Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN MASYARAKAT MADANI


(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama
Oleh Ibu Prof. Dr. Novianty Djafri, S.Pd.I, M.Pd.I)

Oleh
Sukmawati
423421003

PRODI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT semata. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, serta setiap orang yang
mengikuti petunjuk serta ajarannya.
Berkat pertolongan dan petunjuk Allah, makalah yang berjudul Sistem Ekonomi Islam Dan
Masyarakat Madani ini saya buat sebagai syarat untuk memenuhi tugas mandiri serta menambah
pengetahuan dan wawasan.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya
mengharapkan sumbang saran yang bersifat memperbaiki bagi makalah saya diperiode
berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, dan selalu diberkahi oleh Allah
SWT.Wassalam,

Gorontalo, 15 Oktober 2021


Sukmawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
2.3 Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Ekonomi Islam ...................................................................................... 2
2.2 Masyarakat Madani ........................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang berdasarkan ketuhanan dan
etika. Ia terpancar dari etika yang Islamiah. Islam sengaja diturunkan oleh Allah Swt untuk seluruh
umat manusia. Sehingga Ekonomi Islam akan bekerja sekuat tenaga untuk mewujudkan
kehidupan yang baik dan sejahtera bagi manusia. Tetapi hal ini bukanlah sebagai tujuan akhir,
sebagaimana dalam sistem ekonomi yang lain. Ekonomi Islam bertitik tolak dari Allah sebagai
satu-satunya sesembahan dan memiliki tujuan akhir pada Allah juga (Allah Kaghoyatul
Ghoyyah). Penampakan yang sangat mencolok dari Ekonomi Islam adalah bagaimana proses
distribusi kekayaan tersebut dan berbagai hal kegiatan ekonomi diliputi perasaan atas
setiapperilaku kegiatan ekonomi bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah (muraqabatullah) dan
senantiasa bersama Allah (ma iyatullah).
Gagasan masyarakat madani sudah tentu tidak terbentuk begitu saja dalam format seperti
dewasa ini sebagaimana yang kita ketahui. Bahkan pemikiran ini akan masih terus berkembang
akibat dari sebuah proses pengaktualisasian yang bergerak dinamis atas konsep tersebut di
lapangan. Bangunan wacana masyarakat madani memiliki rentang waktu pembentukan yang
sangat panjang sebagai hasil dari akumulasi pemikiran yang akhirnya membentuk pola seperti
yang dikenal sekarang ini. Kemunculan konsep masyarakat madani adalah suatu bukti akan
dinamika intelektual muslim dalam usaha memaknai ajaran Islam terkait dengan kehidupan
modern, terutama dalam problem politik dan kebangsaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu ekonomi islam?
2. Apa itu prinsip ekonomi islam?
3. Apa karakteristik ekonomi silam?
4. Apa itu masyarakat madani?
5. Apa krakteristik masyarakat madani?

1.3 Tujuan
1. Memahami dan mereti ap aitu ekonomi silam
2. Memahami mengenai prinsisp ekonomi islam
3. Memahami karakteristik yang terdapat pada ekonomi silam
4. Memahami tentang masyarakat madani
5. Apa saja karaktersitik yang ada pada masyarakat madani

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekonomi Islam


Ekonomi islam yaitu ilmu yang mempelajari segala manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia dan akhirat).
Sebuah ciri utama sistem ekonomi Islam adalah konsep bahwa Allah, Tuhan Penguasa Alam
Semesta dan Maha Pemberi. Allah memberi nafkah dan penghidupan bagi semua makhluk-Nya
di seluruh alam. Allah-lah yang telah menciptakan semua harta dan sumber-sumber yang
dengannyalah manusia memperoleh nafkahnya. Sebenarnyalah Allah berkomitmen untuk
memberi makan, menjaga dan memelihara seluruh makhluk, termasuk manusia. Allah-lah yang
meluaskan dan menyempitkan rezeki.
Untuk menjelaskan konsep ini lebih jauh, baiklah kita lihat ayat Al-Qur’an Suci yaitu
terdapat pada (QS. alIsraa’ [17]: 30)

‫ط الر ْزقَ ل َم ْن يش َۤا ُء َو َي ْقد ُر ۗانه َكانَ بع َباده خَبي ًْرا َبصي ًْرا‬
ُ ‫س‬
ُ ‫ࣖ ان َرب َك َي ْب‬
Artinya:
“Sesungguhnya Tuhan-mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Ma ha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-
Nya”.
Prinsip Ekonomi Islam yaitu:
1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah
2. Menjalankan usaha-usaha yang halal
3. Implementasi Zakat
4. Penghapusan/pelarangan Riba
5. Pelarangan Judi
Beberapa Dasar Hukum Islam :
1. Sumber Pokok
- Al-Qur’an
- As- Sunnah
2. Sumber Sekunder
- Ijma’
- Qiyas
Dalam teori-teori ekonomi, nilai-nilai yang ditawarkan ekonomi Islam tergolong hal yang
baru. Meskipun pada kenyataannya ajaran Islam memberikan petunjuk- petunjuknya dalam
beraktivitas ekonomi tetapi secara bangunan ilmu masih membutuhkan proses untuk menjadi
mapan. Muncul dan berkembangnya ilmu ekonomi Islam ini turut memberikan alternatif

2
pemecahan masalah yang berlarut-larut akibat dari mengusung ide atau gagasan kapitalisme
maupun sosialisme yang mengalami kegagalan. Di sisi lain, ajaran syariah Islam memang
menuntut para pemeluknya untuk berlaku secara profesional yangdalam prosesnya menampilkan
kerapian, kebenaran, ketertiban, dan keteraturan. Tuntutan inilah yang mendorong untuk
menunjukkan tentang bagaimana ekonomi Islam memberikan alternatif dalam kejelasan konsep
kesejahteraan tersebut.
Ada beberapa prinsip ekonomi yang di bangun di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunah. Di
antaranya adalah prinsip pengetahuan ( I’tidal), prinsisp Efisisensi, dan prinsip keadilan sosial (
ijtima iyyah).
1. prinsip pertengahan
Prinsip mpertengahan menetapkan bahwa prilaku manusia, termasuk di dalamnya
Tindakan ekonomi harus di lakukan dalam keseimbangan tanpa kecenderungan untuk
ekstremisme.
2. Prinsip efisiensi
Prinsip efisiensi dalam ekonomi ini merupakan prinsisp lanjutan dari prinsisp sebelumnya
terutama prinsip tawhid dan prinsip khilafah. Sumber daya alam hays di manfaatkan secara efien
untuk memaksimalakan keutamaan ekonomi. Prinsip efisiensi dalam kegiatan ekonomi pada saat
penggunaan sumber daya alam, baik untuk konsumsi atau produksi, islam membedakan secara
jelas antara dua konsep yang bertolak belakang, yakno ishraf dan tabzir.
3. prinsisp keadilan sosial,
Keadilan sosial sangat di tekankan dalam ekonomi islam, manusia itu sama di hadapan
allah. Sebenarnya islam mengakui perbedaan potensi di antara manusia dalam mendapatkan
kekayaan yang di kumpulkan namun pada saat yang bersamaan islam sangat membenci
kemalasan, islam mengundang dan menetapkan setiap orang untuk bekerja keras dalam
mendapatkan hidup Konsep pertengahan ini di dasarkan pada ideologi islam dan meluas tidak
hanya pada penggunaan sumber daya materialistik, tetapi juga pada ketaatan beragama dalam
mematuhi Allah Saw. dan mencari karunia allah. Dengan ketentuan bahwa kemiskinan bukanlah
hasil dari kemalasan dalam kegiatan ekonomi, orang kaya memeiliki kewajiban untuk
memberikan Sebagian rezekinya kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Hal ini di maksud
untuk menyediakan struktur keseimbangan hubungan dalam masyarakat.
Yusuf Al Qarad hawi menyatakan bahawa ekonomi islam itu adalah ekonomi yang
berdasarkan ketuhanan, berwawasan kemanusiaan, berakhlak, dan ekonomi pertengahan,
sesungguhnya ekonomi islam adalah ekonomi ketuhanan ekonomi kemanusiaan, ekonomi akhlak,
dan ekonomi perttengahan dari pengertian yang di rumuskan Al Qaradhawi ini muncul empat-
empat nilai utama yang terdapat dalam ekonomi islam sehingga menjadi karakteristik ekonomi
islam yaitu:

3
1. Iqtisbad Rabbani (ekonomi ketuhanan)
Ekonomi islam adalah ekonomi Ilahiyah karena titik awalnya berawal adri allah dan
tujuannnya untuk mencapat ridha allah. Semua aktivitas ekonomi dalam islam kalua di lakukan
sesuai dengan syariat allah dan niat ikhlas maka bernilai ibadah di sisi allah. Hal iini sesuai dengan
tujuan penciptaan manusia di mukabumi, yaitu untuk beribadah kepadnya.
2. Iqtisbad Akblaqi (ekonomi akhlak)
Hal yang membedakan antara system ekonomi islam dengan sisitem ekonomi lain adalah
dalam sistem ekonomi silam antara ekonomi dengan akhlak tidak pernah terpisah sama sekali.
Karena akhlak dalalah urat nadi kehidupan islami. Kesatuan antara ekonomi dengan akhlak ini
semakin jelas terliha pada setiap aktovitas ekonomi, baik yang berkaitan dengan produksi,
konsumsi, distribusi, dan sirkulasi.
3. Iqtisbad Insani (ekonomi kerakyatan)
Ekonomi silam bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik dengan memberi
kesempatan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Intuk itu manusia harus hidup
dengan dengan pola kehidupan Rabbani sekaligus manusiawi sehingga ia mampu melaksanakan
kewajiban kepada tuhan, keada dirinya, keluarga, dan kepada manusia lain secara umum . manusia
dalam sisitem ekonomi islam adalah tujuan sekaligus sasaran dalam setiap kegiatan ekonomi
karena ia telah di percayakan sebagai khalifahnya.
4. Iqtisad Wasbatbi ( ekonomi pertengahan)
Karakteristik islam adalah seikap pertengahan, seimang antara dua kutub ( aspek duniawi
dan ukhwari) yang berlawanan dan bertentangan. Arti tawajuzun (seimbang) di antra dua kutub
ini adalah mremberikan keoada setiap kutub itu haknya masing-masing secara adil atau timbangan
yang lurus tanpa mengurangi atau melebihkan seperti aspek keakhiratan atau keduniawian.
Dalam kajian ekonomi Islam, persoalan pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian
para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islam klasik. Pembahasan ini diantaranya berangkat
dari firman Allah Swt. Dalam Qs Hud ayat 61 “Dia yang telah menjadikan kamu dari tanah dan
menjadikan kamu pemakmurnya”. Artinya, bahwa Allah Swt. menjadikan kita sebagai wakil
untuk memakmurkan bumi. Terminologi ‘pemakmuran bumi’ ini mengandung pemahaman
tentang pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi Thalib kepada seorang
gubernurnya di Mesir: “Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran bumi dengan perhatian
yang lebih besar dari pada orientasi pemungutan pajak, karena pajak sendiri hanya dapat
dioptimalkan dengan pemakmuran bumi. Barang siapa yang memungut pajak tanpa
memperhatikan pemakmuran bumi, negara tersebut akan hancur.” Islam mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan yang terus-menerus dari faktor produksi secara
benar yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian, maka
pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang
dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut

4
misalnya memberikan barang-barang yang terbukti memebrikan efek buruk dan membahayakan
manusia.
Nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah diyakini dengan segenap
keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi Islam. Nilai-nilai dasar tersebut
berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Kemudian sebagai ekonomi yang bersifat Rabbani maka
Ekonomi Islam mempunyai sumber “nilai-nilai normatif-imperatif” (meminjam istilah dari Ismail
Al Faruqi), sebagai panduan serta pedoman yang mengikat. Dengan mengakses kepada aturan
Ilahiyah (ketuhanan), setiap perbuatan manusia mempunyai unsur moral, etika, dan ibadah. Setiap
tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal merefleksikan moralitas yang
baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral
samahah (lapang dada, lebar tangan dan murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku
ekonomi untuk mendapatkan rahmat atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis,
produsen, konsumen, debitor maupun kreditor. Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar
pengembangan ekonomi Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu: tauhid (keimanan), ‘adl
(keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintahan), dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.

2.2 Masyarakat Madani


Jika merujuk kepada pemaknaan istilah maka masyarakat madani berasal dari kata madani
pada sebuah kota yang dulunya di sebut Yastrib. Kota petani dan industri kecil. Akrim Dhiyauddin
Umari menyebutkan Yastrib nama lama dari Madinah Al-Munawarrah, sumber kemenangan
dengan tanah yang subur dan air yang melimpah. Di Negara Madinah tersebut masyarakat Islam
di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw yang telah berhasil membentuk masyarakat
berperadaban tinggi. Menurut Nurkholish Madjid, kata Madinah berasal dari bahasa Arab
“madaniyaah” berarti peradaban tinggi, karena itu masyarakat madani adalah masyarakat yang
beradab. Makna lain dari kata madani berarti kota, dengan demikian masyarakat madani adalah
masyarakat kota. Perkataan “ Madinah” , dalam peristilahan modern, menunjuk kepada semangat
dan pengertian” civil society” suatu istilah Inggris yang berarti “ masyarakat sopan, beradab, dan
teratur” dalam bentuk negara yang baik. Dalam arti inilah harus difahami kata-kata hikmah dalam
bahasa Arab, ( al-insan-u madniy-un bi al-tab’-i ) (“manusia menurut naturnya adalah
bermasyarakat budaya” (merupakan padanan adagium terkenal Yunani bahwa manusia adalah
(“zoon politicon” ). Dalam perspektif Islam, civil society lebih mengacu kepada penciptaan
peradaban. Kata al-din, yang umumnya diterjemahkan sebagai agama, berkaitan dengan makna
al-tamaddun, atau peradaban. Keduanya menyatu dalam pengertian al-madinah yang arti
harfiyahnya adalah kota. Dengan demikian, maka civil society diterjemahkan sebagai masyarakat
madani yang mengandung tiga hal, yakni agama, peradaban, dan perkotaan. Di sini agama
merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.

5
Pada umumnya masyarakat madani dapat pula disebut sebagai masyarakat yang
berintuisi yang memiliki karakteristik diantaranya adanya persatuan, hal tersebut di jelaskan
dalam Qs. Ali Imran : 110

‫عن ْال ُم ْن َكر‬ َ َ‫ت للناس تَأ ْ ُم ُر ْونَ ب ْال َم ْع ُر ْوف َوت َ ْن َه ْون‬ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي َْر اُمة ا ُ ْخر َج‬
َ‫اّلل ۗ َولَ ْو ٰا َمنَ ا َ ْه ُل ْالك ٰتب لَ َكانَ َخي ًْرا ل ُه ْم ۗ م ْن ُه ُم ْال ُمؤْ منُ ْون‬
ٰ ‫َوتُؤْ منُ ْونَ ب‬
َ‫َوا َ ْكث َ ُر ُه ُم ْال ٰفسقُ ْون‬
Artinya:
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Masyarakat madani dalam Alquran memiliki karakteristik yang akan terus melekat pada
masyarakat tersebut sehingga membuatnya menjadi masyarakat yang ideal yang ada ketika itu.
Adapun karakteristik tersebut ialah masyarakat yang menjungjung tinggi aturan yang ada dalam
Alquran dan menjadikanya pedoman hidup dalam bermasyarakat sehingga akan terciptanya
masyarakat yang adil, aman, sejahtera, dan memiliki paradigma yang baru. Maksud paradigma
disini ialah paradigma yang lebih mengutamakan moral dan keadilan berdasarkan nilai nilai
keagamaan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad ketika
beliau menjadi seorang pemimpin di kota Madinah, yakni masyarakat yang hidup dengan penuh
toleransi dalam berbagai hal serta mematuhi aturan yang sudah disepakati Bersama serta
terciptanya persaudaraan yang harmonis, tentunya dibawah kepemimpinan yang adil dan
bijaksana.
Ada juga beberapa karakteristik masyarakat madani diantaranya:
1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang
mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur
kehidupan sosial.
2. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok eksklusif ke dalam masyarakat
melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
3. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam
masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatankekuatan alternatif.
4. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-
program pembangunan yang berbasis masyarakat.
5. Terjembataninya kepentingankepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-
organisasi volunter mampumemberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan
pemerintah.

6
6. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejimrejim totaliter.
7. Meluasnya kesetiaan (loyality) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui
keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
8. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembagsosial dengan berbagai
ragam perspektif.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara
kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi
kebebasannya.
11. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah
sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda
tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13. Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
Sejarah Masyarakat Madani dalam Peradaban Islam Ada dua Masyarakat Madani dalam
sejarah yang terdokumentasi sebagai Masyarakat Madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman. Allah SWT memberikan
gambaran dari Masyarakat Madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah SAW
beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari
kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk
saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai
konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap
keputusankeputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Pembentukan masyarakat madani dari proses sejarah yang panjang dan perjuangan terus
menerus dari masyarakat yang tidak berbudaya menuju masyarakat yang beradaban tinggi. Secara
universal terdapat beberapa hal untuk mewujudkan masyarakat madani, antara lain:
1) Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital) yang kondusi
bagi terbentuknya kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinnya kepercayaan dan relasi sosial antar kelompok (Fauzi, 2016).
2) Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat,

7
3) Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga ekonomi, hukum, sosial
berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial,
4)Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan kata lain terbukanya
akses terhadap berbagai pelayanan sosial,
5) Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan kemasyarakatan yang
memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan
terpercaya (Anen Sutianto, 2004).
Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi kondisi
jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau memperjuangkan kedaulatan, agar
ummatnya leluasa menjalankan syari’at agama di bawah perlindungan hukum (Nuqquib Al-Attas,
65). Masyarakat madani sejatinya bukanlah konsep yang ekslusif dan dipandang sebagai dokumen
usang. Ia merupakan konsep yang senantiasa hidup dan dapat berkembang dalam setiap ruang dan
waktu. Mengingat landasan dan motivasi utama dalam masyarakat madani adalah Al-
Qur’an.Meski Al-Qur’an tidak menyebutkan secara langsung bentuk masyarakat yang ideal
namun tetap memberikan arahan atau petunjuk mengenai prinsip-prinsip dasar dan pilar-pilar
yang terkandung dalam sebuah masyarakat yang baik. Secara faktual, sebagai cerminan
masyarakat yang ideal kita dapat meneladani perjuangan Rasulullah mendirikan dan
menumbuhkembangkan konsep masyarakat madani di Madinah. Prinsip terciptanya masyarakat
madani bermula sejak hijrahnya Nabi Muhammad SAW. beserta para pengikutnya dari Makah ke
Yatsrib. Hal tersebut terlihat dari tujuan hijrah sebagai sebuah refleksi gerakan penyelamatan
akidah dan sikap optimisme dalam mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat yang
madaniyyah (beradab).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi islam yaitu ilmu yang mempelajari segala manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia dan akhirat).
Allah-lah yang telah menciptakan semua harta dan sumber-sumber yang dengannyalah manusia
memperoleh nafkahnya. masyarakat madani berasal dari kata madani pada sebuah kota yang
dulunya di sebut Yastrib. Kota petani dan industri kecil. Akrim Dhiyauddin Umari menyebutkan
Yastrib nama lama dari Madinah Al-Munawarrah, sumber kemenangan dengan tanah yang subur
dan air yang melimpah. Akrim Dhiyauddin Umari menyebutkan Yastrib nama lama dari Madinah
Al-Munawarrah, sumber kemenangan dengan tanah yang subur dan air yang melimpah. Di Negara
Madinah tersebut masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw yang telah
berhasil membentuk masyarakat berperadaban tinggi.

3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rozalinda. Ekonomi Islam. 2014 Depok:


PT Rajagravindo Persada Jakarta
Janwari Yadi. Pemikiran Ekonomi Islam. 2016 Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Chaudhry Sharif Muhammad. Sistem Ekonomi Islam. 2012 Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group
Agung Eko Purwana, 2014. Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam
Jurnal Jucticia Islamica. Vol.11, No.1, Hal 7-8
Nurdinah Muhammad, 2017. Masyarakat Madani Dalam Perspektif Al-Quran
Jurnal Ilmiah Al-Hadists Multi Perspektif. Vol.14, No.1, Hal 23-24
Ngudi Astuti, 2012. Peran Umat Islam Dalam Mrwujudkan Civil Society Di Indonesia
Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi. Vol.11, No.2, Hal 88
Hendi Hermawan Adinugraha, 2013. Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam
Jurnal Media. Vol.21, No.1, Hal 53

10

Anda mungkin juga menyukai