1
B. Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin
1. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Pada masa khalifah Abu Bakar, terjadi peperangan yang sangat dahsyat, banyak
penghafal Al-Qur’an yang meninggal hingga mencapai 70 orang, bahkan dalam
satu riwayat disebutkan 500 orang. Sementara umat Islam yang gugur dalam
peperangan tersebut kurang lebih berjumlah 1.200 orang. Perang ini dinamakan
perang Yamamah. Karena banyak penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan perang,
Umar Bin Khattab khawatir Al-Qur’an akan berangsur-angsur hilang bersamaan
dengan meninggalnya para penghafalnya. Sehingga Umar bin Khattab meminta
kepada khalifah Abu Bakar agar Al- Qur’an segera dikumpulkan dan ditulis dalam
sebuah mushaf. Awalnya Abu Bakar ragu untuk melakukan itu, kemudian beliau
menerimanya dan memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengingat kedudukannya
dalam qiraat, penulisan, pemahaman dan kecerdasannya agar segera mengumpulkan
Al-Qur’an dan menulisnya dalam satu mushaf.
2
diperoleh suatu kesepakatan, agar mushaf yang ditulis pada masa Abū Bakar disalin
kembali menjadi beberapa mushaf dengan dialek Quraisy. Kemudian beberapa
mushaf yang sudah ditulis dan diperbanyak tersebut dikirim ke berbagai kota untuk
dijadikan rujukan, terutama ketika terjadi perselisihan tentang qira’at Al- Qur’an.
3
F. Pelestarian Al-Qur’an di Indonesia
Untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an yang diterbitkan di Indonesia ataupun yang
didatangkan dari luar negeri, pemerintah Republik Indonesia dan Kemetrian Agama
telah membuat panitia khusus dalam hal pelestarian Al-Qur’an yang diberi nama yaitu
“Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an”, yang telah ditetapkan dengan penetapan
Menteri Agama No. 37 Tahun 1957, dan juga telah diperbaharui dalam peraturan
Menteri Agama No. 2 Tahun 1980.