Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat juga hidayah Allah swt yang
sudah mengarahkan umat manusia dengan perintah-Nya, sebagaimana termaktub pada
Al-Qur'an beserta Al-Sunnah, kepada langkah yang benar serta diridhai-Nya. Shalawat
beriring salam senantiasa terlimpahkan untuk junjungan besar kita Nabi Muhammad Saw
(Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammad) Makalah ini di susun dengan harapan
dapat membantu memahami bagaimana “Ekonomi Islam: karakteristik dan perbandingan
dengan ekonomi konvensional”. Dan berkat partisipasi dari semua teman-teman makalah
ini bisa diselesaikan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Tak lupa juga saya
menghanturkan terima kasih kepada Dosen yang sudah membimbing serta berbagai
sumber baik dalam media cetak sampai media elektronik yang sudah sangat memudahkan
dalam perancangan makalah ini.
Kami sangat menyadari jika makalah ini jauh dari ideal; oleh karenanya, kritik
serta saran yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan penelitian
selanjutnya.
Terima Kasih,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Hormat Kami,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi konvensional merupakan ekonomi yang cukup asing bagi umat
Islam di Indonesia, sebelum para penjajah baik dari Belanda, Jepang dan Portugis
itu datang ke Indonesia, negara ini sudah menerapkan sistem ekonomi bagi hasil
untuk semua lapisan masyarakat. Ekonomi pada dasarnya dikembangkan untuk
menyelamatkan masalah kehidupan sosial, agar terhindar dari krisis bahan makan
yang pokok dan kebutuhan dalam suatu keluarga. Sistem ekonomi yang ada sejak
zaman dahulu hingga sekarang itu akan tetap sama pada implementasinya, akan
selalu ada yang di atas dan di bawah. Ilmu Ekonomi adalah bidang ilmu yang
mempelajari dan membahas sistem perekonomian, mengkaji tentang studi
mengenai bagaimana manusia mengalokasikan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan manusia itu sendiri. Jika ekonomi suatu bangsa itu diolah dan
diterapkan secara baik dan sehat, maka segala bentuk permasalahan hidup ini akan
berkurang karena pada dasarnya masalah hidup itu selalu datang jika masalah
ekonomi saja semrawut dan tidak diatasi dengan baik. Keruntuhan sistem
ekonomi sosialis di akhir dasawarsa 80-an memberi peluang untuk bercokolnya
hegemoni kapitalisme. Namun dalam kenyataannya sistem kapitalis juga menuju
ke arah kehancuran dan kemunduran seiring dengan krisis global yang belum
menunjukkan tanda-tanda akan membaik sampai saat ini. Sehingga memunculkan
berbagai pendapat yang mengatakan bahwa sistem tinggal menunggu saat
kehancurannya sebagaimana halnya sistem ekonomi sosialis. Dalam kondisi
seperti inilah muncul keyakinan bahwa sistem perekonomian Islam menjadi satu-
satunya alternative (pilihan) yang tepat sebagai jawaban dalam menghadapi krisi
global yang melanda dunia saat ini.
1
kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem ekonomi Islam ini bersifat universal tanpa
melihat batas-batas etnis, ras, geografis, bahkan agama. Karena ekonomi Islam
merupakan hasil dari suatu proses transformasi nilai-nilai Islam yang membentuk
kerangka serta perangkat kelembagaan dan pranata ekonomi yang hidup dan
berproses dalam kehidupan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ekonomi syariah?
2. Bagaimana sistem ekonomi syariah?
3. Bagaimana karaktersitik ekonomi syariah?
4. Bagaimana perbandingan sistem ekonomi syariah dengan sistem ekonomi
konvensional?
5. Apa prinsip dasar ekonomi islam?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian ekonomi syariah.
2. Untuk mengetahui sistem ekonomi syariah.
3. Untuk mengetaui karaktersitik ekonomi syariah.
4. Untuk mengetahui perbandingan sistem ekonomi syariah dengan sistem
ekonomi konvensional.
5. Untuk mengetahui prinsip dasar ekonomi islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menciptakan
ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi, atau melemahkan solidaritas
keluarga dan sosial serta ikatan moral yang terjalin di masyarakat.
Definisi ekonomi syariah para ahli tersebut menekankan karakter
komprehensif tentang subjek dan didasarkan atas nilai moral ekonomi syariah
yang bertujuan mengkaji kesejahteraan manusia yang dicapai melalui
pengorganisasian sumber-sumber alam berdasarkan kooperasi dan partisipasi.
3. Ekonomi Berkeadilan
Ekonomi syariah sangat memperhatikan aspek keadilan bagi semua pihak
yang terlibat dalam praktek ekonomi syariah. Hal ini terkait dengan karakteristik
ekonomi syariah pada point pertama, bahwa ekonomi syariah adalah ekonomi
Ketuhanan sehingga diyakini lebih membawa keadilan.
4
C. Sumber Hukum Ekonomi Islam
Sebagai bagian dari ajaran syariat Islam, ekonomi syariah mempunyai
sumber yang sama dengan sumber hukum dalam Islam secara umum, yaitu:
1. Al-Qur’an
Definisi Al Qur'an secara terminologi, menurut sebagian besar ulama
Ushul Fiqih adalah sebagai berikut: Kalam Allah Azza Wa Jalla yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam
bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara matawatir,
membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf; dimulai dari surat Al-
Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.
Al Qur'an adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah,
didalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga hukumnya. Sebagai sumber hukum pertama dan utama, Al Qur'an oleh
umat Islam harus dinomor satukan dalam menemukan dan menarik hukum.
Ayat-ayat Al Qur'an harus didahulukan dalam menjawab permasalahan yang
muncul kepermukaan. Kaum muslimin tidak diperkenankan mengambil
hukum dan jawaban atas permasalahannya dari luar Al Qur'an selama hukum
dan jawaban tersebut dapat ditemukan dalam nash-nash Al Qur'an. Menurut
Abdul Wahhab Khallaf, bahwa ayat ayat hukum dalam bidang muamalah
berkisar antara 230 sampai dengan 250 ayat saja, sedangkan jumlah ayat
dalam Al Qur'an seluruhnya lebih dari 6000 ayat. Jadi jumlah ayat hukum
ekonomi syariah dalam Al Qur'an hanya sekitar 3% sampai dengan 4% saja
dari seluruh ayat dalam Al Qur'an.
2. Hadits
Hadist atau As Sunnah menurut istilah syari'at adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam bentuk qaul
(ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan/persetujuan), sifat tubuh, serta
akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri' (pensyaria'atan) bagi
ummat Islam. Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagai
penyampai ajaran Al Qur'an diberi otoritas untuk menjelaskan lebih lanjut apa
yang telah diwahyukan kepadanya. Ia berfungsi sebagai penjelas dan
5
pelaksana dari apa yang ditulis dalam Al Qur'an. Dari sini dapat kita pahami
bahwa hadist atau sering disebut juga As Sunnah adalah sumber kedua dalam
perundang undangan Islam. Di dalamnya dapat kita jumpai khasanah aturan
perekonomian syariah. Jumlah hadist yang mengandung muatan hukum
sangat terbatas dan masih kontroversi. Ada yang berpendapat hadis ahkam
berjumlah 3000 hadis, ada juga yang berpendapat jumlahnya 1200 hadis,
yang lain mengatakan jumlahnya 500 hadist.
3. Ijtihad
Menurut Al-Syaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar'i yang bersifat
'amali melalui cara istinbath. Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah pengerahan
kemampuan seseorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat tentang hukum
syar'i, sedangkan al Amidi memberikan definisi ijtihad sebagai pengerahan
kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang hukum syara' dalam
bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat seperti itu.
Nash atau dalil dalam bidang muamalah sebagian besar dalam bentuk
prinsip-prinsip umum yang ditunjukan oleh nash nash Zanni. Keberadaan
dalam bentuk zanni ini dimaksudkan agar dapat dikembangkan oleh manusia
sendiri dengan kebutuhan dan kemaslahatan manusia itu sendiri, yang tidak
terlepas dari perubahan dan tuntutan tempat dan waktu. Pada bidang inilah
terdapat wilayah ijtihad. Untuk mendapatkan ketentuan-ketentuan hukum
ekonomi syariah yang baru muncul seiring dengan kemajuan zaman dan
kebutuhan masyarakat, sangat diperlukan pemikiran emikiran baru yang biasa
dikenal dengan istilah Ijtihad.
Pintu ijtihad bagi orang yang berbakat fiqh terbuka lebar, dengan alasan
bahwa hukum-hukum dalam nash terbatas, sedangkan kegiatan manusia tidak
terbatas, maka mustahil untuk mengembalikan yang tidak terbatas kepada
yang terbatas. Sumber ijtihad inilah yang sangat memegang peran yang
sangat penting dalam pengembangan fiqh Islam terutama sekali dalam bidang
ekonomi syariah (Muamalah). Tidak terlalu berlebihan kiranya jika kita
mengatakan bahwa sumber ijtihad yang paling banyak dibutuhkan,
diperlukan dalam hukum ekonomi syariah.
6
D. Karakteristik Ekonomi Islam
Terdapat 4 (empat) karakteristik ekonomi Islam, yaitu adil, tumbuh
sepadan, bermoral, dan beradab.
1. Adil
Menurut Alquran dan hadis, adil bukan semata merupakan hasil
kesepakatan sosial. Secara ringkas, adil dimaknai sebagai suatu keadaan
bahwa terdapat keseimbangan atau proporsional di antara semua penyusun
sistem perekonomian, perlakuan terhadap individu secara setara
(nondiskriminatif) baik dalam kompensasi, hak hidup layak dan hak
menikmati pembangunan, serta pengalokasian hak, penghargaan, dan
keringanan berdasarkan kontribusi yang diberikan.
2. Tumbuh Sepadan
Ekonomi tumbuh sepadan mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang
setara dengan fundamental ekonomi negara, yaitu pertumbuhan yang
seimbang antara sektor keuangan dan sektor riil, sesuai dengan kemampuan
produksi dan daya beli masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak harus tinggi
atau cepat, namun stabil dan berkesinambungan. Eksploitasi sumber daya
secara berlebihan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi dalam
jangka pendek, namun tidak berkesinambungan. Oleh karena itu,
pertumbuhan ekonomi harus memperhatikan keseimbangan alam dan
lingkungan serta keberlanjutan pembangunan antar generasi.
3. Bermoral
Bermoral atau berakhlak mulia ditunjukkan dengan adanya kesadaran dan
pemahaman setiap anggota masyarakat terhadap kepentingan bersama dan
kepentingan jangka panjang yang lebih penting daripada kepentingan
individu. Moral Ekonomi Islam didasarkan pada kesadaran yang bersumber
dari ajaran agama Islam, bahwa kerelaan untuk mengikuti petunjuk Allah
SWT, kerelaan mengorbankan kepentingan diri, mengedepankan
kepentingan pihak lain pada hakikatnya justru akan membawa diri sendiri
kepada kesuksesan yang hakiki yaitu kesuksesan dunia dan akhirat.
7
4. Beradab
Perekonomian Islam merupakan perekonomian yang beradab,
yaitu perekonomian yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa seperti
tradisi dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang selama tidak
bertentangan dengan moralitas Islam.
8
negara memberikan dukungan terhadap kompetisi. Sistem ekonomi
kapitalis sangat erat hubungannya dengan kepentingan individu.
Menurut Adam Smith bila setiap individu diperbolehkan mengejar
kepentingannya sendiri tanpa adanya campur tangan pihak
pemerintah, maka ia seakan-akan dibimbing oleh tangan yang tidak
nampak untuk mencapai yang terbaik pada masyarakat. Dengan kata
lain dalam sistem ekonomi kapitalis berlaku "Free Fight Liberalism"
(sistem persaingan bebas). Siapa yang memiliki dan mampu
menggunakan kekuatan modal secara efektif dan efisien akan dapat
memenangkan pertarungan dalam bisnis.
9
2) Sistem Ekonomi Sosialis
Ekonomi sosialis merupakan gerakan ekonomi sebagai
perlawanan terhadap ketidakadilan yang timbul dari sistem kapitalisme.
Sisten ekonomi sosialis memberikan kebebasan yang cukup besar dalam
melaksanakan kegiatan ekonomi dengan campur tangan pemerintah.
Dalam hal ini pemerintah mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan
ekonomi untuk menjamin kesejahteraan masyarakat.
Ciri-ciri sistem ekonomi sosialis adalah sebagai berikut:
• Lebih mengutamakan kebersamaan.
• Tidak ada pengakuan atas hak-hak pribadi dalam sistem
sosialis.
• Peran pemerintah sangat kuat.
• Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga tahap pengawasan.
• Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi semuanya
diatur oleh negara.
10
➢ Sistem Ekonomi Islam
Menurut Nasution (2007 : 11) sistem ekonomi islam adalah suatu sistem
ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber
dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma, Qiyas, atau sumber lainnya. Lahirnya ide
sistem ekonomi Islam didasarkan pada pemikiran bahwa islam tidak hanya
memberikan aturan-aturan tentang ketentuan dan iman. Islam telah mengatur
kehidupan manusia dengan ketentuan-ketentuan yang telah di syariahkan.
Perilaku orang muslim dalam bidang ekonomi selalu di orientasikan pada
peningkatan keimanan, karena implementasi dari pemahaman islam akan
membentuk kehidupan yang islami dalam masyarakat secara langsung.
Sistem ekonomi islam di bangun berdasarkan atas sumber islam yakni Al-
Quran dan Hadist.
Ciri-ciri ekonomi Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Harta milik Allah dan manusia merupakan khalifah atas harta
2. Ekonomi terikat dengan akifah, syariah (hukum), dan Moral
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan
4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan
individu dengan kepentingan umum
5. Kebebasan individu dijamin dalam Islam
6. Pemerintah diberi kewenangan ikut campur dalam perekonomian
7. Melarang melakukan riba
11
masalah-masalah aktual kecuali ekonomi
konvensional.
Islam mengakui hak individu untuk Praktek ekonomi konvensional lebih
memiliki harta. Hak pemilikan harta dahulu dikenal oleh masyarakat. Sehingga
hanya diperoleh dengan cara-cara yang pemahaman baru sulit dipaksakan dan
sesuai dengan ketentuan Islam. Islam diterima oleh masyarakat yang lebih
mengatur kepemilikan harta didasarkan dahulu beresntuhan dengan konsep
atas kemaslahatan sehingga keberadaan ekonomi konvensional
harta akan menimbulkan sikap saling
menghargai dan menghormati
Islam mencegah penumpukan kekayaan Pengangguran di masyarakat lebih banyak
pada sekelompok masyarakat dan disebabkan oleh dampak pemahaman
menganjurkan distribusi kekayaan kepada masyarakat mengenai makna tentang jenis
semua masyarakat dan pendapatan/penghasilan usaha yang
belum tepat. Sementara kita harus jujur
mengakui ekonomi Islam masih belum
berperanan maksimal dalam membantu
mengangkat ekonomi kerakyatan.
Sistem ekonomi Islam melarang individu
mengumpulkan harta kekayaan secara
berlebihan untuk mencegah dirinya dan
masyarakat supaya tidak berlebihan
dalam pemilikan harta
12
bahwa Allah lah yang berhak membuat rules untuk mengantarkan
kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat.
13
Karena hal ini selaras dengan sabda Rasul yang artinya “Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (termaktub dalam Shahih
Bukhari). Kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 4
melalui firman-Nya yang berarti ”Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung”, dan dalam QS. Al-Ahzab: 21 yang
artinya ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Dari satu hadist dan dua ayat di atas dapat disarikan, bahwa Nabi
Muhammad merupakan model yang ideal dalam segala perilaku, termasuk
juga di dalamnya perilaku ekonomi dan bisnis yang seyogyanya dapat
diteladani serta diimplementasikan oleh setiap manusia, khususnya para
pelaku ekonomi dan bisnis. Nabi Muhammad juga merupakan nabi terakhir
dan nabi penyempurna dalam ajaran Islam, sehingga tidak heran jika ia
memiliki 4 (empat) sifat yang sering dijadikan landasan dalam aktivitas
manusia sehari-hari termasuk juga dalam aktivitas ekonomi dan bisnis karena
selain bidang leadership ia juga sangat perpengalaman dalam bidang
perdagangan. Empat sifat tersebut adalah shiddiq (benar, jujur, valid),
amanah (responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas), tabligh (komunikatif,
transparansi, marketable), dan fathanah (kecerdasan, kebijaksanaan,
profesionalitas, intelektualitas)
4. Pemerintahan (khilafah)
Khilafah merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin
(khalifah) di dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental dan
spiritual oleh Allah SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam
atau materi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk sustainibilitas atau
keberlangsungan hidupnya. Sehingga kosep khilafah ini melandasi prinsip
kehidupan kolektif manusia atau hablum minannas dalam Islam. Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar
pelaku ekonomi dan bisnis, agar dapat meminimalisir kekacauan,
persengketaan, dan keributan dalam aktivitas mereka.
14
Implikasi dari prinsip khilafah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah:
persaudaraan universal, kepercayaan bahwa sumber daya adalah amanah,
kewajiban agar berpola hidup hemat dan sederhana, dan setiap individu
memiliki kebebasan yang dapat dipertanggungjawabkan dan kebebasan
tersebut dibatasi dengan kebebasan antar sesama manusia sebagai wujud dari
hablum minannas. Semua itu dalam rangka untuk mencapai tujuan syariah
(maqashid as-syariah), yang mana maqashid as-syariah dalam perspektif Al-
Ghazali adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan kesejahteraan manusia.
Hal ini dicapai dengan menjaga atau melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa
(hifzu an-nafs), akal (hifzu al-‘aql), keturunan (hifzu an-nasl), dan harta
manusia (hifzu al-maal).
5. Hasil (ma’ad)
Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari belum
bisa berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata
menjadi bisa berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif
Islam dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi
manusia untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal
shaleh. Kelak amalnya itu akan mendatangkan kebahagiaan dan mendapatkan
balasan, baik semasa hidup di dunia maupun ketika di akhirat nanti. Pada
prinsipnya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga
sebaliknya. Oleh karena itu, ma’ad bermakna balasan, imbalan, ganjaran.
Menurut Imam Al-Gazhali implikasi konsep ma’ad dalam kehidupan
ekonomi dan bisnis misalnya, mendapatkan profit/laba sebagai motivasi para
pelaku bisnis. Laba tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan
diterima di akhirat. Karena itu konsep profit/laba mendapatkan legitimasi
dalam Islam.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu ekonomi syariah adalah suatu ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam yang berdasarkan pada nilai ketuhanan. Esensi sistem ekonomi ini bertitik
tolak dari Allah Azza Wa Jalla, tujuan akhirnya kepada Allah Azza Wa Jalla, dan
memanfaatkan sarana yang tidak lepas dari syari'at Allah Azza Wa Jalla.
Ekonomi syariah memiliki nilai-nilai yang berfokus pada 'amar ma'ruf dan
nahi munkar. Beberapa karakteristik ekonomi syariah dilandasi nilai ketuhanan,
pertengahan (tawassuth), dan berkeadilan.Sebagai bagian dari ajaran syariat
Islam, ekonomi syariah mempunyai sumber yang sama dengan sumber hukum
dalam Islam secara umum, yaitu Al-Qur'an, Hadits, dan Ijtihad para ulama.
Terdapat 4 (empat) karakteristik ekonomi Islam, yaitu adil, tumbuh
sepadan, bermoral, dan beradab. Secara konseptual, terdapat perbedaan antara
ekonomi konvensional dan ekonomi Islam dalam memandang manusia. Ekonomi
konvensional memandang mansusia sebagai rational economic man atau manusia
ekonomi yang rasional, sedangkan ekonomi Islam hendak membentuk manusia
ekonomi yang berkarakter Islami atau islamic economic man. Islamic economic
man dianggap perilakunya rasional jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam
yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya
mendorong untuk senantiasa yakin bahwa Allah lah yang berhak membuat rules
untuk mengantarkan kesuksesan hidup di dunia dan di akhirat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hendri H. 2013. Norma Dan Nilai Dalam Ekonomi Islam. Jurnal
Media Ekonomi & Teknologi Informasi. Volume 21, No 1.
17