Anda di halaman 1dari 22

Tugas

Mata Kuliah
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
“Rekrutmen dan Seleksi”

MOH. RIZAL D. PADE


931418085
A MANAJEMEN
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Gorontalo
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Ekonomi syariah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Valentina Monoarfa, SE., MM. selaku Dosen mata
kuliah Ekonomi Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem ekonomi syariah dan dapat diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan terhadap makalah yang telah saya buat demi perbaikan di
masa depan.

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan Dan Manfaat ...................................................................... 2
Bab II Pembahasan....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ekonomi Syariah ......................................................... 3
2.2 Konsep Dasar Ekonomi Syariah .................................................... 4
2.3 Tujuan Ekonomi Syariah ............................................................... 5
2.4 Karakteristik Ekonomi Syariah ...................................................... 5
2.5 Nilai Dan Prinsip Ekonomi Syariah .............................................. 10
Bab III Penutup ............................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 17
3.2 Saran .............................................................................................. 18
Daftar Pustaka.............................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ilmu ekonomi syariah atau juga dikenal sebagai ekonomi islam sebagai
studi ilmu pengetahuan modern baru muncul pada tahun 1970-an, tetapi
pemikiran tentang ekonomi islam telah muncul sejak islam diturunkan
melalui Nabi Muhammad SAW. Karena rujukan utama pemikiran ekonomi
ini munculnya juga bersamaan dengan di turunkannya Al Quran dan masa
kehidupan Rasulullah SAW., pada abad akhir 6 M hingga awal abad 7 M.
Setelah masa tersebut banyak sarjana muslim yang memberikan kontribusi
karya pemikiran ekonomi. Karya – karya mereka sangat berbobot, yaitu
memiliki dasar dasar argumentasi yang relijius dan sekaligus intelektual yang
kuat serta kebanyakan didukung oleh fakta empiris pada waktu itu. Banyak di
antranya sangat futuristik di mana pemikir - pemikir Barat baru mengkajinya
ratusan abad kemudian. Pemikiran ekonomi dikalangan pemikir muslim
banyak mengisih khasanah pemikiran ekonomi dunia pada masa di mana
Barat masih dalam kegelapan (dark age). Pada masa itu dunia islam justru
mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang.
Ekonomi islam di bangun untuk tujuan yang suci, dituntun oleh ajaran
islam dan di capai dengan cara – cara yang di tuntunkan pula oleh ajaran
islam. Oleh karena itu kesemua hal tersebut saling terkait dan terstruktur
secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit ekonomi islam tercermin dari
tujuannya, dan di topang oleh pilarnya. Tujuan untuk mencapai falah hanya
bisa di wujudkan dengan pilar ekonomi islam, yaitu nilai-nilai dasar (islamic
values), dan pilar oprasional yang tercermin dalam prinsip – prinsip ekonomi
(islamic principles).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan ekonomi syariah ?
2. Bagaimana konsep dasar ekonomi syariah ?
3. Apa tujuan dari ekonomi syariah ?

1
4. Bagaimana karakteristik ekonomi syariah ?
5. Apa saja nilai dan prinsip dasar ekonomi syariah ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui pengertian dari ekonomi syariah


2. Mengetahui konsep dasar ekonomi syariah
3. Mengetahui tujuan dari ekonomi syariah
4. Mengetahui karaaakteristik ekonomi syariah
5. Mengetahui nilai dan prinsip dasar ekonomi syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-


masalah ekonomi rakyat yang di lhami oleh nilai-nilai Islam (wikipedia). Sejauh
mengenai masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun
antara ilmu ekonomi islam dan ilmu ekonomi modern. Andaipun ada perbedaan itu
terletak pada sifat dan volumenya ( Mannam;1993 dalam Nasution Dkk 2010) itulah
sebabnya mengapa perbedaan pokok antara kedua sistem ilmu ekonomi dapat
dikemukakan dengan memperhatikan penanganan masalah pilihan. Berikut ini
merupakan pengertian tentang ekonomi islam yang dikemukakan oleh para ahli
ekonomi islam:

a. M. Akhram Kan
“ islamic economics ains the study of the human falah (well-being)
acheived by organizing the resource of the earth on the basic of
coorperation and participation”. Dapat diartikan bahwa Ilmu ekonomi
islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup
manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas
dasar bekerjasama dengan partisipasi.
b. M. Umer Chapra
“ islamics economics was defined as that branch of knowedge which
helps realize human well-being though an allocation and distribution of
scarce resources that is in confirmity with islamic teaching without
unduly curbing individual freedom or creating continued macroeconomic
and ecological imbalances”. Jadi, menurut Capra Ilmu ekonomi islam
adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya tanpa batas yang
berada pada koridor yang mengcu pada pengajaran islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

3
c. Kursyid Ahmad
“ islamic ecnomic is a systematic effort to thy to understand the
economics problem and mans behaviour in relation to the problem from
an islamic perspectice”. Menurut Ahmad ilmu ekonomi islam adalah
sebuah usaha sistematis utuk memahami masalah- masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif islam.

2.2 Konsep Dasar Ekonomi Syariah

Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah, tauhid si bidang
ekonomi berarti menempatakan Allah sebagai sang maha pemilik yang selalu hadir
dalam setiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan menempatkan Allah sebagai
satu-satunya pemilik maka otomatis manusia akan di tempatkan sebagai pemilik “
hak guna pakai” sementara terhadap yang dimilikinya (Munawar, 2012).
Oleh karena itu senber hukum yang di gunakan dalam ekonomi syariah adalah :
1. Alquranul Karim
Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum
ekonomi Islam yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna
memperbaiki, meluruskan dan membimbing Umat manusia kepada jalan
yang benar. Didalam Alquran banyak tedapat ayat-ayat yang melandasi
hukum ekonomi Islam, salah satunya dalam surat An-Nahl ayat 90 yang
mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan Umat Islam dalam
segala bidang termasuk ekonomi.
2. Hadis dan Sunnah
Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis  dan Sunnah.
Yang mana para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini
apabila didalam Alquran tidak terperinci secara lengkap tentang hukum
ekonomi tersebut.
3. Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan
konsensus baik dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang
tidak terlepas dari Alquran dan Hadis.

4
4. Ijtihad atau Qiyas
Ijtihad merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat.
Sedangkan qiyasadalah pendapat yang merupakan alat pokok ijtihad
yang dihasilkan melalui penalaran analogi.
5. Istihsan, Istislah dan Istishab
Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum
yang lainnya dan telah diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat
mazhab (Atika, 2015).

2.3 Tujuan Ekonomi Syariah

Tujuan akhir ekonomi syariah adalah sebagaimana tujuan dari syariah islam itu
sendiri (maqashid asy syari’ah),yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
(falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah)
inilah kebahagiaan hakiki yang diinginkan oleh setiap manusia,bukan kebahagiaan
semu yang sering kali pada akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan
(Misanam Dkk, 2008). Secara rinci tujuan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia yang merupakan tujuan utama
dari syariat Islam(mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan ekonomi
Islam.
2. Ekonomi Islam tidak hanya berorientasi ntuk pembangunan fisik material dari
individu, masyarakat dan negara saja,tetapi juga memperhatikan pembangunan
aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang
sejahtera dan bahagia.
3. Mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin terciptanya
kesejahteraan yang kekal dan abadi.
4. Untuk meningkatkan kesejahteraan material sekaligus meningkatkan
kesejahteraan spiritual.

2.4 Karakteristik Ekonomi Syariah

Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi


islam (Yafie,2003,27 dalam Nasution Dkk, 2010):

5
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menialai ekonomi kapitalis ( memberi
penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialisasi(memberikan
penghargaan terhadap persamaan dan keadilan) tidak bertentangan dengan
metode ekonomi islam
2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam teori ekonomi
konvensional dalam memahami ekonomi islam. Membantu para peminat studi
fiqih muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara ekonomi islam
dengan ekonomi konvensional.

Ada beberapa karakteristik ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam Al-


mawsu’ah wa al-analiyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta


Karakteristik pertama ini terdiri dari dua bagian yaitu : pertama, semua harta
baik benda maupun alat produksi adalah milik(kepunyaan Allah) Firman Allah
dalam QS. Al-Baqarah ayat 284:

ِ ْ‫ت َو َما فِي األَر‬


‫ض َوإِن ُت ْب ُدو ْا َما فِي أَنفُسِ ُك ْم أَ ْو‬ ِ ‫هَّلِّل ِ ما فِي ال َّس َماوا‬

‫ُت ْخفُوهُ ي َُحاسِ ْب ُكم ِب ِه هّللا ُ َف َي ْغ ِف ُر لِ َمن َي َشا ُء َوي َُع ِّذبُ َمن َي َشا ُء َوهّللا ُ َع َلى‬

-٢٨٤- ‫ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِي ٌر‬

Artinya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya
dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.

kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Diantara ayat yang
menjelaskan fungsi manusia sebagai khalifah Allah atas harta adalah Firman
Allah dalam QS al-Hadiid ayat 7:

6
َ ‫آ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَن ِفقُوا ِممَّا َج َع َل ُكم مُّسْ َت ْخ َلف‬
َ ‫ِين فِي ِه َفالَّذ‬
‫ِين آ َم ُنوا‬

-٧- ‫مِن ُك ْم َوأَن َفقُوا َل ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبي ٌر‬

Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah


sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.1

dari hal ini dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan manusia
pada hakikatnya kepunyaan Allah, karena dialah yang menciptakannya. Akan
tetapi, Allah memberi hak kepada kamu(manusia) untuk memanfaatkannya.
2. Ekonomi terikat dengan Akidah,Syariah(Hukum), dan Moral
Hubungan ekonomi islam dengan akidah dan syariah memungkinkan aktifitas
ekonomi dalam islam menjadi ibadah. Sedangkan diantara bukti hubungan
ekonomi dan moral dalam islam(Yafie,2003:41-42 dalam Nasution Dkk, 2010)
adalah :
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat
menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau ataskepentingan
masyarakat.
b. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi.
c. Larangan Menimbun (menyimpan) emas dan perak atau sarana-sarana
moneter lainnya, sehingga mencagah peredaran uang, karena uang sangat
diperlukan buat mewujudkan kemakmuran perekonomian dalam masyarakat.
d. Larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan individ
dalam masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan

1
yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik
pada hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-
hukum yang Telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.

7
Sesungguhnya islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat.
Setiap aktifitas manusia kan berdampak pada kehidupannya kelak diakhirat. Hal
ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an antara lain di dalam ayat-ayat berikut
a. QS Al Qassash ayat 77:

‫ك م َِن ال ُّد ْن َيا‬


َ ‫نس َنصِ ي َب‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّد‬
َ ‫ار اآْل خ َِر َة َواَل َت‬ َ ‫َوا ْب َت ِغ فِي َما آ َتا‬

ِ ْ‫ْك َواَل َتب ِْغ ْال َف َسادَ فِي اأْل َر‬


‫ض إِنَّ هَّللا َ اَل‬ َ ‫َوأَحْ سِ ن َك َما أَحْ َس َن هَّللا ُ إِ َلي‬

َ ‫ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ د‬


-٧٧- ‫ِين‬

Artinya : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

b. QS Al Baqarah ayat 201:

‫ِو ِم ْنهُم مَّن َيقُو ُل َر َّب َنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا‬

َ ‫َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
-٢٠١- ‫ار‬

Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa

neraka"2

Disamping kedua ayat tersebut,masih ada ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an yang

mengemukakan hal tersebut seperti Surah al-Jumu’ah ayat 9 dan 10, an najjam

ayat 29 dan al insan ayat 27.


2
inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.

8
4. Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan
kepentingan umum.
Arti keseimbangan dalam sistem sosial islam adalah, islam tidak mengakui hak
mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu,
termasuk dalam bidang hak milik. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan
mengabaikan kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum.
5. Kebebasan individu dijamin dalam islam.
Idividu-individu dalam perekonomian islam diberikan kebebasan untuk
beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan.
Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang telah digariskan
oleh Allah SWT. dalam al quran maupun al hadist.
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian.
Islam memperkenankan neagara untuk mengatur masalah perekonomian agar
kebutuhan masyarakat baiak secara individu maupun sosiala dapat terpengaruhi
secara proporsional. Dalam islam negara berkewajiban melindungi kepentingan
masyarakat dari ketidak adilan yang dilakukan seseorang maupun sekelompok
orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban memberiakn jaminan
sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak.
7. Bimbingan kosumsi.
Dalam al quran bimbingan konsumsi Allah berfirman dalam QS. Al-a’raf ayat
31:

‫َيا َبنِي آ َد َم ُخ ُذو ْا ِزي َن َت ُك ْم عِ ندَ ُك ِّل َمسْ ِج ٍد و ُكلُو ْا َوا ْش َربُو ْا َوالَ ُتسْ ِرفُو ْا‬

َ ‫إِ َّن ُه الَ ُيحِبُّ ْالمُسْ ِرف‬


-٣١- ‫ِين‬

Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid3, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan 4. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
3
Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-
ibadat yang lain.
4
Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui
batas-batas makanan yang dihalalkan.

9
8. Petunjuk investasi.
Ada lima kriteria yang sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam
menilai proyek investasi, yaitu :
a. Proyek yang baik menurt islam
b. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat.
c. Memberantas kekafiran, memperbaiki pedapatan, dan kejayaan.
d. Memelihara dan menumbuh kembangkan harta.
e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
9. Zakat
Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang tidak
terdapat pada perekonomian lain. Sistem perekonomian diluar islam tidak
mengenal tuntunan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta
tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
10. Larangan riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang normal
yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Diantara faktor yang
menyelewengkan uang dari bidangnya yang normal adalah bunga (riba).

2.5 Nilai Dan Prinsip Ekonomi Syariah

Nilai dasar ekonomi syariah adalah seperangkat nilai yang telah diyakini dengan
segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi syariah.
Nilai-nilai dasar tersebut berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Kemudian sebagai
ekonomi yang bersifat Rabbani maka Ekonomi syariah mempunyai sumber “nilai-
nilai normatif-imperat if”(meminjam istilah dari Ismail Al Faruqi), sebagai panduan
serta pedoman yang mengikat. Dengan mengakses kepada aturan Ilahiyah
(ketuhanan), setiap perbuatan manusia mempunyai unsur moral, etika, dan ibadah.
Setiap tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertikal
merefleksikan moralitas yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi
manusia dan makhluk lainnya. Nilai moral samahah (lapang dada, lebar tangan dan
murah hati) ditegaskan sebagai prasyarat bagi pelaku ekonomi untuk mendapatkan
rahmat atau kasih dari Tuhan, baik selaku pedagang/pebisnis, produsen, konsumen,
debitor maupun kreditor.
Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar pengembangan ekonomi Islam
terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu: tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),

10
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintahan), dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi
Islam. Rincian dari nilai-nilai universal ekonomi Islam tersebut dapat dijelaskan
serta dipaparkan sebagai berikut (Muhammad dan Karim, 1999: 22 Adinugraha,
2013):
1. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Tauhid merupakan fondasi fundamental ajaran Islam. Bahwa tauhid itu yang
membentuk 3 (tiga) asas pokok filsafat Ekonomi syariah, yaitu: Pertama, ”dunia
dengan segala isinya adalah milik Allah SWT., dan berjalan menurut kehendak-
Nya” (QS. Al-Ma’idah: 20, QS. Al-Baqarah: 6). Manusia sebagai khalifah - Nya
hanya mempunyai hak kepemimpinan (khilafat) dan pengelolaan yang tidak
mutlak/absolut, serta harus tunduk melaksanakan hukum-Nya. Akibatnya apabila
kita menggunakan mafhum mukhalafah, dapat dikatakan bahwa mereka yang
menganggap kepemilikan secara mutlak/tak terbatas berarti telah ingkar kepada
hukum Allah SWT. Implikasi dari status kepemilikan menurut Islam adalah hak
manusia atas barang atau jasa itu terbatas. Hal ini jelas berbeda dengan kepemilikan
mutlak oleh individu pada sistem kapitalis dan oleh kaum proletar pada sistem
sosialis.

Kedua, ”Allah SWT adalah pencipta semua makhluk dan semua makhluk tunduk
kepada-Nya” (QS. Al-An’am: 142-145, QS. An-Nahl: 10-16, QS. Faathir: 27-29,
QS. Az-Zumar: 21). Dalam perspektif Islam, kehidupan di dunia hanya dipandang
sebagai ujian dan sementara (tidak kekal/abadi), dimana akan diberikan kenikmatan
dengan surga yang abadi bagi mereka yang dikasihi-Nya, sebagai sesuatu yang
sifatnya non materil, yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak dapat diukur
dengan sesuatu yang pasti (absolut), dan ini sulit untuk dimasukkan ke dalam
analisis ekonomi konvensional. Sedangkan ketidakmerataan karunia atau nikmat
dan kekayaan yang diberikan Allah kepada setiap makhluk-Nya merupakan kuasa
dan kehendak Allah semata. Dengan tujuan agar mereka yang diberi kelebihan
nikmat bisa selalu bersyukur kepada Sang pemberi rizki dengan cara menyisihkan
dan memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(delapan ashnaf). Sehingga akan tumbuh aktivitas ekonomi yang merata secara
egaliter.

11
Ketiga, secara horizontal iman kepada Hari Akhir (kiamat) akan mempengaruhi
perilaku manusia dalam aktivitas ekonomi. Misalnya seorang muslim yang ingin
melakukan aktivitas ekonomi tertentu, maka ia juga akan mempertimbangkan akibat
setelahnya (akibat jangka panjang). Hal ini bermaksud agar setiap individu muslim
dalam memilih aktivitas ekonomi tidak hanya memikirkan kenikmatan sesaat kala
itu saja (jangka pendek) akan tetapi ia selalu berfikir akibat baik dan buruknya jauh
ke depan. Karena kehidupan di dunia hanya ”numpang lewat” untuk mencari bekal
kelak di akhirat.

2. ‘Adl (Keadilan)

Allah adalah Sang pencipta seluruh yang ada di muka bumi ini, dan ’adl
(keadilan) merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua manusia itu
sama (egalitarianism) di hadapan-Nya dan memiliki potensi yang sama untuk
berbuat baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya hanya tingkat ketaqwaan
setiap individunya. Implikasi prinsip ‘adl (keadilan) dalam ekonomi Islam ialah:
pemenuhan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat, sumber pendapatan yg
terhormat, distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata, dan pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi yang baik. (Karim, 2003: 8-9 dalam Adinugraha, 2013). Hal ini
tersirat dalam QS. Al-An’am: 152 yang ininya bahwa Allah memerintah kepada
manusia agar dapat berlaku adil dalam segala hal, terutama kepada mereka yang
sedang diamanahi kekuasaan dan mereka yang senantiasa berhubungan dengan
transaksional bermu’amalah atau berniaga (Nuruddin, 1994: 233 dalam Adinugraha,
2013).

3. Nubuwwah (Kenabian)

Karena sifat cinta, kasih, sayang, dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak
dibiarkan semena-mena hidup di dunia ini tanpa mendapat petunjuk dan
bimbingan dari-Nya. Maka dari itu diutuslah para nabi dan rasul sebagai
delegasi dalam menyampaikan petunjuk Allah kepada manusia tentang
bagaimana hidup yang baik, benar, dan berkah (hayatun thoyyibah) di dunia,
dan mengajarkan jalan/cara untuk kembali kepada Allah jika ia melakukan
kesalahan atau kekhilafan (taubah).

12
Salah satu tugas rasul adalah menjadi model terbaik yang harus diteladani
manusia agar mendapatkan keselamatan (salamah) di dunia dan akhirat.
Karena hal ini selaras dengan sabda Rasul yang artinya ”Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (termaktub dalam Shahih
Bukhari). Kemudian ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. Al-Qalam: 4
melalui firman-Nya yang berarti: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung”, dan dalam QS. Al-Ahzab: 21 yang
art inya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Dari satu hadist
dan dua ayat di atas dapat disarikan, bahwa Nabi Muhammad merupakan
model yang ideal dalam segala perilaku, termasuk juga di dalamnya perilaku
ekonomi dan bisnis yang seyogyanya dapat diteladani serta diimplementasikan
oleh setiap manusia, khususnya para pelaku ekonomi dan bisnis. Nabi
Muhammad juga merupakan nabi terakhir dan nabi penyempurna dalam ajaran
Islam, sehingga tidak heran jika ia memiliki 4 (empat) sifat yang sering
dijadikan landasan dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk juga dalam
aktivitas ekonomi dan bisnis karena selain bidang leadership ia juga sangat
perpengalaman dalam bidang perdagangan, berikut penjelasan implementasi 4
(empat) sifat Nabi dalam aktivitas ekonomi dan bisnis (al-Diwany, 2003: 161
dalam Adinugraha, 2013):

Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi
hidup setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan muncul konsep turunan, yaitu
efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang
tepat (on time) dan benar (all right), sedangkan efisiensi adalah melakukan
aktivitas dengan benar dan hemat, maksudnya menggunakan teknik dan
metode yang tidak menyebabkan kemubadziran; Kedua, Amanah
(responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas). Apabila sifat ini
diimplementasikan dalam praktek maka akan membentuk pribadi yang
kredibel dan memiliki sikap penuh tanggung jawab. Kolektifitas dari setiap

13
individu dengan kredibilitas dan tanggung jawab yang tinggi dapat
menciptakan masyarakat yang kuat. Sifat amanah memiliki posisi yang
fundamental dalam aktivitas ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan
tanggung jawab dalam berperilaku, maka kehidupan ekonomi dan bisnis akan
amburadul (tidak stabil). Ketiga, Fathanah (kecerdasan, kebijaksanaan,
profesionalitas, intelektualitas). Sifat ini dapat dijadikan strategi dalam hidup,
karena untuk mencapai ma’rifatullah (mengenal Allah melalui ayat-ayat dan
tanda-tanda kebesaran-Nya), setiap individu harus mengoptimalkan segala
potensi yang telah diberikan oleh-Nya. Potensi paling bernilai yang menjadi
pembeda manusia dengan makhluk lain dan hanya dianugrahkan pada manusia
adalah al-’aqlu (intelektualita). Implikasi sifat ini dalam aktivitas ekonomi dan
bisnis adalah bahwa segala aktivitas ekonomi harus dilakukan dengan ilmu
atau kecerdasan, dan optimalisasi semua potensi akal (al-’aqlu) yang ada
untuk mencapai tujuan (goal). Memiliki kredibilitas dan responsibility yang
tinggi saja belum cukup dalam menjalankan kehidupan berekonomi dan
berbisnis. Tetapi apabila dilengkapi dengan akal cerdas dan sikap
profesionalitas yang mumpuni maka hal ini akan lebih mudah dalam
menjalankannya (konsep ”work hard and smart”). Keempat, Tabligh
(komunikatif, transparansi, marketeble). Merupakan soft skill yang selayaknya
dimiliki oleh setiap manusia, karena setiap pribadi beragama mengemban
tanggung jawab penyampaian (da’wah). Sifat tabligh dalam ekonomi dan
bisnis menurunkan prinsip-prinsip ilmu komunikasi (personal, interpersonal),
seperti penjualan, pemasaran, periklanan, pembentukan opini masa, dan lain
sebagainya.

4. Khilafah (Pemerintahan)

Khilafah merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin


(khalifah) di dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental dan
spiritual oleh Allah SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam atau
materi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk sustainibilitas atau
keberlangsungan hidupnya. Sehingga kosep khilafah ini melandasi prinsip

14
kehidupan kolektif manusia atau hablum minannas dalam Islam. Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keteraturan interaksi (mu’amalah) antar
pelaku ekonomi dan bisnis, agar dapat meminimalisir kekacauan,
persengketaan, dan keributan dalam aktivitas mereka. Implikasi dari prinsip
khilafah dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah: persaudaraan universal,
kepercayaan bahwa sumber daya adalah amanah, kewajiban agar berpola
hidup hemat dan sederhana, dan setiap individu memiliki kebebasan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan kebebasan tersebut dibatasi dengan
kebebasan antar sesama manusia sebagai wujud dari hablum minannas. Semua
itu dalam rangka untuk mencapai tujuan syariah (maqashid as-syariah), yang
mana maqashid as-syariah dalam perspektif Al-Ghazali adalah untuk
menciptakan kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Hal ini dicapai dengan
menjaga atau melindungi agama (hifzu ad-din), jiwa (hifzu an-nafs), akal
(hifzu al-’aql), keturunan (hifzu an-nasl), dan harta manusia (hifzu al-mal).

5. Ma’ad (Hasil)

Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari belum
bisa berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata
menjadi bisa berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif
Islam dunia adalah ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi
manusia untuk mencari bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal
shaleh. Kelak amalnya itu akan mendatangkan kebahagiaan dan mendapatkan
balasan, baik semasa hidup di dunia maupun ketika di akhirat nanti. Pada
prinsipnya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga
sebaliknya. Oleh karena itu, ma’ad bermakna balasan, imbalan, ganjaran.
Menurut Imam Al-Gazhali implikasi konsep ma’ad dalam kehidupan ekonomi
dan bisnis misalnya, mendapatkan profit/laba sebagai motivasi para pelaku
bisnis. Laba tersebut bisa didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan
diterima di akhirat. Karena itu konsep profit/laba mendapatkan legitimasi
dalam Islam (Karim, 2003: 11-12 dalam Adinugraha, 2013).

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-


masalah ekonomi rakyat yang di lhami oleh nilai-nilai Islam. Sejauh mengenai
masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara ilmu
ekonomi islam dan ilmu ekonomi modern.

16
2. Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah, tauhid si bidang
ekoni berarti menempatakan Allah sebagai sang maha pemilik yang selalu hadir
dalam setiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan menempatkan Allah
sebagai satu-satunya pemilik maka otomatis manusia akan di tempatkan sebagai
pemilik “ hak guna pakai” sementara terhadap yang dimilikinya.
3. Tujuan ekonomi adalah sebagai berikut:
1) Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia yang merupakan tujuan
utama dari syariat Islam(mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan
ekonomi Islam.
2) Ekonomi Islam tidak hanya berorientasi ntuk pembangunan fisik material dari
individu, masyarakat dan negara saja,tetapi juga memperhatikan
pembangunan aspek-aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi
kehidupan yang sejahtera dan bahagia.
3) Mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin terciptanya
kesejahteraan yang kekal dan abadi.
4) Untuk meningkatkan kesejahteraan material sekaligus meningkatkan
kesejahteraan spiritual.
4. Beberapa karakteristik ekonomi islam sebagaimana disebutkan dalam Al-
mawsu’ah wa al-analiyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:
1) Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan khalifah atas harta.
2) Ekonomi terikat dengan Akidah,Syariah(Hukum), dan Moral.
3) Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan.
4) Ekonomi islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu
dengan kepentingan umum.
5) Kebebasan individu dijamin dalam islam.
6) Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian.
7) Bimbingan kosumsi.
8) Petunjuk investasi.
9) Zakat.
10) Larangan riba.
5. Prinsip atau nilai sebagai landasan dan dasar pengembangan ekonomi Islam
terdiri dari 5 (lima) nilai universal, yaitu:
1) tauhid (keimanan)
2) ‘adl (keadilan)

17
3) nubuwwah (kenabian)
4) khilafah (pemerintahan), dan
5) ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk menyusun
proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam.

3.2 Saran

Dengan pembaca mengetahui beberapa ilmu mengenai ekonomi syariah di harapkan


pembaca dapat mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari hari yakni
menerapkan ekonomi yang sesuai dengan tuntunan islam yang bersumber dari Al-
Quran dan Al Hadist, karena kita telah mengetahui bahwa harta adalah kepunyaan
Allah SWT., dan manusia hanyalah khalifa atas harta tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hendri Hermawan. (2013). Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam.
Jurnal Media Ekonomi & Teknologi Informasi, Vol.21 No. 1
http://p3m.stainkudus.ac.id/files/Ahttp://dinus.ac.id/wbsc/assets/dokumen/majal
ah/4-Hendri_Hermawan_%2849-59%29.pdfNITA-Jul-Desi.pdf (diakses pada
3/12/2015).

18
Atika, Suraya. (2015). Makalah Ekonomi Islam. (artikel online) http://suraya-
atika.blogspot.co.id/2014/11/makalah-ekonomi-islam.html (diakses pada
3/12/2015) .

Misanam, Munrokhim. Suseno, Priyonggo. dan Hendrieanto, M. Bhekti. (2008). Ekonomi


Islam. Jakarta:PT RajaGrafindo

Nasution, Mustafa Edwin. Setyanto, Budi. Huda, Nurul. Mufraeni, Muhammad Arief. dan
Utama, Bey Sapta. (2010). Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam.
Jakarta:Kencana

Munawar, Fansuri. (2012). Ekonomi Syari’ah, Perbankkan Islam, Dan Manajemen


Pendidikan Di Era Global. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol.10
No.2.
http://jurnal.upi.edu/file/05_Ekonomi_Syariah,_Perbankan_Islam_dan_Manaje
men_Pendidikan_Islam_di_Era_Global-Fansuri_Munawar1.pdf (di akses pada
3/12/2015).

Wikipedia. (2015). Ekonomi Syariah. (artikel online)


https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah (di akses pada 3/12/2015)

19

Anda mungkin juga menyukai