r 1. Bagaimana sejarah dari Al-Qur’an? 2. Bagaimana peulisan Al-Qur’an pasca penemuan mesin cetak? 3. Apa saja keutamaan membaca dan mengkaji Al-Qur’an? 4. Bagaimana cara-cara untuk menghafal Al-Qur’an? 5. Bagaimana adab dan etika ketika membaca Al-Qur’an? 6. Apa saja permasalah seputar Al-Qur’an? 7. Bagaimana adab ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an?
Kegiatan Pascabaca
Nomo Bab/Subbab/Bagia Butir-butir Penting/Menarik
r n 1. Sejarah Al-Qur’an A. Turunnya Ayat Pertama Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali turun ialah Q.S. Al-‘Alaq 96: 1-5. Pendapat ini didasarkan pada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim serta yang lainnya, dari Aisyah Radyallahu ‘Anha. Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah: yaa ayuhal mutdasir (wahai orang-orang yang berselimut [Q.S. Al-Mutdasir]). Ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh dua syaikh hadits. Jabir berpendapat bahwa surat Al-Mutdasir lah yang pertama kali diturunkan. Karena surat ini diturunkan secara utuh, sedangkan surat Al-‘Alaq hanya diturunkan sebagian saja yaitu ayat 1-5. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua pendapat yang sebenarnya tidak bertentangan, yaitu pendapat dari hadits Aisyah Ra, dan hadits Jabir. Perbedaanya yaitu terletak pada penyebutan ‘ayat yang pertama turun’ dengan ‘surat pertama turun’. B. Bentuk Awal Al-Qur’an Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Qur’an sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan.
C. Makkiah dan Madinah
Setiap surat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pe,bagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah. D. Ayat Terakhir Diturunkan Hadits Bukhari dari Ibnu Abbas, mengatakan “Ayat terakhir yang terakhir diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang dimaksudkan adalah firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 278. Ada juga hadits riwayat an-Nasa’i dan lainnya, dari Ibnu Abbas dan Sa’id bin Jubair berpendapat Ayat Qur’an yang terakhir turun adalah Q.S Al-Baqarah: 281. Pendapat –pendapat ini semua tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw. Masing-masing merupakan ijtihad dan pendapat beberapa sahabat. Ada pula pendapat paling kuat yaitu menurut perundang-undangan ialah Q.S. Al-Maidah: 3 E. Perkembangan Baru Penulisan Mushaf Pasca Usman 1. Pemberian Harakat (Nuqath al-I’rab) Sebagaimana telah diketahui, bahwa naskah mushaf Usmani generasi pertama adalah naskah yang ditulis tanpa alat bantu baca yang berupa titik pada huruf (nuqath al- I’jam) dan harakat (nuqath al-I’rab) yang lazim kita temukan hari ini dalam berbagai edisi mushaf Al-Qur’an. Langkah ini sengaja ditempuh oleh Khalifsh Usman Ra dengan tujuan agar rasm (tulisan) tersebut dapat mengakomodir ragam qira’at yang diterima lalu diajarkan oleh Rasulullah Saw. 2. Pemberian Titik pada Huruf (Nuqath al-I’jam) Pemberian tanda ini bertujuan untuk membedakan antara huruf-huruf yang memeliki bentuk penulisan yang sama namun pengucapan yang berbeda. Seperti pada huruf ba,ta,tsa. 2. Penulisan Al-Qur’an A. Percetakan Al-Qur’an Pertama Pasca Penemuan 1. Venesia atau Roma pada Kisaran Tahun 1499M Mesin Cetak pada sampai 1538M Tahun 1436M Tetapi, yang pasti salah satu versi cetak ini ditemukan oleh (840H) Angela Novo diperpustakaan seorang pendeta di Bunduqiyah. 2. Hamburg pada Tahun 1694 Proyek percetakan ini dilakukan oleh seorang orientalis Jerman yang beraliran Protestan, Ebrahami Hincklmani. Ia menegaskan bahwa tujuannya menjalankan projek ini bukan untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan orang Protestan, tetapi untuk mempelajari Bahasa Arab dan Islam. 3. Batavia pada Tahun 1698 Versi cetakan ini terdiri teks Al-Qur’an itu sendiri, serta terjemaham dan catatan komentar teerhadapnya. Versi ini disiapkan oleh seorang pendeta Italia bernama Ludvico Marracei Lucersi. 3. Keutamaan Diriwayatkan dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah Saw. Membaca dan bersabda: Mengkaji Al-Qur’an “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan Rasul-Rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi dia tidak mahir, membacanya bertegun-tegun, dan nampak agak berat lidahnya (belum kancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al- Hujjaj bin Muslim Al-Qusyaiy An-Nisabury dalam dua kitab shahih mereka. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’aru Ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpaman orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al- Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) 4. Panduan Di antara adab-adab menghapal Al-Qur’an ialah: Menghapal Al- Dia mesti berada dalam keadaan paling sempurna dan Qur’an perilak paling mulia, hendaklah dia menjauhkan dirinya dari segala sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, hendaklah dia terpelihara dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, lebih tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong dan pe cinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang- orang shaleh dan ahli kebaikan, serta orang miskin, hendaklah dia orang yang khusyuk memiliki ketenangan dan wibawa. 5. Adab dan Etika Jika hendak membaca Al-Qur’an, hendaklah dia Membaca Al-Qur’an membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya. Diutamakan orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Membaca Al-Qur’an disunnahkan di tempat ang bersih dan terpilih. Diutamakan yang membaca Al-Qur’an di luar shalat supaya menghadap kiblat. Hendaklah dia duduk dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling sempurna. Jika hendak membaca Al-Qur’an, maka dia memohon perlindungan dengan mengucapkan: A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir rajiim (aku berlindung kepada Allah SWT dari syaitan yang terkutuk). Hendaklah orang yang membaca Al-Qur’an selalu membaca “bismillahir rahmaanir rahiim” pada awal surah Bara’ah karena sebagian besar ulama mengatakan, ia adalah ayat sebab ditulis di dalam mushaf. 6. Permasalah Seputar Masalah 1 Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an sambung-menyambung secara bergantian. Maksudnya adalah sejumlah orang berkumpul, setengah dari mereka membaca sepuluh ayat atau sebahagian atau selain itu, kemudian diam dan lainnya meneruskan bacaan, kemudian lainnya lagi. Ini boleh dilakukan dan baik. Malik rahimahumullah telah ditanya dan dia menjawab: ‘Tidak ada masalah dengannya.” Masalah 2 Sunnah mengindahkan suara pada waktu membaca Al- Qur’an. Para ulama Salaf dan Khalaf dari sahabat dan tabi’iin serta para ulama Anshar (Banghdad, Bashrah, dan Madinah) dan imam-imam muslimin sependapat dengan sunahnya mengindahkan suara ketika membaca Al-Qur’an. Masalah 3 Sunnah mencari guru Al-Qur’an yang baik dan bagus suaranya. Ingatlah bahwa para jama’ah ulama Salaf, meminta para pembaca Al-Qur’an yang bersuara bagus agar membacanya sedang mereka mendengarnya. Masalah 4 Masalah-masalah aneh yang perlu diketahui. Di antaranya ialah apabila membaca surat, kemudian angin mengganggunya (menguap), maka hendaklah dia menghentikan bacaannya hingga sempurna keluarnya, kemudian kembali membaca. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dawud dan lainnya dari Atha’ dan itu adalah adab yang baik. Masalah 5 Jika dia membaca sambil berjalan, kemudian melalui sejumlah manusia, diutamakan memutuskan bacaam dan memberi salam kepada mereka, kemudian melanjutkan bacaannya. Jika dia mengulangi ta’awudz, maka perbuatan itu lebih baik. Sekiranya membaca sambil duduk, kemudia ada orang lalu di depannya,m maka dikatakan oleh Imam Abul Hasan Al-Wahidi: “Pendapat yang lebih utama adalah tidak memberi salam kepada pembaca Al-Qur’an karena dia sedang sibuk membaca. 7. Adab Berinteraksi Kemudian mengagungkan dan membacanya dengan dengan Al-Qur’an sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Bersikap khusyuk ketika membacanya, seperti makhraj huruf-hurufnya yang tepat, membelanya dari penakwilan orang-orang yang menyelewengkannya dan gangguan orang-orang yang melampaui batas, membenarkan isinya, menjalankan hukum-hukumnya, memahami ilmu-ilmu dan perumpamaan-perumapaannya, memperhatikan nasihat- nasihatnya, memikirkan keajaiban-keajaiban dan mengamlkan ayat-ayatnya yang muhkam (jelas) dan menerima ayat-ayatnya yang mutasyabih (samar) mencari keumuman dan kekhususan, nasikh dan mansukh-nya, menyebarkan keumuman dan ke-khususan ilmu-ilmunya, menyeru kepadanya. Kaum muslimin sependapat atas wajibnya mengagungkan Al-Qur’an yang mulia secara mutlak, menyucikan dan menjaganya. Dan mereka sependapat bahwa siapa yang mengingkari satu huruf daripadanya yang telah disetujui atau menambah satu huruf yang tidak pernah dibaca oleh seorang pun sedang dia mengetahui hal itu, maka dia kafir.