Anda di halaman 1dari 5

MUHAMMAD DOVI QURAHMAN

II B
STUDY AL-QURAN

Usaha pengumpulan dan koodifikasi al-qur’an pada masa Rosulullah dan para
sahabat
1. Kronologi penyusunan dan pengumpulan Al-qur’an

Allah Swt menurunkan Ayat al-quran yang pertama kali bertepatan pada 17 ramadhan / 10
agutus 610 M. Dan proses penurunan al-quran pun tidak langsung jadi akan tetapi Our Prophet
kita Muhammad Saw mendapatkan wahyu dari Allah melalui malaikat jibril secara berangsur-
angsur selama 22 tahun, 2 bulan, dan 2 hari.
Al-quran merupakan mu’jizat yang paling istimewa, karena al-quran tidak hanya sesuai dengan
zaman semasa hidupnya tetapi sampai akhir kiamat tiba.
Al-quran menyatakan bahwa apa yang berada didalamnya semata-mata adalah kebenaran, setiap
kata ataupun huruf dalam al-qura sama sekali tidak diperbaharui oleh nabi. Sebagaimana firman
Allah Swt :
‫وما ينطق الهو عن االوحي اويوح ى‬
“Dan tidak berbicara dengan hawa nafsunya melainkan wahyu yang diturunkan kepadanya "
Oleh karena itu nabi mewasiatkan kepada para sekretarisnya untuk menghapal al-quran dan
menuliskannya. Apabila ada terdapat kekeliruan ataupun kekurangan rosulullah langsung yang
memperbaikinya.
Pemeliharaa al-qur’an dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu dengan cara menghafal dan
dengan cara menulis atau biasa dikenal dengan istilah “Jam’ul Al-quran” (pengumpulan al-
quran). Ada dua pengertian yang terakomodasi dalam istilah Jam’ul al-qur’an, yaitu :
a. Kata pengumpulan dalam arti penghafalannya di dalam lubuk hati, sehingga mereka yang
hafal Al-quran disebut Jumma’u Al-quran atau Huffadz Al-qur’an.
b. Kata pengumpulan dalam arti penulisnnya, yakni perhimpunan seluruh Al-quran dalam bentuk
tulisan.

2. Pengumpulan/pemeliharaan Al-quran pada masa Rasulullah Saw


Upaya pemeliharaan Al-quran pada masa Nabi Muhammad Saw mulai dilakukan, baik secara
hapalan seperti yang dilakukan nabi sendiri dan diikuti oleh para sahabatnya, maupun secara
penulisan yang dilakukan oleh para sahabat pilihan atas perintah nabi Muhammad Saw.
Diantara para sahabat yang mengumpulkan menulis dan menghapalnya adalah : Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Mas’ud, Abu bakar As- Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abu Sofyan, Abdullah bin Abbas. Zaid bin Tsabit adalah sekretarisnya
nabi Muhammad Saw yang paling giat mengumpulkan, menulis, dan menghapalnya.
Diriwayatkan dari Abi Abdurrahman as-Sulma qur’an kepada kami seperti Utsman bin Affan,
Abdullah bin Mas’ud dan lain-lain bahwa mereka bila mempelajari
Al-qur’an dari rosulullah Saw sepuluh ayat mereka secara tidak langsung menambahnya sampai
mereka mempelajarinya dengan ilmu dan amal.
Dan perlu juga diketahui bangsa arab pada masa turunnya al-qur’an ingatan mereka begitu
sangat tinggi dan juga kuat hapalannya, begitu dating al-qur’an kepada mereka dengan struktur
Bahasa indah dan luhur serta mengandung ajaran yang suci, mereka merasa amat kagum, dan
karnanya mereka mencurahkan kekuatan mereka untuk menghapal al-quran.
Ada dua cara bagaimana metode pengumpulan Al-quran di zaman rosulullah, yakni :

1) Pengumpulan al-quran dengan cara menghafal


Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dengan tiga riwayat tentang ahli-ahli penghafal
al-quran, mereka itu adalah : Abdullah bin Mas’ud, Salim bin As-sakan dan Abu Ad-darda’
‫ من عبدهللا‬:‫ خذواالقران من أربعة‬:‫ سمعت رسوهللا يقول‬:‫عن عبد هللا بن عمر بن العصر قال‬
‫وأبي بن كعب )رواه البخاري‬,‫ومعذ‬,‫وسلم‬,‫(بن مسعود‬.
“dari Abdullah bin Amr bin Ash aku mendengar Rasulullah berkata : ambillah Al-quran dari 4
orang, dari Abdullah bin Mas’ud, Salim, Muadz dan ubay bin Ka’ab empat mereka terdiri dari 2
orang muhajjirin : Abdullah bin Mas’ud serta Salim, 2 orang dari Anshor :muadz dan ubay (HR.
Bukhari)”
Sebelum wafat Rasulullah telah mencocokan Al-quran yang diturunkan Allah kepada beliau
dengan Al-qur’an yang dihafal oleh para hafidz, surat demi surat, ayat demi ayat, maka Al-
qur’an yang dihafal oleh para hafidz itu merupakan duplikat Al-qur’an yang di hafal oleh
Rasulullah.
Ubadah bin Shamit menceritakan :“apabila ada seseorang yang masuk islam, maka Rasulullah
segera menetapkan seseorang dari pada sahabatnya untuk menjadi pengajar Al-qur’an baginya.
Dengan usaha seperti itu, hamper seluruh sahabat Nabi hafal Al-qur’an, dan sebagian dari
mereka telah menguasai Al-quran dengan benar dengan makna dan maksudnya yang diajarkan
Rosulullah kepada mereka.”
Disamping itu semua, al-qur’an juga telah dijadikan Allah SWT sebagai bacaan yang mudah
untuk diingat dan dihafal, sebagaimana firman Allah surah Al-qamar ayat 17:
‫ولقد يسرنا القران للذكرفهل من مذكر‬.
“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang
mengambil pelajaran?”
Dari penjelasan diatas jelaslah bahw para huffadz pada zaman Rasulullah sangat banyak sekali,
dan yang perlu kita ketahui bahwa dasar hafalan merupakan salah satu kekhusukan ummat islam,
ibnu Al-Jawzi pengarang kitab An-nasyu fiel qidraatil Asyri ia adalah syaikhnya para Qurra pada
zamannyaa, ia berkata : sesungguhnya pemindahan al-qur’an di dasarkan atas hafalan dari hati.
Bukan diatas kertas Mushaf dan kitab sebagai salah satu keistimewaan ummat ini.

2) Penumpulan Al-quran dengan metode tulisan


Rasulullah memiliki sekretarisnya dari golongan sahabat, yaitu : Ali, Muawwiyah, Ubay bin
Ka’ab dan Zaid bin Tsabit, merekalah yang bertugas menulis wahyu ilahi yang turun. Apabila
turun ayat-ayat Al-qur’an maka Rosul menyuruh mereka menulis, dan mengarahkan mereka
letak surat-suratnya, dan tulisan tersbut dapat dihafalka oleh para sahabat.
Kata Zaid bin Tsabit “kami dimasa Rasulullah menuliskan Al-quran itu diatas kulit atau diatas
daun”. Hal ini menunjukkan kepada kita Bersama betapa sulitnya tugas yang dipikul oleh
sahabat nabi dalam menuliskan Al-qur’anul karim.
Malaikat Jibril dating kepada Rasulullah membawa Al-quran ini tiap-tiap tahun pada bulan
Ramadhan. Hadits dari Abdullah Ibni Abbas berkata “rasulullah adalah orang yang paling
pemurah, kepemurahannya itu dapat dilihat pada bulan Ramadhan, yaitu ketika Jibril datang
menemuinya tiap-tiap malam untuk mengajarkan Al-quran kepada nabi”.
Rasulullah menerima dan menghafal Al-qur’an itu ditulis pada Masha ketika itu surah dan ayat
masoh bercerai-cerai. Tiap-tiap surah pada shahifah itu dibatasi dengan huruf yang tujuh yang
ketika itu sudah diperdapat. Tulisan al-qur’an itu belum disusun menurut turunnya wahyu, tapi
baru ditulis sesudah ayat itu turun. Agar supaya Nabilah yang menunjukan untuk meletakkan
tulisannya itu diantara ayat ini dan ayat ini pada surat ini.
Kata Al-Khuthaby, sebenarnya Nabi belum lagi mengumpulkan Al-quran itu pada mashaf,
karena pada waktu itu Nabi masih menunggu adanya Nasikh dan Tilawah Al-quran itu. Selesai
turunnya yaitu dengan wafatnya Nabi Muhammad maka Allah mengilhamkan kepada para
Khalifah Rasyidin. Pengumpulan dimasa Nabi alif dinamakan hafalan dan ba dinamakan tulisan
(pengumpulan-pengumpulan).

3. Pengumpulan Al-Qur’an di masa Khulafa Rasyidin

1) Pengumpulan pada periode Abu Bakar As- Shidiq ra


Ketika perang Ahlul yamamah yang terjadi pada tahun 12 H, dan banyak para sahabat yang hafal
Al-quran dan membacakannya kepada nabi mereka gugur dalam pertempuran tersebut.
Disebutkan jumlah yang mati syahiid 70 orang dari ahli.
Hal itu pun membuat umar cemas akan hilangnya al-quran, lalu ia pun menemui Abu Bakar ra
dan memintanya untuk mengumpulkan dan menulis Al-quran, Umar mengusulkan kepada Abu
Bakar agar ayat-ayat Al-qur’an segera dihimpun dan di bukukan dalam sebuah buku atau kitab,
karena khawatir hilagnya sebagian Al-quran dengan wafatnya sebagian para penghafal Al-quran
tersebut.
Umar berupaya meyakinkan kepadanya bahwa gagasannya itu cukup baik dan layak
dilaksanakan, kemudian Allah membuka pintu hati abu bakar dan ia pun menerima usulan Umar
dan akhirnya ia pun memerintahkan kepada
Zaid bin Tsabit agar segera menghimpunnya kedalam sebuah Mushaf. Zaid pun segera
melaksanakan tugasnya secara hati-hati dan segera mengumpulkan seluruh ayat-ayat yag tertulis
didaun, pelepah kurma, batu, tulang unta, dan lain-lain. Pengumpulan Al-quran yang di kerjakan
oleh Zaid dilakukan dengan berpijak pada 3 hal, yaitu :
a) Ayat-ayat Al-quran yang ditulis dihadapan Nabi dan yang disimpan dirumah beliau
b) Ayat-ayat yang ditulis adalah yang dihafal para sahabat yang hafal (hafidz) Al-quran
c) Penulisan dipersaksikan kepada kedua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersebut bener-bener
ditulis dihadapan Nabi pada saat masa hidupnya.
Tugas penulisan Al-quran dapat dilaksanakan Zaid bin Tsabit dalam waktu satu tahun sejak
perang yamamah sampai sebelum Abu bakar wafat. Mushaf masa ini disimpan oleh Abu Bakar
sampai wafat dan kemudian disimpan Umar bin Khattab. Setelah umar wafat Mushaf disimpan
Hafsah beliau adalah seorang istri nabi yang hafizhah al-qur’an dan pandai baca tulis

2) Pengumpulan pada periode Umar bin Khattab ra


Setelah Abu- Bakar wafat Mushaf asli diserahkan kepada Umar bin Khattab dan dijaga oleh
beliau sampai akhir hayatnya. Zaid bin Tsabit sebagai orang penulisan Al-quran terus melakukan
konsultasi dengan khalifah, terutama pula karena khalifah Umar bin Khattab adalah seorang
sahabat yang turut meriwayatkan bacaan Al-quran.
Factor kedekatan nabi dengan beliau juga menjadi pengaruh paling penting untuk
mempertanyakan kebenaran sebuah riwayat maupun bacaan yang ditemukan oleh zaid, sebelum
umar meninngal beiau menyerahkan mushaf kepada anaknya Hafsah binti Umar, dan kemudian
oleh Hafsah diserahkan kepada Utsman bin Affan.

3) Pengumpulan pada periode Utsman bin Affan ra


Setelah umar meninngal dunia banyak pula sahabat dan para mujahidin maupun Huffadz yang
meninngal dunia. Hal itu menjadi pikiran bagi khalifah Utsan sebagai penerusnya, khawatir
semakin banyak para sahabat yang meningala dunia maka akan terjadi sedikit orng yang hafal al-
quran, maka khalifah Utsman mengambil alternative untuk membukukan Al-quran alternative ini
telah trasa sejak zaman khalifah Umar bin Khattab beliau telah mengumpulkan beberapa mushaf
dari para sahabat
Pada masa ini umat islam telah tersebar di penjuru dunia, seluruh umat islam dimanapun berada
selalu bergantung pada ayat-ayat al-qur’an. Mereka terus menghafal dan bahkan ada juga yang
menyimpan naskah yang tertulis di dedaunan dsb. Cara membaca merekapun beragam sesuai
domisii mereka masing-msing, disisi lain juga perbedaan itu juga disebabkan karena pada masa
itu penulisan Al-quran tanpa titik, syakal (tanda bunyi, seperti fathah kasrah, dhommah, sakinah,
dan lain-lain), dan juga karena cara orang membaca Al-qur’an tidak sama, tergantung kecacatan
seseorang tersebut melafadkannya.
Mereka pun khawatir bila keadaan ini terus di biarkan, akan mengakibatkan perselisihan dan
perdebatan berkepanjangan hingga dapat
merusak persatuan umat. Hudzaifah bin Al-yaman adalah orang yang pertama kali
memperhatikan problem ini, yaitunya ketika terjadi pertempuran penaklukan Armenia di
Azerbaijan, dalam perjalanan dia pernah mendengar pertikaian kaum muslimin tentang bacaan
beberapa ayat Al-qur’an dan pernah mendengar perkataan seorang muslim kepada temannya
“Bacaan saya lebih baik dari pada bacaanmu”.
Keadaan ini mengagetkan, maka setelah kembali ke Madinah dia segera menemui Utsman seraya
menceritakan apa yang dilihatnya, maka khalifah utsman meminta kepada Hafshah binti Umar
lembaran-lembaran Al-qur’an yang ditulis di mas khalifah Abu bakar yang disimpan olehnya
untuk disalin. Lalu Utsman bin Affan membentuk Panitia yang terdiri :
a) Zaid bin Tsabit, ketua (dari kaum anshar di madinah)
b) Abdullah bin Zubair ()anggita kaum muhajirin, Quraish Makkah)
c) Sa’id bin Ash (anggota dari kaum muhajjirin quraisy Makkah)
d) Abdurrahman bin Harits bin Hisyam, (anggota dari kaum muhajjirin, quraiisy, mekkah)

Tugas panitia ini adalah membukukan Al-quran dan menyalin dari lembaran-lembaran Al-quran
tersebut menjadi buku. Pelaksanaannya dimulai tahun 25 h, setelah tugas selesai maka lembaran-
lembaran Al-qur’an yang dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan lagi dan al-qur’an yang telah
disalin tadi dinamai dengan “Al-mushaf” dan oleh panitia di tulis 5 rangkap Al-mushaf, empat
buah dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah, dan Kuffah, agar di tempat tempat tersebut disalin pula
dari masing-masing mushaf itu, dan satunya lagi di tinggalkan di Madinah, untuk Utsman
sendiri, dan itulah yang dinamai “Mushaf Al-imam”.
Dari mushaf yang ditulis pada zaman Utsman itulah kaum muslimin di seluruh pelosok menyalin
Al-quran. Sementara model dan metode tulisan yang ada di dalam mushaf yang ditulis pada
masa Utsman ini kemudian dikenal dengan sebutan “Rasm Utsmani”
Dengan demikian, maka penulisan Al-qur’an dimasa Utsman memiliki faedah diantaranya :
a) Menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
b) Menyatukan bacaan.
c) Menyatukan tertib susunan surah-surah menurut urutan seperti yang terlihat pada mushaf-
mushaf sekarang

4) Pengumpulan pada periode Ali bin Abi Thallib


Ali bin abi Thalib merupakan pengumpul pertama Al-quran pada masa nabi berdasarkan perintah
nabi sendiri. Ia menunjuk kesepakatan atau ijma’ akan kemutawatiran Al-quran yang tertulis
dalam mushaf
Ciri ciri mushaf ali bin Abi Thalib memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh mushaf-mushaf
yang lain, ayat-ayat dan surah-surahnya tersusun raoi sesuai dengan urutan turunnya. Mushaf ini
juga makiyah diletakkan
sebelum madaniyah . melalui perantara mushaf ini perjalanan tasyri’ dan hukum-hukum,
khususnya masalah nasikh dan Mansukh dalam Al-qur’an bisa dimengerti
Dalam mushaf ini tercantum bacaan ayat-ayat yang sesuai dengan bacaan Rasulallah saw,
mushaf ini juga mengandung tanzil dan takqil yang menjelaskan peristiwa serta kondisi yang
menyebabkan ayat-ayat dan surah Al-qur’anditurunkan, beliau juga berkata “tidak ada satu
ayatpun yang diturunkan kepada Rasulullah saw, melainkan beliau membacakan dan
mendiktekan (ayat-ayat tersebut) kepada ku. Kemudian Rasulullah mendoakan kepadaku supaya
aku dianugrahkan pemahaman dan hafalan kepadaku”.
Nasib mushaf Ali bin Abi Thallib
Setelah Ali bin Abi Thallib selesai mengumpulkan Al-qur’an beliau meletakkan di atas
punggung unta dan dibawa ke masjid ketika orng-orang sedang menelilingi Abu-bakar, ali
berkata kepada mereka : aku telah mengumpulkan semua ayat-ayat yang diturunkan kepada
rasulullah tiada ayat satupun yang diturunkan kecuali nabi membacakannya kepadaku dan
mengajarkannya kepadaku, maka jangan sampai besok kalian berkata kami telah lupa hal itu
Spontan salah seorang pemimpin di kelompom itu bangkit dari tempatnya dan melihat apa yang
dibawa oleh Ali kemudian berkata “kami tidak membutuhkan apa yang kamu bawa. Cukup bagi
kami apa yang bagi kami”, ali pun berkata “mulai saat ini kalian tidak akan pernah melihatnya
lagi, pada saat beliau masuk ke dalam rumah dan saat itu tidak seorangpun melihat mushaf itu
lagi”.

Anda mungkin juga menyukai