Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN


DARI ZAMAN NABI SAMPAI ZAMAN UTSMAN

DI SUSUN OLEH :
NAJIB HIJAZI

KELAS : X IPA
MATA PELAJARAN : AL-QUR’AN HADIS

MA AN NAQSYABANDIYYAH
NW GELANGGANG
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Sejarah Penulisan Al-Qur’an Dari Zaman Nabi Sampai Zaman Utsman.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk teman teman
sekalian dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Lepak, 18 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnnya selalu diperkuat
oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah SAW untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan
yang lurus.
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan Al-
Qur’an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur’an ditulis sejak Nabi
masih hidup, begitu wahyu turun kepada Nabi,Nabi langsung memerintahkan para sahabat
penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis,kemudian
mereka hafalan sekaligus mereka amalkan. Namun banyak dari dari pengikut Nabi
Muhammad di muka bumi ini yang tidak mengetahui bagaimana Al-Qur’an diturunkan ke
muka bumi hingga penulisan Al-Qur’an yang lebih dikenal dengan mushaf Al-Qur’an.
Maka dari itu hal tersebut yang melatar belakangi pada penulisn makalah ini dengan tema
“Sejarah Penulisan Al-Qur’an Dari Zaman Nabi Sampai Zaman Utsman“ Semoga
dengan ini pengikut Nabi Muhammad SAW. Memahami akan penulisan Al-Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini telah disusun dengan berbagai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Al-Qur’an secara Bahasa dan Istilah ?
2. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an ?
3. Bagaimana penyempurnaan penulisan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian AL-Qur an
 Secara Etimologi ( bahasa) :
a) Sebagian dari mereka diantaranya Al-Lihyani berkata bahwa kata Al-
Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a” (membaca)
sebagaimana kata rujhan dan gufrhan.
b) Sebagian dari mereka, diantaranya Al-Zujaj menjelaskan bahwa kata Al-
Qur’an merupakan kata sifat yag berasal dari kata dasar “al-qara” yang artinya
menghimpun. Kata sifat ini kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena kitab itu menghimpun
surat,ayat,kisah,perintah,dan larangan.[1]
 Secara Terminologi (Istilah):
a) Menurut Manna Al-Qaththan:
“Kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad .S.A.W.
membacanya memperoleh pahala.
b) Menurut Al-Jurjani:
Yang diturunkan kepada Rosulloh S.A.W. Yang ditulis didalam mushaf dan
diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”c)Menurut Abu Syahbah :
“ Kitab Alllah yang diturukan baik lafat maupun maknanya kepada nabi terakhir,
Muhammad SAW. Yang driwiyatkan secara mutawtir yakni dengan penuh
kepastian dan kenyakinan (akan kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan
kepada Muhammad), yang ditulis pada mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah
sampai akhir ayat An-Nash”.
c) Menurut Kalangan Pakar Ushul Fiqh, Fiqh, dan Bahas Arab:
“ Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -
lafat nya mengandung mukjizat, membaca, mempunyai nilai ibadah, yang
diturunkan secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-
Fatihah sampai akhir surat An-Nash.
B. Pengumpulan Al-Qur’an (Jam Al-Qur’an)
1. Proses Penghafalan Al-Qur’an
Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang dirindukan nabi. Oleh karena itu
begitu wahyu datang nabi langsung menghafal an memahaminya. Dengan demikian
nabi adalah orang yang paling pertama penghafal Al-Qur’an.
2. Penulisan Al-Qur’an
a. Pada masa Nabi:
Kerinduaan nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam
bentuk hafalan, tetapi dalam bentuk tulisan. Nabi mempunyai sekretaris pribadi yang
khusus bertugas mencatat wahyu. Mereka adalah Abu Bakar,Umar,Utsman,Ali,Abban
bin Said,Khalid bin Said,dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Proses penulisan Al-Qur’an
pada masa nabi sangat sederhana dan berupa lontaran kayu,pelepah kurma,tulang
belulang,dan batu.
Kegiatan tulis- menulis Al-Qur’an pada masa nabi disamping dilakukan oleh
sekretaris nabi , juga dilakukan para sahabat nabi lainnya kegiatannya itu didasarkan
kepada hadits nabi sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Muslim.

Diantara factor yang mendorong penulisan Al-Qur’an pada masa nabi adalah:
1. Mem-Back up hafaan yang telah dilakukan oleh nabi dan para sahabatnya.
2. Mempresentasika wahyu dengan cara yang paling sempurna, karna bertolak dari
hafalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka lupa atau sebagian dari
mereka sudah wafat adapun tulisan akan tetap tepelihara walaupun pada masa nabi, Al-
Qur’an tidak ditulis ditempat tertentu.

Uraian diatas memperlihatkan bahwa karakteristik penulisan Al-Qur’an pada


msa nabi adalah bahwa Al-Qur’an ditulis tidak pada satu tempat, melainkan pada
tempat yang terpisah-pisah.

b. Pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin


1. Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada dasarnya seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada.
Hanya saja, pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar.
Dan orang pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq. Penulisan Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru. Sebab, Rosullah pernah
memerintahkannya.[2] Hanya saja, saat itu tulisan Al-Qur’an berpencar pencar pada
pelepah kurma, Batu halus, Kulit, Tulang Unta dan bantalan kayu. Abu Bakar
kemudian berinisiatif menghimpun semua, usaha pengumpulan tuisan Al-Qur’an yang
dilakukan Abu Bakar terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 Hijriah.
Peperagan yang bertujuan menumpas para pemurtad yang juga para pengikut
musailamah Al-Khadzab itu ternyata telah menjadikan 700 kaum sahabat peghafal Al-
Qur’an syahid hawatir akan semakin hilangnya para penghafal Al-Qur’an sehingga
kelestarian Al-Qur’an ikut terancam, Umar datang menemui khalifah pertama, Abu
Bakar agar segera menginstruksikan pengumpuan Al -Qur’an dari berbagai sumber,
baik yang tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.

2. Pada masa Utsman Bin Affan


Sejarah penulisan dapat dirumuskan dalam beberapa poin :
1. Bahwa penulisan pada Utsman adalah upaya standarisasi terhadap mushaf Al-
Qur’an , setelah adannya kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan banyaknnya
versi Mushaf yang beredar, termasuk Mushaf Abu Bakar dan Mushaf sahabat-
sahabat lain.[3]
2. Utsman bertekad melakukan standarisasi bacaan Al-Qur’an, dengan menulis
kembali satu mushaf induk, yang bisa dijadikan pegangan bersama secara seragam.
Jadi motif utamannya adalah karena perbedaan bacaan kaum muslimin yang
mengarah pada perpecahan.
3. Inspirasi ini berawal dari kegelisahan Hudzaifah bin Yaman yang
disampaikan kepada Utsman, ketika terjadi konflik umat seputar ragam bacaan
yang diajarkan para sahabat pasca futuhat . Tepatnnya ketika islam telah meluas
hingga penaklukan Armenia dan Azarbaijan.
4. Utsman memulai usahannya ini dengan mengemukakan idennya lebih dahulu
kepada dewan permusyawaratan umat, yang terdiri dari pembesar –pembesr
sahabat, dan mereka pun setuju dengan ide unifikasi yang brilliant ini.

Pada masa pemerintahan Ustman, wilayah Negara Islam telah meluas


sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu,Islam sudah
tersebar ke beberapa wilayah di Afrika,Syira dan Persia. Para penghafal Al –
Qur’an pun akhirnya menjadi tersebar, sehigga menimbulkan persoalan baru, yaitu
saling dikalangan kaum muslimin mengenai bacaan ( qiraat) Al – Qur’an. Para
pemeluk islam di masing-masing daerah mempelajari dan menerima bacaan Al-
Qur’an dari sahabat ahli qiraat, di daerah yang bersangkutan.
Penduduk Syam misalnya, belajar Al-Qur’an pada Ubay bin Ka’bah. Warga
kuffah berguru pada Abdullah bin Mas’ud sementara penduduk yang tinggal di
Basrah berguru dan membaca Al-Qur’an dengan qiraat Abu Musa al Asy’ari
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan, diantara orang yang ikut
menyerbu kota tersebut adalah Khuzaifah bin Alyaman. Ia melihat banyak
perbedaan dalam cara-cara membaca Al- Qur’an, bahkan ia mengamati
sebagian qiraat itu bercampur dengan kesalahan. Utsman segera mengundang para
sahabat dari Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari jalan keluar dari
masalah serius tersebut. Akhirnya, dicapai suatu kesepakatan agar mushaf Abu
Bakar disalin kembali beberapa mushaf. Mushaf-mushaf itu nantinya dikirim ke
berbagai kota atau daerah untuk dijadikan rujukan bagi kaum muslimin terutama
manakala terjadi perselisihan tentang qiraat Al- Qur’an antar mereka. Untuk
terlaksana tugas tersebut, Khalifah Utsman menunjuk satu tim yang terdiri dari
empat orang sahabat, yaitu: Zaid ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubair, Said ibn Al-‘As
dan Abd Al-Rahman ibn al- Haris ibn Hisyam. Ke empat orang ini para penulis
wahyu.
Tentang jumlah mushaf yang ditulis, berapapun jumlahnya tidak menjadi
persoalan. Yang pasti, upaya tersebut telah berhasil melahirkan mushaf baku
sebagai rujukan kaum muslimin dan menghilangkan perselisihan serta
perpecahan diantara mereka.
 METODE PENULISAN MUSHAF ‘UTSMAN
Berikut beberapa teknis ,poladan aturan-aturan yang ditetapkan dalam usaha
standardisasi Mushaf Al-Qur’an masa Utsman:
1. Meminta kembali Mushaf Bakry yang ada ditangan Umm al-
Mukminin Hafsah ra untuk dijadikan master atau rujukan unifikasi(ashl)
2. Tidak memasukkan teks Al-Qur’an kedalam satuan “Mushaf” kecuali teks
yang benar-benar terbukti keberadaannya sebagai Al-Qur’an, sesuai dengan bacaan
akhir yang diterima dari Nabi (u’rdhah akhirah)
3. Tidak menuliskan suatu ayat, kecuali yang memiliki jalur
transmisi mutawatir.
4. Me-rajih-kan bacaan Quraisy jika ada perselisihan dalam kepanitiaan Zayd,
karena bahasa Quraisylah yang dominan dalam Al-Qur’an , dan karena Al-Qur’an
turun (pertama kali ) di tengah-tngah orang-orang Quraisy itu.
5. Tidak menuliskan lagi ayat-ayat yang telah dihapus (masnsukhah)
6. Menghapus (membakar)61 seluruh catatan Mushaf yang ditulis secara
perorangan, setelah sebelumnnya diseleksi secara ijma’ (konsensus) oleh
perwakilan umat yang terdiri dari pembesar Sahabat, para Qurra’ dan penghafal Al-
Qur’an.
Beberapa karakteristik mushaf al-Quran yang ditulis pada masa Ustman Bin
Affan antara lain:
1. Ayat ayat yang ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir
2. Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh
3. Surat-surat mupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib sebagai mana Al-
Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf Al-Qur’an yang ditulis pada
masa Abu Bakar yang hanya disusun tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun
menurut urutan turun wahyu.
4. Tidak memuat sesuatu yang bukan tergolong Al-Qur’an seperti yang di tulis
sebagian sahabat Nabi dalam masing-masing mushafnya, sebagai penjelasan atau
keterangan terhadap makna ayat-ayat tertentu.
5. Dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy dengan
alasa Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab Quraisy sekalipun pada mulanya
diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek lain.

3. Penyempurnaan Penulisan Al-Qur’an setelah masa Khalifaf


Musaf yang ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki harakat dan
tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu kharakat yang tujuh. Setelah
banyak orang non-arab memeluk islam, mereka merasa kesulitan membaca mushaf
yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa khalifaf ‘Abd Al-Malik (685-
705), ketidak memadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim
terkemuka saat itu dan karena itu pula penyempurnaan mulai segera dilakukan
Tersebutlah dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu Ubaidillah Bin Ziyad dan
Hajjaj Bin Yusuf ats-tsaqafi. Ibn Ziyad diberitakan memerintahkan seorang lelaki
dari persia untuk meletakkan alif sebagai pengganti dari huruf yang dibuang.
Adapun Al-Hajjaj melakukan penyempurnaan terhadap mushaf ‘Utsmani pada
sebelas tempat yang karenanya membaca mushaf lebih mudah.[4]
Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus,tetapi berharap dan
dilakukan oleh setiap generasi sampai abab III H (atau akir abad IX M) ketika
proses penyempurnaan naskah Al-Qur’an (mushaf ‘Utsmani) selesai dilakukan.
Tercatat pula tiga nama yang disebut sebut sebagai orang yag pertama kali
meletakan titik pada mushaf ‘Utsmani. Ketiga orang itu adalah Abu Al-Aswad Ad-
Da’uli,Yahya’ bin Ya’mar(45-129 H).dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits(89 H).
Adapun orang yang disebut –sebut pertama kali meletakkan hamzah, tasyidid Al-
raum, dan Al-Isymam adalah Al-Khalil Bin Ahmad Al-farahidi Al-Azdi yang
diberi kunyah Abu ‘Abdirrahman(w.175 H).
Upaya penulisan Al-Qur’an dengan tulisan yang bagus merupakan upaya
lain yang telah dilakukan generasi terdahulu.Diberitakan bahwa Khalifah Al-Walid
(memerintah dari tahun 86-96 H).memerintahkan Khalid bin Abi Al-Hayyaj yang
terkenal keindahan tulisannya untuk menulis mushaf Al-Qur’an. Dan untuk
pertama kalinnya, Al-Qur’an dicetak di Bunduqiyyah pada tahun 1530 M, tetapi
begitu keluar, penguasa gereja mengeluarkan perintah pemusnahan kitab suci
agama islam ini. Dan baru lahir lagi cetakan selanjutnnya atas usaha seorang
jerman bernama Hinkelman pada tahun 1694 M. Di Hamburg(jerman). Disusul
kemudian oleh Marracci pada tahun 1698 M. Di Padoue .Sayangnnya,tak satu pun
Al-Qur’an cetakan pertama,kedua, maupun ketiga itu yang tersisa didunia
islam .Dan sayangnnya pula,perintis penerbitan Al-Qur’an pertama itu dari
kalangan bukan muslim.
Penerbitan Al-Qur’an dengan label islam baru dimulai pada tahun 1787.
Yang menerbitkannya adalah maulaya Utsman. Dan mushaf cetakan itu lahir di
Saint-Petersbourg,Rusia,atau Leningrad,Uni Soviet sekarang. Lahir lagi
kemudian,mushaf cetakan di Kazan. Kemudian terbit lagi di Iran.Tahun 1248
H/1828 M., negeri Persia ini menerbitkan mushaf cetakan di kota Teheran .Lima
tahun kemudian ,yakni tahun 1833 ,terbit lagi mushaf cetakan di Tabriz. Setelah
dua kali diterbitkan di iran , setahun kemudian (1834)terbit lagi mushaf cetakan di
Leipzig,Jerman.
Sepeninggal Ustman, mushaf Al-Qur’an belum diberi tanda baca seperti
baris (harakat) dan tanda pemisah ayat. Karna daerah kekuasaan Islam semakin
meluas keberbagai penjuru yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa perlu
adanya tindakan preventif dalam memelihara umat dari kekeliruan membaca
danvmemahami al-Qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada masa Khalifah Muawiyah ibn Abi
Sufyan (40-60H) oleh Imam Abu al-Aswad al-Duali, yang memberi harakat atau
baris yang berupa titik merah pada mushf al-Quran. Untuk ‘’a’’ (fathah) disebelah
atas huruf, ‘’u’’(dlammah) didepan huruf dan ‘’I’’ (kasrah)dibawah
huruf.sedangkan syiddah Usaha selanjutnya dilakukan pada masa Khalifah Abdul
Malik ibn Marwan (65-68H). dua orang murid Abu al-Aswad al-Duali yaitu Nasar
ibn Ashim dan Yahya ibnya’mar memberi tanda untuk beberapa huruf yang sama
seperti ‘’ba’’, ‘’ta’’, dan ‘’tsa’’.
Dalam berbagai sumber diriwayatkan bahwa ‘Ubaidillah bin Ziyad (w. 67
H) memerintahkan kepada seseorang yang berasal dari persia untuk menambahkan
huruf alif (mad) pada dua ribu kata yang semestinya dibaca dengan suara panjang.
Misalnya, kanat menjadi kanat. Adapun penyempurnaan tanda-tanda baca lain
dilakukan oleh Imam Khalid ibn Ahmad pada tahun 162 H.
Beberapa bagian Al-Qur’an hanya disimpan dalam ingatan Nabi dan para
sahabat.menyimpan dalam ingatan adalah hal yang biasa terutama bagi bangsa
dengan budaya moral yang begitu menonjol , syair-syair Arab pra-islam juga
dipelihara dengan cara yang sama.Namun bukan tidak mungkin pula kalau
sebagian besar ayat-ayat Al-Qur’an telah ditulis orang dalam suatu format selama
masih hidup Nabi.
Pada masa Muhammad tulis-menulis merupakan suatu hal yang baru saja
dikenal,hanya diketahui sejumlah kecil orang dan masih dipandang sebagai
keajaiban, sementara kebanyakan orang masih memandang tulis-menulis sebagai
sesuatu yang supranatural, kini diketahui bahwa hal demikian bukanlah suatu
pengenalan yang baru di Arabia. Ayat ini,dengan ayat berikutnnya(QS.96:4-5),Juga
secara harfiah berarti:”yang mengajarkan dengan pena ,mengajarkan manusia apa-
apa yang tidak diketahuinnya’’, dan dapat ditafsirkan :’’yang mengajarkan manusia
dengan pena(yakni dengan kitab-kitab)apa-apa yang (sebaliknnya) tidak
diketahuinnya ,’’serta dirujukan kepada tempat pertama wahyu-wahyu yang
awal.Namun sekalipun dengan penafsiran semacam ini,tulis menulis tetap
dipandang sebagai sesuatu yang baru dan menakjubkan.
Walaupun orang-orang awam di mekkah masih buta tulis-menulis, namun
bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa suatu bentuk tulisan telah dikenal di
Arabia selama berabad-abad. Terdapat prasasti-prasasti dalam bahasa Arab selatan
yang bertanggal jauh sebelum era Kristen. Ada pula prasasti yang ditemukan
didaerah barat laut Arabia dalam abjad Nbatean,Lihyanik dan Thamudik yang
berasal dari abad-abad yang mendahului kehadiran Muhammad.Contohnnya yang
paling awal adalah tiga sketsa kasar yang tertera pada tembok suatu kuil di
Siria,bertanggal sekitar 300 M,Sementara empat buah prasati orang-orang Kristen
yang berasal dari abad ke-6 telah pula ditemukan.
Meskipun bukti-bukti yang ditemukan ini kurang lengkap,namun orang
dapat dibenarkan mengemukakan dugaan bahwa ditempat-tempat tersebut tulis –
menulis diatas bahan yang lebih dari pantas telah dikenal orang ketika berbagai
naskah ini dibandingkan antara satu dengan lainnya,tampak jelas bahwa
perkembangan keterampilan tulis-menulis tersebut terasa lamban dengan
demikian,tidak memadai untuk penggunaan inskripsional(tulis-menulis)
Memang jelas kalau disekitar Makkah dan madinah belum pernah
ditemukan diskripsi kuat ,namun makkah adalah kota niaga,yang menggantugkan
eksistensinnya pada perniagaan,dan dalam hubungan dagang yang teratur dengan
beberapa daerah dimana tulis-menulis sudah umum, tentu saja para pedagang
makkah memerlukan beberapa catatan transaksinnya:dengan begitu,dapat
dipastikan kalau tulis-menulis telah cukup dikenal disana. Bukti-bukti tidak
langsung dari Al-Qur’an memeperkuat pandangan ini. Beberapa bagian Al-Qur’an
penuh dengan tamshil yang bersuasana niaga,(vn) dan menyiratkan penyimpanana
catatan-catatan tertulis. Misal, hari pengadilan adalah hari penghisaban, ketika
kitab-kitab terbuka, dan ketika setiap orang akan ditunjukkan catatan-catatannya,
atau akan diberikan catatannya untuk dibaca.
Riwayat yang diterima secara luas dan dapat dibuktikan dalam berbagai
sumber mengatakan bahwa’’pengumpulan pertama Al-Qur’an dilakukan Zaid ibnu
Tsabid dimasa ke khalifahan Abu Bakar(632-634). Disitu terungkp bahwa Al-
Qur’an tidak hanya dirangkit dari ‘’ingatan manusia’’,tetapi juga dari kertas kulit
atau lontar,lempengan batu,daun palem,tulang belikat dan rusuk binatang,hamparan
kulit dan lembaran papan,. Riwayat demikian mungkin tidak ontentik. Disamping
kesulitan memastikan penanggalan (akan dibahas akan mendatang), juga
kemungkinan besar riwayat tersebut disebarluaskan oleh orang-orang yang
bermaksud mengkontraskan kemiskinan relative Muhammad dan sahabat-
sahabatnnya dengan kemewahan materi dimasa Umayyah dan masa awal
Abbasiyah. Sudah jelas kalau benda-benda yang disebutkan dalam riwayat tersebut
terkadang dipakai pula untuk menulis (di Makkah dan Madinah) sebagai mana
diketahui beda tulis demikian hingga kini masih dipakai kaum Muslimin Afrika
Timur,jadi tidak ada alasan mengapa lontar tidak digunakan secara umum di
Makkah.
Untuk tujuan-tujuan memproduksi buku, dunia Yunani dan Romawai kala
itu, lontar telah diganti dengan semacam kertas kulit dibuat dari kulit binatang yang
lebih tahan dan memiliki permukaan lebih baik.
Berlatar pada pengetahuan kita tentang kadar tulis menulis serta bahan yang
dipakai kala itu di makkah, kita kembali kepada masalah apakah Nabi Muhammad
bisa membaca dan menulis. Bagi kaum muslimin, hampir merupakan dogma
bahwa Muhammad tidak bisa membaca dan menulis. Hal ini mempertinggi
kemukjizatan Al-Qur’an .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an secara
bahasa ialah kata Al-Qur’an merupakan kata jadian dari kata dasar “qara’a”
(membaca) sebagaimana kata rujhan dan gufrhan. Sedangkan menurut istilah ialah
Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafat -lafat nya
mengandung mukjizat, membaca, mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan
secara mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai awal surat Al-Fatihah
sampai akhir surat An-Nash.
Al-Qur’an merupakan risalah Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Untuk pedoman hidup manusia dan juga sebagai mukjizatnnya
serta sebagai bukti ke Rasulannya. Dan sejarah penulisan Al-Qur’an seperti yang
kita baca saat ini merupakan atas kehendak para sahabat Nabi.
DAFTAR PUSTAKA

Montgomery Watt, W. 1995. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: RajaGrafindo


Persada.
Shams Madyan, Ahmad. 2008. Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. 2009. Ilmu-ilmu Al-
Qur’an (‘Ulum Al-Qur’an). Semarang: Pustaka Riski Putra.
Anwar, Roshihon. 2012. Ulum AL-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai