Disusun Oleh:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memebrikan sumbangan baik
materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya kami akan memperbaiki bentuk maupun
menambah isi maklaah agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai muslim kita yakin bahwa melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah, telah diatur garis besar
aturan untuk menjalankan kehidupan ekonomi dan untuk mewujudkan kehidupan ekonomi,
sesungguhnya Allah telah menyediakan sumber daya-Nya dan mempersilahkan manusai
untuk memanfaatkannya.
Kita dituntut untuk menerapkan keislaman dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dari
aspek ekonomi. Maka mempelajari sistem ekonomi Islam secara mendalam adalah suatu
keharusan, dan untuk selanjutnya disosialisasikan dan diterapkan.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut.
· Apa pengertian dari perekonomian dalam Islam?
· Apa prinsip-prinsip ekonomi dalam Islam?
· Bagaimana sistem perekonomian dalam Islam?
Dari masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penulisan makalah ini memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
· Agar kita mengetahui pengertian dari perekonomian dalam Agama Islam.
· Agar kita mengetahui prinsip-prinsip dari ekonomi Islam.
· Agar kita dapat mengetahui apa yang menjadi karakteristik dari ekonomi Islam.
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan dengan menggunakan
sumber berupa buku acuan dan artikel terkait, serta dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika perekonomian yang dikembangkan islam adalah menciptakan kegiatan ekonomi yang
bertumpu pada pilar tauhid, keseimbangan, dan tazkiyah (membersihkan harta) bersumber
dari Al-Qur’an dan hadis.
Ekonomi islam adalah ekonomi yang menjalankan perannya dengan berpendoman pada
ajaran islam. Adapun tujuannya adalah memberikan keseimbangan bagi kehidupan
masyarakat. Nilai ekonomi islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja,
tetapi untuk seluruh makhluk hidup di muka bumi. Esensi proses ekonomi islam adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilai-nilai islam guna mencapai tujuan
agama.
Berikut inilah beberapa dalil naqli yang menjadi dasar perekonomian islam. Agar
pengelolaan alam ini sesuai dengan syariat islam, kita perlu memerhatikan rambu-rambu
dalam pengelolaan alam semesta.
c. Pemanfaatan harta
Banyak pilihan hidup yang bisa didapat melalui harta dan kekayaan, antara lain dapat
membeli sejumlah barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bukan hanya
kebutuhan saat ini, tetapi juga kebutuhan yang akan datang serta dapat memberikan rasa
aman.
Kebutuhan pokok manusia adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Disamping itu,
masih banyak kebutuhan lain, misalnya kesehatan, pendidikan, transportasi, dan rekreasi.
Keputusan harta itu akan dibelanjakan atau tidak merupakan hak pribadi masing-masing
orang, sebagaimana Allah swt telah menetapkan hak guna atas harta yang diperolehnya.
َو َس َّخ َر َلـُك ْمَّم اِفىالَّسٰم ٰو ِتَو َم اِفىاَاْلْر ِضَج ِم ْيًعاِّم ْنُۗه ِاَّنِفْيٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍتِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن
Artinya : “Dan dia yang menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.”(QS. Al-
Jasiyah/45:13)
Alam semesta diciptakan sebagai rezeki. Akan tetapi, rezeki tersebut berupa sesuatu yang
masih perlu diolah. Manusia dengan segala potensinya harus berusaha mengubahnya menjadi
barang jadi sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang paling pokok adalah makan dan
minum, meski untuk saak ini masih banyak kebutuhan yang di perlukan oleh manusia.
Salah satu tujuanekonomi islam adalah mencapai masyarakat sejahtera. Masyarakat sejahtera
menurut ajaran Islam telah digambarkan oleh Al-Qur’an sengan istilah baldatun tayyibatun
wa rabbun gafur.
َلَقْدَك اَنِلَسَبٍاِفْيَم ْس َك ِنِهْم ٰا َيٌۚة َج َّنٰت ِنَع ْنَّيِم ْيٍنَّو ِش َم اٍۗل ُک ُلْو اِم ْنِّر ْز ِقَر ِّبُك ْم َو اْشُك ُرْو اَلۗٗه َبْلَد ٌةَطِّيَبٌةَّو َر ٌّبَغ ُفْو ٌر
Artinya : “Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman
mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan disebelah kiri, (kepada mereka
dikatakan) makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun.” (Q.S Saba’/34:15)
Masyarakat makmur, damai, dan adil baru akan terwujud jika masyarakat itu menjalankan
prinsip-peinsip yang digariskan oleh agama. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyerukan
penggunaan kerangka kerja perkenomian Islam, diantaranya Firman Allah swt dalam QS. Al-
Baqarah/2:168
ٰٓيَاُّيَهاالَّناُس ُك ُلْو اِمَّم اِفىاَاْلْر ِضَح ٰل اًل َطِّيًبۖا َّو اَل َتَّتِبُعْو اُخ ُطٰو ِتالَّش ْيٰط ِۗن ِاَّنٗه َلـُك ْمَع ُد ٌّو ُّم ِبْيٌن
Artinya : “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baiuk yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu masih yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah/2:168)
Melalui pemahaman terhadap uraian tersebut, jelaslah bahwa ekonomi yang berlandaskan
ajaran Islam adalah kegiatan perkenomian yang paling unggul, karena akan menciptakan
pelaku bisnis yang berakhlak mulia.
3) Khiyar
Khiyar adalah masa memilih untuk melanjutkan transaksi atau membatalkannya. Tujuan
Khiyar adalah agar tidak terjadi penyesalan dalam transaksi, karena belum dipikirkan secara
matang transaksi yang akan dilakukan.
Praktik jual beli baik hendaknya menimbulkan sikap dan perilaku sebagai berikut :
1) Menumbuhkan dan membina ketentraman jiwa dan kebahagiaan.
2) Keuntungan yang diperoleh dipergunakan untuk memenuhi nafkah keluarga.
3) Sebagai sarana ibadah.
4) Menolak kemungkaran.
c. Macam-macam riba
1) Riba Fadli yaitu tukar menukar barang sejenis tetapi tidak sama timbangan, ukuran
dan kualitasnya.
2) Riba Qordi yaitu riba yang disebabkan utang piutang yang dikenakan bunga tinggi.
3) Riba Nasi’ah yaitu tambahan bunga atau rente berganda.
4) Riba Yad yaitu riba yang disebabkan terpisahnya tempat akad atau tempat transaksi
sebelum serah terima barang.
d. Bahaya Riba
1. Adanya pihak yang dirugikan, yaitu mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan
kepada pihak yang berhutang.
2. Dapat memupuk sifat rakus, tamak, dan bahil serta tidak peduli terhadap sesama.
3. Dibenci oleh Allah SWT (QS Al- Baqarah/2: 279)
4. Mendapat hukuman di dunia dan di akhirat dari Allah SWT, seperti hartanya tidak
berkah dan tidak bertambah (QS Ar-Rum/30: 39) serta jiwanya tidak tenang (QS AL
Baqarah/2: 275)
5. Terjadi kesenjangan dalam masyarakat karena uang hanya beredar pada orang-orang
tertentu.
a) Syirkah (Perseroan), yaitu persetujuan dua orang atau lebih untuk membuka perusahaan
dengan tujuan berbagi keuntungan. Kerja sama ini biasanya meliputi modal dan jasa,
persentase kepemilikan saham, pemilik dan pengelola, dan bidang apasaja yang akan digarap
bersama. Syirkah terbagi dua, yaitu sebagai berikut :
1) Syirkah inan (serikat harta), yaitu akad yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan suatu bisnis atas dasar membagi untung dan rugi sesuai
dengan jumlah modalnya masing-masing.
2) Syirkah ‘abdan (serikat kerja), yaitu perserikatan antara dua orang atau lebih untuk
melakukan usaha/perkerjaan yang hasilnya dibagi di antara mereka menurut perjanjian.
Misalnya, perserikatan dalam usaha konveksi, bangunan, dan lain sebagainya.
a) Manfaat serikat kerja antara lain sebagai berikut.
1) Menjalin hubungan persaudaraan, khususnya sesame anggota serikat.
2) Memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota serikat.
3) Menyelesaikan dengan baik pekerjaan-pekerjaan besar yang tidak dapat dikerjakan
sendiri dan hasilnya untuk kepentingan umat manusia. Misalnya, membuat alat-alat
transportasi, seperti kapal laut, pesawat udara, kereta api, dan berbagai jenis barang
tambang, seperti minyak, batu bara, dan lain-lain.
4) Menciptakan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi,
dan kebudayaan serta dalam bidang pertahanan dan keamanan (HANKAM).
b) Macam-macam serikat kerja antara lain sebagai berikut.
1) Qirad, yaitu pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk usaha atau
dagang. Sedangkan keuntungan dibagi antara keduanya sesuai dengan perjanjian.
Modal dalam qirad dapat berupa uang atau berupa benda yang dapat diperhitungkan
harganya.
2) Musaqah, yaitu kerja sama antara pemilik kebun dengan pemelihara kebun disertai
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya ditentukan menurut kesepakatan bersama.
3) Muzara’ah, yaitu kerja sama antara pemilik tanah (sawah/ladang) dan penggarap
dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama,
sementara bibit atau benih dari penggarap dan penggarap yang wajib mengeluarkan
zakatnya.
4) Mukhabarah, yaitu kerja sama antara pemilik tanah (sawah/ladang) dan penggarap
dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama,
sementara bibit atau benih dari pemilik tanah dan pemilik tanah yang wajib
mengeluarkan zakatnya.
b) Asuransi Syariah
1) Pengertian
Asuransi syariah adalah asuransi yang memiliki landasan saling menggung atau saling
menjamin. Pengertian ini mengandung pemahaman saling memikul risiko diantara sesame
sehingga antara yang satu dengan yang lain saling menanggung atas risiko yang terjadi.
Saling pikul ini dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara
masing-masing mengeluarkan dana tabaruk atau dana ibadah. Dengan demikian, asuransi
syariah mengandung prinsip-prinsip tauhid, saling menyayangi, saling membantu, serta saling
melindungi dan bertanggung jawab kepada sesame muslim dan manusia pada umumnya.
2) Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Biasa
a) Pada asuransi syariah ada Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi
produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dana. Adapun pada asuransi
konvensional tidak dikenal adanya Dewan Pengawas Syariah.
b) Akad yang akan dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan tolong-menolong
dan bukan akad jual beli.
c) Investasi dana pada asuransi syariah berdasarkan bagi hasil (mudarabah) dan tidak
ada unsure riba, maisir, dan garar sebagai landasan investasi sebab mereka yang
meninggal, mengundurkan diri, atau membatalkan kontrak dapat mengambil
dananya kembali dengan dipotong sedikit dana tabaruk walaupun baru membayar
premi beberapa kali ansuran.
d) Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta.
e) Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola, sedangkan pada
asuransi biasa (konvensional), dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik
perusahaan sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasi.
f) Masalah klaim pada asuransi syariah diambil dari rekening tabaruk seluruh nasabah.
Oleh karena itu, sejak awal nasabah sudah ikhlas ada sebagian dana yang dipakai
untuk tolong-menolong bila di antara nasabah terkena musibah. Adapun pada
asuransi biasa (konvensional) pembayaran klaim diambil dari rekening perusahaan.
g) Pada asuransi syariah, keuntungan yang diperoleh dibagi antara perusahaan dan
peserta sesuai dengan prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan,
sedangkan pada asuransi biasa (konvensional) seluruh keuntungan menjadi milik
perusahaan.
KESIMPULAN
Ekonomi islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun Islam dan rukun Iman. Adapun prinsinp dasar dari ekonomi Islam
yaitu, tauhid, ahlak, dan keseimbangan. Karakteristik dari ekonomi Islam antara lain:
- Harta yang ada di dunia ini milik Allah
- Ekonomi terikat dengan akidah, syariah, dan mal
- Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan
kepentingan umum.