Anda di halaman 1dari 5

Noor Wahidah (24)

XII Mipa 4

Laporan Kegiatan Membaca Buku


Judul Buku : Menjiwai Qur’an

Pengarang : Syeikh Abdul Syu’aib

Penerbit : Mumtaz

Kota Terbit : Yogyakarta

Kegiatan Prabaca

Nomo Pertanyaan Sebelum Membaca Buku


r
1. Bagaimana sejarah dari Al-Qur’an?
2. Bagaimana peulisan Al-Qur’an pasca penemuan mesin cetak?
3. Apa saja keutamaan membaca dan mengkaji Al-Qur’an?
4. Bagaimana cara-cara untuk menghafal Al-Qur’an?
5. Bagaimana adab dan etika ketika membaca Al-Qur’an?
6. Apa saja permasalah seputar Al-Qur’an?
7. Bagaimana adab ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an?

Kegiatan Pascabaca

Nomo Bab/Subbab/Bagia Butir-butir Penting/Menarik


r n
1. Sejarah Al-Qur’an A. Turunnya Ayat Pertama
Pendapat yang paling shahih mengenai yang pertama kali
turun ialah Q.S. Al-‘Alaq 96: 1-5. Pendapat ini didasarkan
pada suatu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim serta yang lainnya, dari Aisyah Radyallahu ‘Anha.
Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah
firman Allah: yaa ayuhal mutdasir (wahai orang-orang yang
berselimut [Q.S. Al-Mutdasir]). Ini didasarkan pada hadits
yang diriwayatkan oleh dua syaikh hadits. Jabir berpendapat
bahwa surat Al-Mutdasir lah yang pertama kali diturunkan.
Karena surat ini diturunkan secara utuh, sedangkan surat
Al-‘Alaq hanya diturunkan sebagian saja yaitu ayat 1-5.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua
pendapat yang sebenarnya tidak bertentangan, yaitu
pendapat dari hadits Aisyah Ra, dan hadits Jabir.
Perbedaanya yaitu terletak pada penyebutan ‘ayat yang
pertama turun’ dengan ‘surat pertama turun’.
B. Bentuk Awal Al-Qur’an
Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Qur’an sendiri secara
konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi
petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan.

C. Makkiah dan Madinah


Setiap surat dibagi atas surat-surat Makkiyah (surat
Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pe,bagian ini
berdasarkan tempat dan waktu penurunan surat dan ayat
tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum Rasulullah
Saw hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.
D. Ayat Terakhir Diturunkan
Hadits Bukhari dari Ibnu Abbas, mengatakan “Ayat terakhir
yang terakhir diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang
dimaksudkan adalah firman Allah Q.S. Al-Baqarah: 278. Ada
juga hadits riwayat an-Nasa’i dan lainnya, dari Ibnu Abbas
dan Sa’id bin Jubair berpendapat Ayat Qur’an yang terakhir
turun adalah Q.S Al-Baqarah: 281. Pendapat –pendapat ini
semua tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Saw. Masing-masing merupakan ijtihad dan pendapat
beberapa sahabat. Ada pula pendapat paling kuat yaitu
menurut perundang-undangan ialah Q.S. Al-Maidah: 3
E. Perkembangan Baru Penulisan Mushaf Pasca Usman
1. Pemberian Harakat (Nuqath al-I’rab)
Sebagaimana telah diketahui, bahwa naskah mushaf
Usmani generasi pertama adalah naskah yang ditulis tanpa
alat bantu baca yang berupa titik pada huruf (nuqath al-
I’jam) dan harakat (nuqath al-I’rab) yang lazim kita temukan
hari ini dalam berbagai edisi mushaf Al-Qur’an. Langkah ini
sengaja ditempuh oleh Khalifsh Usman Ra dengan tujuan
agar rasm (tulisan) tersebut dapat mengakomodir ragam
qira’at yang diterima lalu diajarkan oleh Rasulullah Saw.
2. Pemberian Titik pada Huruf (Nuqath al-I’jam)
Pemberian tanda ini bertujuan untuk membedakan antara
huruf-huruf yang memeliki bentuk penulisan yang sama
namun pengucapan yang berbeda. Seperti pada huruf
ba,ta,tsa.
2. Penulisan Al-Qur’an A. Percetakan Al-Qur’an Pertama
Pasca Penemuan 1. Venesia atau Roma pada Kisaran Tahun 1499M
Mesin Cetak pada sampai 1538M
Tahun 1436M Tetapi, yang pasti salah satu versi cetak ini ditemukan oleh
(840H) Angela Novo diperpustakaan seorang pendeta di
Bunduqiyah.
2. Hamburg pada Tahun 1694
Proyek percetakan ini dilakukan oleh seorang orientalis
Jerman yang beraliran Protestan, Ebrahami Hincklmani. Ia
menegaskan bahwa tujuannya menjalankan projek ini
bukan untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan orang
Protestan, tetapi untuk mempelajari Bahasa Arab dan Islam.
3. Batavia pada Tahun 1698
Versi cetakan ini terdiri teks Al-Qur’an itu sendiri, serta
terjemaham dan catatan komentar teerhadapnya. Versi ini
disiapkan oleh seorang pendeta Italia bernama Ludvico
Marracei Lucersi.
3. Keutamaan Diriwayatkan dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah Saw.
Membaca dan bersabda:
Mengkaji Al-Qur’an “Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir
melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga
bersama-sama dengan Rasul-Rasul yang mulia lagi baik.
Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi dia tidak
mahir, membacanya bertegun-tegun, dan nampak agak
berat lidahnya (belum kancar), dia akan mendapat dua
pahala.” (Riwayat Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-
Hujjaj bin Muslim Al-Qusyaiy An-Nisabury dalam dua kitab
shahih mereka.
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’aru Ra, bahwa
Rasulullah Saw bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an
seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak.
Perumpaman orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an
seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak
dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-
Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang
rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak
membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak
berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
4. Panduan Di antara adab-adab menghapal Al-Qur’an ialah:
Menghapal Al- Dia mesti berada dalam keadaan paling sempurna dan
Qur’an perilak paling mulia, hendaklah dia menjauhkan dirinya dari
segala sesuatu yang dilarang Al-Qur’an, hendaklah dia
terpelihara dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, lebih
tinggi derajatnya dari para penguasa yang sombong dan pe
cinta dunia yang jahat, merendahkan diri kepada orang-
orang shaleh dan ahli kebaikan, serta orang miskin,
hendaklah dia orang yang khusyuk memiliki ketenangan dan
wibawa.
5. Adab dan Etika Jika hendak membaca Al-Qur’an, hendaklah dia
Membaca Al-Qur’an membersihkan mulut dengan siwak atau lainnya.
Diutamakan orang yang membaca Al-Qur’an dalam keadaan
suci. Membaca Al-Qur’an disunnahkan di tempat ang bersih
dan terpilih. Diutamakan yang membaca Al-Qur’an di luar
shalat supaya menghadap kiblat. Hendaklah dia duduk
dengan khusyuk dan tenang sambil menundukkan
kepalanya dan duduk sendiri dengan adab baik dan tunduk
seperti duduknya di hadapan gurunya, inilah yang paling
sempurna. Jika hendak membaca Al-Qur’an, maka dia
memohon perlindungan dengan mengucapkan:
A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir rajiim (aku berlindung
kepada Allah SWT dari syaitan yang terkutuk). Hendaklah
orang yang membaca Al-Qur’an selalu membaca “bismillahir
rahmaanir rahiim” pada awal surah Bara’ah karena sebagian
besar ulama mengatakan, ia adalah ayat sebab ditulis di
dalam mushaf.
6. Permasalah Seputar Masalah 1
Al-Qur’an Membaca Al-Qur’an sambung-menyambung secara
bergantian. Maksudnya adalah sejumlah orang berkumpul,
setengah dari mereka membaca sepuluh ayat atau
sebahagian atau selain itu, kemudian diam dan lainnya
meneruskan bacaan, kemudian lainnya lagi. Ini boleh
dilakukan dan baik. Malik rahimahumullah telah ditanya dan
dia menjawab: ‘Tidak ada masalah dengannya.”
Masalah 2
Sunnah mengindahkan suara pada waktu membaca Al-
Qur’an. Para ulama Salaf dan Khalaf dari sahabat dan
tabi’iin serta para ulama Anshar (Banghdad, Bashrah, dan
Madinah) dan imam-imam muslimin sependapat dengan
sunahnya mengindahkan suara ketika membaca Al-Qur’an.
Masalah 3
Sunnah mencari guru Al-Qur’an yang baik dan bagus
suaranya. Ingatlah bahwa para jama’ah ulama Salaf,
meminta para pembaca Al-Qur’an yang bersuara bagus agar
membacanya sedang mereka mendengarnya.
Masalah 4
Masalah-masalah aneh yang perlu diketahui. Di antaranya
ialah apabila membaca surat, kemudian angin
mengganggunya (menguap), maka hendaklah dia
menghentikan bacaannya hingga sempurna keluarnya,
kemudian kembali membaca. Demikianlah yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abu Dawud dan lainnya dari Atha’
dan itu adalah adab yang baik.
Masalah 5
Jika dia membaca sambil berjalan, kemudian melalui
sejumlah manusia, diutamakan memutuskan bacaam dan
memberi salam kepada mereka, kemudian melanjutkan
bacaannya. Jika dia mengulangi ta’awudz, maka perbuatan
itu lebih baik. Sekiranya membaca sambil duduk, kemudia
ada orang lalu di depannya,m maka dikatakan oleh Imam
Abul Hasan Al-Wahidi: “Pendapat yang lebih utama adalah
tidak memberi salam kepada pembaca Al-Qur’an karena dia
sedang sibuk membaca.
7. Adab Berinteraksi Kemudian mengagungkan dan membacanya dengan
dengan Al-Qur’an sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Bersikap khusyuk
ketika membacanya, seperti makhraj huruf-hurufnya yang
tepat, membelanya dari penakwilan orang-orang yang
menyelewengkannya dan gangguan orang-orang yang
melampaui batas, membenarkan isinya, menjalankan
hukum-hukumnya, memahami ilmu-ilmu dan
perumpamaan-perumapaannya, memperhatikan nasihat-
nasihatnya, memikirkan keajaiban-keajaiban dan
mengamlkan ayat-ayatnya yang muhkam (jelas) dan
menerima ayat-ayatnya yang mutasyabih (samar) mencari
keumuman dan kekhususan, nasikh dan mansukh-nya,
menyebarkan keumuman dan ke-khususan ilmu-ilmunya,
menyeru kepadanya.
Kaum muslimin sependapat atas wajibnya mengagungkan
Al-Qur’an yang mulia secara mutlak, menyucikan dan
menjaganya. Dan mereka sependapat bahwa siapa yang
mengingkari satu huruf daripadanya yang telah disetujui
atau menambah satu huruf yang tidak pernah dibaca oleh
seorang pun sedang dia mengetahui hal itu, maka dia kafir.

Anda mungkin juga menyukai