DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt tuhan semesta alam yang telah menciptakan
langit dan bumi beserta mahluk mahluk yang ada didalamnya. Karena limpahan
rahmat dan berkahnya segala sesuatu di muka bumi ini dapat berjalan dan bekerja
sebagaimana mestinya.
Shalawat serta salam tidak lupa pula dipanjatkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW. Yang telah berjuang dijalan Allah membela agamanya dengan
segenap jiwa raganya dan harta habis beliau korbankan sehingga ummat islam pada
masa kini mampu mengecap manisnya iman .
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua anggota yang telah ikut
serta dalam pembuatan makalah ini yang berjudul ‘’ PENGUMPULAN DAN
PENERTIBAN AL QUR’AN‘’ sehingga dapat menyelessaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………9
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
1. Pengumpulan Al-Quran
Yang dimaksud dengan pengumpulan Qur’an ( Jam’ul Qur’an ) oleh
para ulama adalah salah satu dari dua pengertian berikut:
a . pengumpulan dalam arti Hifdzuhu ( menghafalkannya dalam hati).
Jumma’ul Quran artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang
yang menghafalkannya didalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan
dalam firman Allah kepada Nabi-Nabi senantiasa menggerak-gerakkan
kedua bibir dan lidahnya untuk membaca Qur’an ketika itu turun
kepadanya sebelum jibril selesai membacakannya, karena ingin
menghafalkannya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk Al Qur’an
karena hendak cepat-cepat nya.
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka
ikutilah bacaannya itu.Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah penjelasannya.” (al-Qiyamah:16-19 ).Ibn Abbas mengatakan:
“Rasulullah SAW sangat ingin segera menguasai Qur’an yang
diturunkan, ia menggerakkan lidah dan kedua bibirnya karena tajut apa
yang turun itu akan terlewatkan. Ia ingin segera menghafalnya. Maka
Allah menurunkan: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca
Qur’an karena hendak cepat-cepat untuk menguasainya.
b. Pengumpulan dalam arti kitabuhu kullihi ( penulisan Qur’an semuanya) baik
dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya, atau menertibkan
ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam satu lembaran secara terpisah,
atau menertibkan ayat-ayat dan surah-surahnya dalam lembaran-lembaran yang
terkumpul yang menghimpun semua surah, sebagiannya ditulis sesudah bagian
yang lain. Pengumpulan Qur’an dalam Arti Menghafalnya pada Masa Nabi
Rasulullah SAW amat menyukai wahyu, ia senantiasa menunggu penurunan
wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengumpulan al-Qur’an dilakukan?
2. Bagaimana Penentuan Urutan Ayat dan Surat dalam al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Pengumpulan al-Qur’an.Untuk
2. Untuk mengetahui Penentuan Urutan Ayat dan Surat dalam al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh sebab itu Zaid berkata tentang akhir surah Taubah,‘‘aku tidak
mendapatkannya pada orang lain,sebab ia tidak menganggap cukup hanya
didasarkan pada hafalan tanpa adanya catatan.” Kita sudah mengetahui bahwa
Qur’an sudah tercatat sebelum masa itu, yaitu pada masa Nabi. Tetapi masih
berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Kemudian Abu Bakar
memerintahkan agar catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf,
dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan sangat
berhati-hati dan mencakup tujuh huruf yang dengan itu Qur’an diturunkan.
Keistimewaan-keistimewaan ini hanya ada pada himpunan Qur’an yang
dikerjakan Abu Bakar. Para ulama berpendapat bahwa penamaan Qur’an
dengan “mushaf” itu baru muncul sejak saat itu, disaat Abu Bakar
mengumpulkan Qur’an. Ali berkata: “Orang yang paling besar pahalanya dalam
hal mushaf ialah Abu Bakar. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada
Abu Bakar. Dialah orang yang pertama mengumpulkan kitab Allah.”
1. Menjadikan Mushaf Abu Bakar yang telah dibukukan oleh Zaid bin
Tsabit sebagai acuan pokok dan dumber utama dalam penulisan al-
Qur’an.
2. Mengacu pada Mushaf Abu Bakar tersebu dalam hal penulisan dan
urutannya, dan apabila terdapat perbedaan pendapat dikalangan para
anggota panitia, maka mengacu berdasarkan dialek Quraisy karena al-
Qur’an diturunkan dengan dialek Quraisy.
3. Dan al-Qur’an tidak ditulis kecuali berdasarkan persetujuan antara para
panitia, dan para sahabat bersepakat bahwa al-Qur’an yang telah
dibukukan tersebut sebagai al-Qur’an sebagaimana yang diturunkan
kepada Rasulullah.
Usaha yang dilakukan oleh ‘Ustman tersebut mendapatkan
apresiasi yang sangat dikalangan sahabat, sehingga hasil dari usaha
tersebut mendapat pengakuan dari kalangan sahabat dan mereka
meyakini bahwa al-Qur’an yang dikumpulkan oleh ‘Utsman tersebut
telah sesuai dan sama persis dengan al-Qur’an yang ada pada masa
Nabi Muhammad. Baik dari segi urutan ayat (Tartibul Ayat), maupun
urutan Surat (Tartibus suwar), maupun Qira’atnya. Mushaf ‘Utsman
yang telah mendapatkan pengakuan dari para sahabat tersebut
kemudian disebarkan dan menjadi pegangan dalam penulisan al-Qur’an
hingga saat ini yang dikenal dengan Mushaf atau Rasm ‘Ustmany.
Philip K. Hitti, History of The Arabs, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta,
2013).
Musthofa Dhib al-Bigha dan Muhyiddin Dhib Matu, al-Wadih Fi Ulum al-
Qur’an, (Damaskus : Dar al-Ulum al-Insaniyah, 1998).