Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TAFSIR AYAT EKONOMI ISLAM DAN POSISINYA DALAM AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Sitti Nur Annisa Amalia S.HI,ME

OLEH KELOMPOK 4 :

FINAYANTI / 2022050102040

FATRIANA UMI KALSUM / 2022050102028

SITI MARLINA / 2022050102095

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI

2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdullilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi dengan judul
“Tafsir Ayat Ekonomi Islam dan Posisinya Dalam Al-Qur’an”.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal Alamin.

Wassalam

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 2

2.1 Pengertian Ekonomi Islam ......................................................................... 2


2.2 Al-Qur’an Memandang Ekonomi Secara Universal ................................. 3
2.3 Jumlah Ayat Yang Eksplisit Dalam Al-Qur’an ......................................... 4
2.4 Akar Kata Ekonomi Dalam Al-Qur’an ...................................................... 14
2.5 Pandangan Para Mufassir Tentang Ayat Ekonomi Posisi Al-Qur’an
Dalam Dalil Dalil Ekonomi ................................................................ 15
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran/sumber hukum mengandung pengertian


bahwa Al-Qur’an memuat nilai-nilai ilahiyah yang dapat dijadikan sebagai sumber motivasi,
arahan dan penuntun dalam menjalani kehidupan didunia. Nilai-nilai yang perlu diterjemahkan
agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila disebut Al-Qur’an sebagai sumber ajaran ekonomi islam, maksudnya bukan Al-
Qur’an memuat ajaran secara lengkap tentang system ekonomi islam seperti, barang dan jasa
apakah yang akan diproduksi, bagaimana memeproduksinya serta kepada siapa barang tersebut
didistribusikan sehingga ia memiliki manfaat dalam masyarakat. Akan tetapi maksudnya adalah
Al-Qur’an memuat nilai nilai universal tentang bagaimana sebenarnya ekonomi islam itu harus
diformulasikan.

Ekonomi berbasis Al-qur’an merupakan kajian ilmu yang mempelajari masalah masalah
ekonomi dengan meningkatkan nilai nilai islam didalamnya. Eksistensi Al-qur’an terhadap
perkembangan ekonomi menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi umat islam yang tujuannya
agar segenap manusia sejahtera didunia dan akhirat, serta tercapainya pemuasan jasmani dan
rohani secara seimbang baik individu maupun kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Ekonomi Islam
2. Al-Qur’an Memandang Ekonomi Secara Universal
3. Jumlah Ayat Ekonomi Yang Eksplisit Dalam Al-Qur’an
4. Akar Kata Ekonomi Dalam Al-Qur’an
5. Pandangan Para Mufassir Tentang Ayat Ekonomi Posisi Al-Qur’an Dalam Dalil-
Dalil Ekonomi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam adalah sebuah system ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian. sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya dalam system
ekonomi ini, nilai-nilai islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktivitasnya.
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan
kebutuhan yang terbatas dalam kerangka syariah. Namun, definisi tersebut mengandung
kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak kompatibel dan tidak universal.
Karena dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan yang
apriori (apriory judgement) benar atau salah harus diterima. 1

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama islam, karena ekonomi merupakan
bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama islam. Sebagai deviasi dari agama
islam, ekonomi islam akan mengikuti agama islam dalam berbagai aspek. Islam
mendefinisikan agama bukan hanya berkaitan dengan spritualitas atau ritualitas, namun
agama merupakan serangkaian kenyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan
moral bagi setiap aspek kehidupan manusia. Islam memandang agama sebagai suatu jalan
hidup yang melekat pada setiap aktivitas kehidupan, baik ketika manusia melakukan
hubungan dengan Tuhannya maupun ketika manusia berinteraksi dengan sesame manusia
dan alam semesta.

Beberapa pengertian ekonomi islam menurut pemikir ekonomi sebagai berikut :

1. Menurut Muhammad Abdul Mannan dalam “Islamic Economics: Theory and


Practice” : Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari
masalah masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai nilai islam.
2. Menurut Nejatullah Al-Siddiqi dalam “Muslim Economic Thinking: ASurvey
of Contemporery Literature” : Ilmu ekonomi islam adalah respon pemikir
muslim terhadap tentangan ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras
mereka dibantu oleh Al-Qur’an dan Sunnah, Ijtihad dan Pengalaman
3. Menurut Khurshid Ahmad dalam “Studies in Islamic Economics (Perspektif
of Islam)” : Ilmu ekonomi islam adalah suatu usaha sistematis untuk
memahami masalah masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara
relasioanal dalam perspektif islam. 2

1
Mannan, M.A, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT Dana BhaktiWakaf, 1993)
2
Dr. Ika Yunia Fauzia, LC.,M.E.I & Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc.,M.S.Sc, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-syariah, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP, 2018) hlm 5-7

2
2.2 Al-Qur’an Memandang Ekonomi Secara Universal

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ekonomi adalah ilmu mengenai asas asas
produksi, distribusi dan pemakaian barang barang serta kekayaan. Ekonomi dapat juga
diartikan dengan pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainya yang dipandang
berharga.

Menurut Paul A. Samuelson, ekonomi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang


perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber sumber produktif
yang langka untuk memproduksi barang barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk
dikonsumsi.

Sebagian masyarakat cenderung berasumsi bahwa implementasi system ekonomi


islam hanya bisa dilihat dalam system perbankan islam berlabel syariah, yang secara
teoritis menggunakan kontrak kontrak atau akad muamalah. Implementasi ini tidak hanya
dalam masalah perbankan saja yang cakupannya terlihat lebih luas, melainkan dimulai
dari interaksi yang lebih sederhana seperti kegiatan jual beli ataupun perdagangan
maupun perburuhan.

Integrasi ekonomi berbasis syariah bertujuan untuk meningkatkan potensi sumber


daya ekonomi yang berjalan sesuai dengan peraturan Negara dan agama. Masyarakat
bersifat dinamis yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan zaman.
Peraturan dan hukum mempunyai efek mengikat, peraturan dan hukum absolut mengatur
masyaratakat berjumlah banyak lagi terperinci. Dalam masalah perekonomian, al-qur’an
tidak menjelaskan system ekonomi mana yang harus digunakan, apakah system
sosialisme atau komunisme ataupun kapitalisme. Al-qur’an hanya menjelaskan ketentuan
ketentuan yang harus dipatuhi oleh umat islam dalam mengatur hidup perekonomian. 3

Berbeda dengan system ekonomi kapitali, menurut Az-Zain (1981); An-Nabhaniy


(1995); Islam membedakan antara pembahasan ekonomi dari segi pengadaan termasuk
upaya meningkatkan produktivitas barang dan jasa dengan pembahasan ekonomi dari
segi cara cara memperoleh, cara memanfaatkan serta cara cara mendistribusikan barang
dan jasa. Pembahasan ekonomi dari segi pengadaan termasuk upaya meningkatkan
produktivitas barang dan jasa dimasukkan dalam pembahasan ilmu ekonomi. Sedangkan
pembahasan ekonomi dari segi cara cara memperoleh, cara memanfaatkan serta cara cara
mendistribusikan barang dan jasa dimasukan dalam pembahasan system ekonomi.

Ilmu ekonomi menurut pandangan islam adalah ilmu yang membahas tentang
upaya upaya mengadakan dan meningkatkan produktivitas barang dan jasa. Dengan kata

3
Zamakhsyari Abdul Majid, Ekonomi Dalam Perspektif Al-qur’an, ( Jakarta Selatan : UIN Syarif Hidayatullah, 2016)
hlm 3-4

3
lain berkaitan dengan produksi suatu barang dan jasa. Karena harta kekayaan sifatnya ada
secara alami serta upaya mengadakan dan meningkatkan produktivitasnya dilakukan
manusia secara universal, maka pembahasan tentang ilmu ekonomi merupakan
pembahasan universal pula sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena
itu ekonomi tidak dipengaruhi oleh pandangan hidup (ideology) tertentu dan bersifat
universal, maka ia dapat diambi dari manapun juga selama bermanfaat. Sedangkan
“system ekonomi” menjelaskan tentang bagaimana cara memperoleh dan memiliki, cara
memanfaatkan serta cara mendistribusikan harta kekayaan yang telah dimiliki tersebut.4

2.3 Jumlah Ayat Ekonomi Yang Eksplisit Dalam Al-Qur’an

Secara umum dan global, isi kandungan Al-qur’an biasa dipilah pilih kedalam
beberapa bidang, yakni : akidah, ibadah, wa’ad dan wa’id (janji baik dan ancaman
buruk), akhlak hukum, kisah, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mahmud Syauqi Al-Fanjari, dalam kitabnya al-wajiz fi-al-iqtishad al-islami


(Ekonomi islam Masa Kini), memprakirakan jumlah ayat ayat ekonomi dan keuangan
yaitu sekitar 21 ayat eksplisit menyebutkan satu demi satu ke 21 ayat ekonomi yang
dimaksudkan yaitu :

a. Al-Baqarah (2): 188

Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Asbabun Nuzul : Ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin ‘Abis dan
‘Abdan bin Asyma’ al-Hadlrami yang bertengkar dalam sual tanah. Imriil Qais
berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah
didepan Hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas
hak orang dengan jalan bathil.

4
Salman Saesar Widyaiswara Madya, Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Sumatra Selatan : Kanwil
Kemenag, 2020) hlm 5

4
b. Al-Baqarah (2): 275

Artinya : Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu
karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat
peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya
dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa
mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

c. Al-Baqarah (2): 279

Artinya : Jika kamu tidak melaksanakannya, ketahuilah akan terjadi perang


(dahsyat) dari Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, jika kamu bertobat, kamu berhak
atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi
(dirugikan).

Asbabun Nuzul : Ibnu Juraij menceritakan, Ibnu Abbas mengatakan


bahwasanya ayat ini maksudnya ialah, yakinilah bahwa Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
akan memerangi kalian. Sedangkan menurut All bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas,
maksudnya, barangsiapa yang masih tetap melakukan praktek riba dan tidak
melepaskan diri darinya, maka wajib atas imam kaum muslimin untuk memintanya
bertaubat, jika ia mau melepaskan diri darinya, maka keselamatan baginya, dan jika
menolak, maka ia harus dipenggal lehernya.

d. An-Nisa (4): 5
e.

Artinya : Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan)-mu yang Allah jadikan sebagai
pokok kehidupanmu. Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
5
Asbabun Nuzul : Dan janganlah kalian -wahai para wali- menyerahkan harta
kepada orang-orang yang tidak pandai membelanjakannya. Karena Allah menjadikan
harta sebagai penopang kemaslahatan dan urusan kehidupan manusia, sementara
mereka tidak cakap untuk mengurus dan menjaganya. Dan berikanlah nafkah serta
pakaian kepada mereka dari harta tersebut. Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
mereka. Dan berikanlah janji yang baik kepada mereka, bahwa kalian akan
menyerahkan harta mereka setelah mereka dewasa dan mampu mengelolanya dengan
baik.

f. An-Nisa (4): 32

Artinya : Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah
dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa
yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Asbabun Nuzul : Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata,
“Pada suatu hari seorang wanita mendatangi Nabi saw.. Lalu dia berkata, ‘Wahai
Rasulullah, seorang lelaki mendapatkan bagian dua orang perempuan dan kesaksian
dua orang perempuan sama dengan kesaksian satu orang lelaki. Apakah dalam amal
ibadah juga nasib kami demikian? Jika seorang wanita melakukan kebajikan maka dia
mendapatkan setengah pahala kebajikan?’ Maka Allah menurunkan, ‘Dan janganlah
kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas
sebagian yang lain “hingga akhir ayat.”

g. Hud (11): 61

Artinya : Kepada (kaum) Samud (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain
Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.
Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-
Nya).”

6
Asbabun Nuzul : surah Hud ayat ini ialah mengenai kisah kaum
Tsamud. Mereka menukil hikmah berharga dari pengalaman buruk kaum
‘Ad, sehingga beriman kepada Allah Swt. Alhasil, mereka berhasil
membangun peradaban yang elite. Namun, ternyata keberhasilan itu
menjadikannya lalai, t idak memperdulikan lingkungan dan kembali
menyembah berhala. Allah mengutus Nabi Shaleh Alaihissalam untuk
mengingatkan mereka, akan tetapi kaum Tsamud mengabaikan hal
tersebut. Sehingga, pada akhirnya Allah menghukum mereka. Pada ayat
ini terdapat perintah terhadap manusia untuk memelihara lingkungan ala m
dalam perannya sebagai khalifah, menjadikannya sebagai alasan kuat
manusia harus menyembah Allah Swt. semata.

h. Hud (11): 116

Artinya : Maka, mengapa tidak ada di antara generasi sebelum kamu


sekelompok orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat)
kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil, yaitu orang yang telah Kami
selamatkan di antara mereka? Orang-orang yang zalim hanya mementingkan
kenikmatan dan kemewahan dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

Asbabun Nuzul : (Maka mengapa tidak ada) mengapa tidak (dari umat-
umat) dari bangsa-bangsa terdahulu (sebelum kamu orang-orang yang mempunyai
keutamaan) orang-orang yang teguh dalam beragama dan memiliki keutamaan
(yang melarang daripada mengerjakan kerusakan di muka bumi) makna yang
dimaksud adalah meniadakan, artinya hal tersebut jelas tidak akan terjadi di
kalangan mereka (kecuali) hanya (sebagian kecil di antara orang-orang yang telah
Kami selamatkan di antara mereka) yang melakukan nahi mungkar sehingga
selamatlah mereka. Huruf min di sini mengandung makna bayan atau penjelasan
(dan orang-orang yang lalim hanya mementingkan) mereka tidak mau melakukan
nahi mungkar dan selalu senang dengan perbuatan kerusakan (kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka) mereka hanya bersenang-senang saja (dan mereka
adalah orang-orang yang berdosa).

7
Artinya : Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

Asbabun Nuzul : Surat al-Isra’ atau dikenal juga dengan nama surah Bani
Israil termasuk surat Makiyah. Khusus pada ayat 27 memiliki asbabun nuzul yang
diriwayatkan oleh At-Tabrani yang bersumber dari Abu Said Al-Khudri dan
dalam riwayat lain bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika turus ayat ini,
Rasulullah SAW memberikan tanah di Fadak (tanah yang diperoleh rasulullah
dari pembagian/rampasan perang) kepada Fatimah.

i. An-Nur (24): 33

Artinya : Orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian


(diri)-nya sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. (Apabila)
hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat
perjanjian dengan mereka jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka. Berikanlah kepada
mereka sebagian harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Janganlah kamu paksa hamba
sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, jika mereka sendiri menginginkan kesucian,
karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Siapa yang memaksa mereka,
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) setelah
mereka dipaksa.

Asbabun Nuzul : Firman-Nya, “Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya


perempuanmu untuk melakukan pelacuran.” Muslim meriwayatkan dari Abu Sufyan dari Jabir
bin Abdillah bahwa Abdullah bin Ubay pernah mengatakan kepada seorang budak wanitanya,
“Pergilah dan melacurlah untuk kami!” Maka Allah menurunkan ayat ini. Muslim juga
meriwayatkan dari ini bahwa seorang budak wanita milik Abdullah bin Ubay, yang benama
Masikah, dan seorang budak wanita yang lain yang benama Umaimah, dipaksa oleh Abdullah
untuk berzina, lalu keduanya mengadukan hal itu kepada Nabi saw.. Maka Allah menurunkan
ayat ini.

j. Al-Jatsiyah (45) : 13

8
Artinya : Dia telah menundukkan (pula) untukmu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Asbabun Nuzul : (Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit) berupa
matahari bulan bintang-bintang, air hujan dan lain-lainnya (dan apa yang ada di bumi) berupa
binatang-binatang, pohon-pohonan, tumbuh-tumbuhan, sungai-sungai dan lain-lainnya.
Maksudnya, Dia menciptakan kesemuanya itu untuk dimanfaatkan oleh kalian (semuanya) lafal
Jamii'an ini berkedudukan menjadi Taukid, atau mengukuhkan makna lafal sebelumnya (dari-
Nya) lafal Minhu ini menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, maksudnya semuanya itu
ditundukkan oleh-Nya. (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
kekuasaan dan keesaan Allah bagi kaum yang berpikir) mengenainya, karena itu lalu mereka
beriman.

k. Ad-Dzariyat (51): 19

Artinya : Pada harta benda mereka ada hak bagi orang miskin yang meminta dan yang
tidak meminta.

Asbabun Nuzul : Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Al-Hasan bin
Muhammad bin Hanafiyah bahwa suatu ketika Rasulullah mengutus sekelompok pasukan.
Pasukan tersebut berhasil meraih kemenangan dan mendapatkan banyak harta rampasan perang.
(Ketika akan dilangsungkan pembagian) datang sekelompok orang untuk meminta bagian dari
harta tersebut. Tak lama kemudian, turunlah ayat ini.

l. An-Najm (53): 31

Artinya : Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan
demikian,) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa
yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik dengan pahala yang lebih baik (surga).

Asbabun Nuzul :

m. Al-Hadid (57) : 7

Artinya : Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari apa yang Dia (titipkan kepadamu dan) telah menjadikanmu berwenang dalam
(penggunaan)-nya. Lalu, orang-orang yang beriman di antaramu dan menginfakkan (hartanya di
jalan Allah) memperoleh pahala yang sangat besar.

9
Asbabun Nuzul : Berimanlah kalian) artinya, tetaplah kalian beriman (kepada Allah
dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah) di jalan Allah (sebagian dari harta kalian yang Allah telah
menjadikan kalian menguasainya) yakni dari harta orang-orang yang sebelum kalian dan kelak
Dia akan menguasakannya kepada orang-orang yang sesudah kalian. Ayat ini diturunkan
sewaktu perang 'Ursah atau dikenal dengan nama perang Tabuk.

n. Al-Hasyr (59): 7

Artinya : Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan
Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat
(Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu
tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.

Asbabun Nuzul : Ketika Rasulullah SAW bermukim di Madinah, beliau berkata


kepada kaum Ansor bahwa kaum dari golongan muhajirin yang ada di Mekkah akan berhijrah ke
Madinah maka beliau meminta kepada kaum dari golongan Ansor untuk memberikan sebagian
hartanya dengan menyiapkan kamar-kamar dan makanan kepada kaum Muhajirin, Jika kaum
dari golongan Ansor tidak mau memberikan sedikit hartanya, maka harta rampasan bagi kaum
Ansor tidak ada jatah baginya dan akan diberikan kepada kaum Muhajirin. Dari golongan kaum
Ansor lantas berkata bahwa kami akan menyiapkan papan untuk kaum muhajirin dan tidak akan
mengambil bagian dari harta rampasan.

o. Al-Jumuah (62) : 10

Artinya : Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi,


carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.

Asbabun Nuzul : (Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kalian di


muka bumi) perintah ini menunjukkan pengertian ibahah atau boleh (dan carilah) carilah rezeki
(karunia Allah, dan ingatlah Allah) dengan ingatan (sebanyak-banyaknya supaya kalian
beruntung) yakni memperoleh keberuntungan. Pada hari Jumat, Nabi berkhutbah akan tetapi
tiba-tiba datanglah rombongan kafilah membawa barang-barang dagangan, lalu dipukullah
genderang menyambut kedatangannya sebagaimana biasanya. Maka orang-orang pun
berhamburan keluar dari mesjid untuk menemui rombongan itu, kecuali hanya dua belas orang
saja yang masih tetap bersama Nabi lalu turunlah ayat ini.

10
p. Al-Marij (70) : 24

Artinya : yang di dalam hartanya ada bagian tertentu

Asbabun Nuzul : Menurut para ulama Tafsir, haqqun ma’lum atau “hak yang
ditentukan” ini, mengacu pada zakat wajib. Yaitu, pajak kekayaan atau sejumlah uang tertentu
yang wajib diberikan kepada orang miskin atau orang yang membutuhkan. Hal demikian bukan
karena kebajikan pemberi, tetapi semata-mata karena kewajiban yang telah ditetapkan, yakni
dengan mengakui harta tersebut adalah hak (haqq) orang miskin dan fakir. Selain itu, mereka
yang diberikan haqq ini akan menerimanya hati yang bersyukur, tanpa merasa berhutang.
Dengan begitu, harga diri dan martabat mereka diakui.

q. Al-Marij (70): 25

Artinya : untuk orang (miskin) yang meminta-minta dan orang (miskin) yang
menahan diri dari meminta-minta,

Asbabun Nuzul : Al-Sa’il, secara harfiah berarti “orang yang meminta”, yakni
seseorang yang meminta karena kebutuhan. Apakah dia meminta uang, makanan, pekerjaan,
uluran tangan, atau sekadar pendengaran yang simpatik. Kita harus menawarkan mereka bantuan
amal, baik sebagai kewajiban, atau sebagai tindakan kebaikan, dengan kata lain, kebutuhan
mereka tidak boleh dibiarkan atau diabaikan.

r. Al-Maun (107) : 1

Artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

s. Al-Maun (107) : 2

Artinya : Itulah orang yang menghardik anak yatim

t. Al-Maun (107): 3

Artinya : dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.

Asbabun Nuzul Al-Maun ayat 1, 2, 3 :

11
Asbabun nuzul surah Al Maun, ayat 1 sampai 3 berkaitan dengan kisah Abu Sufyan yang
didatangi oleh anak yatim untuk meminta susu unta. Namun, sikap Abu Sufyan bukannya
memberi, tapi malah mengusir anak yatim tersebut.

Lepas dari perbedaan penghitungan para ahli hukum islam tentang ayat ayat ekonomi
dan keuangan dalam al-qur’an terdapat sejumlah surat atau ayat ayat yang menyuarakan ihwal
ekonomi dan keuangan. Terutama berkenaan dengan norma norma dasar hukum ekonomi dan
keuangan. Sama dengan kelompok ayat ayat hukum lainnya yang pada umumnya juga hanya
memuat norma norma hukum dasar , ayat ayat yang mengandung perihal ekonomi dan keuangan
pada umumnya juga hanya mengatur secara umum dengan meletakkan hukum hukum dasar
ekonomi dan keuangan.

Dalam hal kebijakan ekonomi makro, misalnya Al-qur’an hanya meletakkan prinsip prinsip
dasar tentang keadilan dan pemerataan ; tetapi berkenaan dengan ihwal transaksi ekonomi, al-
qur’an memberikan asas asas yang relative cukup banyak baik berkenaan dengan asas asas
transaksi (al-uqudnya) maupun yang bertalian dengan bentuk bentuk atau beberapa jenis al –
uqudnya itu sendiri. Tentang hal pemenuhan (syarat syarat) transaksi (akad) ekonomi misalnya,
dalam al-qur’an dijumpai ayat dan bahkan surat yang berhubungan dengan itu. Surat yang
dimaksudkan ialah surat Al-Maidah (5), yang lazim dikenal dengan sebutan surat al-uqud (surat
transaksi). Ayat pertama dari surat ini memerintahkan orang orang beriman supaya selalu siap

untuk memenuhi transaksi ekonomi yang dilakukannya selama tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. 5

2.4 Akar Kata Ekonomi Dalam Al-Qur’an

Dalam Al-qur’an, kata kata ekonomi sepadan dengan kata al-iqtisad yang secara bahasa
berasal dari akar kata al-qasdhu yang bermakna keadilan, sederhana, dekat, kuat dan jalan yang
lurus. Ia juga dapat diartikan sebagai aturan kehidupan manusia tentang penghematan konsumsi.
Sedangkan ekonomi islam atau al-iqtisad al-islami merupakan sebuah pengetahuan system
ekonomi, baik yang berakitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi yang di ilhami oleh al-
qur’an dan sunnah Nabi Muhammad .

Salah satu pemikir ekonomi islam, Umer chapra berpendapat bahwa ekonomi islam
diarahkan untuk mewujudkan tujuan syariah (maqashid syariah) yaitu pemenuhan kebutuhan,
penghasilan yang diperoleh dengan sumber yang baik, distribusi pendapatan dan kekayaan yang
adil serta pertumbuhan stabilitas ekonomi. 6

5
Muhammad Amin Suma, Kemungkinan Penyerapan Nash Nash Al-Qur’an Ke Daalam Komplikasi Bidang Ekonomi
Syariah, hlm 8-9
6
Riki Febri Ramdhani, Menafsir Ayat Ekonomi Dalam Al-Qur’an : Dari Teks Hingga Konteks,(Lombok Timur :
Universitas Gunung Rinjani) hlm 50

12
Kompleksitas pengetahuan Al-Qur’an tidak dpat kita pungkiri tentang pemuatan berbagai
macam ilmu, termasuk ilmu ekonomi. Meskipun dalam al-qur’an tidak dapat ditemukan secara
langsung kata ekonomi, namun secara istilah dan mekanisme kerja yang mirip dengan praktik
ekonomi dapat kita temukan didalam nash al-qur’an itu sendiri.

Ekonomi yang mengacu pada al-qur’an disebut dengan ekonomi islam. Terbentuknya
ekonomi dalam basis keislaman tersebut sebenarnya ada dua tujuan yang ingin dicapai untuk
memapankan eksistensinya :

Pertama, memosisikan ekonomi islam kedalam perspektif kesejarahan yang memberi ruang bagi
ekonomi islam sebagai salah satu contributor penting dalam perkembangan alam pemikiran
ekonomi modern. Kedua, menyajikan pembahasan tentang metodologi pengembangan ekonomi
islam secara seimbang antara metodologi pengetahuan agama yang cenderung normative dan
pengetahuan ekonomi yang cenderung positif. 7

2.5 Pandangan Para Mufassir Tentang Ayat Ekonomi Posisi Al-Qur’an Dalam Dalil
Dalil Ekonomi

Para mufassir dalam menafsirkan suatu ayat harus menjadikkan Al-qur’an sebagai
sumber pokok yakni dengan cara meneliti secara cermat dalam mengumpulkan ayat ayat al-
qur’an tentang sesuatu yang menjadi pokok persoalan. Kemudian seorang mufassir berusaha
menghubungkan serta membandingkan kandungan kandungan ayat yang mengandung pengertian
yang mujmal kemudian diperinci oleh ayat yang lain. Atau jika dalam suatu ayat yang
masalahnya disebut secara singkat, maka akan diperluas dengan ayat yang lainnya. Selanjutnya
seorang mufassir juga harus memperhatikkan hadits hadits Nabi. Maka jika mendapatkan hadits
shahih, seorang mufassir juga harus menafsirkan ayat dengan hadist shahih tersebut. Dengan kata
lain seorang mufassir tidak dibenarkan untuk menafsirkan ayat ayat al-qur’an dengan
pendapatnya sendiri, dengan cara meninggalkan hadist tersebut.8

Menurut pandangan para mufassir tentang ayat ekonomi dalam al-qur’an.

1. Ayat yang berkenaan dengan produksi


Qs. Al-A’raf : 10

Artinya : Sungguh, Kami benar-benar telah menempatkan kamu sekalian di bumi dan
Kami sediakan di sana (bumi) penghidupan untukmu. (Akan tetapi,) sedikit sekali kamu
bersyukur.

Dalam tafsiran Ibnu Katsir menyatakan ayat diatas memberikan isyarat terhadap tiga aspek yaitu
manusia yang ditempatkan Allah diatas bumi yang didalam hubungan ini menjadi tempat untuk

7
Suaidi,S.H.I.,M.S.I, Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an : Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an, 2019 hlm 11
8
Dr.Listiawati.M.H.I, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Tafsir ayat ayat tentang ekonomi), ( UIN Raden Fatah
Palembang) hlm 8

13
mencari hidup, untuk kelangsungan hidupnya manusia harus mengembangkan kelestarian
seluruh apa yang ada dibumi.

Q.s Al-Qashas : 77

Artinya : Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri
akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Menurut Thabathaba’I sebagaimana dikutip Quraish Shihab bahwa penggalan ayat janganlah
engkau mengabaikan apa yang dibagi dan dianugrahkan oleh Allah Kepada mu dari kenikmatan
duniawi, yakni janganlah mengabaikannya dan harus mempergunakan hal itu untuk kepentingan
akhiratmu, sedangkan apa yang diusahakan didunia ini pada hakikatnya untuk akhirat yang
kekal.

Sementara itu Ibnu Katsir menyatakan bahwa orang orang yang dianugrahi oleh Allah swt.
Kekayaan yang berlimpah serta nikmat yang banyak hendaknya ia memanfaatkan dijalan Allah.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa haruslah berbuat baik antar sesame makhluk sebagaimana
Allah telah berbuat baik padamu sekaligus Allah juga melarang berbuat kerusakan dibumi. 9

2. Ayat yang berkenaan dengan konsumsi


Q.s Al-A’araf : 31

Artinya : Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap
(memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.

Menurut Ibnu Katsir dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah memerintahkan pada setiap
manusia untuk makan dan minum, asalkan tidak berlebihan sehinnga akhirnya menimbulkan
mudharat yang haram baginya. 10

9
Dr.Listiawati.M.H.I, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Tafsir ayat ayat tentang ekonomi), ( UIN Raden Fatah
Palembang) hlm 91-93
10
Dr.Listiawati.M.H.I, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Tafsir ayat ayat tentang ekonomi), ( UIN Raden Fatah
Palembang) hlm 100

14
3. Ayat yang berkenaan dengan distribusi

Q.s An-Nisa : 58

Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada


pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan
secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menformulasikan bahwa Allah memerintahkan
untuk menyampaikan amanah kepada ahlinya sekaligus memerintahkan bagi hakim untuk
memutuskan perkara dengan keadilan bagi manusia dengan kata lain perintah dari ayat ini
dimulai dengan menyampaikan amanah sekaligus juga perintah bagi yang memutuskan perkara
untuk berbuat keadilan bagi semua manusia.

Itulah salah satu ayat yang berkenaan dengan ekonomi islam yang berkenaan dengan
aspek produksi, konsumsi, dan distribusi, dalam penafsiran banyak dikemukakan oleh para
mufassir. Dalam kaidah penafsiran Ibnu Katsir banyak merujuk kepada pendapat pendapat para
sahabat Nabi, disamping itu ibnu katsir dalam menafsirkan ayat al-qur’an senantiasa
menyertakan hadits yang berhubungan dengan ayat yang ditafsirkannya. Sedangkan Quraish
lebih banyak merujuk kepada pendapat ulama kontemporer seperti Thabathaba’I yang jarang
sekali menyertakan hadits hadits yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkannya. 11

Para mufassir menyebutkan bahwa ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an memiliki


konteks yang berperan dalam dalil dalil ekonomi. Ayat-ayat ekonomi yang dijelaskan dalam Al-
Qur'an mencakup berbagai aspek ekonomi, seperti produksi, konsumsi, dan distribusi. Mufassir
menyebutkan bahwa ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an mendorong penganutnya untuk berlaku
adil dan setara dalam setiap proses perkeonomian, baik dalam proses produksi, konsumsi
maupun distribusi.

Selain itu, ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an juga menunjukkan kepada konsep-konsep yang
menjadi dasar ekonomi Islam, seperti kesadaran tentang perilaku yang adil dan setara, keperluan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang halal, dan peran penting dari perekonomian
dalam membangun. umat yang adil sekaligus sejahtera.

11
Dr.Listiawati.M.H.I, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Tafsir ayat ayat tentang ekonomi), ( UIN Raden Fatah
Palembang) hlm 119

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama islam, karena ekonomi merupakan bagian
yang tak terpisahkan (integral) dari agama islam. Sebagai deviasi dari agama islam, ekonomi
islam akan mengikuti agama islam dalam berbagai aspek. Islam mendefinisikan agama bukan
hanya berkaitan dengan spritualitas atau ritualitas, namun agama merupakan serangkaian
kenyakinan, ketentuan, dan peraturan serta tuntunan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia.
Islam memandang agama sebagai suatu jalan hidup yang melekat pada setiap aktivitas
kehidupan, baik ketika manusia melakukan hubungan dengan Tuhannya maupun ketika manusia
berinteraksi dengan sesame manusia dan alam semesta.

Para mufassir menyebutkan bahwa ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an memiliki


konteks yang berperan dalam dalil dalil ekonomi. Ayat-ayat ekonomi yang dijelaskan dalam Al-
Qur'an mencakup berbagai aspek ekonomi, seperti produksi, konsumsi, dan distribusi. Mufassir
menyebutkan bahwa ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an mendorong penganutnya untuk berlaku
adil dan setara dalam setiap proses perkeonomian, baik dalam proses produksi, konsumsi
maupun distribusi.

Selain itu, ayat-ayat ekonomi dalam Al-Qur'an juga menunjukkan kepada konsep-konsep yang
menjadi dasar ekonomi Islam, seperti kesadaran tentang perilaku yang adil dan setara, keperluan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang halal, dan peran penting dari perekonomian
dalam membangun. umat yang adil sekaligus sejahtera.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ika Yunia Fauzia, LC.,M.E.I & Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc.,M.S.Sc, Prinsip Dasar Ekonomi
Islam Perspektif Maqashid Al-syariah, (Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP, 2018)
Dr.Listiawati.M.H.I, Prinsip Dasar Ekonomi Islam (Tafsir ayat ayat tentang ekonomi), ( UIN
Raden Fatah Palembang)
Mannan, M.A, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta : PT Dana BhaktiWakaf, 1993)
Muhammad Amin Suma, Kemungkinan Penyerapan Nash Nash Al-Qur’an Ke Daalam
Komplikasi Bidang Ekonomi Syariah, hlm
Riki Febri Ramdhani, Menafsir Ayat Ekonomi Dalam Al-Qur’an : Dari Teks Hingga
Konteks,(Lombok Timur : Universitas Gunung Rinjani)
Salman Saesar Widyaiswara Madya, Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Sumatra
Selatan : Kanwil Kemenag, 2020)
Suaidi,S.H.I.,M.S.I, Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an : Ekonomi Islam Dalam Al-Qur’an, 2019
Zamakhsyari Abdul Majid, Ekonomi Dalam Perspektif Al-qur’an, ( Jakarta Selatan : UIN Syarif
Hidayatullah, 2016)

17

Anda mungkin juga menyukai