Anda di halaman 1dari 14

SISTEM EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Dasar-Dasar Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu :

RUFI’AH, S.HI., M.E.

Disusun oleh :

“KELOMPOK 1”

Haydar Jamalul I.H (401190260)

Talitha Nafi’ Asyahidah (401220237)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

FAKULTAS EKONOMI ISLAM

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap segala puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan inayah seta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Sistem Ekonomi Islam”

Sholawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang rela mrngikuti ajarannya.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bimbingan, nasehat serta petunjuk kepada semua pihak, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Dasar-dasar Ekonomi Islam “RUFI’AH, S.HI., M.E.” Semoga jerih
payah serta ketulusan beliau mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Aamiin.

Menyadari keterbatasan pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan penyusun dalam


penyusunan makalah ini maka, penyusun yakin bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Namun, penyusun tetap berharap dengan adanya makalah ini semoga dapat memberi
kemanfaatan. Khususnya terdapat penyusun dan kepada pembaca umumnya. Penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ..................................................................................... iii
B. Rumusan Masalah ................................................................................. iii
C. Tujuan ................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Sistem Ekonomi Islam .......................................................... 1
2. Pengertian Rancang Bangun Ekonomi Islam .......................................... 1
3. Pengertian Konsep Ekonomi Islam ......................................................... 5
4. Sumber-Sumber Ekonomi Islam ............................................................. 5
5. Ekonomi Islam Sebagai Alternatif .......................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
Daftar Pustaka ......................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi islam sebenarnya bukan ilmu yang baru tapi sudah ada sejak
keberadaan islam itu sendiri. Hal ini tersirat dari beberapa aturan islam yang terdapat
dalam Al-Qur’an maupun hadist yang memberi tuntunan dan acuan untuk menyikapi
masalah ekonomi yang terjadi.
Sistem ekonomi Islam selain mengakui adanya kebebasan penggunaan dan
pengelolaan sumber daya, namun kebebasan itu tidak mutlak. Hak pribadi tertentu
dalam menggunakan sumber daya terbatas penggunaannya sebagai bagian
kemaslahatan masyarakat. Sistem ini memandang ada hak sosial yang melekat pada
kepemilikan invidu. Individu dihargai sepanjang berkaitan erat dengan lingkungan
masyarakat sebagai bagian tak terpisahkan dan tak mengarah pada dimarginalkannya
elemen yang lemah di masyarakat.
Munculnya sistem ekonomi islam menjadi solusi yang tak terbantahkan dalam
mengelola masalah perekonomian. Prinsip-prinsip ekonomi berbasis syariat islam
yang tidak dimiliki ekonomi konvensional merupakan kunci keberhasilan dalam
menghadapi krisis ekonomi global. Sehingga lebih baik menerapkan sistem ekonomi
islam dalam kehidupan sehari-hari, karena kita akan lebih diuntungkan baik sebagai
produsen, distributor maupun konsumen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapaun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Sistem Ekonomi Islam?
2. Apa itu Rancang Bangun Ekonomi Islam?
3. Bagaimana Konsep Ekonomi Islam?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Sistem Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui Rancang Bangun Ekonomi Islam
3. Untuk mengetahui Konsep Ekonomi Islam

iii
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada prisip-prinsip
syariat Islam, seperti keadilan, kemaslahatan bersama, dan pembatasan riba (bunga).
Dalam ekonomi Islam, uang tidak dapat diperdagangkan secara terpisah dari barang
dan jasa, dan kegiatan bisnis harus sesuai dengan moral dan etika yang ditentukan
oleh agama.
Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu
yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi
sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu kepada
pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro
ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.1 Dari
definisi-definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa ekonomi Islam adalah segala
aktifitas Ekonomi yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan hakikat
ekonomi Islam itu merupakan penerapan syariah dalam aktivitas ekonomi.
Pengertian ini sangat tepat untuk dipakai dalam menganalisis persoalan-
persoalan aktivitas ekonomi di tengah masyarakat. Misalnya perilaku konsumsi
masyarakat dinaungi oleh ajaran Islam, kebijakan fiskal, dan moneter yang dikaitkan
dengan zakat, sistem kredit, dan investasi yang dihubungkan dengan pelarangan Riba.
2. Rancang Bangun Ekonomi Islam
Ekonomi islam bisa diumpamakan seperti halnya sebuah rumah, gedung
ataupun bangunan yang tersusun atas atap, tiang dan landasan. Sebuah rumah, gedung
ataupun bangunan tesebut sebelum dibangun tentunya membutuhkan suatu pedoman
seperti, arsitektur, desain atau rancang bangun. Dengan memahami rancang bangun
ekonomi islam diharapkan bisa mampu mendapatkan gambaran secara utuh dan
menyeluruh dengan singkat mengenai ekonomi islam yang tersusun atas atap, tiang
dan landasan tersebut. Pada intinya dalam mendirikan sebuah bangunan bisa dimulai
dengan membangun fondasi sebagai lantai dasar (landasan) yang kuat. Kemudian
diatas lantai dasar tersebut ditegakkanlah tiang-tiang sebagai penyanggah, dan
dibagian paling atas dibangun atap. Dari sebuah bangunan tersebut dapat
diinterpretasikan dengan suatu bangunan ekonomi yang memiliki sifat abstrak.

1
M.Umer Chapra, The Future of Economics: An Islamic Perspektive, edisi terjemahan (SEBI Institute, Jakarta,
2001) hlm.15

1
Interpretasi tersebut merupakan bahan-bahan bangunan ataupun material. Bahan
bangunan tersebut dalam ekonomi islam merupakan ajaran islam yang sumber
utamanya dari Al-qur’an dan hadits serta tradisi-tradisi pemikiran yang sudah para
ulama’ kembangkan.2
Terdapat prinsi-prinsip dasar dalam rancang bangun ekonomi islam. Beberapa
prinsip tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: nilai-nilai
universal akhlak, dan prinsip-prinsip derivatif. Masing-masing bagian ini yang
nantinya membentuk sebuah bangunan dan menjadi prinsip dalam ekonomi islam.
a. Nilai-Nilai Universal
Nilai-nilai universal ini merupakan teori dalam ekonomi islam dan menjadi
fondasi atau landasan dalam ekonomi islam. Menurut Adiwarman Karim,
ekonomi islam dibangun diatas lima nilai universal islam diantaranya : ilahiyah
(ketuhanan), al-adl (keadilan), an-nubuwah (kenabian), al-khalifah
(pemerintahan), dan al-ma’ad (keuntungan atau hasil). Nilai-nilai universal ini
yang bisa dijadikan aspirasi untuk membuat teori-teori ekonomi islam.
Ilahiyah (ketuhanan), merupakan kita bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
swt. Allah lah yang maha esa, maha agung atas segalanya, pencipta, penguasa
pengelola seluruh alam semesta. Karena itu segala kegiatan ekonomi harus
didasarkan pada filosofi dasar yaitu sumber utamanya dari Allah swt.
Al-adl (keadilan), merupakan nilai yang sangat penting dalam prinsip ekonomi
islam. Berlaku adil bukan hanya pada Al-qur’an dan hadits tapi sesuai juga
terhadap pertimbangan hukum alam, yang berdasarkan pada keadilan dan
keseimbangan. Definisi adil ini maksudnya sikap tidak berbuat dzalim dan tidak
pula didzalimi. Didalam islam adil berarti menempatkan sesuatu kepada tempat
yang sebenarnya. Dalam konteks ekonomi sikap makna nilai adil ini yaitu pelaku
ekonomi harus mendapatkan hasil sesuai dengan usaha yang telah dilakukannya
tanpa harus mengutamakan egonya. Pelaku ekonomi tidak boleh merusak alam
ataupun melakukan kejahatan terhadap orang lain hanya untuk mendapatkan
keuntungan pribadinya.3
An-nubuwah (kenabian), merupakan nilai mencontohkan pada manusia
bagaimana cara bersikap dan berperilaku yang ideal. Rasulullah saw merupakan
sentra pembawa hukum islam(syari’at) dimuka bumi ini. Kenabian tidak diperoleh

2
M. Dawam Rahardo, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” Studi Ekonomi Islam 4, no. 2 (2013): 2
3
Ibid., 110–111.

2
melewati usaha atau warisan bukan pula melalui martabat atau derajatnya, tetapi
Allah swt mempunyai hak untuk memilih siapakah umatnya yang bisa dijadikan
sebagai Nabi dan Rasul dan hak ini disebut dengan hak prerogatif. Nabi
Muhammad saw mempunyai sifat dan kepribadian yang sempurna dan agung
dengan karakteristik utamanya yaitu: Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah.
Sifat-sifat inilah yang seharusnya menjadi suri tauladan dalam berperilaku
manusia, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Shidiq berarti berperilaku yang jujur
dan benar, efisien dan efektif. Amanah berarti dapat dipercaya, bertanggungjawab
dan kredibilitas. Tabligh berarti menyampaikan, terbuka, pemasaran dan
komunikatif. Fathanah berarti cerdas, cerdik, bijak dan intelektual.4
Al-khalifah (pemerintahan), merupakan peranan negara atau pemerintahan.
Peranan pemerintah ini sangat dibutuhkan dalam fungsionalisasi dan instrument
nilai-nilai ekonomi islam baik dalam aspek perencanaan, pengawalan, legalitas,
pengalokasian serta distribusi sumber dan dana. Dalam menjalankan
perekonomian peran pemerintah hanya terbilang kecil tetapi sangat penting
bahkan vital. Peran yang paling utama yaitu memastikan bahwa ekonomi dalam
suatu negara telah dilaksanakan dengan baik sesuai syari’ah tanpa adanya
pelanggaran pada HAM (hak asasi manusia) ataupun distorsi (penyimpangan).5
Al-ma’ad (keuntungan atau hasil), merupakan tujuan akhir dari seluruh
kegiatan ekonomi. Imam Al-ghazali telah mengatakan bahwa para pelaku
ekonomi mempunyai motif yaitu untuk memperoleh profit (laba/keuntungan).
Didalam ekonomi islam, ada profit atau laba di dunia dan juga ada profit atau laba
di akhirat, karena yang menjadi ukuran bukanlah materilnya saja melainkan dalam
aspek agamanya juga.6 Allah swt telaah memberi peringatan bahwa hidup di dunia
ini hanyalah sementara yang kekal adalah di akhirat nanti.7
b. Konsep Akhlak
Selain nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sudah disebutkan diatas rancang
bangun ekonomi islam juga memerlukan sebuah atap yang menjadi payung besar
untuk kelangsungan sistem ekonomi islam dan memayungi semua nilai dan

4
Sarpan, “Ekonomi Syari’ah,” Universitas Persada Indonesia 148 (2016): 12.
5
Rudi Ahmad Suryadi, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” I’itibar:jurnal ilmiah lmu-ilmu keislaman 4, no. 2
(2013): 70, https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/article/view/102.
6
Ibid.
7
Firda Zulfa, “Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim,” el-Faqih:Jurnal Pemikiran & Hukum Islam 1,
no. 2 (2015): 26.

3
prinsip tersebut. Akhlak inilah yang memperoleh posisi paling tinggi, sebab tujuan
islam dan tujuan dakwah para nabi adalah untuk menyempurnakan akhlak
umatnya sehingga bisa dipegang menjadi pedoman dalam melakukan berbaagai
kegiatan ekonomi dan bisnis. Teori dalam ekonomi islam serta sistemnya belum
cukup sebelum ada manusia yang menjalankan nilai-nilai yang ada didalamnya.
Sehingga bisa dikatakan, hal yang mutlak dalam suatu perekonomian adalah
terdapat manusia yang berakhlak. Meskipun pelaku tersebut menduduki posisi
pengusaha, karyawan, produsen, konsumen, distributor ataupun menjabat sebagai
pemerintah sekalipun.8
c. Prinsip-Prinsip Derivatif
Prinsip-prinsip derivatif ini merupakan tiang penyangga dalam bangunan
ekonomi islam yang berisi prinsip-prinsip sistem ekonomi islam. Prinsip ini terdiri
dari tiga prinsip diantaranya: kepemilikan multijenis (multiple ownership),
kebebasan berusaha atau bertindak (freedom to act), dan keadilan sosial (social
justice).
Kepemilikan multijenis (multiple ownership) yaitu turunan yang lahir dari
nilai ilahiyah dan nilai al-adl. Dalam islam telah diakui bahwa kepemilikan ada
tida jenis yaitu : kepemilikan perorangan, kepemilikan Bersama dan kepemilikan
pemerintah/negara. Namun, didalam ekonomi islam kepemilikan pribadi atau
swata masih diakui tetapi demi menjamin terciptanya suatu keadilan maka
pemerintah atau negara bisa menguasai cabang-cabang produksi yang strategis.
Makna yang bisa diambil dari prinsip ini bahwa pemilik primer atau mutlak dari
seluruh alam semesta yaitu Allah swt. Sementara pemilik sekunder dari seluruh
alam semesta ini adalah manusia sebagai pengelolah alam semesta ini yang
mendapatkan Amanah oleh Allah swt diberi tanggung jawab dan hak yang sama
di dunia ini untuk mengelolah sumber daya alam yang sudah ada.
Kebebasan berusaha atau bertindak (freedom to act) yaitu turunan yang lahir
dari nilai nubuwah dan nilai khilafah. Apabila para pelaku ekonomi dalam
menjalankan aktivitas ekonominya menerapkan empat sifat utama Nabi yang
mulia yaitu: Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathanah dalam kesehariannya sampai
menjadi kepribadian yang terpupuk dalam dirinya sebagai pelaku ekonomi, yang
kemudian disatukan dengan nilai khilafah yaitu pemerintahan yang baik maka

8
Rudi Ahmad Suryadi, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” 71.

4
akan terciptanya prinsip freedom to act ini. Para pelaku ekonomi baik individu
maupun swasta bebas melakukan kegiatan muamalah.
Keadilan sosial (social justice) yaitu turunan yang lahir dari nilai khilafah dan
nilai ma’ad atau hasil. Didalam ekonomi islam, seluruh sistem ekonomi
mempunyai tujuan yang sama yakni menciptakan keadilan sosial, perekonomian
yang adil dan kesejahteraan yang merata. 9 Keadilan dalam islam bisa diartikan
bahwa satu pihak tidak mendzalimi pihak yang lainnya yaitu suka sama suka.
Dalam hal ini tanggung jawab pemerintah yaitu memenuhi kebutuhan dasar dari
rakyatnya dan menghindari kesenjangan sosial agar tercipta keseimbangan sosial
antara yang miskin dan kaya.
3. Konsep Ekonomi Islam
Ekonomi dan islam sangat erat hubungannya. Ekonomi tidak terlepas dari
aturan-aturan dalam syari’ah islam yang disebut ekonomi Islam. Ekonomi Islam
adalah pengelolaan atau aturan-aturan rumah tangga (bangsa, negara dan dunia)
bertujuan untuk menciptakan barang dan jasa dalam memenuhi kehidupan sehari-
hari yang berlandaskan syariah Islam. Islam sebagai agama di dalamnya mengandung
konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal, baik
dalam hubungan dengan Sang Pencipta (hablumin Allah) maupun dalam hubungan
sesama manusia (hablum minannas). Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam,
Pertama Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah. Kedua Syariah, yaitu komponen ajaran Islam yang
mengatur tentang kehidupan seorang muslim, baik dalam bidang ibadah (hablumin
Allah) maupun dalam bidang muamalah (hablum minannas) yang merupakan
aktualisasi dari akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah meliputi
berbagai bidang kehidupan, antara lain yang berhubungan dengan ekonomi atau harta
dan perniagaan disebut muamalah maliyah. Ketiga akhlaq, yaitu landasan perilaku
dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat
berdasarkan Syariah.
4. Sumber-Sumber Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berbasis Islam yang dimana
sumbernya berasal dari Al-quran, Hadits, Ijma, dan Qiyas. Sistem ekonomi Islam
sangatlah jauh berbeda sistemnya dengan sistem ekonomi konvensional yang dimana

9
Firda Zulfa, “Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim,” el-Faqih:Jurnal Pemikiran & Hukum Islam 1,
no. 2 (2015): 26.

5
masih sering terjadinya praktek-praktek haram seperti halnya riba. Adapun sumber
hukumnya ialah :
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum
ekonomi syariah yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna meperbaiki,
meluruskan dan mebimbing umat manusia kepada jalan yang benar. Di dalam Al-
Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang melandasi hukum ekonomi syariah, salah
satunya dalam Surat An-Nahl ayat 90 yang mengemukakan tentang peningkatkan
kesejahteraan umat Islam dalam segala bidang termasuk ekonomi. Firman Allah
yang berbunyi :

‫ذ ي ر ب و ي َ نَ ه ى‬ ‫و ا ح سَ و إ َ ي ت‬ َ‫َلال َ ب َ ا ل‬ ‫إن‬
َ َ ‫َل ا ن َ اء ا لَ ق‬ َ‫ي َ أ َ م ع َ د‬
‫ى‬ ‫ل‬ ‫ر‬
‫ع َ ن ا ل َ ف َ ح ش َ و ا ل م ن َ و ا لَ ب َ غ ع ظ َ ل َ ع ت َ ر و ن‬
َ ‫ا ء َ كَ َ ي َ َ ك َ م َ ل َ ذ‬
َ‫َ ك َ ك‬ َ‫ي‬ ‫ر‬
َ ‫م‬
Artinya : ”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”10
b. Hadits dan Sunnah
Setelah Al-qur’an, sumber hukum ekonomi adalah hadis dan Sunnah. Yang
mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila didalam Al-
Qur’an tidak terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi tersebut.
c. Ijma’
Ijma’ adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus
baik dari masyarakat maupun cara cendikiawan agama yang tidak terlepas dari al-
qur’an dan hadis.
d. Qiyas
Qiyas adalah satu dari empat sumber hukum Islam yang disepakati para
ulama. Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak memiliki nash hukum
dengan sesuatu yang ada nash hukum berdasarkan kesamaan illat atau
6
kemaslahatan yang diperhatikan syara. Qiyas juga dapat diartikan sebagai
kegiatan melakukan padanan suatu hukum terhadap hukum lain.
5. Ekonomi Islam Sebagai Alternatif

10
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (surah An-Nahl ayat : 90)

7
Sistem ekonomi Islam didirikan diantara sistem ekonomi kapitalis dan sistem
ekonomi sosialis (komunis). Pokok dan prinsipnya adalah memberikan kepada
individu hak-hak asasi dan pribadi-pribadi seluruhnya dengan suatu cara yang tidak
merusak keseimbangan dalam pembagian kekayaan. Pada satu segi, Islam
memberikan kepada individu haknya mengenai milik perorangan dan haknya dalam
melakukan Tindakan terhadap kekayaan.
Islam mengikat tiap-tiap hak dan tiap-tiap tindakan itu dengan berbagai ikatan
moral dari dalam dan ikatan perundang-undangan dari luar, dengan tujuan sumber-
sumber kekayaan tidak tertumpuk pada satu tempat secara besar-besaran, tetapi
beredar dan berpindah-pindah diantara berbagai individu dan perorangan, hingga
masing-masing memperoleh bagiannya yang sah dan pantas.
Sistem Ekonomi Islam beranggapan bahwa ikatan diantara kepentingan
masyarakat adalah erat, semata-mata karena pihak keduanya. Antara keduanya harus
ada keselarasan dan keserasian, bukan persaingan dan pertentangan.
Berkaitan dengan ini, penulis mencoba mengetengahkan sistem ekonomi
Islam dalam garis besarnya sebagai alternatif menggantikan sistem ekonomi Kapitalis,
sistem ekonomi Sosialis/Komunis yang telah gagal dalam mensejahterakan
masyarakat. Sistem ekonomi Islam seharusnya menjadi satu satunya pilihan bagi umat
Islam dalam berpijak, bertindak dan melangkah untuk membangun ekonomi umat
Islam.

8
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada prisip-prinsip
syariat Islam, seperti keadilan, kemaslahatan bersama, dan pembatasan riba
(bunga). Dalam ekonomi Islam, uang tidak dapat diperdagangkan secara terpisah
dari barang dan jasa, dan kegiatan bisnis harus sesuai dengan moral dan etika yang
ditentukan oleh agama.
2. Prinsip Rancang Bangun Ekonomi Islam
Secara umum dapat dibagi menjadi tiga :
 Nilai-Nilai Universal
 Prinsip-Prinsip Derivatif, dan
 Akhlak
3. Konsep Ekonomi Islam
Islam sebagai agama di dalamnya mengandung konsep yang mengatur
kehidupan manusia secara komprehensif dan universal, baik dalam hubungan
dengan Sang Pencipta (hablumin Allah) maupun dalam hubungan sesama manusia
(hablum minannas).
4. Sumber-Sumber Ekonomi Islam
Sumber Ekonomi dalam Islam ada empat, yaitu :
 Al-Qur’an
 Hadits dan Sunnah
 Ijma’
 Qiyas

9
DAFTAR PUSTAKA

M.Umer Chapra, The Future of Economics: An Islamic Perspektive, edisi terjemahan (SEBI
Institute, Jakarta, 2001) hlm.15

M. Dawam Rahardo, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” Studi Ekonomi Islam 4, no. 2
(2013): 2

Sarpan, “Ekonomi Syari’ah,” Universitas Persada Indonesia 148 (2016): 12.

Rudi Ahmad Suryadi, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” I’itibar:jurnal ilmiah lmu-ilmu
keislaman 4, no. 2 (2013): 70,
https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/madaniyah/article/view/102.

Firda Zulfa, “Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim,” el-Faqih:Jurnal


Pemikiran & Hukum Islam 1, no. 2 (2015): 26.

Rudi Ahmad Suryadi, “Rancang Bangun Ekonomi Islam,” 71.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahan

1
0

Anda mungkin juga menyukai