Disusun oleh :
Baharudin (2005026063)
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami akan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat untuk mengerjakan makalah yang berjudul Wawasan Rancang Bangun
Ekonomi Islam ini dapat diselesaikan.
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah tentang
wawasan rancang bangun ekonomi islam dan juga untuk membantu para mahasiswa dalam
mempelajari lebih lanjut tentang pengantar ekonomi islam.
Penulis
2
3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan.....................................................................................................................................19
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi islam telah ada sejak zaman rasulullah SAW. Sesuai QS. Al-Ahzab: 21
bahwa Rasulullah SAW yang menjadi seri tauladan manusia telah mempraktikan
bagaiamana ekonomi islam yang benar menurut syariat Islam. Sebelum adanya
Rasulullah SAW. Masyarakat Makkah masih banyak yang melakukan pelanggaran
dalam melakukan perdagangan. Berdagang merupakah salah satu kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dengan adanya contoh yang diperaktikan
Rasulullah SAW. Maka seharusnya dalam segala hal khususnya ekonomi harus sesuai
yang diperaktikannya.
Ekonomi islam adalah sistem yang lahir dari ilahi dan diterangkan secara jelas
oleh-Nya.maka sumber utama untuk ekonomi islam adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Maka untuk hal kesempurnaan ekonomi islam merupakan sistem yang terbaik. Berbeda
dengan ekonomi konvensional yang ditemukan oleh orang barat yang masih ditemukan
kecacatan dari segi autentik, Maka banyak ditemukan kasus lapangan yang tidak jelas
dan menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat.
Dewasa ini, ekonomi islam mulai tumbuh dan berkembang. Khusus negara
Indonesia ekonomi islam mulai berkembang setelah keluarnya Undang-undang No.3
Tahun 2006 yang memberikan kewenangan bagi Peradilan Agama untuk menangani
perkara ekonomi islam. Bahkan negara Indonesia memperkuat ekonomi islam dengan
mengeluarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara dan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat rumusan masalah sebagai berikut.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi islam;
2. untuk mengetahui nilai-nilai universal dalam ekonomi Islam;
3. untuk mengetahui epistomologi dan sumber-sumber yang dipergunakan dalam
ekonomi Islam;
4. untuk mengetahui masalah pokok dalam ekonomi;
5. untuk mengetahui konsep harta dan kepemilikan Islam.
D. Manfaat
Adapun manfaat makalah ini sebagai berikut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam KBBI, dasar bermakna alas atau fondasi. Tanpa adanya dasar yang jelas
maka sesuatu yang telah dibangun untuk mecapai tujuan akan menjadi gagal.
Maka dengan adanya pengertian di atas, maka nilai-nilai dasar ekonomi islam adalah
penyempurnaan kegiatan ekonomi dengan dasar ekonomi islam. Nilai dasar ekonomi
7
islam dalah seperangkat nilai yang telah diyakini segenap keimanan, murni dorongan hati,
dimana ia akan menjdi landasan paradigma ekonomi islam. Nilai-nilai dasar tersebut
diambil dari Al-qur’an dan as-Sunnah, maka perintah untuk menjalankan ekonomi islam
telah diatur secara kontekstual di dalam Al-qur’an dan as-Sunnah. Kemudian sebagai
ekonomi yang bersifat Rabbani maka ekonomi islam mempunyai sumber «nilai-nilai
normatif-imperatif » (meminjam istilah dari Ismail Al-Faruqi), sebagai panduan serta
pedoman yang mengikat. Dengan berpegang teguh kepada aturan ketuhanan, setiap
perbuatan harus mempunyai unsur moral, etika, syariat yang islami, dan ibadah. Setiap
orang memiliki keterkaitan dengan nilai, nilai secara vertikal dan nilai secara harizontal.
Secara vertikal, nilai merefleksikan moralitas yang baik. Secara harizontal, nilai memberi
manfaat bagi manusia dan makhluk lainya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar
tangan dan murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat yang harus dimiliki pelaku ekonomi
untuk mendaptkan rahmat dan keberkahan dari Tuhan, baik selaku pedagang/ pebisnis,
produsen, konsumen, debitor, maupun kreditor.
Prinsip atau nilai yang menjadi dasar pengembangan ekonomi islam terdiri dari 5
(lima) nilai universal, yaitu :tauhid (keimanan), a ‘adl (keadilan), nubuwah (kenabian),
khilafah (pemerintah), dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar untuk menyusun
proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.
8
Tentang ketidakmerataan karunia tuhan atau nikmat kekayaan yang diberikan kepada
makhluk-Nya merupaka kuasa atau kehendak Allah semata. Dengan tujuan agar
mereka yang diberi rizki oleh tuhan, maka akan bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan tuhan kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Dan disi lain juga
memberikan hak atas riski yang telah diberikan tuhan, yaitu dengan bersedekah dan
membantu orang lain.
Ketiga, secara horizontal iman kepada Hari Akhir (kiamat) akan mempengaruhi
kualitas manusia dalam aktivitas ekonomi. Sebelum melakukan sesuatu akan berfikir
panjang. Hal ini bermaksud agar setiap individu mempertimbangkan akibat agar tidak
hanya memikirkan kenikmatan sesaat, akan tetapi selalu berfikir akibat baik dan
buruknya jauh ke depan. Karena kehidupan dunia hanya “cuman istirahat sebentar”
untuk mencari bekal kelak di akhirat.
2. A’adl (keadilan)
Allah adalah sang pencipta segala isi yang ada di muka bumi ini, dan adl
(keadilan )merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua manusia itu
sama (egalitarianisme) di hadapan-Nya dan memiliki potensi yang sama dalam
berbuat baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya hanya tingkat ketaqwaan setiap
individunya. Implikasi prinsip ‘adl (keadilan) dalam ekonomi islam ialah: pemenuhan
kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat, sumber pendapatan yang terhormat,
distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata, dan pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi yang baik. (Karim, 2003:8-9). Di dalam QS. Al-Anam ayat 152 yang intinya
bahwa Allah menyuruh kepada manusia agar berbuat adil dalam segala hal, terutama
bagi para penguasa yang dimanahi kekuasaan dan para pembisnis atau pedagang yang
senantiasa berhubungan dengan transaksional bermu’amalat atau berniaga.
3. Nubuwah (kenabian)
Allah menciptakan manusia di dunia ini tanpa adanya petunjuk. Maka dari itu
diutuslah kekasih Allah yang dinamakan nabi atau rasul untuk membawa petunjuk
dan pembimbing untuk hamba-Nya. Para nabi dan rasul menyampaikan petunjuk
Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik, benar, dan berkah di
dunia, dan mengajarkan jalan/cara untuk kembalu kepada Allah jika ia melakukan
kesalahan atau kekhilafan (taubah).
Tugas rasul telah diterangkan dalam hadist yang artinya “ Sesungguhnya aku ditus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (termaktub dalam shahih bukhari).
Kemudia ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qalam:4 melalui firman-Nya
9
yang berarti: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung”, di dalam QS. Al-Ahzab:21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” Dari firman Allah SWT dan hadist maka dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam segala hal kita harus mencontoh Rasulullah SAW, tak terkecuali dalam bidang
ekonomi dan bisnis. Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan menjadi
penyempurna dalam ajaran yang dibawa rasul-rasul terdahulu sebelum nabi
Muhammad SAW. Nabi Muhammad memiliki 4 (empat) sifat yang sering dijadikan
ladasan dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk dalam aktivitas ekonomi dan
bisnis. Berikut penjelasan implementasi menurut (al-Diwany,2003:1610):
Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi hidup
setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan mencul konsep turunan, yaitu efektivitas
dann efesiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk tujuan yang tepat (on time) dan benar
(all right), sedangkan efesiensi adalah melakukan efektivitas dengan benar dan hemat,
maksudnya menggunakan teknik dan metode yang tidak menyebabkan kemubadziran.
4. Khilafah (pemerintah)
Allah menciptakan manusia berbanga-bangsa, bernegara. Rasulullah SAW adalah
leadership di dua negara sekaligus, di kota Madinah dan kota mekkah. Khilafah
merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin (khalifah) di dunia ini
dengan dianugrahi seperangkat potensi mental dan spiritual oleh Allah SWT, serta
disediakan SDA yang dapat diambil manfaatnya untuk keberlangsungan hidup.
Implikasi dari prinsip khilafah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah :
persaudaraan universal kepercayaan bahwa sumber daya adalah amanah, hak dan
10
kewajiban yang harus dipenuhi, dalam menuju tujuan ekonomi islam yakni maqashid
as-syariah, yang mana dalam perspektif Al-Ghazali adalah untuk menciptakan
kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan menjaga atau
melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa (hifzu an-nafs), akal (hifzu al-‘aql), keturunan
(hifzu an-nashl) dan harta manusia (hifzu al-mal).
5. Ma’ad (hasil)
Dalam perspektif islam dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan
tempat bagi manusia untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal
soleh. Semua amal yang telah dilakukan selama di dunia akan dibalas oleh Allah
SWT sesuai amal yang dilakukan.
Menurut imam Ghazali implikasi konsep ma’ad (hasil) dalam kehidupan ekonomi
dan bisnis misalnya, mendapatka profit/laba sebagai kotivasi para pelaku bisnis. Laba
tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan diteria di akhirat (Karim,
2003: 11-12).
a. Al quran adalah firman Allah SWT , wahyu yang datang dari Allah Yang Maha
Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (Alquran) pun menjadi mulia dan
agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan
dihormati.
11
b. Al quran adalah mukjizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai
dengan Alquran, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. Alquran itu diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril.Hikmahnya adalah hendaknya Alquran masuk ke dalam hati kita. Perubahan
perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan
Alquran,maka Alquran akan mendorong kita untuk menerapkannya
danmemasyarakatkannya..
d. Alquran disampaikan secara mutawatir. Alquran dihafalkan dan ditulis oleh
banyak sahabat. Secara turun-temurun Alquran itu diajarkan kepada generasi
berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian
Alquran terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian Alquran.
e. Membaca Alquran bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT.
Sunah secara harfiah berarti “cara, adat istiadat, kebiasaan hidup” mengacu pada
perilaku Nabi Muhammad SAW yang dijadikan teladan. Sunah sebagian besar
didasarkan pada praktik normatif masyarakat di jamannya. Suatu Sunah harus
dibedakan dari hadis yang biasanya merupakan cerita singkat, yang pada pokoknya
berisi informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak disetujui
oleh Nabi Muhammad SAW, atau informasi mengenai sahabatsahabatnya. Oleh
karena itu, hadis adalah sesuatu yang bersifat teoritik,
12
3. Ijma
Ijma sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari masyarakat
maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara sunah dan ijma
terletak pada kenyataan bahwa sunah pada pokoknya terbatas pada ajaran-ajaran Nabi
dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan sumber bagi penyampaiannya.
Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat dari
penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang
ekonomi.
4. Ijtihad Dam Qiyas
Secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Pengaruh hukumnya ialah bahwa
pendapat yang diberikannya mungkin benar, walaupun mungkin juga keliru. Maka
ijtihad mempercayai sebagian pada proses penafsiran dan penafsiran kembali, dan
sebagian pada deduksi analogis dengan penalaran. Tetapi ketika asas-asas hukum
telah ditetapkan secara sistematik, hal itu kemudian digantikan oleh qiyas. Terdapat
bukti untuk menyatakan bahwa kebanyakan para ahli hukum dan ahli teologi
menganggap qiyas sah menurut hukum, tidak hanya aspek intelektual tetapi juga
dalam aspek syariat.
Menurut para ahli hukum, perluasan undang-undang melalui analogi tidak
membentuk ketentuan hukum yang baru, melainkan hanya membantu untuk
menemukan hukum.
Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya
dalam Alquran dan hadis dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, qiyas
adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada
nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum. Dengan demikian, qiyas
penerapan
hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan
illat akan melahirkan hukum yang sama pula
13
D. Masalah Pokok dalam Ekonomi
1. Ekonomi klasik
Menurut teori ekonomi klasik atau ekonomi tradisional ada 3 masalah pokok
ekonomi, disebut sebagai masalah pokok ekonomi tradisional. Ketiga masalah pokok
ekonomi tradisional tersebut meliputi masalah produksi, masalah distribusi, dan
masalah konsumsi. Adanya permasalahan tersebut akan memancing upaya untuk
menyelesaikan masalah pokok ekonomi.
a. Masalah Produksi
b. Masalah Distribusi
c. Masalah Konsumsi
Permasalahan konsumsi menyangkut kegiatan menghabiskan atau mengurangi
kegunaan suatu barang/jasa. Masalah yang muncul dalam kelompok konsumsi
adalah memanfaatkan barang/jasa dengan tepat. Jika tidak dapat termanfaatkan
dengan baik maka akan menjadi sia – sia. Masalah dalam konsumsi harus mampu
dijawab oleh pelaku produksi agar dapat menyediakan barang/jasa yang baik
sesuai yang dibutuhkan. Pada pihak pelaku konsumsi juga harus bisa
meningkatkan pendapatan agar dapat menjangkau barang/jasa yang disediakan
pihak produksi.
14
a. What: apa yang akan diproduksi dan berapa banyak?
Untuk mengetahui apa saja dan berapa banyak produk yang perlu diproduksi
untuk memenuhi keinginan konsumen, pihak produsen harus memiliki penilaian
berdasarkan kesesuaian kebutuhan terlebih dahulu.
15
pasar yang tepat. Dengan mentarget pembeli yang tepat, barang/jasa akan
termanfaatkan dengan baik.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29-32)
16
Harta mitsli dan qimi sebagai sesatu yang memiliki persamaan atau kesetaraan
di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya atau kesatuannya. harta
yang ada duanya atau dapat ditukar dengan hal serupa dan sama disebut mitsli dan
harta yang tidak duanya atau berbeda secara tepat disebut qimi.
g. Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur
Harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikian baik
individu, umum atau negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya yaitu
tidak ada yang memiliki. sedangkan, harta mahjur yaitu harta yang tidak boleh
dimilikioleh pribadi.
h. Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi
Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan. harta yang dapat dibagi yaitu harta tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti beras. sedangkan,
harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta menimbulkan kerugian atau kerusakan
apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.
17
i. Harta Pokok dan Hasil
Harta pokok ialah harta yang mungkin menumbulkan harta lain atau dalam
istilah ekonomi disebut harta modal.
Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang
kepemilikan harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum
Islam yang menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan
harta itu secara khusus melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan
properti oleh seorang individu, dengan cara yang sah, memberikan hak kepadanya
untuk memiliki hubungan eksklusif dengan properti itu, menggunakan atau
menanganinya selama tidak ada hambatan hukum untuk berurusan seperti itu.
Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya seluruh harta atau
kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran surat Al-
maidah:20 “Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa-
apa yang belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat umat yang
lain.” Dalam Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau
individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik negara.
18
Selain kepemilikan pribadi Islam juga mengakui kepemilikan umum dan
Negara. kepemilikan umum meliputi mineral padat, cair dan gas yang asalnya dari
dalam perut bumi. benda benda tersebut dimasukkan ke dalam golongan milik
umum karena memiliki kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut
hajat hidup masyarakat itu sendiri sehingga dimasukkan kedalam golongan harta
milik umum dan dikelola oleh negara. sedangkan, harta milik negara yaitu segala
bentuk penarikan yang dilakukan oleh negara secara syari kepada masyarakatnya
seperti pajak, hasil pengelolahan pertanian, perdagangan dan industri yang masuk
kedalam kas negara. harta milik negara ini kemudian dibelanjakan untuk
kepentingan warganya.
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
20
Daftar Pustaka
Adinugraha, Hendri Hermawan. "Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi
Islam." MEDIA 21.1 (2013).
Laluddin, H, Mohamad, MN, Nasohah, Z & Ahmad,S. 2012.” Property and ownership
Rightform an Islamic Prespective” Advances in Natural and Applied Sciences, Vol 6,
no.7, pp. 1124-1129.
Murlan, Eka. 2012.” Konsep kepmilikan harta dalam Ekonomi Islam menurut Afzalur
rahman di Buku Economic Doctrines of Islam.”Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim
21