DISUSUN OLEH :
MBTI
FEB
TELKOM UNIVERSITY
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II Pembahasan
2.1. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat. 3
2.2. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara 7
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa filsafat adalah cara mencari kebenaran,
maka pancasila sebagai sistem filsafat memiliki nilai-nilai yang mengandung
kepribadian bangsa Indonesia dan diyakini paling benar, paling adil, paling bijaksana
bagi kehidupan warga negara Republik Indonesia. Falsafah pancasila sebagai pedoman
hidup harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, beribadah sesuai
keyakinan yang dianut, berteman tanpa membeda-bedakan, menghargai pendapat
orang lain, dll.
• Berhubungan dengan itu, suatu dasar negara tidaklah sama antara yang satu
dengan yang lainnya. Mungkin bagi negara Indonesia pancasila adalah dasar
negara yang baik dan adil, namun bagi orang atheis tentu pancasila tidaklah
sesuai. Tiap negara memiliki keistimewaan masing-masing sesuai dengan adat,
corak masyarakat serta pengalaman dalam perjuangan. Karenanya tiap negara
memiliki dasar filsafat masing-masing. Filsafat Pancasila adalah penggunaan
nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara. Pancasila
sebagai filsafat juga berarti bahwa pancasila mengandung pandangan, nilai, dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila.
1. Landasan Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani “ontos” dan“logos”. Ontos berarti sesuatu
yang ada atau berwujud, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu yang
mempelajari sesuatu yang ada, konkret dan rasional. Pancasila sebagai landasan
ontologi berarti didalamnya mengandung makna keberadaan (eksistensi). Misalnya,
3
sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” maksudnya adalah Tuhan sebagai sumber
keberadaan (eksistensi) dari alam semesta ini.
2. Landasan Epistemologi
- Mahasumber atau sumber dari segala sumber adalah Tuhan, yang menciptakan
manusia dengan berbagai kepribadian dan potensi yang berbeda. Sebagai pencipta alam
semesta Tuhan telah menganugerahi manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dengan adanya akal. Ia mengajari manusia melalui ciptaan-ciptaannya.
a. Sumber primer: sumber utama ilmu pengetahuan adalah alam semesta, karena
memiliki cakupan paling luas.
b. Sumber sekunder: sumber ilmu yang kedua adalah cabang-cabang ilmu yang sudah
ada, dokumentasi.
Dengan begitu, jelaslah bahwa pancasila memiliki azas-azas tersebut. Baik berupa
hubungan dengan tuhan yang bersifat religius, dan hubungan dengan manusia yang
bersifat sosial.
3. Landasan Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “axios” dan “logos”. Axios
memiliki arti sesuatu atau wajar , sedangkan logos adalah ilmu. Aksiologi merupakan
satu kesatuan dengan Ontologi dan Epistemologi. Aksiologi membahas nilai-nilai,
termasuk nilai tertinggi dari Tuhan. Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta
4
isinya mengikat manusia melalui aturan perintah dan larangan, termasuk nilai moral
dan nilai spiritual. Pancasila memiliki landasan aksiologi, sebagai pemberi aturan bagi
warga negara Indonesia agar berperilaku atau berkepribadian sesuai dengan sila-sila
dalam pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti mempercayai adanya Tuhan Yang
Maha Kuasa. Maha Esa disini berasal dari bahasa Palli, atau bahasa India kuno yang
digunakan oleh masyarakat biasa. Maha berarti mulia atau besar (bukan berupa
bentuk). Sedangkan Esa berasal dari kata “Etad” yang berarti keberadaan. Bukan satu
atau tunggal sebagaimana yang telah kita pahami saat ini, karena jika satu atau tunggal,
maka agama dengan kepercayaan non-monotheisme tentunya tidak sesuai dengan
kaidah pancasila. Selain itu, arti satu atau tunggal dalam bahasa Palli adalah “Eka”.
Adapun ketuhanan disini telah berubah dari kata asal yang semula “tuhan” mendapat
tambahan ke- dan –an yang berarti sifat-sifat tuhan atau yang berhubungan dengan
tuhan.
a. Negara tidak hanya memberi kebebasan namun juga memberi perlindungan dan
pengamanan kepada setiap pemeluk agama.
5
b. Bagi para pemeluk agama, hendaknya saling toleransi dan menghormati antara
yang satu dengan yang lainnya.
Sila kedua dalam pancasila bersimbolkan rantai dengan bermata bulan (wanita)
dan persegi empat (pria) secara silih bergantian yang tersambung menjadi satu yang
menandakan humanisme. Dimana sebagai sesama manusia harus menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia (HAM) secara global atau kepada seluruh manusia didunia untuk
menandakan bahwa warga negara Indonesia adalah warga yang beradab. Sila kedua ini
mewajibkan bagi seluruh warganya untuk menjunjung tinggi norma hukum dan moral
agar memperlakukan sesama manusia secara adil dan beradab tanpa deskriminasi.
Dengan adanya sila kedua ini, diharapkan seluruh warga negara Indonesia akan hidup
berdampingan secara harmonis, serta saling membantu dan gotong royong.
3. Persatuan Indonesia
Pada sila ketiga ini secara tidak langsung mengikat warga negara Indonesia agar
bersatu tanpa membedakan dari suku, ras dan agama apa yang mereka miliki (Bhinneka
Tunggal Ika). Sila ketiga ini memiliki simbol pohon beringin yang rindang, dengan
maksud Indonesia adalah tempat untuk berlindung atau berteduh dan mempersatukan
warga negaranya. Hal ini didukung pula dengan lahirnya sumpah pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928: “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa”.
Sila keempat memiliki simbol kepala banteng yang memiliki makna lambang
tenaga rakyat atau kekuasaan. Kerakyatan bermakna asas kekeluargaan yang
6
mencerminkan kepribadian warga negara Indonesia yang harmonis dimana adanya
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan keseluruhan.
Sila kelima ini berarti keadilan yang berlaku disegala aspek kehidupan
masyarakat. Dengan simbol padi dan kapas, sila ini memiliki makna agar masyarakat
Indonesia mendapatkan keadilan baik sandang maupun pakan.
Istilah ideologi berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan oleh
Antoine Desult de Tracy seorang filsuf Perancis. Menurutnya ideologi berasal dari kata
ideos atau idein dan logos. Ideos atau idein berarti bentuk atau melihat, sedangkan
logos adalah ilmu atau ajaran. Antoine Desult de Tracy kemudian mengartikan ideologi
adalah ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan atau buah pikiran.
7
Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara
tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan
MPR No. 2 tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1
ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa pancasila sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan UUD 45 ialah dasar negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan
secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat kita
ketahui bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional, selain
kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam ketetapan
MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan
yang konsistem dalam kehidupan bernegara.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konon, Bung Karno pernah bertanya kepada presiden Yugoslavia, Josip Broz
Tito, kurang lebih sebagai berikut: "Tuan Tito, jika Anda meninggal nanti, bagaimana
nasib bangsa Anda?" Dengan bangga, Josip berkata, "Aku memiliki tentara-tentara
yang berani dan tangguh untuk melindungi bangsa kami."
Menurut para ahli sejarah di Serbia, di antara Indonesia dan Yugoslavia, yang
paling berkemungkinan pecah atau mengalami disintegrasi seharusnya Indonesia.
Alasannya, Yugoslavia lebih beruntung dibandingkan Indonesia, karena wilayahnya
tidak terpisah-pisah dan tidak beretnis sebanyak Indonesia. Namun, ternyata bangsa
Yugoslavia pecah menjadi negara-negara kecil seperti Serbia, Kroasia, Bosnia, dan
lain-lain. Menurut mereka, bangsa Indonesia ternyata lebih beruntung karena memiliki
pegangan hidup Pancasila yang menyatukan penduduknya yang terdiri atas berbagai
suku/golongan dan memeluk berbagai agama dan kepercayaan.
"Aku tidak mengatakan aku yang menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan
hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami tradisi-tradisi kami sendiri dan aku
menemukan lima butir mutiara yang indah!" (Bung Karno).
9
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki landasan ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Adapun fungsi yuridis yang dimiliki pancasila adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum juga sebagai pengatur ketatanegaraan.
3.2 Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Ruhcitra. (2008, Desember 16). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat [online]. Tersedia:
ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat.
Diakses pada [24 Agustus 2018]
Prasetyo, Sigit Aris. (2017). Dunia dalam Genggaman Bung Karno. Tangerang
Selatan: Pustaka IIman
11