Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat taufik dan
hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Sejarah Penulisan Alquran” dengan baik dan lancar.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah pancasila dan
kewarganegaraan pada Program studi hukum tata negara uin sunan ampel surabaya.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka, atas selesainya penyusunan
makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
diantaranya:

a.Dosen pembimbing : Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim. M. Ag.


Asisten Dosen : Atok Sihahubudin
b.Doa orang tua
c.Rekan kelompok

Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini ada guna dan manfaatnya
bagi para pembaca. Amin.

Surabaya, 12 September 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya seseorang yang telah mengaku beragama Islam yang berpedoman kitab
alquran namun dia tidak pernah tahu dan tidak pernah ingin tahu apa apa yang menjadi
sebab diturunkannya alquran secara bertahap dan tidak mengetahui bagaimana seluk
beluk tentang penulisan Alquran pada masa Nabi Muhammad SAW serta pada masa
khulafaur Rasyidin dan bagaimana proses penyempurnaan alquran pada masa setelah
khulafaur rasyidin telah wafat dan gugur.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses penulisan alquran pada masa Nabi Muhammad SAW?


2. Bagaimana proses penulisan alquran pada masa Abu Bakar ?
3. Bagaimana proses penulisan alquran pada masa Utsman bin Affan?

C. TUJUAN

4. Mengetahui proses penulisan alquran pada masa Nabi Muhammad SAW


5. Mengetahui proses penulisan alquran pada masa Abu Bakar
6. Mengetahui proses penulisan alquran pada masa Utsman bin Affan

3
BAB II
PEMBAHASAN

Al-Quran diturunkan tidak sekali gus,tetapi dengan berangsur-angsur sehingga


memakan waktu yang selama kurang dari 23 tahun. Setiap ayat itu turun, sehingga
memakan waktu selama 23 tahun. Setiap ayat itu turun, segera nabi menyampaikannya
kepada umat, dengan tidak mengalami perubahan sedikitpun dari wahyu aslinya. Dan
beliau meyuruh agar setiap wahyu yang beliau sampaikan itu dihafalkan, bahkan selain
itu beliau memerintahkan pula untuk nulis.

Suruhan untuk menghafalkan dan menulis ayat-ayat alquran ini terlaksana dengan
lanncar dan mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin pada waktu itu. Bahkan dari
kalangan para sahabatbanyak sekali bermunculan tokoh-tokoh dan ahli-ahli yang hafal
alqurandiluar kepala, baik dari golongan Muhajirin maupun golongan Anshor.

Terutama bagi orang-orang Arab di masa hayat Nabi, menghafal alquran di luar
kepala tidak dirasakan sebagai pekerjaan yang sulit, disebabkan oleh beberapa faktor:

- Al-Quran tidak diturunkan sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit selama


(dibulatkan) 23 tahun
- Al-Quran turun dalam bahasa mereka sendiri, yaitu bhahasa Arab,
- Di samping menghafalkan, mereka juga mengamalkan isi alquran,
- Ingatan merekasangat kuat dan terlati, karena mereka tergolong bangsa"ummi" atau
bangsa yang tidak tahu baca tulis.

Untuk penulisannya ayat-ayat alquran, Rasulullah membentuk Dewan Penulis Wahyu,


yang terdiri dari para ahli, antara lain Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,
Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka`ab, Amir bin Fuhairah dan lain-lain.

Tugas Dewan Penulis Wahyu ialah menulis setiap ayat alquran yang diturunkan
kepada Nabi, dan hasil penulisan mereka disimpan oleh beliau sendiri di rumah. Tetapi
selain untuk Nabi, banyak pula diantara sahabat yang menulis ayat-ayat alquran untuk
diri sendiri dan mereka simpan untuk keluarga dan kerabat-kerabatnya.

Untuk tugas penulisan ini, Dewan Penulis Wahyu mendapat bimbingan dari
Rasulullah antara lain:

1. Rasulullah menunjukkan susunan atau tata tertiburut ayat-ayat dalam masing-masing


suratnya.
Rasulullah menentukan, bahwa ayat-ayat alquransaja yang boleh ditulis ketika itu,
sedang pelajaran-pelajaran yang juga berasal dari beliau yang disebut Hadith, tidak boleh
ditulis. Ketentuan demikian ini dimaksudkan sebagai usaha prealquran
denganhadith-hadith Nabiventif, yaitu usaha pencegahan kemungkinan bercampur
baurnyaantara ayat-ayat alquran dengan hadith-hadith Nabi (Sanusi Latief, tanpa

4
tahun:27).

Ketentuan Nabi ini, menurut apa yang diberitakan oleh Imam Muslimdari Abu Sa`id
al- Khudri berbunyi:
"Janganlah kamu tulis apa yang kamu dengar dariku selain dari alquran. Barang siapa
telah menulis sesuatu yang selain alquran, hendaklah dihapuskan".

3. Jika ayat-ayat dalam satu surat telah selesai diturunkan, dan telah selesai pula ditulis,
Rasulullah menyuruh mencantumkan Basmalah pada permulaan surat itu (selain surat
at-Taubah atau al-Baqarah) sebagai batas pemisah antara surat yang satu dengan surat
yang lain. Dan beliau juga memberikan nama bagi surat-surat itu.

Penulisan ayat-ayat alquran di masa itu belum menggunakankertas, karena kertas baru
mereka kenal sesudah wafat Rasulullah, yaitu tatkala umat islam berhasil
menaklukkannegeri Persia. Oleh karena itu penulisan pada waktu itu menggunakan
benda-benda yang sangat yang sangat sederhana yang ada seperti kulit atau tulang-tulang
binatang, pelepah kurma, batu-batu, dan sebagainya, itu disimpan dirumah Nabi dalam
keadaan belum dihimpun dalam satu mushaf. Tetapi, disamping itu para penulis wahyu
secara pribadi masing-masing membuat naskah dari tulisan ayat-ayat Al-Quran tersebut
untuk pribadi masing-masing.

Ayat-ayat Al-Quran yang disimpan dirumah Nab dan diperkuat dengan naskah-naskah
Al-Quran yang dibuat oleh para penulis wahyu untuk pribadi masing-masing serta
ditunjang oleh hafalan para sahabat yang hafal Al-Quran tetap terpelihara secara lengkap
dan murni (orisinil).

Mengenai hal ini, Syeikh az-Zanjani menulis:"Dewan Penulis Wahyu menuliskan


ayat-ayat terseebut pada pelepah-pelepah kurma, batu-batu putih yang tipis,
lembaran-lembaran daun, dan terkadang pada kain sutera, atau kulit binatang yang telah
disamak, atau tulang-tulang yang lebar, sesuai dengan kebiasaan bangsa Arab pada masa
itu untuk menuliskan sesuatu pada benda-benda tersebut, dan benda-benda itu mereka
sebut shuhuf (jamak dari shahifah yang berarti lembaran yang telah ditulis0. Dan shuhuf
tersebut mereka tulis untuk Rasulullah dan diletakkan di rumwaktu tertentu. Dalam
repetisi, mereka mendapat bimbingan dan pengawasan langsung dari Rasulullah.

Bahkan tidak hanya para sahabat, tetapi Nabi sendiripun secara periodik mendapat
repetisi dari Allah melalui malaikat Jibril, yaitu sekali repetisi setisp tahun. Pada waktu
itu beliau wafat, bahkan repetisi diadakan oleh malaikat Jibrildua kah beliau".

Untuk menjaga kemurnian alquran dan untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya


kesalahan bacaan dan sebagainya yang diperbuat oleh para sahabat, selain menempuh
jalan dengan penulisan ayat-ayat alquran, beliau juga mengadakan repetisi (ulangan)
bacaan kepada para sahabat yang dilangsungkan pada waktu-ali. Seawaktu repetisi itu
beliau disuruh memperdengarkan bacaan alquran yang telah diturunkan kepadanya.
1

1 Ma’arifat,Muhammad Hadi.2007.Sejarah Al-Quran. Al- Huda.


5
A. Di masa Nabi Muhammad SAW

Sebelum perang Badar sedikit sekali sahabat nabi yang bias membaca dan menulis
tulisan Arab, baik dari golongan Muhajirin maupun Anshar. Kecuali setelah kemenangan
umat Islam terhadap orang kafir dalam perang Badar, mereka yang tertawan oleh pasukan
Islam atas kebijakan Nabi- setelah bermusyawarah dengan beberapa sahabat besar- diabil
suatu keputusan bahwa seorang tawanan perang Badar dapat dibebaskan apabila ia dapat
mengajar baca tulis Arab terhadap 10 orang muslim. Semenjak itu perkembangan baca
tulis dikalangan umat islam mulai pesat.

“Ketika Nabi masih diMakkah para penulis wahyu sangat terbatas sekali. Diantara
para penulis wahyu dikota ini adalah Zaid bin Tsabit, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib,
Utsman Bin Affan. Sedangkan di Madinah penulis wahyu semakin banyak, yang
termahsyur diantara mereka selain yang berasal dari Makkah tersebut diatas ditambah
lagi dengan Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Mas’ud, Mu’awiyah bin Abiy Sufyan.”1

B. Di masa Khalifah Abu Bakar

Sesudah Rasulullah saw. wafat, maka diangkatlah Abu Bakar sebagai Khalifah Islam
pertama. cMenurut buku-buku tafsir dan hadis, terjadilah pembicaraan antara Umar dan
Abu Bakar mengenai usulan yang diajukan oleh Umar itu.

Umar berkata : " Dalam peperangan Yamamah para sahabat yang hafal alquran telah
banyak yang gugur. Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam
peperangan selanjutnya, sehingga banyak ayat alquran yanng kemungkinan hilang sebab
kematian mereka. Oleh karena itu saya berpendapat alquran perlu dikumpulkan".

Abu Bakar menjawab : "Mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak diperbuat
oleh Rasulullah?"

Umar menjawab : "Demi Allah! Ini adalah perbuatan yang baik". Dan umar berulang
kali memberikan alasan-alasan tentang baiknya pengumpulan alquran yang diusulkannya
itu., sampai Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima apa yang diusulkan oleh
Umar itu.

Kemudian Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit dan berkata kepadanya:"Umar
mengajakku mengumpulkan alquran". Lalu diceritakanlah segala pembicaraan dengan
Umar. Kemudian kata Abu Bakar lagi:"Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang
kupercayai sepenuhnya. Dan engkauseorang penulis wahyu yang selalu disuruh oleh
Rasulullah. Oleh karena itu, kumpulkan ayat-ayat alquran".
Zaid menjawab:"Demi Allah! Ini adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya
aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, hal itu tidak lebih berat bagiku.
daripada mengumpulkan alquran yang engkau perintahkan".

6
Zaid berkata kepada Abu Bakar dan Umar:"Mengapa kamu melakukan sesuatu yang
tidak diperbuat oleh nabi?" Abu Bakar menjawab:"Demi Allah! Ini adalah perbuatan yang
baik". Ia lalu memberikan alasan-alasan tentang baiknya pengumpulan ayat-ayat alquran,
sehingga membukakan hati Zaid. Maka Zaid kemudian mengumpulkan ayat-ayat alquran
dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari
sahabat-sahabat yang hafal alquran.

Dalam menunaikan tugas suci in, Zaid bin Tsabit dibantu oleh para ahli yang juga
hafal alquran, yaitu Ubay bin Ka'ab, Ali bin Abi Thalib dan Ustman bin Affan.

Mereka bekerja sangat cermat. Mereka mengumpulkan semua tulisan alquran yang
mereka yang mereka tulis di masa Rasulullah, maupun yang "tidak resmi" yang berada di
tangan para sahabat. Kemudian mereka cocokkan dengan apa yang telah mereka hafalkan,
bahkan mereka cocokkan pula dengan hafalan dari para penghafal alquran lainnya.

Dengan demikian terkumpullah alquran seluruhnya dalam lembaran-lembaran yang


sama dan seragam, kemudian diikat menjadi satu dengan benang, tersusun menurut tertib
urut ayat-ayatnya sebagaimana yang telahditetapkan oleh Rasulullah. Lembaran-lembaran
ini,berwujud lembaran-lembaran kertas. Pendapat lain mengatakan berwujud-wujud
lembaran-lembaran kulit dan pelepah kurma.

Lembaran-lembaran yang telah terhimpun menjadi satu itu, atas usuf Ibnu Mas'ud
yang dapat diterima oleh Abu Bakar di beri nama "Mushhaf" yyang berarti: kumpulan
atau lembaran-lembaran yang seragam yang telah ditulisi, (kata "mushhaf" adalah bentuk
isim maf'ul dan fi'il "ashafa yushifu" yang berarti menyusun lembaran-lembaran yang
telah ditulisi).

Mushhaf yang dikerjakan oleh Zaid bin Tsabit dan kawan-kawannya ini diserahkan
kepada khalifah Abu Bakar, dan tetap ditangan beliau hingga beliau meninggal dunia.

Pengumpulan alquran di masa khalifah Abu Bakar dengan menghasilkan


terhimpunnya sebuah Mushhaf ini merupakan pengumpulan alquran yang pertama.

C. Di masa Khalifah Ustman bin Affan

Ketika Abu Bakar meninggal dunia, khalifah digantikan oleh Umar Ibnul Khattab,
dan naskah alquran yang tadinya berada di tangan Khalifah Abu Bakar, kini beralih di
tangan Khalifah Umar. Tetapi selama khalifah Khalifah Umar berkuasa, tidak dilakukan
langkah-langkah apa pun yang berhubungan dengan pemeliharaan alquran.

Ketika Umar meninggal dunia karena suatu pemahaman, jabatan khalifah digantikan2
oleh khalifah ketiga, yaitu Ustman bin Affan, Naskah Alquran kemudian disimpan oleh
Hafsah binti Umar, janda Rasulullah saw.

2 Nasrudin.Sejarah Penulisan Alquran.Makasar.UIN Alaudin Fakultas


Adab&Humaniora Makasar. (Jurnal)

7
Pada masa Khalifah Ustman, daerah Islam telah meluas hingga ke negeri-negeri
asing yang sangat jauh yaitu telah sampai di Armenia dan Azerbaijan sebelah timur. Serta
Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian daerah yang berpengaruh Islam pada masa
Ustman telah sampai ke negeri-negeri yaitu Mesir, Siria, Irak, Persia, dan Afrika.

Di kalangan umat islam yang terpencar di negeri-negeri asing ini, sering terjadi
perselisihan mengenai suatu persoalan yang pada masa Nabi dahulu bukan merupakan
apa-apa dan sebegitu jauh tidak pernah pula menimbulkan ketegangan apapun diantara
umat islam. Perselisihan di masa Ustman ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
jika tidak segera mendapat pemecahan masalah dikhawatirkan bisa mengancam persatuan
dan kesatuan umat islam. Persoalan yang menimbulkan perselisihan itu ialah berkisar
disekitar alquran karena adanya faktor-faktor berikut:

1. Tidak adanya uniformitas atau keseragaman tentang susunan surat-surat dan


naskah-naskah alquranyang mereka miliki. Hal ini disebabkan, kecuali surat al-Fatihah,
memang sejak dulu tidak pernah ada ketentuan dari Rasulullah yang mengatur tertib
susunan alquran menurut susunan tertentu.

2. Tidak adanya uniforrmitas dalam Qiroat atau cara membaca ayat-ayat alquran dan hal
ini karena pada mulanya Rasulullah sendiri pun dalam rangka untuk mempermudah umat
islam menghafal alquran, memang memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah arab
pada masa ituuntuk membaca atau melafalkan ayat-ayat alquran menurut dialek mereka
maing-masing.

3. Tidak adanya uniformitas dalam ejaan tulisan yang mereka pakai dalam menuliskan
ayat-ayat alquran. Mereka masing-masing menggunakan ejaan tulisan yang sesuai dialek
mereka yang berbea-beda satu sama lain. Sudah barang tentu ini menambah perbedaan
dalam qiroat atau cara membaca alquran.

Orang yang mula-mula memperhatikan persoalan ini dan berusaha untuk mencarikan
pemecahannya ialah Huzaifah Ibnu Yaman. Dia adalah pejuang islam yang pernah ikut
dalam pertempuran menaklukkan Amerika dan Azerbaijan. Selama berada di
negeri-negeri asing, dia menyaksikan adanya perselisihan orang-orang disekitar tentang
bacaan ayat-ayat alquran. Menyadari hal ini, maka ketika dia telah kembali ke Madinah,
segera dia menghadap Khalifah Ustman untuk menyampaikan persoalan pertikaian umat
islam di negeri-negeri asing itu dia menyaksikan adanya perselisihan antara mereka
tentang alquran, seperti perselisihan yang pernah timbul di kalangan orang-orang Yahudi
dan Nasrani tentang kitab-kitab suci mereka".

Ternyata kemudian apa yang diusulkan oleh Huzaifah ini diterima dengan baikoleh
Khalifah Ustman. Maka segera dimintanya naskah alquran yang berada dirumah Hafshah
untuk disalin dan diperbanyak menjadi beberapa mushhaf. Kemudian dibentuklah oleh
Ustman sebuah panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit dari golongan Anshor sebagai
ketua, dengan tiga orang anggota dari golongan Muhajirin suku Quraisy, yaitu Abdullah3

3 Athailah, Ahmad.2010.Sejarah al-qur’an.Pustaka Pelajar. (Jurnal)


8
4bin
Zubair, Said Ibnul 'Ash, dan Abdur Rahman Ibnul Haris Ibnu Hisyam.5

Tugas panitia ialah untuk membukukan alquran, yaitu untuk menyalin kembali
ayat-ayat alquran dari lembaran-lembaran naskah yang dihasilkan di masa Abu Bakar,
sehingga mrnjadi beberapa Mushaf atau buku yang lebih sempurna. Dalam melaksanakan
tugas ini, panitia mendapat nasehat-nasehat dari khalifah Ustman sebagai berikut:

1. Dalam menyalin ayat-ayat alquran dari naskah Abu Bakar, panitia harus berpedoman
dan mencocokkan dengan hafalan para sahabat.

2. Penulisan ayat-ayat harus memakai ejaan tulisan yang seragam.

3. Jika terjadi perselisihan antara anggota Panitia tentang bahasa dan bacaan, maka
haruslah ayat-ayat alquran dituliskan menurut Lahjah atau dialek suku Quraisy, sebab
alquran memang diturunkan dalam bahasa Arab menurut dialek Quraisy.

4. Tertib susunan surat-surat, hendaklah diatur menurut cara tertentu, berdasarkan


pedoman-pedoman dari Rasulullah kalau memang ada, misalnya perintah, Rasulullah
supaya surat al-Fatihah dicantumkan di permulaan alquran, atau kalau tidak ada,
berdasarkan ijtihad mereka sendiri (Sanusi Latief, tanpa tahun:46).

Panitia bekerja melaksanakan tugasnya selama enam bulan, dengan menghasilkan


lima buah mushhaf. Empat buah mushhaf dikirim ke Mekah, Siria, Basrah, dan Kufah,
sedangkan yang sebuah lagi disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman. Mushhaf yang
disimpan di Madinah untuk khalifah Ustman ini disebut Mush-haf al imam.

Mushhaf-mushhaf yang dihasilkan oleh panitia diketuai oleh Zaid bin Tsabit ini
oleh Khalifah Ustman dimaksudkan untuk menjadi standar menghafal dan
memperbanyak mushhaf-mushhaf itu dimasa-masa selanjutnya. Oleh karena itu semua
lembaran alquran yang ditulis pada masa-masa sebelumnya, selain yang dipinjam dari
Hafshah (setelah tugas paniti seleksi di kembalikan kepadanya diperintahkan untuk
dikumpulkan dan kemudian dibakar. Sampai kini, jika umat islam dimana pun menyalin
alquran, maka itu tak lain addalah juga bersumber pada mushhaf di masa Ustman itu.

Al-Qodi Abu Bakar dalam "al-Intishar" berkata tentang pembukuan alquran di


masa Ustman ini, sebagai berikut:

"Ustman tidak mempunyai maksud sebagai apa yang dimaksudkan oleh Abu Bakar,
yaitu menulis alquran pada lembaran-lembaran kertas. Hanya beliau bermaksud untuk
menyatukan umat terhadap qiroah-qiroah yang diterima dari Nabi dan membatalkan yang
lainnya. Selanjutnya Ustman bermaksud pula agar umat islam berpegang pada mushhaf

4
Nasrudin.Sejarah Penulisan Alquran.Makasar.UIN Alaudin Fakultas Adab&Humaniora
Makasar. (Jurnal)

9
yang sudah teratur sempurna, untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang timbul karena
perselisihan qiro'ah".

Jangan dilupakan pula, bahwa selain penulisan atau pembukuan alquran, bagaimana
pun hafalan adalah tetap merupakan faktor utama juga dalam pemeliharaan alquran. Dan
6
orang-orang yang hafal alquran selalu bermunculan tak terbilang banyaknya di setiap7
generasi umat islam kapan pun dimanapun.

Maka dengan upaya-upaya ini (penulisan dan hafalan alquran) insya Allah kitab suci
Al-Quran akan terus terjaga keaslian dan kemurniannya hingga selama-lamanya, sesuai
dengan jaminan dari Allah SWT sendiri yang disebutkan dalam alquran, "seseungguhnya
kamilah yang menurunkan alquran dan sesungguhnya kami pula yang memeliharanya
(al-Hijr ayat 9).

5 Haekal, Muhammad Husain.2003.Abu Bakar As-Siddiq yang lembut hati.Jakarta :


PT.Pustako Utera Antar Nusa.

10
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah penulisan
alquran dimulai masa Nabi Muhammad SAW dimana sebelum perang Badar sedikit
sekali sahabat nabi yang bias membaca dan menulis tulisan Arab, baik dari golongan
Muhajirin maupun Anshar. Kecuali setelah kemenangan umat Islam terhadap orang kafir
dalam perang Badar, mereka yang tertawan oleh pasukan Islam atas kebijakan Nabi-
setelah bermusyawarah dengan beberapa sahabat besar- diabil suatu keputusan bahwa
seorang tawanan perang Badar dapat dibebaskan apabila ia dapat mengajar baca tulis
Arab terhadap 10 orang muslim. Semenjak itu perkembangan baca tulis dikalangan umat
islam mulai pesat. “Ketika Nabi masih diMakkah para penulis wahyu sangat terbatas
sekali. Diantara para penulis wahyu dikota ini adalah Zaid bin Tsabit, Abu Bakar, Ali bin
Abi Thalib, Utsman Bin Affan. Sedangkan di Madinah penulis wahyu semakin banyak,
yang termahsyur diantara mereka selain yang berasal dari Makkah tersebut diatas
ditambah lagi dengan Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Mas’ud, Mu’awiyah bin Abiy
Sufyan.”1

Pada awal Kekhalifahan Abu Bakar terjadi peristiwa penting, yaitu bermunculannya
nabi-nabi palsu, meluasnya orang-orang murtad dari islam dan orang-orang yang
membangkang membayar zakat. Kemurtadan terutama banyak terjadi di Nejed dan
Yaman. Diantara Nabi-nabi palsu yang terkenal dengan Muslimah al-Kaddzab, Sajah
Tamimiah, Tulaihah Ibnu Khuwailid dan al-Aswad al-Ansa. Peristiwa ini dihadapi oleh
Abu Bakar dengan tegas dan cepat. Dipersiapkanlah untuk menumpas kaum murtad,
nabi-nabi palsu dan orang-orang yang ingkar membayar zakat itu sepasukan tentara
dibawah pimpinanKhalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah Ibn Abi Jahl, dan sebagainya.
Peperangan berkecamuk, dan yang terkenal ialah peperangan Yamamah. Akhirnya
musuh-musuh islam itu dapat dikalahkan. Nabi-nabi palsu semuanya mati terbunuh.,
kecuali Thulaihah Ibnu Khuwailid yang bertobat dan kembali memeluk islam. Dalam
peperangan Yamamah, korban yang jatuh amat besar. Diantara pasukan islam yang syahid
terdapat 70 orang menghafal alquran. Syahidnya 70 orang penghafal alquran ini menjadi
keprihatinan tokoh-tokoh islam ketika itu, sebab hal itu menimbulkan kekhwatiran
jangan-jangan makin banyaknya para penghafal alquran gugur di medan perang
menyebabkan soal pemeliharaan keaslian alquran menjadi sangat berbahaya, atau
setidaknya semakin sulit untuk menjaga keaslian alquran, lebih-lebih bila diingat, bahwa
di masa nabi dahulu telah gugur pula para penghafal alquran dalam jumlah yang hampir
sebanyak yang syahid dipeperangan Yamamah, yaitu dalam suatu pertempuran di sumur
Ma'unah dakat kota Madinah. Salah seseorang tokoh islam yang mempunyai
kekhawatiran seperti tersebut di atas itu ialah Umar Ibnu Khattab. Maka diajukanlah usuf
kepada khalifah Abu Bakar agar dilakukan pengumpulan alquran dari tulisan ayat-ayat
alquran yang bertebaran pada pelepah-pelepah kurma, kulit-kulit atau pada
lembaran-lembaran yang sama dengan seragam, dengan demikian kemungkinan hilang
atau tercecer itu dapat dihindarkan.

11
Ketika Umar meninggal dunia karena suatu pemahaman, jabatan khalifah digantikan
oleh khalifah ketiga, yaitu Ustman bin Affan, Naskah Alquran kemudian disimpan oleh
Hafsah binti Umar, janda Rasulullah saw. Pada masa Khalifah Ustman, daerah Islam telah
meluas hingga ke negeri-negeri asing yang sangat jauh yaitu telah sampai di Armenia dan
Azerbaijan sebelah timur. Serta Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian daerah yang
berpengaruh Islam pada masa Ustman telah sampai ke negeri-negeri yaitu Mesir, Siria,
Irak, Persia, dan Afrika. Di kalangan umat islam yang terpencar di negeri-negeri asing ini,
sering terjadi perselisihan mengenai suatu persoalan yang pada masa Nabi dahulu bukan
merupakan apa-apa dan sebegitu jauh tidak pernah pula menimbulkan ketegangan apapun
diantara umat islam. Perselisihan di masa Ustman ini telah berkembang sedemikian rupa
sehingga jika tidak segera mendapat pemecahan masalah dikhawatirkan bisa mengancam
persatuan dan kesatuan umat islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ma’arifat,Muhammad Hadi.2007.Sejarah Al-Quran. Al- Huda.


Haekal,Dr.Muhammad Husai.2003.Alquran dalam pandang sahabat nabi (terjemah
Ali Audah).
Haekal, Muhammad Husain.2003.Abu Bakar As-Siddiq yang lembut hati.Jakarta :
PT.Pustako Utera Antar Nusa.
Nasrudin.Sejarah Penulisan Alquran.Makasar.UIN Alaudin Fakultas
Adab&Humaniora Makasar. (Jurnal)
Athailah, Ahmad.2010.Sejarah al-qur’an.Pustaka Pelajar. (Jurnal)
Shalaby,Ahmad.AL-QUR’AN yang menakjubkan.Humaidi Tatapangarsa. (terjemah
I’Jazul Quz’an)

13

Anda mungkin juga menyukai