Anda tidak boleh salah mengartikannya jika Anda memiliki kesempatan
untuk menjadi seorang karyawan atau PNS setelah menyelesaikan studi Anda.

Sangat disayangkan bahwa peneliti hanya mengandalkan kertas yang ditandatangani oleh rektor dan tidak mau
mempercayai kecerdasan dan kreativitasnya dalam profesi lain, misalnya dalam kewirausahaan. Peneliti akademik
sejati terus melakukan penelitian sesuai dengan aplikasi bidangnya bahkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Studi-studi ini terdaftar dan dilindungi oleh hak cipta.

Bagi sebagian orang, kelulusan seringkali menjadi ironi yang menimbulkan rasa bangga dan takut sekaligus. Bangga
karena telah mencapai tujuan belajar dengan baik dan sempurna, namun seringkali menimbulkan rasa takut karena ada
ketidakpastian tentang apa yang harus dilakukan setelah lulus.Kecemasan, kebingungan, ketidakamanan dan
ketidakpastian terutama disebabkan oleh ketidaksiapan beberapa lulusan perguruan tinggi untuk babak baru dalam
hidup mereka setelah lulus. Selain itu, bisa juga karena kurangnya visi, motivasi dan kepercayaan diri dalam mengejar
kompetensi dalam dunia kerja dan masyarakat pada umumnya.
Unsur Kebahasaan
1. Adverbia

Studi-studi ini terdaftar dan dilindungi oleh hak cipta.

2. Konjungsi

Misalnya dalam kewirausahaan.

3. Kosakata beserta maknanya

- Signifikan : Penting
- Efisiensi : Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat.
- Kolektif : Secara bersama ; Secara gabungan.
- Ironi : Kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi
sudah menjadi suratan takdir.
Struktur Artikel
1. Judul

“Mau kemana setelah lulus?”

2. Pembuka

“Memperoleh ijazah perguruan tinggi dengan gelar akademik yang menyertainya merupakan ujung bagi seorang
mahasiswa dari rangkaian perjalanan akademik di dunia akademik. Merayakan keberhasilan perjuangan akademik patut
dirayakan dengan penuh rasa syukur, suka cita dan meriah. Bagaimanapun, ia berhasil melewati salah satu dari banyak fase
akademik yang menemaninya dalam perjalanan ke universitas.Meski harus diakui bahwa jenjang sarjana bukanlah
perhentian terakhir dari perjalanan akademik yang bersangkutan, melainkan babak baru dalam perjalanan menuju
kehidupan nyata mata kuliah, yang tentunya berbeda dengan dunia kampus.”

3. Isi

Berkaitan dengan perkuliahan, tentunya kamu akan mencari pekerjaan setelah lulus, terutama pekerjaan kantoran.
Pengangguran mungkin adalah kata yang paling menyakitkan bagi para peneliti. Peneliti mencoba melamar pekerjaan
kesana kemari dengan gelar sarjana hanya untuk melampirkan status PNS atau PNS. Tapi banyak yang menganggur karena
tidak bisa mendapatkan "pekerjaan kantoran".
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah mahasiswa sudah siap untuk "pekerjaan kantoran"? Apakah gelar sarjana
membuat lulusannya malu pada hal lain selain "kantor"? Kita harus memperbaiki asumsi dasar seperti itu
bersama-sama.Universitas tentu bukan untuk bekerja, tapi kuliah tentu untuk mengejar ilmu. Namun, pekerjaan
tidak harus terikat dengan gelar. Para peneliti mencoba untuk mendapatkan "pekerjaan kantoran" bahkan jika
mereka tidak sesuai dengan gelarnya, dalam hal ini pekerjaan mereka nantinya tidak menghasilkan
produktivitas yang signifikan dan efisiensi mereka terus memburuk.

Kondisi ini tentu saja merugikan para peneliti di bidang yang tidak biasa mereka geluti, dan masih terikat pada
ruang yang tidak bisa mereka kreasikan.Secara kolektif, lulusan tidak lagi mencari pekerjaan, melainkan
"menciptakan" lapangan kerja dimana lulusan dapat membantu mengurangi pengangguran daripada menambah
pengangguran. Namun Anda tidak boleh salah mengartikannya jika Anda memiliki kesempatan untuk menjadi
seorang karyawan atau PNS setelah menyelesaikan studi Anda.

Sangat disayangkan bahwa peneliti hanya mengandalkan kertas yang ditandatangani oleh rektor dan tidak mau
mempercayai kecerdasan dan kreativitasnya dalam profesi lain, misalnya dalam kewirausahaan. Peneliti
akademik sejati terus melakukan penelitian sesuai dengan aplikasi bidangnya bahkan melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Studi-studi ini terdaftar dan dilindungi oleh hak cipta.
4. Penutup

Bagi sebagian orang, kelulusan seringkali menjadi ironi yang menimbulkan rasa bangga dan takut sekaligus.
Bangga karena telah mencapai tujuan belajar dengan baik dan sempurna, namun seringkali menimbulkan
rasa takut karena ada ketidakpastian tentang apa yang harus dilakukan setelah lulus.Kecemasan,
kebingungan, ketidakamanan dan ketidakpastian terutama disebabkan oleh ketidaksiapan beberapa lulusan
perguruan tinggi untuk babak baru dalam hidup mereka setelah lulus. Selain itu, bisa juga karena kurangnya
visi, motivasi dan kepercayaan diri dalam mengejar kompetensi dalam dunia kerja dan masyarakat pada
umumnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai