Anda di halaman 1dari 19

KONSEP UMUM IDEOLOGI, IDEOLOGI PANCASILA DAN HUBUNGAN

IDEOLOGI ISLAM DAN IDEOLOGI LAINNYA

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Civic Education pada Program Studi
Hukum Tata Negara Semester 2

OLEH:
KELOMPOK II (DUA)
DARUS SALAM
01184161
SHURFAH PUTRIA M
01184175
CHANDRA WIJAYA
01184151
NUR AVIVA IDRIS
01184164
ARDIANSYAH
01184158
SULAIMAN
01184172

DOSEN PEMBIMBING
BUSTAMIN, S.SOS., M.SI.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Watampone, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Ideologi 3
B. Ideologi Pancasila 3
C. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Agama Islam 5
D. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya 10
BAB III PENUTUP 15
A. Simpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR RUJUKAN 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perlu kita sadari bahwa negara dimana kita berpijak ini bagaikan secuil
tanah surga yang terhempas kedunia fana, bukan hanya karena lukisan alamnya
yang memikat mata, tapi juga keaneka ragaman suku, bahasa, budaya, tradisi,
kepercayaan, membuat indonesia seperti surga yang didiami oleh orang-orang
yang datang dari segala bangsa.
Banyak Filosof-filosof modern dieropa begitu bingungnya menilai
Indonesia, negara ini didiami oleh 1.128 suku, 726 ragam bahasa,dipecah dalam
17.504 pulau yang terbentang lebih luas dibanding daratan eropa, namun yang
mencengangkannya, 1.128 suku yang terpecah dalam 17.504 pulau tersebut dalam
era modern justru menjadi sebuah negara, bahkan yang lebih mengejutkannya
negara tersebut bukanlah sebuah negara federal, namun merupakan sebuah negara
kesatuan yang terotonom, dengan kata lain Indonesia telah berhasil
mempersatukan sebuah wilayah yang memiliki kompleksifitas tinggi untuk
disatukan.
Yang luar biasanya lagi para pendiri negara ini telah mampu membangun
sebuah ideologi, ideologi yang menyatukan kearifan lokal dari seluruh suku,
kebijaksanaan dari seluruh agama dan kepercayaan, dikolaborasikan dan saling
bertoleransi dalam satu wadah bernama pancasila.
Negara ini menjadikan pancasila sebagai ideologi dasar negara. Menjadi
pedoman dasar pembentukan suatu kebijakan konstitusional, berbeda dengan
negara lain yang mengembangkan sistem politik, keuangan, dan agama sebagai
ideologi mereka, justru Indonesia menciptakan suatu ideologi baru yang
mempersatukan perbedaan, para pendiri negara ini tidak menghendaki sistem
politik menjadi sebuah ideologi karena akan berakibat pada feodalisme, mereka
juga tidak menghendaki sistem pasar dan keuangan menjadi ideologi karena akan

1
hanya menguntungkan para pemodal kuat, mereka juga menolak agama menjadi
ideologi karena begitu beragamnya agama yang dimiliki.
Namun beliau hanya menjawab, kami ingin ideologi negara kami dihayati
oleh seluruh rakyat kami, kami tidak ingin memakai dua ideologi dalam satu
konstitusi, ideologi islam untuk penduduk muslim, dan ideologi lain untuk
penduduk non muslim, lagi pula ajaran-ajaran agama telah terkandung dalam
butir-butir penghayatan Pancasila, yaitu dalam butir-butir sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa, yang menegaskan kembali ajaran tauhid Islam yang monotheis.
Bahkan hal ini tidak dimiliki oleh Rukun Negara yang merupakan Ideologi
Malaysia yang menetapkan islam sebagai agama negara. Sila pertama Rukun
Negara hanya menyatakan Taat Kepada Tuhan, tanpa membedakan apakah
polytheis atau monotheis. Bagi para filosof hingga saat ini Pancasila masih
merupakan ideologi yang paling kompleks dari sisi struktur bangunnya namun
paling mudah

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ideologi?
2. Bagaimana konsep Ideologi Pancasila?
3. Apa Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Agama Islam?
4. Bagaimana Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ideologi
2. Untuk mengetahui Ideologi Pancasila
3. Untuk mengetahui Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi
Agama Islam
4. Untuk mengetahui Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi
Kata ideologo berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagai hasil
kesadaran manusia dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf perancis
A. Destut lde Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan (idea) manusia
serta kadar kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas sebagai keseluruhan
pemikiran, cita rasa, serta segala upaya, terutama di bidang politik . Ideologi juga
diartikan sebagai filsafah hidupdan pandangan dunia (dalam bahasa Jerman
disebut Weltanschauung).
Ideologi berasal dari kata yunani yaitu iden yang berarti melihat, atau idea
yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang
berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan
dan buah pikiran atau science des ideas.1
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang
dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar,
serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan
kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan,
kekuasaan, dan kelembegaan dengan tujuan kesejahteraan.

B. Ideologi Pancasila
Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi
filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran

1
Al-Marsudi, Subandi. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, (Cet.I:
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 57

3
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau
menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan
ruang dan waktu.2
Kemudian isi rumusan filsafat yang dinamakan Pancasila itu kemudian
diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi
persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh
bangsa atau warga Negara Indonesia.
Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian
kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah
fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat
sampai ke daerah-daerah.
Kalau dikaji dari butir-butir kelima sila dalam ideologi Pancasila tersebut,
sebenarnya sudah mencakup gambaran pembentukan karakter manusia Indonesia
yang ideal, sebagai mana yang diharapkan para penggali dari pancasila itu sendiri.
Gambaran pembentukan manusia Indonesia seutuhnya itu, dapat diilustrasikan
Pada sila pertama tersirat bagaimana manusia Indonesia berhubungan dengan
Tuhannya atau kepercayaannya. Pada sila kedua tergambar bagaimana manusia
Indonesia harus bersikap hidup dengan orang lain sebagaimana layaknya manusia
yang punya pikiran dan ahklak hingga dia bisa bersikap sebagai mahkluk yang
tertinggi dibandingkan dengan mahkluk lainnya yaitu binatang. Sila ketiga
menerangkan bagaiama manusia Indonesia menciptakan suatu pandangan betapa
pentingnya arti persatuan dan kesatuan bangsa dari pada bercerai berai seperti
pada pepatah bersatu kita teguh dan bercerai kita runtuh. Sila keempat telah
menegaskan bagaimana manusia Indonesia mengimplementasikan cara bersikap
dan berpendapat serta memutuskan sesuatu menyangkut kepentingan umum

2
Setiadi, Elly M..Pendidikan Pancasila. (Cet. I; Jakarta : Gramedia 2003), h. 34

4
secara bijak demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi yang terlindungi antara
hak dan kewajibannya berimbang dalam mengimplementasikannya
Pada sila kelima dijabarkan bagaimana manusia Indonesia mewujudkan
suatu keadilan dan kemakmuran bagi seluruh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dari penjabaran kelima sila tersebut di atas, maka sudah sepantasnya bahwa
Pancasila beserta kelima silanya itu layak dijadikan sebagai pandangan dan
pegangan hidup serta dijadikan sebagai pembimbing dalam menciptakan
kerangka berpikir untuk menjalankan roda demokratisasi dan diimplementasikan
dalam segala macam praktik kehidupan menyangkut berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. maka
mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai
sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk
dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara,
harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia.

C. Hubungan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Agama Islam


Masing-masing pemeluk agama perlu kembali ke ajaran agamanya
masing-masing dan berusaha untuk menjaga diri dalam hidup bermasyarakat.
Ideologi yang berbeda antaragama hendaknya tidak disikapi dengan sikap anarkis
dan destruktif sehingga merugikan orang lain. Nilai yang berbeda hendaknya
disikapi dengan sikap “untukmu agamamu, untukku agamaku”. Dengan
demikian, yang perlu diperhatikan adalah masing-masing agama mempunyai
itikad baik dalam memberikan pemahaman yang baik sesuai ajaran masing-
masing.3
Ada beberapa aturan atau hukum dalam islam yang mengatur bagaimana
bernegara yang baik sesuai dengan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ sahabat dan
ulama yang berjalan diatasnya.Secara implisit Islam tidak mengenal Pancasila

3
Alfian dan Oesman O., Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, (Cet.I; Jakarta: BP7. 1992), h. 20

5
sebagai ideologi yang mutlak benar, pemahaman nilai Pancasila secara eksplisit
dan sesuai dengan kaidah hukum islam itulah yang akan diakui.Konsep
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila jelas disebutkan di Al-Qur’an Surat
Al-Ikhlas yang kemudian dalam islam dikatakan sebagai bentuk akidah
ketauhidan untuk meng-Esa-kan Allah sebagai satu-satunya Tuhan bagi umat
Islam. Begitupun bagi pemeluk agama lain, dipersilahkan untuk meyakini
Tuhannya masing-masing karena Islam tidak boleh dan tidak akan memaksakan
ajaran agamanya kepada pemeluk agama lain.
Konsep kemanusiaan yang adil dan beradab dan konsep keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, hal ini erat hubungannya dengan hak dan
kewajiban setiap elemen masyarakat. Salah satu contoh saat ini adalah munculnya
gerakan emansipasi wanita sebagai gerakan yang berusaha mensejajarkan tugas
dan peran wanita dengan pria. Proses radikalisasi mengubah gaya feminim wanita
menjadi gaya maskulin ala pria menjadi sebuah kebebasan yang perlu untuk
dihargai dan dihormati tanpa batasan apapun. Padahal tidak demikian, secara
kodrat fisik dan psikisi wanita sangat berbeda dengan pria, sehingga perbedaan
tersebut merupakan salah satu faktor akan membawa kepada pola-pola aktivitas
yang terbatas dan semestinya.
Ada wacana bahwa Islam sangat mendeskreditkan peran wanita sebagai
salah satu elemen masyarakat. Padahal tidak demikian, Islam memandang
perlunya untuk meletakkan peran dan fungsi masing-masing agar berjalan sesuai
dengan track yang semestinya. Wanita sebagai poros utama dalam membangun
keluarga yang sehat baik secara fisik maupun psikis merupakan peran terbesar,
bahkan ketahanan terkecil dalam suatu organisasi terkecil dimulai dari keluarga.
Namun, dengan slogan “kesetaraan gender” dan “kungkungan budaya patriarkhi”
adalah propaganda yang sering didengung-dengungkan. Seolah-olah wanita saat
ini sedang menderita karena kungkungan peraturan, dan harus segera dibebaskan
dari belenggu tersebut.

6
Perlunya setiap muslim belajar untuk memahami hak dan kewajiban
sebagai seorang perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, akan didapati porsi
dan beban yang sudah sesuai ukuran, tidak berat ataupun ringan. Dalam masalah
pekerjaan, secara asal nafkah bagi keluarga itu tanggug jawab kaum lelaki.
Mengutip pendapat dari salah satu ulama yang mengatakan bahwa, “Islam
menetapkan masing-masing dari suami istri memiliki kewajiban yang khusus agar
keduanya menjalankan perannya, hingga sempurnalah bangunan masyarakat di
dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan
sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang,
menyusui dan mengasuh mereka serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya,
mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati
mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai
meninggalkan kewajiban dalam rumahnya berarti ia menyia-nyiakan rumah
berikut penghuninya. Hal tersebut berdampak terpecahnya keluarga baik hakiki
maupun maknawi.4
Bila kaum wanita tidak ada lagi yang mencukupi dan mencarikan nafkah,
boleh baginya keluar rumah untuk bekerja, tentunya ia harus memperhatikan
adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga iffah (kemulian dan kesucian)
harga dirinya sebagai wanita. Apakah tetap dikatakan bahwa wanita tidak boleh
bekerja? Tentunya perlu dipikir matang-matang mengenai hal ini dengan berbagai
pertimbangan, tidak serta serta secara serampangan dengan slogan emansipasi
wanita sebagai bentuk untuk melegitimasi segala bentuk peran yang ingin
dilakukan.
Sedangkan konsep persatuan indonesia dalam perspektif islam dimaknai
bahwa perlunya gerakan untuk menjaga keutuhan NKRI. Adapun ketimpangan
dan ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa perlu dilakukan upaya untuk
menasehati dan mengingatkan kepada hal yang ma’ruf dengan cara yang ma’ruf

4
L. Andriani Purwastuti,. Pendidikan Pancasila (Cet.I; Yogyakarta : UNY Press, 2002), h. 56

7
pula. Kewajiban taat kepada pemerintah merupakan salah satu prinsip Islam yang
agung. Namun di tengah carut-marutnya kehidupan politik, prinsip ini menjadi
bias dan sering dituding sebagai bagian dari gerakan pro status quo. Padahal,
agama Islam telah mengatur bagaimana seharusnya sikap seorang muslim
terhadap pemerintahnya, baik yang adil maupun yang dzalim.
KKN, represivitas penguasa, kedekatan pemerintah dengan Barat,
seringkali menjadi isu yang diangkat sekaligus dijadikan pembenaran untuk
melawan pemerintah. Dari yang ‘sekedar’ demonstrasi, hingga yang berujud
pemberontakan fisik. Meski terkadang isu-isu itu benar, namun sesungguhnya
syariat Islam telah mengatur bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap
kepada pemerintahnya, sehingga diharapkan tidak timbul kerusakan yang jauh
lebih besar dan tetap menjaga keutuhan NKRI.
Perhatikan dalil hadits berikut ini yang diriwayatkan dari Junadah bin Abu
Umayyah: “Rasulullah SAW memanggil kami kemudian membai’at kami. Dan di
antara baiatnya adalah agar kami bersumpah setia untuk mendengar dan taat
ketika kami semangat ataupun tidak suka, ketika dalam kemudahan ataupun
dalam kesusahan, ataupun ketika kami diperlakukan secara tidak adil. Dan
hendaklah kami tidak merebut urusan kepemimpinan dari orang yang berhak-
beliau berkata- kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata, yang kalian
memiliki bukti di sisi Allah.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya juz 13 hal.192,
cet. Maktabatur Riyadh Al-Haditsah, Riyadh).
Dalil di atas merupakan satu dasar hukum yang perlu dipahami oleh setiap
muslim dan kalau mau menelusuri dalil lain yang sahih akan dijumpai dalil yang
serupa yang mendukung dalil di atas. Artinya, Islam secara tegas melarang untuk
khuruj (memberontak) kepada penguasa yang sah, namun hanya sebatas pada
ketetapan yang bersifat ma’ruf. Meskipun sebagian aturan pemerintah
berseberangan dengan nilai-nilai ideologi Islam, pemeluknya tidak boleh
mengikrarkan pemberontakan karena akan menimbulkan kerusakan yang lebih
besar. Kalau dikembalikan lagi pada konsep ketuhanan Yang Maha Esa,

8
pemerintah tidak boleh melakukan intervensi yang represif kepada setiap muslim
dalam meyakini dan menjalani syariat agamanya.
Konsep permusyawaratan baik itu di dalam kehidupan individu, keluarga,
bermasyarakat dan bernegara. Dalam kehidupan bernegara lihat nash Al-Qur’an
Surat Ali Imran ayat 159 dan Surat Asy Syura ayat 36-39. “Dan (bagi) orang-
orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”
(Asy Syura 36-39). Nash atau dalil tersebut dapat dijadikan pijakan kuat dengan
penjelasan atau tafsir dari para ulama yang ahli untuk memperkuat maksud dan
tujuan dalil tersebut.
Lalu, bagaimana musyawarah antarpemeluk agama yang ada di Indonesia?
Dengan demikian perlu untuk diperhatikan substansi yang hendak
dimusyawrahkan, apakah melanggar salah satu ideologi atau tidak? Kalaupun
terjadi, bagaimana memisahkan urusan-urusan tersebut. Ideologi Islam
membolehkan adanya hubungan dengan pemeluk agama lain dalam hal muamalah
saja, sedangkan untuk urusan ibadah dan ketauhidan tentunya adalah harga mati,
bukan hanya pemeluk Islam saja namun pemeluk agama yang lain. Urusan
muamalah seperti jual beli, kerjasama di bidang jasa, dan sebagainya
diperbolehkan. Tidak ada anggapan bahwa selain pemeluk Islam akan dimusuhi
secara mutlak atau bahkan dibunuh.
Dalam ideologi Islam, orang di luar Islam dibagi menjadi 3 golongan,
pertama adalah golongan yang wajib untuk dimusuhi dengan sebab kebencian
dan permusuhannya dengan Islam, kedua adalah golongan yang wajib dilindungi
dengan sebab perjanjian, dan ketiga adalah golongan yang memang wajib
dilindungi dengan segala hak dan kewajiban yang dibebankannya. Tidak serta
merta seseorang yang mengaku muslim harus memusuhi orang di luar Islam,
semua telah diatur oleh dalil dan nash maupun ijma’ ulama.

9
Dalam keumuman maksud dalil Al-Qur’an, diterangkaan bahwa:
"Sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya".(Q.S. Al-
Mâidah:32). Sangatlah jelas bahwa syariat Islam menjaga darah, harta, dan
kehormatan setiap manusia dengan tujuan kemaslahatan bersama dan tidak saling
memusuhi dan menampakkan kebencian secara terang-terangan.
Dengan demikian, ideologi agama Islam mampu untuk berkolaborasi baik
dengan ideologi Pancasila jika setiap pemeluk mau untuk mempelajari dan
meyakini syariat Islam dengan benar. Dengan gencarnya arus globalisasi dengan
ditopang berbagai teknologi yang ada semakin memudahkan ideologi atau paham-
paham lain untuk tumbuh subur di Indonesia. Ketidaktahuan dan ketidaksiapaan
masyarakat dikhawatirkan akan menimbulkan akulturisasi budaya dan nilai-nilai
agama yang ada dimasyarakat. Untuk itu peran keluarga, masyarakat, pemerintah
perlu untuk selalu diupayakan untuk menghadang proses dan upaya dekandensi
moral yang lebih jauh.

D. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lainnya


1. Liberalisme
Liberalisme adalah suatu paham yang mengutamakan kemerdekaan
individu yang merupakan pokok utama paham. Liberalisme melahirkan
konsep pentingnya kebebasan hidup dalam berpikir, bertindak, dan berkarya.5
Negara harus tetap menjamin kebebasan individu, dan untuk itu
manusia secara bersama-sama mengatur negara. Banyak orang liberal yang
bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai
Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.i Negara yang
mempunyai system dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari

5
Firdaus Syam, M.A. Pemikiran Politik Barat. (Cet. I; Jakarta. Bumi Aksara, 2007), h. 245

10
konservatif. Maka Partai Buruh merupakan tumpuan untuk memperjuangkan
kepentingan politiknya.Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis
lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta lebih menghargai
kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah
partai nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme
juga telah mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa
pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan
kebencian.
Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut :
a. demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
b. anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers
c. pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat
belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.
d. kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan
dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu,
sejauh mungkin dibatasi.
2. Komunis
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap
paham kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap
bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang
lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi.6

6
Deliar Noer. Pemikiran Politik di Negeri Barat. (Cet. I; Jakarta, Mizan Pustaka.1997), h. 23

11
Ciri ciri ideologi komunis
1. Penganut-penganut komunis mempercayai bahawa sistem kapitalis
(pasaran bebas) adalah buruk. Mengikut mereka, golongan pekerja dalam
sistem kapitalis amat menderita.
2. Komunis mempercayai bahawa golongan pekerja harus bersatu dalam
kesatuan-kesatuan sekerja dan lain-lain pertubuhan.
3. Komunis percaya bahawa masyarakat baru komunis akan menjadi
masyarakat yang tidak berkelas. Tidak akan terdapat lagi golongan
penindas dan golongan yang ditindas. Semua orang memiliki kekayaan
yang sama (tidak akan wujud golongan kaya/elit).
4. Komunis percaya bahawa dalam sebuah negara komunis, semua harta
adalah hak milik negara. Orang perseorangan tidak boleh memiliki tanah
atau perniagaan. Pemilikan harta persendirian adalah merupakan ciri-ciri
kapitalis yang perlu dielakkan. Semua harta mesti dimiliki dan diuruskan
oleh kerajaan. Harta-harta kapitalis akan dirampas.
5. Komunis anti agama dan tidak mempercayai kewujudan Tuhan. Mereka
menganggap bahawa agama adalah candu masyarakat.
3. Sosialisme
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan
tertentu, yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian
hasil-hasil produksi secara merata. Sosialisme sebagai ideologi politik adalah
suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya
mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan
masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional –
parlementer, dan tanpa kekerasan. .
a. Sosialisme Sebagai Ideologi
Menurut penganut Marxisme, terutama Friedrich Engels, model
dan gagasan sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia dari
sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Pada masa pencerahan abad

12
ke-18, para pemikir dan penulis revolusioner seperti Marquis de
Condorcet, Voltaire, Rousseau, Diderot, Abbé de Mably, dan Morelly,
mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas berbagai lapisan masyarakat
di Perancis.
b. Sosialisme Sebagai Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak
pada konsep Karl Marx tentang penghapusan kepimilikan hak pribadi,
prinsip ekonomi sosialisme menekankan agar status kepemilikan swasta
dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan
masyarakat banyak, seperti air, listrik, bahan pangan, dan sebagainya.
Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain
dalam beberapa aspek, yaitu:
1. Politik Hukum
a. Pancasila > Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi
keadilan dan keberadaan individu dan masyarakat.
b. Sosialisme > Demokrasi untuk kolektivitas, Diutamakan kebersamaan,
Masyarakat sama dengan negara.
c. Komunisme > Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum
untuk melanggengkan komunis.
d. Liberalisme > Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu,
Dalam politik mementingkan individu.
2. Ekonomi
a. Pancasila > Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang
merugikan rakyat.
b. Sosialisme > Peran negara kecil, Kapitalisme, Monopolisme.
c. Komunisme > Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi
Negara, Monopoli Negara.
d. Liberalisme > Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme,
Monopolisme, Persaingan bebas.

13
3. Agama
a. Pancasila > Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Sosialisme > Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan,
Diutamakan kebersamaan.
c. Komunisme > Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.
d. Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih
agama/atheis).
4. Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat
a. Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan
masyarakat dilandasi 3S (selaras, serasi, dan seimbang).
b. Sosialisme > Masyarakat lebih penting daripada individu.
c. Komunisme > Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting,
Kolektivitas yang dibentuk negara lebih penting.
d. Liberalisme > Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat
diabdikan bagi individu.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa.
Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang
agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di luar
agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.
Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika
melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang
aman dan sejahtera pasti akan terwujud.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

15
DAFTAR RUJUKAN

Alfian dan Oesman, Pancasila Sebagai Ideologi : Dalam Berbagai Bidang


Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Cet.I; Jakarta: BP7.
1992.

Al-Marsudi, Subandi. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, Cet.I:
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Andriani Purwastuti,. Pendidikan Pancasila, Cet.I; Yogyakarta : UNY Press, 2002.

Deliar Noer. Pemikiran Politik di Negeri Barat, Cet. I; Jakarta, Mizan Pustaka.1997.

Firdaus Syam, M.A. Pemikiran Politik Barat, Cet. I; Jakarta. Bumi Aksara, 2007.

Setiadi, Elly M..Pendidikan Pancasila. Cet. I; Jakarta : Gramedia 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai