Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu: Bpk. Anugrah Resmana, M. Pd.

Kelompok 1:

1. Fajar Ridho Saputra (11012200705)


2. Anevay Ahmad Bariq (11012200567)
3. Arya Aji Pratama (11012200100)
4. Sisilia (11012200046)
5. Hilma Alfiyyani (11012200189)
6. Siti Kholifah (11012200706)

1L – MAN
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya
para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Serang, 30 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat

2.2 Karakteristik, Prinsip-Prinsip serta Hakikat Pancasila sebagai Filsafat

2.3 Pancasila Sebagai Suatu Filsafat

2.4 Objek dari Filsafat Pancasila

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara
yang fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan
tidak bisa diubah oleh siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus
dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan
tujuannya sangat berpengaruh terhadap setiap elemen di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman terhadap
masing-masing fungsi dan tujuan agar dapat dicerminkan pada kehidupan
sehari-hari.
Keterkaitan antara Pancasila dengan berbagai elemen kehidupan telah
membentuk sebuah sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan
tertentu.Lahirnya nilai-nilai filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh
para pendiri negara untuk mencari identitas bangsa Indonesia. Kadar kebenaran
dari nilai-nilai yang ada digali hingga mencapai akar hakikatnya. Hal ini
memunculkan sifat spekulatif dalam membuktikan sistem filsafat dari
Pancasila. Selain itu, setiap bagian kebenaran dan pernyataannya yang
berhubungan secara menyeluruh dijadikan sebagai inti mutlak tata kehidupan
masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pancasila dan filsafat?
2. Apa saja karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila sebagai
filsafat?
3. Bagaimana pengertian pancasila sebagai suatu filsafat?
4. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Filsafat

• Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan
Sila yang artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang
mempunyai lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia
didirikan diatas suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri
dari lima dasar atau lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli,
menurut Notonegoro Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara
Indonesia. Selain menjadi dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan
hidup, Pancasila juga sebagai sistem filsafat.

• Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani “ philein ” yang berarti cinta dan “
Sophia ” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta
akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran / pengetahuan. Secara sederhana,
filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan
fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan


alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (Arti
komprehensif,
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep. (Arti analisis linguistik).
5. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti aktual-
fundamental).

Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie


(cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat,
karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa dengan mendalam yang
dilakukan oleh parapendiri bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu
system yang tepat.

2.2 Karakteristik, Prinsip-Prinsip serta Hakikat Pancasila sebagai Filsafat

➢ Karakteristik Pancasila sebagai Filsafat

Sebagai filsafat, pancasila mempunyai karakteristik sistem filsafat tersendiri


yang berbeda dengan filsafat lainnya, diantaranya:

a. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan pancasila.
b. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu
dengan yang lain.
c. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat
digambarkan sebagai berikut:
• Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan 5.
• Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan
menjiwaisila 3,4, dan 5,
• Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan
menjiwai; sila 4 dan 5.
• Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari
dan menjiwai sila 5.
• Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.
e. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.
f. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri
g. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia
dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh,
hidup, dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

➢ Prinsip - Prinsip

Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan


materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya
yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
2. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal);
3. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun
dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka; serta
4. Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:

• Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.


• Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;atu, yaitu kesatuan
memiliki kepribadian sendiri.
• Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong
royong.
• Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
➢ Hakikat

Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang


berwujud konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan
secara objektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau
kemasyarakatan (berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, Undang-Undang
Organik, dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara
subjektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individu, baik sebagai
pribadi, warga bermasyarakat, ataupun sebagai pemegang kekuasaan.

Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang


ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan
bahwa Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa
Indonesia, nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah
diutarakan di muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya
Indonesia, dari nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari
kebiasaannya, adat istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-
agamanya.

2.3 Pancasila Sebagai Suatu Filsafat

Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil


perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang
dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu
yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah
segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat,
maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut,
jika syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan
sistem filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian
dari sistem itu sendiri adalah suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur,
komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung
satu sama lain dan terpadu. Sistem mempunyai ciri ciri, yaitu:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.


2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan
sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa
Pancasila berperan sebagai suatu sistem filsafat.

Pancasila menjadi satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila),


tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat
berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan, dan keseluruhan sila pancasila
merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal). Membahas
Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi
manusia pada umumnya.

2.4 Objek dari Filsafat Pancasila

Objek dari filsafat Pancasila itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu objek
material dan objek formal. Yang pertama adalah objek material adalah segala yang
ada dan mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga
hal, yaitu Tuhan, manusia, dan alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada,
sebagai dasar negara rumusannya jelas yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari rumusan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia,
satu, rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam
tiga saja, yaitu Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu,
rakyat, dan adil, sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada
alam semesta itu sendiri. Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat
diterima.

Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu yang ada itu
sendiri. Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas
kata dasar dengan tambahan awalan ke/per dan akhiran an. Menurut ilmu bahasa,
jika suatu kata dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an, maka akan menjadi
abstrak (bersifat abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat
hakikat dari bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak
dari manusia itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga
dalam sila-sila Pancasila yang lainnya, yaitu KeTuhanan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan. Khusus untuk persatuan, awalan per menunjukkan suatu proses
menuju ke awalan ke yang nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan
analisis penjabaran ini, maka Pancasila memenuhi syarat juga dalam hal objek
formalnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan


para pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang
menjalankan kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini
memiliki hakikat satu kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan
tertentu dengan menjalankan fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara
objek, prinsip, dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan
hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila dijadikan sebagai tolakan dalam
mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih


dahulu pastinya. Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud,
objek yang dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk
pengokohan bahwa Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari
itu, proses berkelanjutan yang dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya
pendekatan terlebih dahulu. Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan
hakikat sila-sila yang tercantum di dalam Pancasila.

3.2 Saran

Pemahaman Pancasila sebagai sistem filsafat diharapkan mampu


memberikan gambaran bagi masyarakat untuk lebih berpikir kritis, sistematis, dan
mendasar terhadapsistem filsafat yang terkait dengan Pancasila. Proses aktualisasi
dari tiap-tiap nilai Pancasila perlu diajarkan dan diperbaiki kembali agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman terhadap teori dan contoh permasalahan yang
disinggung. Ada baiknyapula, jika sikap perealisasiannya ini selalu diimbangi
dengan jalan berpikir yang tetap memperhatikan penyaringan atau selektif terhadap
banyaknya perkembangan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna, Budi. (2006). Teori Kebenaran Pancasila sebagai Dasar Pengembangan

Ilmu. Jurnal Filsafat. 39(1). 57-76.

Pasaribu, R.B.F. (2013). Pancasila sebagai Sistem Filsafat.

http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/36630/bab-03-
pancasila-sebagai-sistem-filsafat.pdf

kemenkeu,go,id. (2018). Pancasila. https://klcfiles.kemenkeu.go.id/2018/08/1.-


Pancasila.pdf

dosenpendidikan.co.id. 2021. https://www.dosenpendidikan.co.id/makna-


pancasila/

Anda mungkin juga menyukai