Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Wawasan Rancang Bangun Ekonomi Islam

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Elysa Najachah, S.E.I., M.A.

Disusun oleh :

Refi Solekha Noviana (2005026038)

Lailatul Fitria (2005026043)

Ifa Nurjanah (2005026059)

Baharudin (2005026063)

Diana Pangestuti (2005026064)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami akan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat untuk mengerjakan makalah yang berjudul Wawasan Rancang Bangun
Ekonomi Islam ini dapat diselesaikan.

Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah tentang
wawasan rancang bangun ekonomi islam dan juga untuk membantu para mahasiswa dalam
mempelajari lebih lanjut tentang pengantar ekonomi islam.

Kamipun sadar akan kekurangan-kekurangan dalam makalah yang berjudul


Wawasan Rancang Bangun Ekonomi Islam ini. Oleh karena itu kami sangat menghargai
tanggapan-tanggapan ataupun kritikan kritikan yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini.

Semarang, 9 september 2020

Penulis

2
3
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................................5
D. Manfaat........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam.................................................................................................6


B. Nilai-nilai dasar Ekonomi Islam.................................................................................................6
C. Sumber Hukum Ekonomi Islam...............................................................................................10
D. Masalah Pokok dalam Ekonomi...............................................................................................13
E. Konsep Harta dan Kepemilikan Islam.....................................................................................15
BAB III PENUTUP

A. Simpulan.....................................................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi islam telah ada sejak zaman rasulullah SAW. Sesuai QS. Al-Ahzab: 21
bahwa Rasulullah SAW yang menjadi seri tauladan manusia telah mempraktikan
bagaiamana ekonomi islam yang benar menurut syariat Islam. Sebelum adanya
Rasulullah SAW. Masyarakat Makkah masih banyak yang melakukan pelanggaran
dalam melakukan perdagangan. Berdagang merupakah salah satu kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Dengan adanya contoh yang diperaktikan
Rasulullah SAW. Maka seharusnya dalam segala hal khususnya ekonomi harus sesuai
yang diperaktikannya.

Ekonomi islam adalah sistem yang lahir dari ilahi dan diterangkan secara jelas
oleh-Nya.maka sumber utama untuk ekonomi islam adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah.
Maka untuk hal kesempurnaan ekonomi islam merupakan sistem yang terbaik. Berbeda
dengan ekonomi konvensional yang ditemukan oleh orang barat yang masih ditemukan
kecacatan dari segi autentik, Maka banyak ditemukan kasus lapangan yang tidak jelas
dan menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat.

Dewasa ini, ekonomi islam mulai tumbuh dan berkembang. Khusus negara
Indonesia ekonomi islam mulai berkembang setelah keluarnya Undang-undang No.3
Tahun 2006 yang memberikan kewenangan bagi Peradilan Agama untuk menangani
perkara ekonomi islam. Bahkan negara Indonesia memperkuat ekonomi islam dengan
mengeluarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara dan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Walaupun ekonomi islam telah berkembang di dunia namun keberadaannya berada


di bawah setelah ekonomi konvensional. Ekonomi islam hanya sebagai pemecah
masalah setelah benar-benar ekonomi konvensional tidak mampu menjawab masalah
ekonomi. Ekonomi islam yang berada di negara negara islam seperti Malaysia sendiri
telah mendapat tempat yang tinggi yakni sebagai badan yang dibawah langsung oleh
kesultanan dan berdiri sendiri tanpa pengaruh ekonomi konvensional. Ini menjadikan
ekonomi islam di negara yang sistem negara islam sudah menempatkan ekonomi islam
semaksimal mungkin. Berbeda dengan Indonesia yang belum membuat ekonomi Islam
berdiri sendiri.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apa prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi islam ?


2. Bagaimana nilai-nilai universal dalam ekonomi Islam?
3. Bagaimana epistomologi dan sumber sumber yang dipergunakan dalam ekonomi
Islam?
4. Bagaimana masalah pokok dalam ekonomi ?
5. Bagaimana konsep harta dan kepemilikan Islam?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1. untuk mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi islam;
2. untuk mengetahui nilai-nilai universal dalam ekonomi Islam;
3. untuk mengetahui epistomologi dan sumber-sumber yang dipergunakan dalam
ekonomi Islam;
4. untuk mengetahui masalah pokok dalam ekonomi;
5. untuk mengetahui konsep harta dan kepemilikan Islam.

D. Manfaat
Adapun manfaat makalah ini sebagai berikut.

1. Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam ekonomi islam.


2. Agar dapat mengetahui nilai-nilai universal dalam ekonomi Islam.
3. Agar dapat mengetahui epistomologi dan sumber sumber yang dipergunakan dalam
ekonomi Islam.
4. Agar dapat mengetahui masalah pokok dalam ekonomi.
5. Agar dapat mengetahui konsep harta dan kepemilikan Islam.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam


Terkait prinsip, Adiwarman Karim (2007: 33-46 ) Ekonomi Islam membagi menjadi
3 (tiga) prinsip yakni : multiple ownership, freedom to act, dan social justice.
1. Multiple Ownership
Manusia diberi amanah untuk mengelolanya sedangkan kepemilikan manusia
terhadap dunia ini hanyalah sekedar pengelolaanya. Allah SWT. adalah pemilik atas
segala yang ada di bumi seisinya. Jadi manusia dianggap sebagai pemilik sekunder,
dengan ini maka kepemilikan terhadap pribadi atau swasta diperbolehkan dalam
islam. Namun karena menyangkut hajat banyak orang dan supaya tidak terjadi
kedzoliman maka Negara yang memegang kepemilikan sekunder tersebut.
2. Freedom to Act
Dengan berpegang teguh pada prinsip-pinsip ajaran nabi Muhammad SAW.
Segala hal akan menjadikan pribadi-pribadi yang professional dalam segala bidang.
Empat sifat Nabi Muhammad SAW. Yakni : shiddiq, amanah, tabliq, fatonah.
Merupakan sifat yang harus dimiliki seorang dalam melakukan segala bidang,
terutama Ekonomi Islam
3. Social Justice
Negara berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dan menjamin
keselamatan. Dengan adanya khilafah (sistem kenegaraan) maka setiap hal harus
mempersentasikan hasil terhadap rakyat. Sistem yang adil merupakan hal yang utama
untuk menjamin kebutuhan rakyat.

B. Nilai-nilai dasar Ekonomi Islam


Di dalam KBBI, nilai diartikan sebagai sesuatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya. Dari arti tersebut dapat diiambil satu kata yakni
menyempurnakan. Kata menyempurnakan memiliki hubungan dengan sesuatu yang harus
mendapatkan pembaharuan.

Di dalam KBBI, dasar bermakna alas atau fondasi. Tanpa adanya dasar yang jelas
maka sesuatu yang telah dibangun untuk mecapai tujuan akan menjadi gagal.

Maka dengan adanya pengertian di atas, maka nilai-nilai dasar ekonomi islam adalah
penyempurnaan kegiatan ekonomi dengan dasar ekonomi islam. Nilai dasar ekonomi

7
islam dalah seperangkat nilai yang telah diyakini segenap keimanan, murni dorongan hati,
dimana ia akan menjdi landasan paradigma ekonomi islam. Nilai-nilai dasar tersebut
diambil dari Al-qur’an dan as-Sunnah, maka perintah untuk menjalankan ekonomi islam
telah diatur secara kontekstual di dalam Al-qur’an dan as-Sunnah. Kemudian sebagai
ekonomi yang bersifat Rabbani maka ekonomi islam mempunyai sumber «nilai-nilai
normatif-imperatif » (meminjam istilah dari Ismail Al-Faruqi), sebagai panduan serta
pedoman yang mengikat. Dengan berpegang teguh kepada aturan ketuhanan, setiap
perbuatan harus mempunyai unsur moral, etika, syariat yang islami, dan ibadah. Setiap
orang memiliki keterkaitan dengan nilai, nilai secara vertikal dan nilai secara harizontal.
Secara vertikal, nilai merefleksikan moralitas yang baik. Secara harizontal, nilai memberi
manfaat bagi manusia dan makhluk lainya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar
tangan dan murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat yang harus dimiliki pelaku ekonomi
untuk mendaptkan rahmat dan keberkahan dari Tuhan, baik selaku pedagang/ pebisnis,
produsen, konsumen, debitor, maupun kreditor.

Prinsip atau nilai yang menjadi dasar pengembangan ekonomi islam terdiri dari 5
(lima) nilai universal, yaitu :tauhid (keimanan), a  ‘adl (keadilan), nubuwah (kenabian),
khilafah (pemerintah), dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar untuk menyusun
proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.

1. Tauhid (Keesaan Tuhan)


Tauhid merupakan dasar terdalam dari manusia yakni tentang keimanan. Tauhid
merupakan fondasi fundamental ajaran Islam. Tauhid membentuk 3 (tiga ) asas pokok
filsafat ekonomi Islam, yaitu :
Pertama, dunia dengan segala isinya adalah milik allah swt dan berjalan menurut
kehendak-Nya” (QS. Al-Ma’idah :20, QS. Al-Baqarah :6). Manusia sebagai khilafah-
Nya hanya mempunyai hak kepimpinannya (khilafat) dan pengelolaan yang tidak
mutlak /absolut,  serta harus tunduk melaksanakan hukum-Nya. Implikasi dari status
kepemilikan menurut islam adalah hak manusia atas barang atau jasa itu terbatas. Hal
ini jelas berbed dengan sistem kpitas yang merugikan orang dan pada sisitem sosialis
yang dilakukan oleh kaum protokoler.
Kedua, “Allah SWT adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk
kepada-Nya.” 9QS. Al-An’am:142-145, QS. An-Nahl:10-16, QS. Fathir:27-29, QS.
Az-Zumar:21). Dalam pandangan islam, kehidupan dunia hnya sebatas ujian dan
sementara (tidak kekal atau abadi), dengan balasan hadiah yang istimewa yakni
surgayang abadi bagi mereka yang dikasihi-Nya, sebagai sesuatu yang sifatnya non-
materil, yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak dapat diukur dengan sesuatu
yang pasti (absolut), dan ini sulit untuk dimasukan ke dalam ekonomi konvensional.

8
Tentang ketidakmerataan karunia tuhan atau nikmat kekayaan yang diberikan kepada
makhluk-Nya merupaka kuasa atau kehendak Allah semata. Dengan tujuan agar
mereka yang diberi rizki oleh tuhan, maka akan bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan tuhan kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Dan disi lain juga
memberikan hak atas riski yang telah diberikan tuhan, yaitu dengan bersedekah dan
membantu orang lain.
Ketiga, secara horizontal iman kepada Hari Akhir (kiamat) akan mempengaruhi
kualitas manusia dalam aktivitas ekonomi. Sebelum melakukan sesuatu akan berfikir
panjang. Hal ini bermaksud agar setiap individu mempertimbangkan akibat agar tidak
hanya memikirkan kenikmatan sesaat, akan tetapi selalu berfikir akibat baik dan
buruknya jauh ke depan. Karena kehidupan dunia hanya “cuman istirahat sebentar”
untuk mencari bekal kelak di akhirat.
2. A’adl (keadilan)
Allah adalah sang pencipta segala isi yang ada di muka bumi ini, dan adl
(keadilan )merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua manusia itu
sama (egalitarianisme) di hadapan-Nya dan memiliki potensi yang sama dalam
berbuat baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya hanya tingkat ketaqwaan setiap
individunya. Implikasi prinsip ‘adl (keadilan) dalam ekonomi islam ialah: pemenuhan
kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat, sumber pendapatan yang terhormat,
distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata, dan pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi yang baik. (Karim, 2003:8-9). Di dalam QS. Al-Anam ayat 152 yang intinya
bahwa Allah menyuruh kepada manusia agar berbuat adil dalam segala hal, terutama
bagi para penguasa yang dimanahi kekuasaan dan para pembisnis atau pedagang yang
senantiasa berhubungan dengan transaksional bermu’amalat atau berniaga.
3. Nubuwah (kenabian)
Allah menciptakan manusia di dunia ini tanpa adanya petunjuk. Maka dari itu
diutuslah kekasih Allah yang dinamakan nabi atau rasul untuk membawa petunjuk
dan pembimbing untuk hamba-Nya. Para nabi dan rasul menyampaikan petunjuk
Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik, benar, dan berkah di
dunia, dan mengajarkan jalan/cara untuk kembalu kepada Allah jika ia melakukan
kesalahan atau kekhilafan (taubah).
Tugas rasul telah diterangkan dalam hadist yang artinya “ Sesungguhnya aku ditus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (termaktub dalam shahih bukhari).
Kemudia ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qalam:4 melalui firman-Nya

9
yang berarti: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti
yang agung”, di dalam QS. Al-Ahzab:21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.” Dari firman Allah SWT dan hadist maka dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam segala hal kita harus mencontoh Rasulullah SAW, tak terkecuali dalam bidang
ekonomi dan bisnis. Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan menjadi
penyempurna dalam ajaran yang dibawa rasul-rasul terdahulu sebelum nabi
Muhammad SAW. Nabi Muhammad memiliki 4 (empat) sifat yang sering dijadikan
ladasan dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk dalam aktivitas ekonomi dan
bisnis. Berikut penjelasan implementasi menurut (al-Diwany,2003:1610):

Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi hidup
setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan mencul konsep turunan, yaitu efektivitas
dann efesiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk tujuan yang tepat (on time) dan benar
(all right), sedangkan efesiensi adalah melakukan efektivitas dengan benar dan hemat,
maksudnya menggunakan teknik dan metode yang tidak menyebabkan kemubadziran.

Kedua, Amanah (Responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas). Apabila sifat ini


diimplementasikan dalam praktek maka akan mebentuk pribadi yang kredibel dan
memiliki sikap penuh tanggung jawab.

Ketiga, Fathanah (kecerdasan, kebijaksanaan, profesionalitas, intelektualitas).


Sifat ini dapat dijadikan strategi dalam hidup, karena untuk mencapai ma’rifatullah ,
setiap individu harus mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya.
Yang menjadi pembeda dengan makhluk lainya, manusia diberikan tuhan
intelektualitas. Implikasi sifat ini adalah menerapkan kecerdasan untuk hal ekonomi
dan bisnis.

Keempat, Tabligh (komunikatif, transparansi, marketable). Merupakan soft kill


yang harus dimiliki setiap manusia, karena setiap peribadi mengemban tanggung
jawab untuk berdakwah. Sifat tabligh dalam ekonomi dan bisnis yaitu ilmu
komunikasi, seperti penjualan, pemaaran, periklanan, dan sebagainya.

4. Khilafah (pemerintah)
Allah menciptakan manusia berbanga-bangsa, bernegara. Rasulullah SAW adalah
leadership di dua negara sekaligus, di kota Madinah dan kota mekkah. Khilafah
merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin (khalifah) di dunia ini
dengan dianugrahi seperangkat potensi mental dan spiritual oleh Allah SWT, serta
disediakan SDA yang dapat diambil manfaatnya untuk keberlangsungan hidup.
Implikasi dari prinsip khilafah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah :
persaudaraan universal kepercayaan bahwa sumber daya adalah amanah, hak dan

10
kewajiban yang harus dipenuhi, dalam menuju tujuan ekonomi islam yakni maqashid
as-syariah, yang mana dalam perspektif Al-Ghazali adalah untuk menciptakan
kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan menjaga atau
melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa (hifzu an-nafs), akal (hifzu al-‘aql), keturunan
(hifzu an-nashl) dan harta manusia (hifzu al-mal).
5. Ma’ad (hasil)
Dalam perspektif islam dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan
tempat bagi manusia untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal
soleh. Semua amal yang telah dilakukan selama di dunia akan dibalas oleh Allah
SWT sesuai amal yang dilakukan.
Menurut imam Ghazali implikasi konsep ma’ad (hasil) dalam kehidupan ekonomi
dan bisnis misalnya, mendapatka profit/laba sebagai kotivasi para pelaku bisnis. Laba
tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan diteria di akhirat (Karim,
2003: 11-12).

C. Sumber Hukum Ekonomi Islam


1. AL-QURAN
Sumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Alquran. Alquran
merupakan amanat sesungguhnya yang disampaikan Allah melalui perantara Nabi
Muhammad SAW untuk membimbing umat manusia. Amanat ini bersifat universal,
abadi dan fundamental. Alquran adalah sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW (baik isi maupun redaksi) melalui perantaraan malaikat Jibril.
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Alquran sebagai berikut. “Alquran adalah Kalam
Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
termasuk ibadah”. Dari definisi di atas terdapat lima bagian penting berikut ini.

a. Al quran adalah firman Allah SWT , wahyu yang datang dari Allah Yang Maha
Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (Alquran) pun menjadi mulia dan
agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas, dimuliakan dan
dihormati.

11
b. Al quran adalah mukjizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai
dengan Alquran, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. Alquran itu diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril.Hikmahnya adalah hendaknya Alquran masuk ke dalam hati kita. Perubahan
perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan
Alquran,maka Alquran akan mendorong kita untuk menerapkannya
danmemasyarakatkannya..
d. Alquran disampaikan secara mutawatir. Alquran dihafalkan dan ditulis oleh
banyak sahabat. Secara turun-temurun Alquran itu diajarkan kepada generasi
berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian
Alquran terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian Alquran.
e. Membaca Alquran bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT.

2. Hadis Dan Sunah

Sunah secara harfiah berarti “cara, adat istiadat, kebiasaan hidup” mengacu pada
perilaku Nabi Muhammad SAW yang dijadikan teladan. Sunah sebagian besar
didasarkan pada praktik normatif masyarakat di jamannya. Suatu Sunah harus
dibedakan dari hadis yang biasanya merupakan cerita singkat, yang pada pokoknya
berisi informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak disetujui
oleh Nabi Muhammad SAW, atau informasi mengenai sahabatsahabatnya. Oleh
karena itu, hadis adalah sesuatu yang bersifat teoritik,

sedangkan sunah adalah pemberitaan sesungguhnya. Perbedaan antara hadis


dan sunah tidak perlu diperdebatkan, karena secara substansi keduanya sama. Hadis
dan sunah ini hadir sebagai tuntunan pelengkap setelah Alquran yang menjadi
pedoman hidup umat muslim dalam setiap tingkah lakunya menjadi sumber hukum
dari setiap pengambilan keputusan dalam ilmuekonomi Islam. Hadis dapat menjadi
pelengkap serta penjelas mengenai hukum ekonomi yang masih bersifat umum
maupun yang tidak terdapat di Alquran. Hadis dan Sunah merupakan salah satu
sumber hukum yang menjadi acuan setelah Alquran. Hubungan antara Sunah dengan
Alquran yaitu:

a. bayan tafsir, yaitu sunah yang menerangkan ayat-ayat yang sangat


umum, mujmal dan musytarak;
b. bayan taqriri, yaitu sunah yang berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan dalam ayat-ayat Alquran;
c. bayan taudih, yaitu sunah yang menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat
dalam Alquran.

12
3. Ijma
Ijma sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari masyarakat
maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara sunah dan ijma
terletak pada kenyataan bahwa sunah pada pokoknya terbatas pada ajaran-ajaran Nabi
dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan sumber bagi penyampaiannya.
Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat dari
penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang
ekonomi.
4. Ijtihad Dam Qiyas
Secara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Pengaruh hukumnya ialah bahwa
pendapat yang diberikannya mungkin benar, walaupun mungkin juga keliru. Maka
ijtihad mempercayai sebagian pada proses penafsiran dan penafsiran kembali, dan
sebagian pada deduksi analogis dengan penalaran. Tetapi ketika asas-asas hukum
telah ditetapkan secara sistematik, hal itu kemudian digantikan oleh qiyas. Terdapat
bukti untuk menyatakan bahwa kebanyakan para ahli hukum dan ahli teologi
menganggap qiyas sah menurut hukum, tidak hanya aspek intelektual tetapi juga
dalam aspek syariat.
Menurut para ahli hukum, perluasan undang-undang melalui analogi tidak
membentuk ketentuan hukum yang baru, melainkan hanya membantu untuk
menemukan hukum.
Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya
dalam Alquran dan hadis dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang
ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, qiyas
adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada
nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum. Dengan demikian, qiyas
penerapan
hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan
illat akan melahirkan hukum yang sama pula

13
D. Masalah Pokok dalam Ekonomi

1. Ekonomi klasik

Menurut teori ekonomi klasik atau ekonomi tradisional ada 3 masalah pokok
ekonomi, disebut sebagai masalah pokok ekonomi tradisional. Ketiga masalah pokok
ekonomi tradisional tersebut meliputi masalah produksi, masalah distribusi, dan
masalah konsumsi. Adanya permasalahan tersebut akan memancing upaya untuk
menyelesaikan masalah pokok ekonomi.

a. Masalah Produksi

Proses produksi dapat mencipta atau menambah kegunaan suatu barang/jasa


untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan manusia dapat terpenuhi jika barang/jasa
yang dibutuhkan tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, produsen harus
mengetahui barang/jasa apa saja yang dibutuhkan. Dengan melakukan kegiatan
produksi yang tepat akan mampu menghasilkan barang/jasa yang dibutuhkan.

b. Masalah Distribusi

Masalah distribusi menyangkut kegiatan menyalurkan barang dari produsen


kepada konsumen. Barang/jasa yang diproduksi akan termanfaatkan jika sampai
kepada yang membutuhkan. Masalah lain terkait masalah pokok ekonomi yang
menangani masalah tersebut adalah masalah distribusi. Yaitu menjawab masalah
bagaimana produk bisa terdistribusi secara baik hingga sampai kepada yang
membutuhkan.

c. Masalah Konsumsi
Permasalahan konsumsi menyangkut kegiatan menghabiskan atau mengurangi
kegunaan suatu barang/jasa. Masalah yang muncul dalam kelompok konsumsi
adalah memanfaatkan barang/jasa dengan tepat. Jika tidak dapat termanfaatkan
dengan baik maka akan menjadi sia – sia. Masalah dalam konsumsi harus mampu
dijawab oleh pelaku produksi agar dapat menyediakan barang/jasa yang baik
sesuai yang dibutuhkan. Pada pihak pelaku konsumsi juga harus bisa
meningkatkan pendapatan agar dapat menjangkau barang/jasa yang disediakan
pihak produksi.

2. Masalah Pokok Ekonomi Modern


Selain masalah pokok ekonomi tradisional yang telah diulas pada bahasan di atas,
ada juga masalah pokok ekonomi modern. Dalam masalah pokok ekonomi modern
membagi permasalah dalam ekonomi menjadi tiga, yaitu what (apa dan berapa
banyak), how(bagaimana), dan for whom (untuk siapa).

14
a. What: apa yang akan diproduksi dan berapa banyak?

Proses menentukan apa barang/jasa yang akan diproduksi merupakan masalah


pokok dan penting dalam ekonomi. Kesalahan dalam menentukan barang/jasa
yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerugian. Besarnya tingkat kerugian yang
dialami dapat menimbulkan kebangkrutan.

Pemilihan produk barang/jasa yang tepat juga perlu diimbangi dengan


penentuan berapa banyak produksi yang perlu dilakukan. Jumlah sumber daya
yang terbatas juga akan menjadi sia – sia jika tidak dimanfaatkan dengan baik.
Adanya barang/jasa yang menumpuk dan tidak terpakai merupakan suatu
pemborosan sumber daya. .

Untuk mengetahui apa saja dan berapa banyak produk yang perlu diproduksi
untuk memenuhi keinginan konsumen, pihak produsen harus memiliki penilaian
berdasarkan kesesuaian kebutuhan terlebih dahulu.

b. How: Bagaimana cara memproduksi?


Cara memproduksi suatu barang/jasa berkaitan dengan cara
mengkombinasikan sumber daya atau faktor produksi. Cara produksi barang/jasa
yang dipilih sebaiknya adalah cara yang paling efektif dan efisien. Dengan
demikian dapat dilakukan penghematan dalam proses produksi.
Penghematan dalam proses produksi dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Seperti mencari bahan baku dengan harga yang lebih murah tetapi tetap memiliki
kualitas yang baik. Menentukan jumlah karyawan yang diperlukan juga
dibutuhkan agar seimbang antara tenaga yang dibutuhkan dan tenaga yang
dibutuhkan untuk melakukan proses produksi.
Pemilihan teknologi dalam melakukan proses produksi juga perlu dilakukan.
Mesin – mesin modern tentu belum dibutuhkan untuk proses produksi skala kecil.
Apabila terdapat permintaan dalam skala besar maka penggunaan mesin modern
boleh menjadi pertimbangan.
Cara produksi yang paling membutuhkan biaya produksi akan membuat harga
barang/jasa menjadi relatif murah.
c. For Whom: untuk siapa barang dan jasa diproduksi?

Permasalahan ekonomi untuk siapa barang/jasa diproduksi merupakan


masalah yang menyangkut soal siapa yang memerlukan barang/jasa. Sehingga,
masalah ini  berkaitan dengan cara mendistribusikan barang atau jasa ke dalam

15
pasar yang tepat. Dengan mentarget pembeli yang tepat, barang/jasa akan
termanfaatkan dengan baik.

E. Konsep Harta dan Kepemilikan Islam


1. Pengertian Harta.
Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal secara bahasa berarti condong,
cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu yang
sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm
mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama-
ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan
tertentu dan hal itu terutama menyangkut yang kongkrit. Menurut para fuqaha, harta
dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur; Pertama, unsur ‘aniyyah dan Kedua,
unsur ‘urf. Unsur ‘aniyyah berarti harta itu berwujud atau kenyataan (a’yun). sebagai
contoh, manfaat sebuah rumah yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi
termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur ‘urf  adalah segala sesuatu yang dipandang
harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara 
sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat yang
bersifat madiyyah maupun ma’nawiyyah.Perlindungan Islam terhadap harta benda
seseorang tercermin dalam firmanNya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29-32)

2. Pembagian Jenis Jenis Harta.


a. Harta Mutaqawwim dan Harta Ghair al –mutaqawwim.
Harta mutaqawwim ialah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan pekerjaan
dan dibolehkan syara’ untuk  memanfaatkannya. Maksud pengertian harta ghair
al-Mutaqawwim merupakan kebalikan dari harta mutaqawwim, yakni segala
sesuatu yang tidak dapat dikuasai dengan pekerjaan dan dilarang oleh syara’ untuk
memanfaatkannya.
b. Mal Mitsli dan Mal Qimi

16
Harta mitsli dan qimi  sebagai sesatu yang memiliki persamaan atau kesetaraan
di pasar, tidak ada perbedaan yang pada bagian bagiannya atau kesatuannya. harta
yang ada duanya atau dapat ditukar dengan hal serupa dan sama disebut mitsli dan
harta yang tidak duanya atau berbeda secara tepat disebut qimi.

c. Mal Istihlak dan Mal Isti’mal


Harta istihlak merupakan harta yang penggunaannya hanya sekali pakai
sedangkan harta isti’mal harta yang penggunaannya bisa berkali-kali pakai.
d. Mal Manqul dan Mal Ghair al-Manqul
Harta manqul yaitu harta yang dapat dipindahkan dan diubah dari tempat satu
ketempat yang lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah
bentuk dan keadaannya dengan perpindahan dan perubahan tersebut. Sedangkan
harta ghair al-manqul maksudnya segala sesuatu yang tetap (harta tetap), yang
tidak mungkin dipindahkan dan diubah posisinya dari satu tempat ketempat yang
lain menurut asalnya, seperti kebun, rumah, pabrik, sawah dan lainnya.
e. Harta ‘Ain dan Dayn
Harta ‘ain yaitu harta yang berbentuk. sedangkan, harta dayn harta yang
menjadi tanggung jawab seperti uang yang dititipkan ke orang lain.
f. Harta Nafi’i

Harta nafi’i yaitu harta yang tidak berbentuk

g. Harta Mamluk, Mubah dan Mahjur
Harta mamluk yaitu harta yang statusnya memilikik kepemilikian baik
individu, umum atau negara. harta mubah yaitu hukum harta pada asalnya yaitu
tidak ada yang memiliki. sedangkan, harta mahjur yaitu harta yang tidak boleh
dimilikioleh pribadi.
h. Harta Dapat Dibagi dan Tidak Dapat Dibagi

Pembagian harta ini didasari oleh potensi harta menimbulkan kerugian atau
kerusakan apabila dibagikan. harta yang dapat dibagi yaitu harta tidak
menimbulkan kerugian atau kerusakan apabila dibagikan seperti beras. sedangkan,
harta yang tidak dapat dibagi yaitu harta menimbulkan kerugian atau kerusakan
apabila dibagikan seperti benda-benda mewah.

17
i. Harta Pokok dan Hasil

Harta pokok ialah harta yang mungkin menumbulkan harta lain atau dalam
istilah ekonomi disebut harta modal.

j. Harta Khas dan ‘Am

Harta khas yaitu harta milik individu yang tidak boleh diambil manfaatnya


jika tidak direstui pemiliknya. sedangkah harta am yaitu harta milik umum yang
dibebaskan dalam mengambil manfaatnya.

Selain harta, hal penting dalam bahasan syariah islam yaitu tentang
kepemilikan harta itu sendiri. kepemilikan (al-milkiyyah) adalah istilah hukum
Islam yang menandakan hubungan antara manusia dan harta yang menjadikan
harta itu secara khusus melekat padanya. Berdasarkan definisi ini, perolehan
properti oleh seorang individu, dengan cara yang sah, memberikan hak kepadanya
untuk memiliki hubungan eksklusif dengan properti itu, menggunakan atau
menanganinya selama tidak ada hambatan hukum untuk berurusan seperti itu.
Pada dasarnya menurut firman Allah SWT sesungguhnya seluruh harta atau
kekayaan adalah milik Allah SWT seperti firmannya pada Ayat alquran surat Al-
maidah:20 “Dan ingatlah ketika musa berkata kepada kaumnya: hai kaumku,
ingatlah nikmat allah atasmu keika ia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan
dijadikannya kamu orang-orang yang merdeka, dan diberikannya kepadamu apa-
apa yang belum pernah diberikan kepada seseorangpun diantara umat umat yang
lain.” Dalam Islam kepemilikan harta dibagia atas kepemilikan pribadi atau
individu, kepemilikan bersama atau komunal/umum dan kepemilkan milik negara.

Islam mengakui kepemilikan individu asal didapatkan dan dibelanjakan


dengan cara yang syar’i. harta pribadi dalam penggunaanya tidak boleh memiliki
dampak negatif terhadap pihak lain. selain itu, individu bebas dalam pemanfaatan
harta miliknya secara produktif, melindungi harta tersebut dan memindahkannya
dengan dibatasi oleh syariat yang ada. hal ini untuk mengurangi kesia-siaan dalam
kepemilikan harta.

18
Selain kepemilikan pribadi Islam juga mengakui kepemilikan umum dan
Negara. kepemilikan umum meliputi mineral padat, cair dan gas yang asalnya dari
dalam perut bumi. benda benda tersebut dimasukkan ke dalam golongan milik
umum karena memiliki kebermanfaatan besar bagi masyarakat dan menyangkut
hajat hidup masyarakat itu sendiri sehingga dimasukkan kedalam golongan harta
milik umum dan dikelola oleh negara. sedangkan, harta milik negara yaitu segala
bentuk penarikan yang dilakukan oleh negara secara syari kepada masyarakatnya
seperti pajak, hasil pengelolahan pertanian, perdagangan dan industri yang masuk
kedalam kas negara. harta milik negara ini kemudian dibelanjakan untuk
kepentingan warganya.

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam wawasan rancang bangun ekonomi islam memiliki beberapa pondasi


dalam mewujudkan ekonomi yang bersih dengan tujuan sesuai rahmatan lil alamin.
Diantara pondasinya yakni : prinsip-prinsip ekonomi islam, nilai-nilai universal dalam
ekonomi, epistomologis dan sumber hukum ekonomi islam, masalah pokok dalam
ekonomi, konsep harta dan kepemilikan islam.

20
Daftar Pustaka
Adinugraha, Hendri Hermawan. "Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi
Islam." MEDIA 21.1 (2013).

Itang, Itang. "Dasar Hukum Ekonomi Islam." Islamiconomic, vol. 5, no. 2, 2014.

Laluddin, H, Mohamad, MN, Nasohah, Z & Ahmad,S. 2012.” Property and ownership
Rightform an Islamic Prespective” Advances in Natural and Applied Sciences, Vol 6,
no.7, pp. 1124-1129.

Murlan, Eka. 2012.” Konsep kepmilikan harta dalam Ekonomi Islam menurut Afzalur
rahman di Buku Economic Doctrines of Islam.”Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim

Palupi, Wening Purbatin.2012.”HARTA DALAM ISLAM (Peran Harta dalam


Pengembangan Aktivitas Bisnis Islami).”At-Tahdzib 1.2,pp. 154-171

Syaparuddin, Syaparuddin. "Ekonomi Islam: Solusi terhadap Berbagai Permasalahan Sosial-


Ekonomi." Muqtasid: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 1.1 (2010): 19-37.

https://scholar.google.co.id/citations?user=fMwoluEAAAAJ&hl=en (diunduh : 18 Sep


2020)
https://www.academia.edu/8535607/TUGAS_MAKALAH_HUKUM_EKONOMI_ISLA
M (diunduh : 18 Sep 2020)
https://idschool.net/sma/masalah-pokok-ekonomi/ (diunduh : 19 Sep 2020)

21

Anda mungkin juga menyukai